Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI BIDANG MATA KULIAH DALAM

PROGRAM MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA


(MBKM)

Disusun Oleh :
Nama :Yustika Putri Mariska
NPT : 20.17.114039.1167
Supervisor Lapangan : H. Bambang Fry, S.Sos., MM
Supervisor Laporan : Dr. Capt. Moch. Nurdin, S.H., M.H

AKADEMI MARITIM NUSANTARA BANJARMASIN


KETATALAKSANAAN PELAYARAN NIAGA DAN KEPELABUHAN
2022
1. PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan, antara
individu dengan pemerintah suatu negara, atau pemerintah suatu negara
dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional di sektor energi
maupun sumber daya alam lain dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sumber daya alam yang
sangat melimpah. Sejak zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai negara
dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, hal ini menjadi daya
Tarik tersendiri bagi dunia internasional.
Perdagangan internasional di atur dalam UU No. 7 Tahun 2014
Tentang Perdagangan Pasal 38 – 54 yang membahas tentang perdagangan
luar negeri dan UU No. 7 Tahun 2021 Tentang Tahapan dan Tata Cara
Pembuatan Perjanjian Perdagangan Internasional.
Dasar-dasar dapat melaksanakan perdagangan inetrnasional adalah
memiliki hubungan diplomatik dengan negara tersebut, barang yang akan di
impor/ekspor bukan merupakan barang yang dilarang oleh pemerintah, dan
memenuhi syarat-syarat perdagangan. Tujuan perdagangan internasional
bagi suatu Negara adalah untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan
tersebut. Misalnya dalam penjualan barang-barang elektronik, Indonesia
memperoleh keuntungan berupa terpenuhinya kebutuhan masyarakat
terhadap barang tersebut, sedangkan bagi negara produsen mendapat
keuntungan berupa devisa dari penjualan barang tersebut. Perdagangan
internasional diwujudkan melalui ekspor/impor. Kegiatan ekspor/impor
akan memperluas lapangan pekerjaan, menghasilkan devisa Negara, dan
keutungan lainnya.
Dalam praktiknya, PT Meratus Line menjadi perantara dari shipper
dan consigne yang akan melakukan jual/beli. Shipper menghubungi pihak
marketing untuk melakukan transaksi pengiriman barang dengan
mengajukan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk proses pengiriman
barang tersebut. Consigne yang berada pada luar daerah/negara
menunjukkan salinan dokumen dari shipper yang di berikan pada pihak
marketing untuk proses pengambilan barang.

2. MANAJEMEN PERUSAHAAN PELAYARAN II


Manajemen perusahaan pelayaran II ini menyangkut tentang proses
kerja sama antara dua orang atau lebih dengan cara menggerakan
sekelompok orang dan fasilitas untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen
perusahaan pelayaran berarti menjual jasa pengendalian kedatangan dan
keberangkatan kapal. SDM yang memiliki kemampuan dapat
mempengaruhi orang lain, sehingga dibutuhkan SDM yang berkualitas
untuk mempengaruhi orang lain sehingga SDM berkualitas semakin
banyak. Seorang yang dipercaya untuk memanajemen perusahaan pelayaran
harus memiliki perencanaan, dapat mengorganisasikan, dapat
melaksanakan, dan harus mengontrol setiap kejadian maupun aktivitas yang
terjadi dalam perusahaan.
Dalam praktiknya, PT. Meratus Line sangat memperhatikan
pengelolaan petikemas yang akan maupun telah digunakan. Petikemas di
cek dan diperhatikan kelayakannya setelah maupun sebelum digunakan. Hal
seperti ini merupakan hal penting karena menyangkut kepuasan pelanggan.
Kebaikan dalam manajemen pengurusan petikemas dan pelayanan
pelanggan membuat Meratus Line menjadi salah satu perusahaaan
pelayaran yang bergerak dalam bidang pengiriman barang melalui
petikemas yang unggul.

3. USAHA FORWARDER
Usaha forwarder adalah kegiatan usaha yang bertujuan melakukan
pengurusan untuk pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi
laut, bertugas mewakili eksportir, importir, shipper dan consigne. Forwarder
adalah perantara atau agen dari mereka yang menyediakan ruang muatan
dan dilain pihak memerlukan ruang muatan untuk mengangkut muatan.
Peluang usaha dari bidang freight forwarder adalah jasa kepabeanan,
pelayaran, EMKL, bahkan pengiriman barang door to door seperti kurir
pada umumnya.
Dalam praktiknya, PT. Meratus Line menjadi perantara antara
pengirim dan penerima barang. Pengirim harus melengkapi dokumen yang
dibutuhkan dan menyerahkan pada petugas, dan penerima memberikan
salinan bukti yang diserahkan pengirim pada petugas agar dapat mengambil
barangnya.

4. KESELAMATAN KERJA PELAYARAN

Keselamatan kerja pelayaran adalah suatu usaha dalam mewujudkan


keselamatan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan
lingkungan maritim. Keselamatan kerja pelayaran di atur dalam dalam UU
No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Pasal 116 ayat (1) dan (2).
Penanggung jawab keselamatan kerja pelayaran baik di darat maupun
perairan adalah tanggung jawab KSOP sebagai penentu kelaiklautan sebuah
angkutan laut, serta pengatur, pengendali, dan pengawasan kegiatan
pelabuhan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial.

Tugas dan kewenangan KSOP dalam keselamatan kerja pelayaran


berdasarkan UU 17 Tahun 2008 adalah sebagai berikut.

Pasal 207 ayat (1) Syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan


dan keamanan pelayaran yang mencakup pelaksanaan, pengawasan dan
penegakan hukum di bidang angkutan di perairan, kepelabuhan, dan
perlindungan lingkungan maritime. Ayat (2) Membantu pelaksanaan
pencarian dan penyelamatan di pelabuhan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 208 ayat (1) melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 207 ayat (1). Ayat (2) dalam
melaksanakan penegakan hokum di bidang keselamatan dan keamanan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 207 ayat (1) Syahbandar melaksakan
tugas sebagai Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. KSOP memiliki tugas sebagai
berikut.

a. Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan


ketertiban di pelabuhan.
b. Mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur-
pelayaran.
c. Mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan
d. Mengawasi kegiatan salvage dan pekerjan bawah air.
e. Mengawasi pemanduan.
f. Mengawasi pemanduan.
g. Mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahya
berbahaya dan beracun.
h. Mengawasi pengisian bahan bakar.
i. Mengawasi ketertiban embarkasi dan debarks penumpang.
j. Mengawasi pengerukan dan reklamasi.
k. Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan.
l. Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan.
m. Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman
kebakaran di pelabuhan.
n. Mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritime.

Pasal 209 melaksanakan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 207 dan Pasal 208.

Pasal 210 ayat (1) untuk melaksanakan fungsi keselamatan dan


keamanan pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 207 ayat (1).

Dalam praktiknya, keselamatan pada saat melakukan kegiatan


pengecekan petikemas perlu digunakannya APD (Alat Pelindung Diri).
APD diperlukan karena dikhawatirkan dalam pengerjaan terjadi insiden
yang dapat melukai. Dalam proses bongkar muat serta penyusunan muatan
kedalam alat transportasi laut, dibutuhkan penanganan yang baik dan
sistematis agar proses penyusunan dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Perencanaan pemuatan (stowage plan) adalah perencanaan,
penataan dan penempatan muatan yang akan di muat pada palka-palka kapal
mengenai jumlah, berat dan letak. Kegiatan ini harus mempertimbangkan
muatan pada pelabuhan sebelumnya, pelabuhan tujuan, kekuatan dan
stabilitas kapal. Stowage Plan adalah penempatan dan penyusunan muatan
disesuaikan dengan sifat, bentuk, jenis bungkusan dan tujuan muatan
masing - masing. Sehubungan dengan hal tersebut, penempatan dan
penyusunan muatan, harus dilakukan dengan benar dan dijaga stabilitas
kapal serta keselamatan pelayaran juga perlu dijaga.

5. SISTEM ANGKUTAN PETI KEMAS


Dalam pengangkutan di laut, proses pengapalan (pengiriman)
dimulai setelah barang di muat ke kapal. Pengiriman tersebut terbagi
menjadi dua, yaitu :
1) Pengiriman barang dengan peti kemas dengan jasa :
a. Door to Door
Door to Door adalah pengiriman barang dengan peti kemas dari
pintu pemilik barang sampai dengan ke gudang penerima.
b. Door to Port
Door to Port adalah pengiriman barang dari penjual hanya
sampai ke Container Yard (CY). Layanan ini memberi
kemudahan pada pengirim barang.
c. Port to Door
Port to Door adalah pemilik barang mengirim barang sampai ke
container yang ada di pelabuhan awal, selanjutnya container
tersebut diterima sampai ke gudang pemilik (penerima barang).
Layanan ini memberikan kemudahan pada penerima barang.
d. Port to Port
Port to Port adalah barang yang diterima di pelabuhan awal di
stuffing ke container dan dikirim hanya sampai ke gudang,
selanjutnya diambil oleh pemilik barang.

2) Pengiriman Barang Melalui Peti Kemas


FCL (Full Container Loaded) adalah sistem pengiriman barang
dengan peti kemas dimana di dalam peti kemas tersebut dimasukkan
atau dipadatkan dan ditujukan hanya untuk satu alamat penerima di
pelabuhan tujuan.

LCL (Less Container Loaded) adalah sistem pengiriman barang


dengan peti kemas dimana di dalam peti kemas tersebut dimasukkan
barang – barang beberapa pengirim dan juga ditujukan kepada beberapa
orang di pelabuhan tujuan.

Dalam praktiknya, PT Meratus Line melayani berbagai cara


pengiriman barang melalui petikemas. Hanya saja pelayanan lebih
banyak menggunakan door to port dan port to door, karena lebih mudah
dan efisien terhadap biaya.

6. TUNTUTAN GATI RUGI


Tuntutan ganti rugi adalah klaim asuransi yang diajukan oleh
tertanggung kepada penanggung karena kepentingan yang di asuransikan
mengalami kerugian atau akibat dari suatu peristiwa selama barang dalam
proses pengangkutan.
Asuransi pengangkutan laut merupakan suatu perjanjian
pertanggungan antara penanggung dan tertanggung atas kepentinga yang
berhubungan dengan kapal sebagai alat pengangkut dan barang sebagai
muatan kapal dari kemungkinan risiko kerusakan/kerugian yang
diakibatkan oleh bahaya-bahaya laut atau bahaya lain yang berhubungan
dengan bahaya laut.
Berdasarkan pasal 246 KUHD : “Asuransi atau pertanggungan
merupakan suatu perjanjian dimana seorang penanggung dengan
merupakan suatu perjanjian dimana seorang penanggung dengan menikmati
suatu premi mengikatkan dirinya kepada tertanggung untuk membebaskan
dari kerugian, karena kehilangan, kerusakan, atau ketiadaan keuntungan
yang diharapkan, dan yang akan dideritanya karena kejadian ang tidak
pasti.”
Dalam praktiknya, apabila terjadi kerusakan terhadap petikemas
ataupun barang yang dimuat dalam petikemas PT. Meratus Line memiliki
wewenang atas kejadian tersebut. Seperti, ketika petikemas mengalami
kerusakan (penyok, berlubang, kropos, dan lantai berserut) atau kerusakan
/kehilangan pada barang. Hal yang menjadi perhatian adalah penyebab dari
kerusakan tersebut, apakah dari pihak pengirim atau pihak jasa pengirim.
Kejadian tersebut diusut dan dicari titik akhir dari masalah.

7. MARINE & CARGO SURVEY


Marine & Cargo Survey di gunakan untuk mengetahui jumlah
muatan yang telah dimuat ke dalam kapal, maka langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Melakukan initial draught survey. Initial draught survey adalah kegiatan
perhitungan draft kapal untuk mengetahui nilai constant (berat semua
benda yang ada di kapal termasuk berat kapal kosong.
2. Melakukan intermediate draught survey. Intermediate draught survey
adalah perhitungan draft kapal untuk mengetahui berat muatan yang
sudah dimuat atau dibongkar ke dalam kapal atau dari kapal.
3. Melakukan final draught survey. Final draught survey adalah
perhitungan draft kapal yang dilakukan setelah kegiatan bongkar atau
muat selesai yang bertujuan untuk megetahui jumlah muatan yang telah
dimuat atau dibongkar.
Untuk mengetahui jumlh muatan yang termuat dalam tongkang/kapal
didasarkan pada jenis muatannya. seperti :
a. Curah kering : batubara, pasir kuarsa/sirkon, biji besi, dll
b. Curah basah : CPO/PKO dan BBM

Ini didasarkan perhitungan pengukuran draft survey kapal yang akan


di muati dilakukan terlebih dahulu dilihat atau diukur dari draft survey
waktu kosong. Draft survey di ukur setelah selesai dilakukan pemuatan
selisih antara pengukuran draft survey sebelum pemuatan dengan
sesudah pemuatan itulah yang termuat dalam tongkang tersebut.
Contoh perhitungan draft survey pada tongkang.

Di sebuah kapal tongkang terdapat 6 titik angka draf kapal. Yang


mana 6 titik draf tersebut menandakan beratnya sebuah muatan yg ada di
atas kapal kontainer. 6 titik draf kapal tersebut terletak di. Depan kiri,
depan kanan, tengah kiri, tengah kanan, belakang kiri, belakang kanan,

Depan kiri berada di angka draf 0,70

Depan belang berada di angka draf 0,73

Tengah kiri berada di angka draf 0,71

Tengah kanan berada di angka draf 0,75

Belakang kiri berada di angka draf 0,85

Belakang kanan berada di angka draf 0,89

Diketahui sebuah tongkang yang memiliki draft mark sebagai


berikut.

F port = 0,70 F stbd = 0,73

M port = 0,71 M stbd = 0,75

A port = 0,85 A stbd = 0,89

Tentukan rata-rata draft mark untuk setiap forward (depan), Midle


(tengah), After (belakang).

F = (F port + F stbd) : 2 = . . . F= (0,70 + 0,73) : 2 = 0,715

M= (M port + M stbd) : 2 = . . . M= (0,71 + 0,75) : 2 = 0,73

A= (A port + A stbd) : 2 = . . . A= (0,85 + 0,89) : 2 = 0,87

Kemudian kita menghitung untuk mendapatkan Quarter Means


(Qm).

MAF = F + A : 2 = . . . MAF = 0,715 + 0,87 : 2 = 0,7925

MOM = MAF + M : 2 = . . . MOM = 0,7925 + 0,73 : 2 = 0,76125


QM = MOM + M : 2 = . . . QM = 0,76125 + 0,73 : 2 = 0,745625

Komoditi yang bersifat jenis general cargo (beras, gula, tepung,


minyak goreng (sembako), dan cargo lainnya) perhitungan berat
berdasarkan jumlah ton/m3. Sedangkan untuk petikemas jumlah
pemuatan yang ada didalam kapal berdasarkan box/teus.

Penyusunan muatan petikemas pada kapal adalah sebagai berikut.

a. Untuk muatan domestic yang tujuannya bersifat regular jumlah


muatan yang ada di dalam kapal berdsarkan space yang tersedia
(bay, row, tier). Pelaksanaan pemuatan dilakukan berdasarkan
berat petikemas, petikemas yang lebih berat ditemoatkan di
bagian tier 01, sedangkan untuk yang lebih ringan diletakkan di
atasnya.
b. Untuk ekspor/import pemuatan petikemas dilakukan berdasarkan
tujuan pelabuhan (negara) terdekat. Misalnya seperti tujuan
Singapura dan Jepang, maka petikemas yang tujuan Jepang
diletakkan di bagian bawah.
Dalam praktiknya, cargo survey ini diterapkan pada kapasitas
petikemas yang akan digunakan atau dimuati. Berat petikemas yang telah
diisi muatan tidak boleh lebih dari kapasitasnya. Untuk petikemas 20’ feet
kapasitasnya 21 ton, sedangkan petikemas 40’ feet kapasitasnya 26 ton. Jadi
dalam survey kondisi petikemas, surveyor memiliki wewenang dalam
penentuan kelayakan atau tidaknya petikemas untuk di gunakan kembali
dan kapasitas petikemas apakah sesuai dengan standar yang berlaku atau
tidak.

Anda mungkin juga menyukai