Pengusul:
Kamsariaty, SE, MM
Rusdi Bahar, S,Pd,I.,M,Pd.I
Muhammad Yusuf, SH, M.Kn
i
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 21
4.1 Hari dan Jam Kerja ................................................................................... 21
4.4.1 Mekanisme Kerja ........................................................................... 21
4.2. Deskripsi Data ......................................................................................... 22
4.2.1 Deskripsi Data Penilaian ................................................................ 22
4.2.2 Informan penelitian …...…………………………………………….. 23
4.3 Pembahasan ............................................................................................. 24
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 33
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 33
5.2 Saran......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 35
LAMPIRAN .................................................................................................. 36
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
barang. Disamping itu, perusahaan bongkar muat juga bertanggung jawab atas
keselamatan barang yang di muatnya sampai penyerahan kepada penerima,
terjaminnya keselamatan dari tenaga kerja bongkar muat selama pelaksanaan
kegiatan, menyediakan peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan
kegiatan bongkar muat barang yang memadai.
Kegiatan usaha bongkar muat barang di Terminal Martapura Baru
yakni di bidang penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk tertambat,
penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan
bongkar muat barang dan peti kemas, penyediaan dan/atau pelayanan jasa
gudang dan tempat penimbunan barang, alat bongkar muat, peralatan
pelabuhan, penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah
cair, curah kering, dan Ro-Ro, penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar
muat barang.
Setiap usaha pasti memiliki resiko dan tanggung jawab dalam
pelaksanaannya, begitu pula dengan usaha bongkar muat barang angkutan laut
yang memiliki resiko yang tinggi dalam pelaksanaan kegiatannya. Dalam
praktek di lapangan kerusakan barang dalam proses bongkar muat barang
masih sering terjadi dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Pemilik
barang yang tidak mau terima dengan kejadian tersebut melakukan claim dan
meminta ganti kerugian atas kerusakan barang-barang tersebut.
Sejak adanya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran hingga saat ini permasalahan mengenai penyelenggaraan kegiatan
angkutan laut terutama dalam kegiataan usaha jasa bongkar muat barang
selalu saja terjadi ketidakharmonisan antara berbagai pihak yang terkait di
pelabuhan, diantaranya yaitu Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia
(APBMI), Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), PT. Pelabuhan Indonesia
(Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara selaku pengelola
sebagian besar terminal-terminal di pelabuhan di Indonesia, serta pemerintah
dalam hal ini Kementerian Perhubungan.
Bentuk dari permasalahan yang terjadi diantaranya terkait dengan
masalah perizinan usaha, tanggung jawab bongkar muat barang, besaran upah
4
buruh, diantara para pelaku usaha tersebut. Hal ini menjadi penting untuk
diteliti karena kegiatan usaha jasa bongkar muat adalah jenis usaha jasa di
pelabuhan yang sangat vital bagi kelancaran distribusi barang.
Pertanggungjawaban dalam pengangkutan laut yang mengenai bongkar
muat barang merupakan hal yang sangat penting serta berhubungan erat
dengan hak dan kewajiban para pihak. Hal ini harus diperhatikan karena
apapun kesalahan atau kelalaian serta bentuk wanprestasi lainnya dapat
diselesaikan dengan berdasarkan aturan-aturan yang ada. Oleh sebab itu
dibutuhkan aturan tersendiri mengenai pengangkutan laut ini, baik yang diatur
oleh dunia internasional maupun aturan nasional.
Salah satu perselisihan yang sering timbul dalam pengangkutan laut
adalah adanya kerusakan barang yang menimbulkan hak tuntutan ganti rugi
dari pemilik barang kepada pengangkut. Timbulnya claim-claim dari pemilik
barang berupa kerusakan barang, penting di perhatikan oleh para pihak yang
terlibat dalam proses pengangkutan untuk dapat menentukan pihak mana yang
benar-benar bertanggung jawab terhadap tuntutan ganti rugi atas kerusakan
barang tersebut.
Ada aturan yang dapat digunakan mengenai pertanggung jawaban dan
perselisihan pengangkutan laut dalam kegiatan bongkar muat barang yaitu
KUHPerdata, KUHD, UU NO. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan sumber
hukum internasional United Nation Convention The Carriage of Goods by Sea
(The 1978 Hamburg Rules) sedangkan Indonesia belum meratifikasi Konvensi
Hamburg 1978 hingga saat ini.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis tugas akhir
dengan judul “TANGGUNG JAWAB PBM PT. PELINDO III CABANG
BANJARMASIN TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM
PELAKSANAAN PERJANJIAN BONGKAR MUAT BARANG DI
PELABUHAN TRISAKTI”.
5
7
8
6. Keselamatan bagian dari kapal dan peralatan bongkar muat kapal yang
digunakan dalam operasi bongkar muat.
Surat Permohonan
Ijin Bongkar/Muat
PEMILIK PBM KsOP
BARANG
Surat Persetujuan
Bongkar/Muat
Setelah kapal sandar, Perusahaan Bongkar Muat (PBM) naik ke atas kapal
dan meminta dokumen kapal seperti:
a. Cargo Stowage Plan adalah gambar belahan memanjang suatu kapal,
dimana didalamnya terlihat penempatan muatan-muatan.
b. Bill Of Lading (B/L) adalah surat perjanjian pengangkutan antara
pengangkut dengan pengirim muatan.
c. Cargo Manifest adalah daftar muatan yang dimuat oleh kapal pada
pelabuhan pemuatan dan akan dibongkar di pelabuhan tujuannya.
Selanjutnya Perusahaan Bongkar Muat (PBM) mempersiapkan alat yang
dibutuhkan pada waktu bongkar, yaitu:
a. Hopper adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pupuk curah
kering dari atas kapal ke dermaga atau gudang penumpukan dengan alat
bantu Dump Truck sebagai pengangkut.
b. Grab digunakan untuk membongkar barang jenis curah dari palka kapal ke
Hopper untuk persiapannya berkoordinasi dengan pihak kapal.
14
Sumber daya manusia atau tenaga kerja yang terkait dalam kegiatan
bongkar atau muat:
a. Stevedore sebagai memastikan terlaksananya kegiatan pelayanan bongkar
atau muat didermaga melalui pelaksanaan kinerja bongkar muat yang
efektif guna mendukung pencapaian pendapatan pelabuhan berdasarkan
program kerja dan anggaran bidang operasi yang telah ditetapkan.
b. Foreman sebagai pelaksana dan pengendali kegiatan operasional bongkar
muat dari dan ke kapal sampai ketempat penumpukan barang atau
sebaliknya dan membuat laporan periodik hasil kegiatan bongkar muat
c. Tally sebagai pemeriksa dan pencatat jumlah barang bongkar sebelum
muat kekapal atau bongkar dari kapal termasuk menghitung
barang/muatan setiap pergerakan/pindah, nomor kendaraan, serta jenis
barang.
d. Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) sebagai perusahaan yang
menyediakan armada angkut barang dari dermaga ke gudang penumpukan.
e. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah sekelompok tenaga kerja
yang melaksanakan pekerjaan bongkar muat di kapal maupun di gudang.
Untuk Permintaan TKBM dilakukan oleh Perusahaan Bongkar Muat
(PBM) berkoordinasi dengan Koperasi TKBM.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
15
16
3. Member check.
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data
yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid,
sehingga semakin kredibel atau dipercaya.
19
Penentuan Tema
Studi Pendahuluan
Merumuskan Masalah
Merumuskan Landasan
Teori atau Tinjauan Pustaka
Menentukan Jenis
Penelitian
Pengumpulan Data
Interview Observasi
Studi Pustaka
Analisis Data
Pembahasan
Tabel 4.1
Hari dan Jam Kerja
PT Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) Cabang Banjarmasin
21
22
a. Aditya Wirawan
Aditya Wirawan adalah seorang stevedor yang memiliki kemampuan dan
pengalaman dalam bidang bongkar muat baik petikemas maupun muatan
curah, beliau bertanggung jawab untuk setiap kegiatan operasional
bongkar muat diperusahaan, beliau memiliki pengalaman dalam bidang
stevedoring selama kurang lebih 3 tahun, sehingga tidak di ragukan lagi
kinerjanya.
b. Adrian
Adrian adalah seorang foreman yang di miliki perusahaan bongkar muat
PT. Pelindo III (Persero) cabang Banjarmasin, beliau memiliki
kemampuan dan pengalaman yang cukup sebagai foreman di darat.
Beliau memiliki pengalaman kerja kurang lebih 5 tahun.
c. H. Rubandi
H. Rusbandi adalah seorang checker yang di miliki perusahaan bongkar
muat PT. Pelindo III (Persero) cabang Banjarmasin, beliau bertanggung
jawab untuk setiap pelaporan hasil kegiatan bongkar muat diperusahaan.
Beliau memiliki pengalaman kerja kurang lebih 9 tahun.
24
4.3 Pembahasan
4.3.1 Proses Bongkar Barang
Dalam kegiatan bongkar barang terdapat beberapa sistem yang dibagi
menjadi dua jenis yaitu sistem truck lossing dan kade lossing. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dan pernyataan dari Informan I:
Kotak I
“PBM PT. PELINDO dalam menangani bongkar barang menggunakan
sistem Truck lossing atau langsung”
Informan I
Kotak 2
“sebelum kapal tiba persiapannya mulai dari penunjukan PBM, perijinan ke
KsOP, persiapan alatnya seperti hopper, terpal, loader, exavator”
Informan 3
Proses bongkar barang yang ditangani oleh perusahaan bongkar muat PT.
Pelindo III (Persero) cabang Banjarmasin, juga melalui tahap yang tidak mudah,
dan juga tidak sulit yaitu persiapan kapal datang sampai dengan selesai
pembongkaran. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari
Informan 3:
Kotak 3
“Persiapan yang pertama pengecekan dokumen seperti manifest, B/L”
Informan 3
Kotak 4
a. Barang yang berada di dalam palka kapal di ambil menggunakan crane
kapal.
b. Crane kapal meletakan barang di dermaga dan diterima oleh truck
yang telah siap untuk mengangkut barang
c. Setelah dari dermaga truck menuju gudang/lapangan penumpukan dan
truck membongkar muatannya.setelah dikemas siap dipasarkan.
Informan 2
Kotak 5
“selama proses bongkar PBM membuat rekapan hasil bongkar seperti tally
shet, statement of fact, daily report, time sheet”
Informan 2
Kotak 6
“setelah proses bongkar selesai PBM membuat surat penagihan dengan
melampirkan dokumen seperti daily report, outturn report, jasa stevedoring,
jasa dermaga dan hopper”
Informan 1
tangani oleh Mualim I. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari
Informan 1:
Kotak 7
“sebelum kapal pergi meninggalkan pelabuhan outturn report harus
ditandatangani oleh Mualim I untuk mengetahui hasil bongkaran”
Informan 1
Kotak 8
“PBM bertanggung jawab terhadap kelancaran proses bongkar muat dan
pada saat berakhirnya proses bongkar apakah mengalami kerusakan atau
tidak yang nantinya dijelaskan di outturn report”
Informan I
Kotak 9
“Pertama dimungkinkan lebih karena kelalaian TKBM, kedua ada faktor
kerusakan mesin atau beberapa komponen alat rusak”
Informan 1
Kotak 10
“selain kelalaian TKBM dan kerusakan mesin, dimungkinkan memang
muatan lebih dari pelabuhan muat”
Informan 1
Kotak 11
“Jika terjadi kerusakan barang biasanya PBM membikinkan berita acara
bahawa ada kerusakan barang dalam proses bongkar muat
Informan 1
Kotak 12
“dalam proses bongkar barang PBM ditunjuk untuk menangani bongkar
saja dan setelah dump truk keluar dari area pelabuhan apabila terjadi hal
yang tak terduga bukan tanggung jawab PBM”
Informan 1
Kotak 13
“kerusakan bongkar tetap dimasukkan di gudang apabila ada remark dari
kapal maka untuk penagihan PBM ke pemilik barang adalah sesuai dengan
perjanjian sebelumnya”
Informan 1
begitu juga dengan Perusahaan Bongkar Muat karena harus membayar ganti rugi
atas klaim yang diajukan oleh pengguna jasa jika mengalami kekurangan atas
barang (shortlanded).
Kelebihan atau kekurangan barang yang dibongkar dapat terjadi akibat
kesalahan atau kelalaian dari pihak kapal maupun stevedore, yaitu orang yang ahli
memuat dan membongkar barang dari dan ke kapal. Dimungkinkan muatan
memang lebih dari pelabuhan muat atau karena timbangan darat yang kurang
akurat dalam menimbang truk muatannya. Jika mengalami kelebihan
pembongkaran (overlanded) merupakan suatu keuntungan bagi pihak perusahan
bongkar muat karena mendapatkan jumlah lebih dari dokumen awal yaitu
manifest dan bill of loading.
Tanggung jawab Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dalam menangani
kerusakan barang, sebagai berikut:
a. Tetap memasukkan barang ke gudang.
b. Apabila ada remark kelebihan bongkar tetap dimasukkan di gudang
apabila ada remark dari kapal maka untuk penagihan PBM ke pemilik
barang adalah sesuai dengan perjanjian sebelumnya Untuk mengantisipasi
kejadian mengenai kerusakan barang dalam proses bongkar barang
perusahaan bongkar muat dengan pemilik barang membuat penentuan atau
kesepakatan seperti kerusakan alat yaitu membuat perjanjian apabila
keusakan barang. Jadi tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan
pahaman dari pihak Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dan pemilik barang.
Proses bongkar muat barang tidak selalu berjalan dengan lancar, pasti
mengalami hambatan-hambatan yang menyebabkan kegiatan bongkar harus
dihentikan sementara sampai kendala teratasi. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dan pernyataan dari informan 1:
Kotak 16
“selain cuaca terkadang kerusakan alat”
Informan 1
Selain faktor alat juga terdapat faktor lain. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dan pernyataan dari informan 1:
Kotak 17
“selain alat rusak, antrian dump truck juga menjadi kendala karena kemacetan”
Informan 1
Kotak 18
“Perusahaan harus menyediakan alat cadangan untuk pertimbangan”
Informan 2
31
Kotak 19
“untuk antrian dump truck lebih sering melakukan komunikasi dengan pihak
pengangkut sehingga memperoleh informasi mengenai keadaan dan
keberadaan truk”
Informan 1
Kotak 20
“Jika terjadi hal tersebut di alat biasanya PBM dan pemilik barang dan truck
pengangkut dengan menggunakan rata-rata muatan terbesar sebelum alat
rusak, jadi tidak menutup kemungkinan adanya keterlambatan bongkar muat
Informan 1
5.1 Kesimpulan
Setelah memperhatikan pembahasan di atas penyusun menarik kesimpulan
sebagai berikut :
5.2 Saran
Sehubungan dengan hal yang telah penyusun kemukakan pada sub bab
kesimpulan, penyusun dapat memberikan saran yang sekiranya bermanfaat bagi
perusahaan dalam mendukung pemecahan masalah serta mencapai sebuah tujuan,
yaitu:
1. Perusahaan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja dalam
menangani bongkar barang agar perusahaan menjadi penguasa pasar di
Banjarmasin dengan perusahaan pesaing di bidang bongkar muat dengan
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Nenin. 2015. Upaya Peningkatan Kegiatan Bongkar Pupuk Curah Kering
MV. Nameera/02 Pada Perusahaan Bongkar Muat (PBM) PT Pelabuhan
Indonesia III (PERSERO) Cabang Tanjung Wangi Dengan
Meminimalisasi Idle Time.
Lampiran 3 : Manifest
39