LANDASAN TEORI
II-1
yang telah disepakati oleh pelanggan/pemberi order kerja dengan freight
forwarder. Lingkup pekerjaan freight forwarder sangat fleksibel, dapat
hanya sebagian saja dari aktivitas pengurusan barang yaitu dari tempat
asal ke tempat tujuan akhir ataupun secara keseluruhan. Lingkup
pekerjaan ini sangat berkaitan dengan ketentuan-ketentuan kesepakatan
incoterm.
Freight Forwarder di masa kini, tidak hanya menangani general
cargo, freight forwarder juga khusus menangani muatan barang-barang
proyek yang besar, seperti mesin-mesin berat untuk proyek pembangkit
tenaga listrik, pabrik kimia, kilang minyak, offshore drilling dan
pembangunan bandara. Lingkup pekerjaannya meliputi transportasi
mulai dari pabrik, dimana unit-unit komponen peralatan proyek
dibangun, sampai kadang-kadang ke atas fundasi dari unit tersebut di
tempat proyek. Perjalanan mesin-mesin tersebut dirancang dan
diprogram sebelumnya dengan teliti agar penyerahan barang ditempat
proyek sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan. Untuk ini
kemungkinan diperlukannya kapal-kapal khusus pengangkut muatan
berat, multiaxle trailer, dengan tenaga angkut yang besar, crane kapasitas
besar untuk muatan berat, trailer untuk general cargo, low bed, dolly dan
lain sebagainya. Ini adalah bidang spesialisasi dari freight forwarder.
II-2
Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan laut/darat, mengurus
izin Bea dan Cukai, kemudian menyerahkan barang kepada pihak
pengangkut.
Membayar biaya-biaya handling serta membayar freight.
Mendapatkan bill of lading/air waybill dari pihak pengangkut.
Mengurus asuransi transportasi barang dan membantu mengajukan klaim
kepada pihak asuransi bila terjadi kehilangan/kerusakan atas barang.
Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima, berdasarkan
info dari pihak pengangkut dan agen forwarder di negara transit/tujuan.
Melaksanakan penerimaan barang dari pihak pengangkut.
Mengurus izin masuk Bea dan Cukai serta menyelesaikan Bea Masuk
dan biaya-biaya yang timbul di pelabuhan transit/tujuan.
Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat
penyimpanan barang di gudang.
Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee, dan
melaksanakan pendistribusian barang bila diminta.
II-3
II.1.4. Hubungan Freight Forwarder dengan pihak ketiga dalam
Multimodal Transport
Dalam dunia transportasi angkutan barang dikenal dengan
multimodal transport. Menurut Suyono (2005:251) “Multimodal
Transport adalah transportasi yang melibatkan lebih dari satu macam
moda angkutan, meskipun transportasi tersebut terjadi hanya dalam satu
negara saja ataupun lebih dari satu negara“. Seiring dengan definisi di
atas, Freight Forwarder memiliki kerjasama atau hubungan dengan
pihak ketiga dalam mendukung multimodal transport. Suyono
(2005:251) menyatakan pihak ketiga yang terlibat antara lain :
1. Pihak Pengangkut
a. Operator Angkutan Darat
b. Jasa Kereta Api
c. Pemilik Kapal
d. Angkutan Udara
Contoh multimodal transport :
Minibridge : pengangkutan petikemas dengan through bill of
lading dari negara pengekspor lewat laut, diteruskan ke negara
tujuan lewat kereta api.
Landbridge : pengangkutan petikemas dari negara pengekspor ke
negara transit lewat laut dan di negara transit lewat daratan dan
diteruskan ke negara pengimpor lewat laut.
2. Non-Pengangkut
a. Terminal Peti Kemas
b. Pergudangan
c. Container Freight Station
d. Pemilik petikemas
e. Organisasi yang usahanya khusus untuk mengepak, penyelesaian
dokumen bea-cukai, dokumen ekspor/impor, transaksi penukaran
valuta asing dan pengurusan dokumen terkait.
3. Pihak Lain
a. Bank
b. Pihak Asuransi
c. Pelabuhan Laut/Pelabuhan Udara
II-4
d. Bea-cukai
II-5
II.2.2 Pengertian Impor
“Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar
negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang
berlaku” Tandjung (2009:19).
Menurut UU Kepabeanan 17 tahun 2006, “Impor adalah kegiatan
memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Semua barang yang dimasukkan
adalah semua atau seluruh barang dalam bentuk dan jenis apa saja yang masuk
ke dalam daerah pabean.
II-6
II.3.2 Tujuan purchasing
II.4 Transportasi
Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia yang beraneka ragam, yang
bersangkut-paut dengan produksi barang dan jasa, manusia membutuhkan jasa
transportasi. Begitu pula perdagangan internasional yang bahkan cakupannya lebih
luas lagi melampaui batas wilayah darat dan laut, diperlukan jasa transportasi agar
barang dapat sampai ke tangan pelanggan.
II.4.1.Pengertian Transportasi
II-8
sector) bagi perkembangan ekonomi. Fasilitas pengangkutan harus
dibangun mendahului proyek-proyek pembangunan lainnya.
II-9
5. Banyaknya tempat singgah atau bongkar muat.
II-10
Minggu utnuk tujuan rekreasi), bulanan atau tahunan (musim libur
anak sekolah, Lebaran, dan Natalan).
c. Permintaan akan jasa transport sangat dipengaruhi oleh elastisitas
pendapatan. Perilaku Hukum Engel berlaku disini, dimana Engel
mengatkan bahwa apabila pendapatan dari seseorang naik,maka
orang tersebut akan secara sebanding mengurangi pengeluarannya
untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari dan menggantikannya
dengan barang-barang yang lebih mewah atau sekunder.
d. Pada hakikatnya tidak tanggap/ perasa terhadap perbedaan tingkat
biaya transport untuk pengangkuatan penumpang, tetapi sangat
perasa/ tanggap terhadap pengangkutan barang. Ini berarti
permintaan penumpang bersifat in elastic, sedangkan pengangkutan
barang bersifat elastic.
e. Jasa transport adalah jasa campuran (product mixed). Permintaan
akan jasa transport adalah kompleks, karena permintaan tersebut
tidak hanya dilandasi oleh keinginan untuk memindahkan sesuatu
dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi banyak variabel-variabel lain
yang mempengaruhi keinginan utnuk memindahkan barang tersebut,
seperti kecepatan, keamanan, keselamatan, ketepatan, kenyamanan,
keterandalan, dan sebagainya.
II-11
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas menyatakan tentang kemudahan orang dalam menggunakan
suatu sarana transporrtasi tertentu dan bisa berupa fugsi dari jarak maupun
waktu. Suatu sistem transportasi sebaiknya bisa diakses dengan mudah dari
berbagai tempat dan pada setiap saat untuk mendorong orang menggunakannya
dengan mudah.
2. Faktor Kualitas Pelayanan
1. Keselamatan
Keselamatan erat hubungannya dengan masalah kemungkinan kecelakaan
dan terutama berkaitan erat dengan sistem pengendalian yang digunakan. Suatu
sistem transportasi yang mempunyai suatu suatu sistem pengendalian yang ketat,
biasanya mempunyai tingkat keselamatan dan keamanan yang tinggi, sontohnya
adalah kereta api atau pesawat udara.
2. Keandalan
Keandalan berhubungan dengan faktor-faktor, seperti ketetapan jadwal dan
jaminan sampai ditempat tujuan. Suatu sistem transportasi yang andal berarti
bahwa penumpang dan atau barang yang diangkutnya bisa sampai pada waktu
yang tepat dan tidak mengalami gangguan atau kerusakan.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah kemudahan yang ada dalam mengubah segala susatu
sebagai akibat adanya kejadian yang berubah, tidak sesuai dengan skenario yang
direncanakan, contohnya adalah apabila pola perjalanan orang berubah akibat
perkembangan telekomunikasi, maka sistem transportasi yang bersangkutan juga
bisa dengan mudah disesuiakan.
4. Kenyamanan
Kenyamanan transportasi, terutama berlaku untuk angkutan penumpang
erat kaitannya dengan masalah tata letak tempat duduk, sistem penganturan
udara di dalam kendaraan, ketersediaan fasilitas khusus, seperti toilet, tempat
makan, waktu operasi, dan lain-lain.
5. Kecepatan
Kecepatan merupakan fkctor yang sangat penting dan erat kaitannya
dengan masalah efisiensi sistem transportasi. Pada prinsipnya, orang selalu
menginginkan kecepatan yang tinggi dalam bertrasnportasi, namun demikian
keinginan itu kadang-kadang dibatasi oleh berbagai hal, misalnya kemampuan
II-12
mesin atau tenagan penggerak yang terbatas, masalah keselamatan dan
kemampuan manusia dalam mengendalikan pergerakan yang juga terbatas, dan
lain-lain.
6. Dampak
Dampak transportasi sangat beragam jenisnya, mulai dari dampak
lingkungan (polusi, kebisingan, getaran, dan lain-lain) sampai dengan dampak
sosal, politik yang ditimbulkan atau diharapkan oleh adanya suatu lalu lintas
serta besarnya konsumsi energy yang dibutuhkan.
II.5 Vendor
Vendor dalam istilah umum sering dipakai untuk para pemasok industri dan
penjualan ritel untuk produsen. Dalam istilah manajemen rantai pasok (supply chain
management), vendor dapat diartikan sebagai siapa saja yang menyediakan barang atau
jasa kepada perusahaan.
1. Kualitas (Quality)
Kualitas ini membahas mengenai jenis kualitas bahan baku yang diberikan oleh
vendor dalam memberikan pelayanannya kepada perusahaan. Kriteria kualitas
ini mencakup pada sub kriteria seperti kualitas dan kondisi bahan baku,
kesesuaian jenis bahan baku yang dimiliki, ketersediaan stock bahan baku dan
juga sistem kerja pihak vendor dalam hal keselamatan kerja (safety work).
2. Harga (Price)
Kriteria harga ini mencakup pada harga bahan baku baja yang ditawarkan oleh
pihak vendor ke pihak perusahaan, adanya potongan harga (discount) atau tidak
yang diberikan oleh vendor.
3. Pengiriman (Delivery)
II-13
Delivery erat hubngannya dengan waktu, oleh karena itu kinerja vendor dapat
dinilai cepat atau lambat dari proses delivery ini. Kriteria delivery ini mencakup
subkriteria kecepatan vendor dalam mengirim bahan baku baja sesua jadwal dan
pesanan perusahaan, kecepatan vendor dalam melakukan pengiriman barang-
barang perusahaan menuju ke user produksi perusahaan, dan yang tidak boleh
dilupakan adalah ketepatan saat pengiriman barang sesuai dengan alamat tujuan
user produksi perusahaan.
4. Fleksibilitas (Flexibility)
Kemudahan-kemudahan yang diberikan vendor terhadap perusahaan dapat
dikatan sebaga nilai positif yang dapat mendukung kinerja vendor tersebut.
Kemudahan-kemudahan itu dapat ditunjukkan seperti kemudahan dalam
antisipasi perubahan permintaan dan kemudahan perusahaan dalam melakukan
order bahan baku pada vendor.
5. Tanggap (Responsiveness)
Kriteria responsiveness membahas mengenai kemampuan atau daya tanggap
vendor dalam memberikan pelayanan bagi perusahaan. Kemampuan tersebut
dapat ditunjukkan seperti kesigapan vendor dalam meberikan layanan bagi
perusahaan, tanggap dalam menyampaikan segala jenis informasi yang berkaitan
dengan persoalan kerja, tanggap dalam menanggapi suatu keluhan yang dialami
oleh perusahaan, dan juga kemampuan tanggung jawab sebuah vendor kepada
perusahaan apabila terjadi hal-hal diluar kendali.
II.6 Kinerja
II.6.1 Pengertian Kinerja
Menurut Arini dalam Mahendrawathi (2015:10) “kinerja adalah
tingkat pencapaian hasil kerja seseorang atau sekelompok orang dalam
organisasi dalam suatu periode waktu tertentu, sesuai dengan lingkup
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai
tujuan organisasi, dan dilakukan secara legal, idak melanggar hokum,
dan sesuai dengan moral dan etika.”
Menurut Fahmi dalam Mahendrawathi (2012:2) “kinerja adalah
hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut
bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama
satu periode waktu.”
II-14
Jadi kinerja adalah pencapaian seseorang untuk mencapai tujuan
atau target yang telah ditentukan sebelumnya dalam menjalankan tugas
sebagai tanggung jawab atau kewajiban.
II-15
3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan untuk menyediakan kinerja seleksi dan evaluasi program
pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Setiap faktor dalam metode ini akan diberi nilai dengan bobot yang
berbeda-beda untuk masing-masing faktor sesuai dengan kepentingan
perusahaan. Dengan menggunakan metode ini pengukuran dapat lebih
bersifat quantitative dan untuk dapat membandingkan performansi dari dua
atau lebih supplier perlu lebih memperhatikan faktor, bobot dan pengukuran
secara konsisten untuk semua supplier. Faktor subjektivitas dalam metode
ini sudah berkurang karena karena adanya bobot dan formula yang
digunakan dalam pengukuran performansi dari supplier tersebut. Metode ini
juga lebih fleksibel sehingga faktor-faktor lain yang ingin diikutkan dalam
pengukuran dapat disesuaikan dengan kasus yang dihadapi perusahaan.
Metode Weighted Point Plan juga dapat digunakan conjuction dengan
metode categorical plan jika perusahaan ingin memasukkan faktor lain
yang dianggap penting namun bersifat subjectivitas dalam evaluasi supplier
mereka.
II-16
- Kelebihan dan Kelemahan Weighted Point Plan
Aljian dalam Indrajit dan Pranoto (1996:3) menyebutkan metode
Weighted Point Plan memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan
metode yang lain yaitu :
1. Metode ini lebih objektif karena menggunakan perhitungan
kuantitatif, sehingga lebih mudah untuk membandingkan kinerja
pemasok antara satu sama lain.
2. Mudah dipahami
3. Biaya implementasi rendah
4. Metode yang menggunakan sistem pembobotan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Dimensi kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian kinerja
dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
6. Rating dan bobot dapat diatur sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
II-17
dikategorikan dalam tiga golongan besar yaitu preferred, neutral,
unsatisfactory.
Tabel 2.2 Contoh Formulir untuk Categorical Plan
SUPPLIER PERFOMANCE EVALUATION FORM, CATEGORIAL PLAN BY NAPM
Supplier:……………………………………………………….. Date:……………………………
by Departement
Purchasing ………… ………..... ………………….
Receiving ………… ………..... ………………….
Accounting ………… ………..... ………………….
Engineering ………… ………..... ………………….
Quality Control
………… ………..... ………………….
Performance Factors
Purchasing
Delivers on schedule ………… ………..... ………………….
Delivers at quoted prices ………… ………..... ………………….
Prices are competitive ………… ………..... ………………….
Prompt and accurate with routine document ………… ………..... ………………….
Anticipates our needs ………………….
Helps in emergencies ………………….
Does not unfairly exploit a single source position ………… ………..... ………………….
Does not request special consideration ………… ………..... ………………….
Currently supplies price, catalog, and technical
information ………… ………..... ………………….
Furnishes specially requested information
promptly ………… ………..... ………………….
Advises us of potential troubles ………… ………..... ………………….
Has good labour relations ………… ………..... ………………….
Deliver without constant follow-up ………… ………..... ………………….
Replaces rejections promptly ………… ………..... ………………….
Accepts our terms without exception ………… ………..... ………………….
Keeps promises ………… ………..... ………………….
Has sincere desire to serve ………… ………..... ………………….
II-18
Tabel 2.2 Contoh Formulir untuk Categorical Plan (Lanjutan)
Performance Factors Preferred Neutral Unstatisfaction
Accounting
Engineering
Past record on reliability of products ………… ………..... ………………….
Has technical ability for difficult work ………… ………..... ………………….
Readily accept responsibility for latent
deficiencies ………… ………..... ………………….
Provides quick and effective action in emergencies ………… ………..... ………………….
Furnishes requested data promptly ………… ………..... ………………….
Quality Control
Quality of material ………… ……….... ………………….
Furnishes certifications, affidavits, etc ………… ………..... ………………….
Replies with corrective action ………… ………..... ………………….
II-19
Tabel 2.3 Contoh Weighted Point Plan by NAPM
THE WEIGHTED POINT PLAN BY NAPM
Weight
Factor Performance Actual Performance Evaluation
II-20
II.8.3 Cost Ratio Plan
Indrajit dan Pranoto (2005:366) menyatakan kinerja pemasok dinilai
dengan menggunakan analisis harga standar. Jika menggunakan cara ini,
pembeli harus menghitung tambahan biaya yang terjadi apabila membeli dari
pemasok tertentu. Ini terpisah dari tiga faktor kinerja yang disebut di atas,
yaitu mutu, harga, dan layanan. Tiap–tiap tambahan biaya faktor tersebut
diterjemahkan dalam “rasio” sehingga ada tiga jenis rasio biaya. Selanjutnya
ketiga rasio biaya ini dijumlahkan menjadi jumlah rasio biaya untuk
pemasok tertentu. Misalnya, pemasok mempunyai data sebagai berikut :
Quality cost ratio : 2%
Service cost ratio : -1%
Delivery cost ratio : 2%
Total cost ratio : 3%
Price : $72,25
Adjusted price : $72,25-(0,03 x $ 72,25) = $74,42
Adjusted price dari pemasok ini kemudian dibandingkan dengan pemasok
yang lain dan ini akan menentukan pemenangnya. Dalam hal evaluasi
rekanan, jumlah rasio biaya dapat dijadikan bahan evaluasi.
II-21
2. Penugasan peringkat
Langkah kedua memerlukan penugasan peringkat numerik untuk masing-
masing perusahaan yang bersaing. Penilaian ini didasarkan pada penilaian
kolektif dari evaluator setelah mempelajari semua data dan informasi yang
diberikan oleh calon pemasok, serta yang diperoleh dalam penyelidikan di
lapangan.
Hasilnya, sistem penilaian faktor tertimbang memecahkan masalah yang
kompleks ke dalam komponen kunci dan analisis setiap komponen secara
individual. Pendekatan ini banyak digunakan dalam praktek dan pada umumnya
mengarah ke hasil yang adil dan cukup obyektif.
Tabel dibawah ini akan memberikan ilustrasi dari Pendekatan Peringkat
Faktor Tertimbang (The Weighted Factor Rating Approach).
Price 20 16 20 15
Managerial, Financial
and Technical Capability 10 10 8 8
II-22
Indrajit dan Pranoto (2000:10) menyebutkan tahapan yang dilakukan dalam
mengembangkan Metode Weighted Point Plan adalah sebagai berikut :
1. Membuat kuesioner untuk pengajuan kriteria.
Kriteria yang diajukan adalah kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian.
Pemilihan kriteria dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan. Banyaknya
kriteria tidak ditentukan atau tidak dibatasi selama masih diperlukan untuk
kebutuhan penilaian perusahaan.
2. Melakukan pembobotan kriteria.
Setelah mendapatkan kriteria yang dibutuhkan (tahap 1), maka selanjutnya
dilakukan pembobotan terhadap kriteria tersebut. Pembobotan dilakukan oleh
perusahaan. Bobot yang ditentukan kepada kriteria sesuai dengan tingkat
kepentingan relatif dari masing-masing kriteria. Jumlah dari keseluruhan bobot
adalah 100.
3. Membuat Indikator dari Kriteria.
Hasil dari tahap 1 dan 2 mendapatkan kriteria dan bobotnya. Pada tahap 3 ini akan
dilakukan pendeskripsian untuk penilaian dari setiap kriteria, sesuai dengan
indikator yang diinginkan perusahaan. Ada lima tingkatan penilaian dari mulai 100
sampai dengan 60. Pendeskripsian yang dilakukan pada setiap tingkatan penilaian
berbeda. Hasil dari tahap ini menghasilkan bentuk atau format akhir dari kuesioner
penilaian.
4. Melakukan Penilaian terhadap Kuesioner.
Setelah didapatkan bentuk akhir kuesioner pada tahap 3, pada tahap 4 ini kuesioner
akhir akan digunakan sebagai alat untuk penilaian. Penilaian ini sebagai bentuk
evaluasi kinerja terhadap vendor.
II-23