Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENELITIAN

TANGGUNG JAWAB PBM PT. PELINDO III CABANG


BANJARMASIN TERHADAP KERUSAKAN BARANG
DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN BONGKAR MUAT
BARANG DI PELABUHAN TRISAKTI

Pengusul:

Kamsariaty, SE, MM
Rusdi Bahar, S,Pd,I.,M,Pd.I
Muhammad Yusuf, SH, M.Kn

AKADEMI MARITIM NUSANTARA BANJARMASIN


2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Focus Penelitian ........................................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 7
2.1 Tanggung Jawab ....................................................................................... 7
2.1.1 Tanggung Jawab PBM………………………………………………. 7
2.1.2 Batas Tanggung Jawab PBM di pelabuhan ...………………………. 8
2.2 Dasar Kegiatan Bongkar Muat .................................................................. 10
2.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Bongkar Muat................................. 11
2.2.2 Fungsi Perusahaan Bongkar Muat.................................................... 11
2.3 Proses Bongkar ......................................................................................... 12
2.3.1 Pra Bongkar .................................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 15
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 15
3.2 Tempat Penelitian ..................................................................................... 15
3.3 Waktu Penelitian ....................................................................................... 15
3.4 Instrumen Penelitian.................................................................................. 15
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 16
3.6 Sumber Data ............................................................................................. 17
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................. 17
3.8 Rencana Pengujian Keabsahan Data .......................................................... 18
3.9 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 19

i
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 21
4.1 Hari dan Jam Kerja ................................................................................... 21
4.4.1 Mekanisme Kerja ........................................................................... 21
4.2. Deskripsi Data ......................................................................................... 22
4.2.1 Deskripsi Data Penilaian ................................................................ 22
4.2.2 Informan penelitian …...…………………………………………….. 23
4.3 Pembahasan ............................................................................................. 24
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 33
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 33
5.2 Saran......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 35
LAMPIRAN .................................................................................................. 36

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas


penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan.
Pelabuhan memiliki peranan penting dalam perekonomian negara untuk
menciptakan pertumbuhan ekonominya. Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan
Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah
tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi. Untuk memperlancar arus
barang dan jasa guna menjunjung kegiatan perdagangan dipelabuhan, maka
diperlukan adanya sarana pengangkutan yang memadai, yaitu pengangkutan
melalui laut.
Pengangkutan berasal dari kata “angkut” yang berarti mengangkat atau
membawa, memuat, dan mengirim. Abdulkadir Muhammad mendefenisikan
Pengangkutan sebagai proses kegiatan pemindahan penumpang dan/atau
barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan berbagai jenis
alat pengangkut mekanik yang diakui dan diatur undang-undang sesuai
dengan bidang angkutan dan kemajuan teknologi. Menurut H.M.N
Purwosutjipto, pengangkutan adalah orang yang mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke
tempat tujuan tertentu dengan selamat.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran, terdapat beberapa kegiatan usaha jasa di pelabuhan sebagai
penunjang kegiatan angkutan laut salah satunya yaitu kegiatan bongkar muat
barang. Menurut Pasal 1 ayat 14 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010

1
2

Tentang Angkutan Di Perairan, kegiatan bongkar muat barang adalah kegiatan


usaha yang bergerak dalam bidang bongkar dan muat barang dari dan ke kapal
di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery. Kegiatan bongkar muat ini merupakan salah satu mata
rantai dari kegiatan pengangkutan barang melalui laut, dimana barang yang
akan diangkut ke kapal memerlukan pembongkaran untuk dipindahkan baik
dari gudang lini I maupun langsung dari alat angkutnya. Demikian halnya
dengan barang yang akan diturunkan dari kapal juga memerlukan
pembongkaran dan dipindahkan ke gudang lini I maupun langsung ke alat
angkutan berikutnya.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap hadirnya perusahaan
jasa bongkar muat barang melalui angkutan laut, maka pemerintah berusaha
mengatur kegiatan bongkar muat barang melalui penerbitan Inpres Nomor 3
Tahun 1991 Tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang Untuk
Menunjang Kegiatan Ekonomi.
Dari semua rangkaian kegiatan bongkar muat barang dalam hal ini
yang dibebani tanggung jawab atas barang tersebut adalah perusahaan
bongkar muat yang berstatus badan hukum sesuai dengan SK Menhub Nomor
PM 60 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Dan Penguasaan Bongkar Muat
Barang Dari Dan Ke Kapal.
Perusahaan bongkar muat dalam menjalankan usahanya wajib
mempunyai izin usaha yang dikeluarkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk. Izin usaha tersebut diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Perhubungan atas nama Menteri. Perusahaan bongkar muat wajib
melaksanakan ketentuan yang ditetapkan dalam izin usaha perusahaan
bongkar muat.
Dalam menyelenggaraan kegiatan bongkar muat barang
melaluiangkutan laut, perusahaan bongkar muat memiliki hak dan kewajiban
dalam melaksanakan kegiatannya. Perusahaan bongkar muat barang dari dan
ke kapal bertanggung jawab terhadap fasilitas yang digunakan, peralatan
bongkar muat kapal yang digunakan dalam kegiatan opersional bongkar muat
3

barang. Disamping itu, perusahaan bongkar muat juga bertanggung jawab atas
keselamatan barang yang di muatnya sampai penyerahan kepada penerima,
terjaminnya keselamatan dari tenaga kerja bongkar muat selama pelaksanaan
kegiatan, menyediakan peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan
kegiatan bongkar muat barang yang memadai.
Kegiatan usaha bongkar muat barang di Terminal Martapura Baru
yakni di bidang penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk tertambat,
penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan
bongkar muat barang dan peti kemas, penyediaan dan/atau pelayanan jasa
gudang dan tempat penimbunan barang, alat bongkar muat, peralatan
pelabuhan, penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah
cair, curah kering, dan Ro-Ro, penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar
muat barang.
Setiap usaha pasti memiliki resiko dan tanggung jawab dalam
pelaksanaannya, begitu pula dengan usaha bongkar muat barang angkutan laut
yang memiliki resiko yang tinggi dalam pelaksanaan kegiatannya. Dalam
praktek di lapangan kerusakan barang dalam proses bongkar muat barang
masih sering terjadi dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Pemilik
barang yang tidak mau terima dengan kejadian tersebut melakukan claim dan
meminta ganti kerugian atas kerusakan barang-barang tersebut.
Sejak adanya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran hingga saat ini permasalahan mengenai penyelenggaraan kegiatan
angkutan laut terutama dalam kegiataan usaha jasa bongkar muat barang
selalu saja terjadi ketidakharmonisan antara berbagai pihak yang terkait di
pelabuhan, diantaranya yaitu Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia
(APBMI), Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), PT. Pelabuhan Indonesia
(Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara selaku pengelola
sebagian besar terminal-terminal di pelabuhan di Indonesia, serta pemerintah
dalam hal ini Kementerian Perhubungan.
Bentuk dari permasalahan yang terjadi diantaranya terkait dengan
masalah perizinan usaha, tanggung jawab bongkar muat barang, besaran upah
4

buruh, diantara para pelaku usaha tersebut. Hal ini menjadi penting untuk
diteliti karena kegiatan usaha jasa bongkar muat adalah jenis usaha jasa di
pelabuhan yang sangat vital bagi kelancaran distribusi barang.
Pertanggungjawaban dalam pengangkutan laut yang mengenai bongkar
muat barang merupakan hal yang sangat penting serta berhubungan erat
dengan hak dan kewajiban para pihak. Hal ini harus diperhatikan karena
apapun kesalahan atau kelalaian serta bentuk wanprestasi lainnya dapat
diselesaikan dengan berdasarkan aturan-aturan yang ada. Oleh sebab itu
dibutuhkan aturan tersendiri mengenai pengangkutan laut ini, baik yang diatur
oleh dunia internasional maupun aturan nasional.
Salah satu perselisihan yang sering timbul dalam pengangkutan laut
adalah adanya kerusakan barang yang menimbulkan hak tuntutan ganti rugi
dari pemilik barang kepada pengangkut. Timbulnya claim-claim dari pemilik
barang berupa kerusakan barang, penting di perhatikan oleh para pihak yang
terlibat dalam proses pengangkutan untuk dapat menentukan pihak mana yang
benar-benar bertanggung jawab terhadap tuntutan ganti rugi atas kerusakan
barang tersebut.
Ada aturan yang dapat digunakan mengenai pertanggung jawaban dan
perselisihan pengangkutan laut dalam kegiatan bongkar muat barang yaitu
KUHPerdata, KUHD, UU NO. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan sumber
hukum internasional United Nation Convention The Carriage of Goods by Sea
(The 1978 Hamburg Rules) sedangkan Indonesia belum meratifikasi Konvensi
Hamburg 1978 hingga saat ini.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis tugas akhir
dengan judul “TANGGUNG JAWAB PBM PT. PELINDO III CABANG
BANJARMASIN TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM
PELAKSANAAN PERJANJIAN BONGKAR MUAT BARANG DI
PELABUHAN TRISAKTI”.
5

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun merumuskan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana tanggung jawab PBM PT. PELINDO III cabang Banjarmasin
terhadap kerusakan barang dalam pelaksanaan perjanjian bongkar muat
barang di Pelabuhan Trisakti?
2. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian
bongkar muat barang di Pelabuhan Trisakti dan bagaimana cara
mengatasinya?
3. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi PBM PT. PELINDO III
(PERSERO) Cabang Banjarmasin dalam proses bongkar barang di
pelabuhan Trisakti dan bagaimana cara untuk mengatasinya

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui tanggung jawab PT. PELINDO III cabang Banjarmsin
terhadap kerusakan barang dalam pelaksanaan perjanjian bongkar muat
barang di Pelabuhan Trisakti.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
perjanjianbongkar muat barang di Pelabuhan Trisakti.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang dihadapi PBM PT.
PELINDO III (PERSERO) Cabang Banjarmasin dalam proses bongkar
barang di pelabuhan Trisakti dan bagaimana cara untuk mengatasinya

1.4 Fokus Penelitian


Mengingat luasnya permasalahan yang perlu diteliti serta terbatasnya waktu,
biaya dan kesempatan dalam melakukan penelitian, maka penulis
memfokuskan ruang lingkup penelitian ini pada Tanggung Jawab Pbm Pt.
Pelindo Iii Cabang Banjarmasin Terhadap Kerusakan Barang Dalam
Pelaksanaan Perjanjian Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Trisakti.
6

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmiah khususnya mengenai mengetahui bagaimana
tanggung jawab PT. PELINDO III cabang Banjarmsin terhadap kerusakan
barang dalam pelaksanaan perjanjian bongkar muat barang di Pelabuhan
Trisakti.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi untuk digunakan
sebagai bahan masukan serta bahan evaluasi yang berguna untuk
meningkatkan tanggung jawab PT. PELINDO III cabang Banjarmsin
terhadap kerusakan barang dalam pelaksanaan perjanjian bongkar muat
barang di Pelabuhan Trisakti.
3. Bagi Akademi
Sebagai tambahan wawasan, ilmu dan masukan mengenai tanggung jawab
PT. PELINDO III cabang Banjarmsin terhadap kerusakan barang dan
untuk dijadikan tambahan referensi di perpustakaan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tanggung Jawab


Tanggung jawab merupakan rasa yang diperlukan untuk membangun
kedewasaan diri. Selain itu tanggung jawab akan dimiliki oleh manusia yang
mempunyai bekal sikap jujur dan adil pada dirinya sendiri. Tanggung jawab juga
berarti pula rasa sadar untuk menerima sanksi ketika sengaja/tanpa sengaja telah
melakukan sesuatu yang merugikan oang lain. Tanggung jawab menurut kamus
umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah
berkewajiban menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung
jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia,
bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak
mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab
itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi
pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.

2.1.1 Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat (PBM)


Perusahaan Bongkar Muat (PBM) bertanggung jawab atas:
1. Kelancaran kegiatan bongkar muat dan keselamatan penyerahan / penerimaan
barang
2. Tercapainya produktivitas kerja yang disepakati dalam kondisi normal
3. Keselamatan kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) selama
melaksanakan kegiatan bongkar muat
4. Kerusakan barang yang diakibatkan oleh karena salah penanganan/ kelalaian
dalam cargo handling.
5. Kebenaran atas laporan kegiatan yang disampaikan.

7
8

6. Keselamatan bagian dari kapal dan peralatan bongkar muat kapal yang
digunakan dalam operasi bongkar muat.

2.1.2 Batas Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat (PBM) di


Pelabuhan
Menurut Ika Muryaningsih dalam skripsinya yang berjudul pelaksanaan
bongkar muat barang oleh PT. Dharma Lautan Nusantara di Pelabuhan Tanjung
Emas Semarang tinjauan aspek yuridis (2006:34): bahwa kegiatan bongkar muat
barang merupakan mata rantai dari kegiatan pengangkutan barang melalui laut,
sehingga dalam penyelenggaraannya tidak dapat dilepaskan dari Perum
Pelabuhan, EMKL, maupun Pengangkut. Oleh karenanya dalam menguraikan
batas tanggung jawab PBM ini perlu diketahui mengenai:
1. Batas Tanggung Jawab Perum Pelabuhan
Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan pengusahaan
pelabuhan-pelabuhan. Dengan tugas tersebut diatas, maka batas tanggung
jawab Perum Pelabuhan adalah sebagai berikut :
a. Tersedianya fasilitas pelabuhan, meliputi fasilitas labuh/tambat kapal dan
fasilitas tempat penumpukan barang angkutan laut.
b. Terlaksananya pelayanan jasa pelabuhan, meliputi pelayanan pengeluaran
barang atas dasar bukti pembayaran uang penumpukan dan uang dermaga
berikut surat jalan dari PBM, serta pelayanan pungutan maupun
penerimaan uang pemakaian jasa pelabuhan.
c. Keselamatan barang angkutan sesuai dengan kondisi pada saat serah
terima barang.
2. Batas Tanggung Jawab EMKL
Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan yang
tugasnya melakukan pengurusan dokumen-dokumen dan pekerjaan yang
menyangkut menerima/menyerahkan muatan yang diangkut melalui laut untuk
diserahkan kepada/diterima dari perusahaan pelayaran untuk kepentingan
pemilih barang. Berdasarkan tugas EMKL tersebut, maka batang tanggung
jawab EMKL meliputi :
9

a. Terselesaikannya pengurusan dokumen-dokumen angkatan laut, yang


meliputi dokumen ekspor dan impor.
b. Terlaksananya penyelesaian kewajiban kepada Perum Pelabuhan melalui
PBM berdasakan Delivery Order (DO) yang ada.
c. Terlaksananya pengangkutan barang dari gudang pemilik barang ke
dermaga dan/atau dari dermaga ke gudang penerima barang.
d. Terjaminnya keselamatan barang di dalam gudang penyimpanan selama
pengurusan dokumen masih dalam proses penyelesaian.
3. Batas Tanggung jawab Pengangkut
Pengangkut sebagai pihak yang mengusahakan dan melaksanakan
kegiatan pengangkutan barang melalui laut, sudah barang tentu bertanggung
jawab pula terhadap barang angkutan yang diterimanya dari pengiriman
barang yang bersangkutan. Mengenai tanggung jawab pengangkut ini, telah
diatur dalam ketentuan-ketentuan perundang-undangan maupun konvensi
internasional mengenai penyelenggaraan pengangkutan barang melalui laut.
Mengenai perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam kaitannya
dengan pengangkutan barang melalui laut ini, terutama mengenai tanggung
jawab pengangkut diatur dalam Pasal 468 sampai dengan Pasal 480 KUHD.
Berdasarkan ketentuan KUHD tersebut, maka batas tanggung jawab
pengangkut antara lain meliputi :
a. Terjaminnya keselamatan barang angkutan selama dalam pelayaran
(perwalian pengangkut).
b. Terselesaikannya pembayaran ganti rugi atas kehilangan atau kerusakan
seluruhnya atau sebagian dari barang angkutan.
c. Terselesaikannya pembayaran ganti rugi, seperti halnya mengganti
kerugian barang-barang biasa atas kehilangan atau kerusakan barang-
barang angkutan berharga baik sebagian atau seluruhnya, yang tidak
diberitahukan sebelumnya keberadaan barang angkutan berharga tersebut
oleh pengirim kepada pengangkut.
d. Terselesaikannya pembayaran ganti rugi atas keterlambatan penyerahan
barang angkutan barang kepada pihak penerima.
10

4. Batas Tanggung jawab PBM


Sebagaimana telah dirumuskan di dalam Inpres No. 3 Tahun 1991 tentang
Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi
berikut peraturan pelaksanannya, maka tanggung jawab pelaksanaan pemuatan
dan pembongkaran barang angkutan dari dan ke kapal tidak lagi menjadi
beban pihak perusahaan pelayaran (pengangkut), melainkan dilimpahkan
kepada Perusahaan Bongkar Muat Barang (PBM). Dengan demikian batas
tanggung jawab PBM dalam menyelenggarakan kegiatannya antara lain
meliputi :
a. Tercapainya kelancaran dan keselamatan kegiatan bongkar muat barang
angkutan, berikut penyerahan barang dan penerimaan barang angkutan.
b. Terjaminnya keselamatan kerja dari para tenaga kerja PBM selama
melaksanakan kegiatan bongkar muat baran angkutan.
c. Tersedianya peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan
kegiatan bongkar muat barang angkutan yang memadai.
d. Terselesaikannya kewajiban PBM terhadap Perum Pelabuhan.
e. Terjaminnya kebenaran dari isi laporan kegiatan bongkat muat barang
angkutan.

2.2 Dasar Kegiatan Bongkar-Muat


Kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan dari dan ke kapal pada
dasarnya merupakan salah satu mata rantai kegiatan pengangkutan melalui laut.
Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal itu sendiri dirumuskan sebagai
pekerjaan membongkar barang dari atas dek/palka kapal dan menempatkannya di
atas dermaga atau ke dalam tongkang atau kebalikannya memuat dari atas
dermaga atau dari dalam tongkang dan menempatkannya ke atas dek atau ke
dalam palka kapal yang mempergunakan derek kapal.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 1985 sebagai
peraturan pelaksanaan dari Inpres nomor 4 tahun 1985 bahwa pekerjaan bongkar
muat barang (cargo handling) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut (Bambang Setyo Utomo,
2008:30).
11

2.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan Bongkar Muat


Sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa pekerjaan membongkar
barang dari dan ke kapal itu sendiri dirumuskan sebagai pekerjaan membongkar
barang dari atas dek/palka kapal dan menempatkannya di atas dermaga atau ke
dalam tongkang atau kebalikannya. Dalam hal ini, kegiatan pemindahan barang
tersebut terdiri dari kegiatan Stevedoring, Cargodoring, maupun Receiving
/Delivery.
Menurut Banu Santoso (1998:45) Bongkar muat adalah kegiatan
perpindahan barang dari moda transportasi laut ke moda transportasi darat atau
sebaliknya yang meliputi kegiatan:
1. Stevedoring
Merupakan kegiatan membongkar barang dari palka kapal ke
dermaga/tongkang/truck, kereta api atau sebaliknya memuat barang dari
dermaga/tongkang/truck, kereta api ke palka kapal dengan menggunakan alat-
alat lain.
2. Cargodoring
Merupakan kegiatan melepaskan atau mengeluarkan barang dari sling di
dermaga sisi lambung kapal mengangkut dari dermaga dan menyusun
digudang atau lapangan lini I atau sebaliknya.
3. Receiving/Delivery
Receiving adalah kegiatan mengambil barang dari kendaraan dapat dipintu
gudang atau lapangan penimbunan sampai barang tersusun digudang/lapangan
penimbunan.
Delivery adalah kegiatan mengambil barang dari timbunan di gudang/
lapangan dan menyerahkan sampai tersusun diatas kendaraan rapat di pintu
gudang /lapangan penimbunan.

2.2.2 Fungsi Perusahaan Bongkar Muat (PBM)


Kegiatan bongkar muat diselenggarakan oleh perusahaan yang didirikan
khusus untuk kegiatan tersebut terlepas dari Perusahaan Pelayaran dan Pemilik
12

Barang, sehingga Perusahaan Bongkar Muat (PBM) merupakan usaha penunjang


angkutan laut yang berfungsi sebagai:
1. Pelaksana kegiatan bongkar muat barang sebagai kegiatan utama di
pelabuhan.
2. Salah satu mata rantai transportasi yang bertanggung jawab memperlancarkan
dan meningkatkan efisiensi kegiatan di pelabuhan.
2.3 Proses Bongkar
Proses bongkar adalah kegiatan yang paling penting bagi pihak pelabuhan,
pemilik barang dan juga Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), kelancaran proses
bongkar tentunya diharapkan oleh semua pihak agar sama-sama mendapatkan
keuntungan. Proses bongkar sendiri merupakan kegiatan pemindahan barang dari
kapal ke dermaga dan diangkut ke gudang dengan menggunakan dump truck.
Sedangkan pengertian bongkar menurut Herman Budi Sasono (2012) bab IX:
”Dalam keadaan tertentu dan khusus, kegiatan bongkar muatan bisa juga
dilakukan dengan membongkar muatan dari atas kapal dengan menggunakan
crane dan sling kapal, kemudian menurunkan muatan tersebut langsung ke atas
bak truk yang sudah siap menunggu disamping kapal”.
Menurut Soegijatna Tjakranegara dalam buku Prof. DR. Herman Budi
Sasono, SE., MM yang berjudul manajemen pelabuhan dan realisasi ekspor impor
(2012): bahwa bongkar langsung truk/tongkang (truck losing/loading atau barge
losing/loading) adalah pekerjan membongkar dari kapal langsung ke
truk/tongkang di lambung kapal dan selanjutnya mengeluarkan dari tali/jala-jala
(eks tackle) serta menyusun di truk/tongkang/sebaliknya.
Berikut alur dari proses bongkar pupuk curah menurut Perusahaan
Bongkar Muat (PBM) PT. PELINDO III (Persero) cabang Banjarmasin:
2.3.1 Pra Bongkar

Surat Permohonan
Ijin Bongkar/Muat
PEMILIK PBM KsOP
BARANG
Surat Persetujuan
Bongkar/Muat

Gambar 2.1 Bagan Alur Pra Bongkar


13

1. Pemilik Barang menunjuk PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang


Banjarmasin sebagai Perusahaan Bongkar Muat (PBM). Hasil dari rapat Pusat
Pelayanan terpadu (P2T) terdapat kesepakatan rencana kerja bongkar antara
Agen Pelayaran dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM). Rapat Pusat
Pelayanan terpadu (P2T) sendiri membahas tentang berapa kapal yang akan
sandar dan dihadiri oleh Agen, (KsOP) Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan, Perusahaan Bongkar Muat (PBM).
2. Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang ditunjuk untuk melaksanakan bongkar
mengajukan Surat Permohonon Ijin Bongkar yang telah disepakati dengan
rencana kerja yang sudah ditentukan kepada kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan (KsOP).
3. Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KsOP) menyetujui kegiatan bongkar
yang telah ditentukan rencana kerja oleh Agen Pelayaran dan Perusahaan
Bongkar Muat (PBM) dan mengeluarkan Surat Persetujuan Bongkar/Muat.

Setelah kapal sandar, Perusahaan Bongkar Muat (PBM) naik ke atas kapal
dan meminta dokumen kapal seperti:
a. Cargo Stowage Plan adalah gambar belahan memanjang suatu kapal,
dimana didalamnya terlihat penempatan muatan-muatan.
b. Bill Of Lading (B/L) adalah surat perjanjian pengangkutan antara
pengangkut dengan pengirim muatan.
c. Cargo Manifest adalah daftar muatan yang dimuat oleh kapal pada
pelabuhan pemuatan dan akan dibongkar di pelabuhan tujuannya.
Selanjutnya Perusahaan Bongkar Muat (PBM) mempersiapkan alat yang
dibutuhkan pada waktu bongkar, yaitu:
a. Hopper adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pupuk curah
kering dari atas kapal ke dermaga atau gudang penumpukan dengan alat
bantu Dump Truck sebagai pengangkut.
b. Grab digunakan untuk membongkar barang jenis curah dari palka kapal ke
Hopper untuk persiapannya berkoordinasi dengan pihak kapal.
14

c. Terpal digunakan untuk penutup lambung kapal, agar meminimalkan


cargo yang jatuh ke dermaga ataupun ke laut.
d. Loader adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan cargo di palka
agar grab dapat mengambil cargo.
e. Exavator adalah alat yang digunakan untuk menghancurkan cargo yang
sudah keras, membersihkan cargo yang berada di dinding palka.

Sumber daya manusia atau tenaga kerja yang terkait dalam kegiatan
bongkar atau muat:
a. Stevedore sebagai memastikan terlaksananya kegiatan pelayanan bongkar
atau muat didermaga melalui pelaksanaan kinerja bongkar muat yang
efektif guna mendukung pencapaian pendapatan pelabuhan berdasarkan
program kerja dan anggaran bidang operasi yang telah ditetapkan.
b. Foreman sebagai pelaksana dan pengendali kegiatan operasional bongkar
muat dari dan ke kapal sampai ketempat penumpukan barang atau
sebaliknya dan membuat laporan periodik hasil kegiatan bongkar muat
c. Tally sebagai pemeriksa dan pencatat jumlah barang bongkar sebelum
muat kekapal atau bongkar dari kapal termasuk menghitung
barang/muatan setiap pergerakan/pindah, nomor kendaraan, serta jenis
barang.
d. Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) sebagai perusahaan yang
menyediakan armada angkut barang dari dermaga ke gudang penumpukan.
e. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah sekelompok tenaga kerja
yang melaksanakan pekerjaan bongkar muat di kapal maupun di gudang.
Untuk Permintaan TKBM dilakukan oleh Perusahaan Bongkar Muat
(PBM) berkoordinasi dengan Koperasi TKBM.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dipilih penulis sesuai dengan tujuan, obyek, prosedur
dan waktu yang tersedia, dalam pelaksanaan penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007:5) dalam buku
metodologi penelitian kualitatif Prof. Dr. Djama’an Satori, M.A dan Dr. Aan
Komariah, M.Pd (2014) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dengan
berbagai karakteristik khas yang dimiliki, penelitian kualitatif memiiki keunikan
tersendiri sehingga berbeda dengan penelitian kuantitatif.

3.2 Tempat Penelitian


Dalam penyusunan tugas akhir ini, maka penulis melakukan penelitian di
PT. PELINDO III (PERSERO) Cabang Banjarmasin bertempat di Jalan Barito
Hilir Trisakti No. 6 Banjarmasin Kalimantan Selatan. Alasan penulis memilih
obyek tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa penulis ingin menganalisis
tentang tanggung jawab perusahaan bongkar muat atas terjadinya kerusakan
barang pada PBM PT. PELINDO III (PERSERO) Cabang Banjarmasin.

3.3 Waktu Penelitian


Pengambilan data dilakukan di kantor PBM PT. PELINDO III
(PERSERO) cabang Banjarmasin pada bulan April 2018 sampai dengan selesai.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat-alat untuk
mencatat, merekam dan mendokumentasikan yakni kamera, laptop, dan
handphone. Peranan penelitian dalam hal ini sangat menentukan dalam
menentukan validitas dan reliabilitas hasil penelitian.

15
16

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Sebagai pelengkap dalam pembahasan ini maka diperlukan adanya data atau
informasi baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Penulis
memperoleh data yang berhubungan dengan menggunakan metode sebagai
berikut :
1. Metode Pengamatan
Pengamatan dilakukan di PBM PT. PELINDO III (PERSERO) Cabang
Banjarmasin untuk mengetahui kegiatan bongkar muat yang ada di perusahaan.
Dimulai dari persiapan bongkar kemudian kegiatan bongkar berlangsung sampai
kegiatan bongkar selesai dilaksanakan terutama pada saat terjadinya kerusakan
barang.
2. Metode Wawancara
Wawancara merupakan teknik komunikasi antara interviewer dengan
interview. Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk berfikir
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dilakukan secara mendalam terhadap para informan atau
narasumber misal, stevedore, foreman, dan checker, yang bertujuan untuk
mengetahui lebih dalam tentang kegiatan bongkar muat pada PBM PT. PELINDO
III (PERSERO) Cabang Banjarmasin.
3. Metode Dokumenter
Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan
informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini
merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non-manusia.
Sumber-sumber informasi non-manusia ini seringkali diabaikan dalam penelitian
kualitatif, padahal sumber ini kebanyakan sudah tersedia dan siap pakai.
Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas
mengenai pokok penelitian. Dokumentasi bertujuan sebagai bukti tentang
tanggung jawab perusahaan bongkar muat atas terjadinya kerusakan barang dalam
proses bongkar muat ada di PBM PT. PELINDO III (PERSERO) Cabang
Banjarmasin.
17

3.6 Sumber Data


Untuk menunjang kelengkapan pembahasan dalam penulisan proposal ini.
Penulis memperoleh data yang bersumber dari :
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di
lapangan. Wawancara dilakukan kepada beberapa informan seperti : stevedore,
foreman, dan checker untuk mengetahui lebih dalam tentang tanggung jawab
perusahaan bongkar muat atas terjadinya kerusakan barang dalam proses bongkar
muat pada PBM PT. PELINDO III (PERSERO) Cabang Banjarmasin.
Observasi secara langsung di lapangan untuk mengetahui hal tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan dokumen-
dokumen dari instansi terkait pada PBM PT. PELINDO III (PERSERO) Cabang
Banjarmasin tentang tanggung jawab perusahaan bongkar muat atas terjadinya
kerusakan barang dalam proses bongkar muat.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Terdapat
tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, kesimpulan.
Adapun langkah-langkah tersebut antara lain:
3.7.1 Reduksi Data
Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan data,
namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik
pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun
penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.
3.7.2 Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun
berdasar kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan.
Interpretasi data merupakan proses pemahaman makna dari serangkaian data yang
telah tersaji, dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat, namun
lebih pada memahami atau menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data
yang telah disajikan.
18

3.7.3 Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi


Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan proses perumusan makna
dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan
mudah difahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan
mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevansi
dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada.

3.8 Rencana Pengujian Keabsahan Data


Uji keabsahan data yang penulis gunakan adalah uji (credibility) kredibilitas
data. Prof. Dr. Djam’an Satori (2014) kredibilitas adalah ukuran kebenaran data
yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil
penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa pengujian
keabsahan data, antara lain:
1. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh penulis. contoh, data hasil wawancara perlu didukung
dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau
gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam
data dalam penelitian kualitatif (kamera, laptop, dan Handphone) sangat
diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti.

2. Analisis kasus negatif


Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.

3. Member check.
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data
yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid,
sehingga semakin kredibel atau dipercaya.
19

3.9 Kerangka Berfikir


Untuk dapat lebih mengarahkan pada jalannya penelitian dan dapat
menghasilkan hasil penelitian yang cermat dan teliti, maka dibutuhkan adanya
bagan alur penelitian sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Bagan alur
meliputi langkah dan hal yang perlu dipersiapkan dan dilengkapi sebagai dasar
dalam pelaksanaan, meliputi berbagai hal dan rencana konsep yang ada. Adapun
penelitian ini konsep perancangan pelaksanaan penelitian dijelaskan dalam
gambar sebagai berikut:
20

Penentuan Tema

Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah

Merumuskan Landasan
Teori atau Tinjauan Pustaka

Menentukan Jenis
Penelitian

Menentukan Sumber Data

Menentukan dan Menyusun Instrumen

Pengumpulan Data

Interview Observasi

Studi Pustaka

Analisis Data

Uji Keabsahan Data

Pembahasan

Menarik Kesimpulan dan


Saran

Gambar 3.1 Bagan Alur Kerangka Berfikir


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hari dan Jam Kerja


Hari kerja PT Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) Cabang Banjarmasin
menetapkan lima hari kerja, yakni Senin s.d Jum’at. Jam masuk untuk hari
Senin s.d Kamis pukul 08.00 Wita, sedangkan hari Jum’at masuk pukul 07.00
Wita untuk mengikuti kegiatan senam pagi. Jam istirahat untuk hari Senin s.d
Kamis pukul 12.00 Wita, untuk hari jum’at pukul 11.00 Wita.

Tabel 4.1
Hari dan Jam Kerja
PT Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) Cabang Banjarmasin

Hari Masuk Istirahat Pulang


Senin 08.00 Wita 12.00 – 13.00 Wita 17.00 Wita
Selasa 08.00 Wita 12.00 – 13.00 Wita 17.00 Wita
Rabu 08.00 Wita 12.00 – 13.00 Wita 17.00 Wita
Kamis 08.00 Wita 12.00 – 13.00 Wita 17.00 Wita
Jum’at 07.00 Wita 11.00 – 13.00 Wita 16.00 Wita
Sumber: PT Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) Cabang Banjarmasin 2019

4.4.1 Mekanisme Kerja


PT Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) Cabang Banjarmasin
menggerakkan bisnis inti sebagai fasilitator jasa ke pelabuhan, memiliki
kedudukan utama untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan
laut.
Sesuai dengan keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP88 Tahun
2011 tentang pemberian izin usaha kepada PT Pelabuhan Indonesia III
(PERSERO) Cabang Banjarmasin sebagai Badan Usaha Pelabuhan dapat
melakukan kegiatan pengusahaan jasa kepelabuhan. Unit – unit usaha
perusahaan ini diantaranya adalah kerjasama penggunaan lahan, jasa dermaga

21
22

untuk bertambat. Dalam menjalankan unit usahanya mekanisme kerja yang


dilaksanakan oleh PT Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) Cabang
Banjarmasin adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan dan pelayanan jasa dermaga untuk bertambat.
2. Penyediaan dan pelayanan pengisian bahanbakar dan pelayanan air
bersih.
3. Penyediaan dan pelayanan fasilitas naik turun penumpang atau
kendaraan.
4. Penyediaan dan pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan
bongkar muat barang dan petikemas
5. Penyediaan dan pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan
barang, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan.
6. Penyediaan dan pelayanan jasa terminal petikemas, curah cair, curah
kering, dan Ro-Ro.
7. Penyediaan dan pelayanan jasa bongkar muat barang.
8. Penyediaan dan pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang.
9. Penyediaan dan pelayanan jasa penundaan kapal.

4.2 Deskripsi Data


4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Dalam penelitian ini, data atau informasi yang telah di peroleh dari
lapangan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dipertanyakan
dalam bab sebelumnya lebih banyak berupa kata-kata yang berasal dari
informasi penelitian. Sedangkan data-data lainya yang berupa dokumen-
dokemen di jadikan sebagai data pendukung dalam menjawab rumusan
masalah penelitian. Data-data pendukung tersebut di dapatkan dengan media
wawancara dan observasi langsung dimana peneliti mengumpulkan data-
data dengan informan penelitian dan di konfirmasi ulang dengan informan
penelitian lainya serta membandingkan dengan data-data pendukung seperti
foto ataupun dokumen.
23

4.2.2 Informan Penelitian


Penelitian ini menggunakan informan penelitian sebagai sumber data
utama. Informan yang peneliti tentukan merupakan pihak-pihak yang secara
langsung terkait dengan fokus penelitin atau orang-orang yang dalam
keseharianya berada atau berhadapan langsung dengan permasalahan-
permasalahan yang sedeng peneliti teliti. Pentingnya informan sebagai
sumber data utama, sehingga penelitian informan ini di dasarkan pada
kapabilitas informan dalam memberikan data secara valid kepada peneliti di
lapangan. Adapun informan dalam penelitian ini adalah merupakan
informan yang di anggap mempunyai sumber data atau informasi yang
dapat menjawab permasalahan yang di teliti, informan tersebut yaitu:

a. Aditya Wirawan
Aditya Wirawan adalah seorang stevedor yang memiliki kemampuan dan
pengalaman dalam bidang bongkar muat baik petikemas maupun muatan
curah, beliau bertanggung jawab untuk setiap kegiatan operasional
bongkar muat diperusahaan, beliau memiliki pengalaman dalam bidang
stevedoring selama kurang lebih 3 tahun, sehingga tidak di ragukan lagi
kinerjanya.
b. Adrian
Adrian adalah seorang foreman yang di miliki perusahaan bongkar muat
PT. Pelindo III (Persero) cabang Banjarmasin, beliau memiliki
kemampuan dan pengalaman yang cukup sebagai foreman di darat.
Beliau memiliki pengalaman kerja kurang lebih 5 tahun.
c. H. Rubandi
H. Rusbandi adalah seorang checker yang di miliki perusahaan bongkar
muat PT. Pelindo III (Persero) cabang Banjarmasin, beliau bertanggung
jawab untuk setiap pelaporan hasil kegiatan bongkar muat diperusahaan.
Beliau memiliki pengalaman kerja kurang lebih 9 tahun.
24

4.3 Pembahasan
4.3.1 Proses Bongkar Barang
Dalam kegiatan bongkar barang terdapat beberapa sistem yang dibagi
menjadi dua jenis yaitu sistem truck lossing dan kade lossing. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dan pernyataan dari Informan I:

Kotak I
“PBM PT. PELINDO dalam menangani bongkar barang menggunakan
sistem Truck lossing atau langsung”
Informan I

Sebelum melakukan pembongkaran perusahaan bongkar muat PT. Pelindo


III (Persero) cabang Banjarmasin melakukan persiapan. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara dan pernyataan dari Informan 3:

Kotak 2
“sebelum kapal tiba persiapannya mulai dari penunjukan PBM, perijinan ke
KsOP, persiapan alatnya seperti hopper, terpal, loader, exavator”
Informan 3

Proses bongkar barang yang ditangani oleh perusahaan bongkar muat PT.
Pelindo III (Persero) cabang Banjarmasin, juga melalui tahap yang tidak mudah,
dan juga tidak sulit yaitu persiapan kapal datang sampai dengan selesai
pembongkaran. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari
Informan 3:
Kotak 3
“Persiapan yang pertama pengecekan dokumen seperti manifest, B/L”
Informan 3

Setelah persiapan telah dilaksanakan, maka kegiatan bongkar pupuk curah


dimulai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari Informan 2:
25

Kotak 4
a. Barang yang berada di dalam palka kapal di ambil menggunakan crane
kapal.
b. Crane kapal meletakan barang di dermaga dan diterima oleh truck
yang telah siap untuk mengangkut barang
c. Setelah dari dermaga truck menuju gudang/lapangan penumpukan dan
truck membongkar muatannya.setelah dikemas siap dipasarkan.
Informan 2

Selama proses barang berlangsung terdapat beberapa dokumen yang


dibuat setiap harinya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari
Informan 1:

Kotak 5
“selama proses bongkar PBM membuat rekapan hasil bongkar seperti tally
shet, statement of fact, daily report, time sheet”
Informan 2

Perusahaan Bongkar Muat (PBM) juga mengurus dokumen-dokumen yang


berkaitan selama pelaksanaan bongkar untuk penagihan kepada pengirim barang.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari Informan 1:

Kotak 6
“setelah proses bongkar selesai PBM membuat surat penagihan dengan
melampirkan dokumen seperti daily report, outturn report, jasa stevedoring,
jasa dermaga dan hopper”
Informan 1

Sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, Perusahaan Bongkar Muat


(PBM) melaporkan hasil bongkaran selama kegiatan bongkar yang harus ditanda
26

tangani oleh Mualim I. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari
Informan 1:

Kotak 7
“sebelum kapal pergi meninggalkan pelabuhan outturn report harus
ditandatangani oleh Mualim I untuk mengetahui hasil bongkaran”
Informan 1

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang proses bongkar


barang dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses bongkar barang dilakukan
oleh perusahaan bongkar muat PT. Pelindo III (Persero) cabang Banjarmasin
menggunakan sistem truck lossing atau langsung. Dimana bongkar dari kapal
langsung diterima oleh penerima barang dari truk langsung dibawa ke gudang
tanpa ditimbun di dermaga terlebih dahulu.
Proses bongkar barang di pelabuhan meliputi kegiatan stevedoring,
cargodoring dan receiving/delivery, namun disini hanya stevedoring saja.
Stevedoring adalah jasa bongkar muat dari dan ke kapal, dari ke dermaga,
tongkang, gudang, truk atau lapangan dengan menggunakan derek kapal atau alat
bantu pemuatan lainnya. Orang yang bertugas mengurus bongkar muat kapal
disebut sebagai stevedore. Dalam melaksanakan tugasnya stevedore bekerja sama
dengan berbagai pihak seperti PT. Pelabuhan Indonesia, Perusahaan pelayaran,
EMKL, pemilik barang, TKBM dan dibantu oleh foreman.
Kegiatan stevedoring meliputi stevedoring sebelum kapal tiba, yaitu
beberapa hari sebelum kapal tiba, perusahaan bongkar muat yang akan melakukan
bongkar/muat akan mengajukan perijinan bongkar/muat ke Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan (KsOP) yang telah disepakati dengan rencana kerja yang telah
ditentukan menyangkut kapal dan muatan yang akan dikerjakan. Data informasi
dapat berupa e-mail, surat, manifest, stowage plan dan lainnya yang diperlukan
untuk mempelajari dan memahami jenis muatan. Selanjutnya stevedoring setelah
kapal sandar yaitu peerusahaan bongkar muat mengambil dokumen kapal seperti
stowage plan, bill of loading, manifest.
27

4.3.2 Tanggung jawab perusahaan bongkar muat atas terjadinya kerusakan


barang.
Dalam melaksanakan kegiatan bongkar barang perusahaan bongkar muat
juga dibebankan tanggung jawab mulai dari awal proses bongkar sampai dengan
selesai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari Informan 1:

Kotak 8
“PBM bertanggung jawab terhadap kelancaran proses bongkar muat dan
pada saat berakhirnya proses bongkar apakah mengalami kerusakan atau
tidak yang nantinya dijelaskan di outturn report”

Informan I

Setelah melihat permasalahan yang timbul dalam proses bongkar barang


muncul beberapa alasan tentang kerusakan barang. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dan pernyataan dari Informan 1:

Kotak 9
“Pertama dimungkinkan lebih karena kelalaian TKBM, kedua ada faktor
kerusakan mesin atau beberapa komponen alat rusak”
Informan 1

Selain faktor dari darat penyebab terjadinya kerusakan barang juga


terdapat faktor lain. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari
Informan 1:

Kotak 10
“selain kelalaian TKBM dan kerusakan mesin, dimungkinkan memang
muatan lebih dari pelabuhan muat”
Informan 1

Berdasarkan kejadian mengenai kerusakan barang muncul suatu


kesepakatan antara pihak perusahaan bongkar muat dengan pemilik baranng. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari Informan 1:
28

Kotak 11
“Jika terjadi kerusakan barang biasanya PBM membikinkan berita acara
bahawa ada kerusakan barang dalam proses bongkar muat
Informan 1

Melihat keadaan diatas Perusahaan Bongkar Muat memiliki batas-batas


tanggung jawab di pelabuhan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan
pernyataan dari Informan 1:

Kotak 12
“dalam proses bongkar barang PBM ditunjuk untuk menangani bongkar
saja dan setelah dump truk keluar dari area pelabuhan apabila terjadi hal
yang tak terduga bukan tanggung jawab PBM”
Informan 1

Tanggung jawab Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dalam menangani


kerusakan pada saat proses bongkr barang hanya bersifat administatif. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari Informan 1:

Kotak 13
“kerusakan bongkar tetap dimasukkan di gudang apabila ada remark dari
kapal maka untuk penagihan PBM ke pemilik barang adalah sesuai dengan
perjanjian sebelumnya”

Informan 1

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa dalam kegiatan


bongkar muat yang dilakukan oleh Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dari dan ke
kapal pada dasarnya mengandung resiko yang cukup tinggi seperti timbulnya,
kekurangan dan kelebihan atas barang muatan sehingga menimbulkan kerugian
ataupun keuntungan bagi Perusahaan Bongkar Muat atau pemilik/ barang dan
29

begitu juga dengan Perusahaan Bongkar Muat karena harus membayar ganti rugi
atas klaim yang diajukan oleh pengguna jasa jika mengalami kekurangan atas
barang (shortlanded).
Kelebihan atau kekurangan barang yang dibongkar dapat terjadi akibat
kesalahan atau kelalaian dari pihak kapal maupun stevedore, yaitu orang yang ahli
memuat dan membongkar barang dari dan ke kapal. Dimungkinkan muatan
memang lebih dari pelabuhan muat atau karena timbangan darat yang kurang
akurat dalam menimbang truk muatannya. Jika mengalami kelebihan
pembongkaran (overlanded) merupakan suatu keuntungan bagi pihak perusahan
bongkar muat karena mendapatkan jumlah lebih dari dokumen awal yaitu
manifest dan bill of loading.
Tanggung jawab Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dalam menangani
kerusakan barang, sebagai berikut:
a. Tetap memasukkan barang ke gudang.
b. Apabila ada remark kelebihan bongkar tetap dimasukkan di gudang
apabila ada remark dari kapal maka untuk penagihan PBM ke pemilik
barang adalah sesuai dengan perjanjian sebelumnya Untuk mengantisipasi
kejadian mengenai kerusakan barang dalam proses bongkar barang
perusahaan bongkar muat dengan pemilik barang membuat penentuan atau
kesepakatan seperti kerusakan alat yaitu membuat perjanjian apabila
keusakan barang. Jadi tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan
pahaman dari pihak Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dan pemilik barang.

Berdasarkan pembahasan diatas telah sesuai dengan teori yang


dikemukakan oleh Syaiful Anwar (2011;10) tentang Klaim Resiko Dalam Sistem
Transportasi Laut yaitu, ”Dalam kegiatan membongkar dan memuat karena
kesibukan atau kegiatan yang tinggi akan terjadi kelalaian pembongkaran atau
pemuatan dalam bentuk terjadi kerusakan barang.
30

4.3.3 Hambatan – hambatan yang terjadi dalam proses bongkar muat


barang

Proses bongkar muat barang tidak selalu berjalan dengan lancar, pasti
mengalami hambatan-hambatan yang menyebabkan kegiatan bongkar harus
dihentikan sementara sampai kendala teratasi. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dan pernyataan dari informan 1:

Kotak 16
“selain cuaca terkadang kerusakan alat”
Informan 1

Selain faktor alat juga terdapat faktor lain. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dan pernyataan dari informan 1:

Kotak 17
“selain alat rusak, antrian dump truck juga menjadi kendala karena kemacetan”
Informan 1

Akibat kerusakan pada fasilitas peralatan yang digunakan dibutuhkan


antisipasi untuk menghindari hal tersebut, karena sangat berpengaruh terhadap
kelancaran proses kegiatan bongkar dan dapat merugikan perusahaan serta
pemilik barang . Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari
informan 2:

Kotak 18
“Perusahaan harus menyediakan alat cadangan untuk pertimbangan”
Informan 2
31

Kotak 19
“untuk antrian dump truck lebih sering melakukan komunikasi dengan pihak
pengangkut sehingga memperoleh informasi mengenai keadaan dan
keberadaan truk”
Informan 1

Untuk mengatasi terjadinya kerusakab barang perlu dilakukan adanya


koordinasi atau kesepakatan antara perusahaan bongkar muat dengan pemilik
barang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan pernyataan dari informan 1:

Kotak 20
“Jika terjadi hal tersebut di alat biasanya PBM dan pemilik barang dan truck
pengangkut dengan menggunakan rata-rata muatan terbesar sebelum alat
rusak, jadi tidak menutup kemungkinan adanya keterlambatan bongkar muat
Informan 1

Hambatan dalam proses bongkar barang adalah kerusakan pada alat


merupakan faktor utama penyebab terjadinya kerusakan barang. Untuk
mengatasi hal tersebut pihak Perusahaan Bongkar Muat (PBM) serta pemilik
barang membuat kesepakatan atau perjanjian sebelum kegiatan berlangsung,
dengan cara membuat penentuan berat muatan dan truck pengangkut dengan
mengangkut barang. Jadi, tidak menutup kemungkinan menambah adanya
kerusakan barang. Selain hambatan diatas, terdapat hambatan-hambatan yang
dihadapi oleh PBM PT.PELINDO III (Persero) cabang Banjarmasin dalam
melaksanakan bongkar barang diantaranya adaah sebagai berikut:
a. Hambatan berupa faktor alam seperti cuaca buruk (hujan). Dalam keadaan
hujan maka kegiatan pembongkaran harus dihentikan dengan tujuan untuk
melindungi barang yang rentan terhadap air.
b. Hambatan berupa faktor peralatan bongkar muat. Peralatan bongkar muat
berupa hopper, crane kapal terkadang mengalami kerusakan dan kebocoran
32

akibat kurangnya perawatan sehingga akan menghambat pelaksanaan bongkar


barang dan hal ini diperlukan adanya perbaikan secara maksimal.
c. Hambatan berupa angkutan truk. Dalam kegiatan bongkar barang sering
terjadi keterlambatan angkutan truk (waiting truk) akibat kemacetan yang juga
dapat menghambat kelancaran proses bongkar barang karena tidak bisa datang
tepat waktu atau tidak sesuai degan yang telah direncanakan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
timbul pada saat bongkar barang, yaitu:
a. Terhadap hambatan berupa faktor alam maka yang dilakukan adalah
menghentikan kegiatan pembongkaran sehingga dapat mencegah terjadinya
kerugian yang lebih besar akibat kerusakan barang muatan.
b. Terhadap hambatan yang berupa peralatan bongkar muat maka untuk
menghindari terjadinya kemacetan peralatan pada saat pembongkaran,
perusahaan harus melakukan perawatan yang lebih intensif dan terhadap
peralatan yang sudah rusak seharusnya diganti dan tidak dipergunakan lagi.
c. Terhadap hambatan berupa keterlambatan truk maka pihak Perusahaan
Bongkar Muat harus lebih sering melakukan komunikasi dengan pihak
pengangkut sehingga memperoleh informasi mengenai keadaan dan
keberadaan truk.
Berdasarkan pembahasan diatas telah sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Aslianto : 2006 sebagai berikut:
“hambatan dalam pelaksanaan bongkar muat barang yang terpenting adalah
yang pertama cuaca, kedua peralatan, ketiga transportasi untuk mengangkut
barang muatan bongkaran dari kapal, yang keempat adalah Sumber Daya
Manusia.”.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah memperhatikan pembahasan di atas penyusun menarik kesimpulan
sebagai berikut :

1. Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dalam menangani bongkar barang


menggunakan sistem truck lossing. Dimana melaksanakan bongkar barang di
Pelabuhan Trisakti adalah selaku pihak yang melakukan kegiatan pemindahan
barang angkutan dari dan ke kapal pengangkut. Dalam hal ini, kegiatan
pemindahan barang dari alat pengangkut sebelumnya (truk) maupun dari
gudang lini I serta berupa pembongkaran barang angkutan di atas kapal
pengangkut berikutnya (truk) maupun ke gudang lini I.
2. Tanggung jawab perusahaan bongkar muat atas terjadinya kerusakan barang
yaitu menagihkan sesuai kerusakan barang, sesuai outturn report kecuali ada
remarks dari pihak kapal. Selanjutnya perusahaan bongkar muat tetap
memasukkan barang yang lebih kedalam gudang dan memeriksa dokumen-
dokumen bongkar yang menjadi bukti otentik untuk membuktikan apakah
kerusakan yang timbul terjadi pada saat proses bongkar atau tidak.
3. Hambatan-hambatan Yang Dihadapi Dalam Proses Bongkar Muat berupa
faktor alam seperti cuaca buruk atau hujan, hambatan berupa faktor peralatan
bongkar muat termasuk listrik padam, keterlambatan angkutan (waiting trcuk).

5.2 Saran
Sehubungan dengan hal yang telah penyusun kemukakan pada sub bab
kesimpulan, penyusun dapat memberikan saran yang sekiranya bermanfaat bagi
perusahaan dalam mendukung pemecahan masalah serta mencapai sebuah tujuan,
yaitu:
1. Perusahaan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja dalam
menangani bongkar barang agar perusahaan menjadi penguasa pasar di
Banjarmasin dengan perusahaan pesaing di bidang bongkar muat dengan

33
34

kapasitas serta keunggulan yang berbeda. Besarnya tuntutan akan ketatnya


persaingan kerja maka perusahaan juga harus mengimbanginya dengan tenaga
terampil di setiap bidangnya
2. Dalam pelaksanaan tanggung jawabnya tentang kerusakan barang dalam
proses bongkar muat, maka PBM PT. Pelindo III (Persero) cabang
Banjarmasin harus melaksanakan tanggung jawab tersebut sepenuhnya yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
3. Untuk menjaga kelancaran proses bongkar pupuk dan mengurangi hambata-
hambatan yang timbul selama kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan,
maka PBM PT. Pelindo III (Persero) cabang Banjarmasin harus menyediakan
dan menambah peralatan terkait bongkar muat serta melakukan pembinaan
dan pelatihan-pelatihan secara intensif terhadap tenaga kerjanya.
35

DAFTAR PUSTAKA

Desi Saputri. 2016. Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Barang Di


Pelabuhan Teluk Bayur Sumatera Barat Berdasarkan The 1978 Hamburg
Rules

Djama’an Satori. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Alfabeta Bandung


Cetakan ke-6.
Ika Muryaningsih. 2006. Pelaksanaan Bongkar Muat Barang Oleh PT. Dharma
Lautan Nusantara di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Tinjauan Aspek
Yuridis. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Jursan Hukum dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Semarang. Instruksi Presiden No. 3
Tahun 1991 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang untuk
Menunjang Kegiatan Ekonomi

Lestari, Nenin. 2015. Upaya Peningkatan Kegiatan Bongkar Pupuk Curah Kering
MV. Nameera/02 Pada Perusahaan Bongkar Muat (PBM) PT Pelabuhan
Indonesia III (PERSERO) Cabang Tanjung Wangi Dengan
Meminimalisasi Idle Time.

Muhammad Arifin. 2014. Analisa Dan Perancangan Sistem Informasi Praktek


Kerja Lapangan Pada Instansi/Perusahaan. Jurnal SIMETRIS Vol 5 No 1
April

Rahayu Setiowati. 2016. Implementasi Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar


Muat (Pbm) Atas Terjadinya Overlanded (Kelebihan Bogkar) Dalam
Proses Bongar Muat Pupuk Curah Pada Pbm Pt Pelindo Iii (Persero)
Cabang Tanjung Wangi 2016
Suraini. 2017. Tanggung Jawab Pt. Pelindo Ii Terhadap Kerusakan Barang
Dalam Pelaksanaan Perjanjian Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan
Teluk Bayur Padang
36

Lampiran 1 : Permohonan Izin TKBM


37

Lampiran 2 : Bill Of Lading


38

Lampiran 3 : Manifest
39

Lampiran 4 : Daily Report

Lampiran 5 : Time Sheet


40
41

Lampiran 6 : Surat Pemberitahuan Mulai Kerja


42

Lampiran 7 : Permohonan Barang

Anda mungkin juga menyukai