Anda di halaman 1dari 13

PERPAJAKAN INDUSTRI KHUSUS

FORWARDING

Kelas DY

Kelompok 2

Oleh :

Fransiska (125160113)

Dianti Anindya (125160267)

Yohana Adelia (125160268)

Lorenzo Salim (125160272)

Desi Devia (125160286)


Latar Belakang Freight Forwarding

Seiring dengan meningkatkan arus lalu lintas keluar masuk barang ke wilayah Indonesia.
Dalam hubungan dengan penerimaan negara dari sektor pajak, peningkatan lalu lintas barang
yang masuk ke wilayah Indonesia atau berakibat pada meningkatnya pendapatan negara yang
berasal dari pengenaan bea masuk atas barang – barang impor.

Pelaksanaan kegiatan impor di suatu negara harus berpedoman pada undang – undang
dengan tujuan, agar tidak menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi negara dan dapat
mempengaruhi kelancaran kegiatan impor, serta tidak kalah pentingnya akan mempersulit negara
Indonesia untuk dapat mensejajarkan dirinya dengan negara – negara lain yang ada di dunia.

Freight forwarder adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan jasa pelayanan /
pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman baik secara
domestik atau ekspor, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal
transport baik melalui darat, laut dan atau udara. Dimana freight forwader sangat membatu
dalam penanganan impor atapun ekspor.

freight forwarder juga melaksanakan pengurusan prosedur dan formalitas dokumentasi


yang dipersyaratkan oleh adanya peraturan-peraturan pemerintah negara ekspor, negara transit
dan negara import. Serta sesuai dengan ruang lingkup uasahanya, freight forwarder juga
melengkapi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Letter of Credit / Certificate of Receipt /
Bill of Lading / Bill of Lading / Sea Waybill / Air Waybill / House Bill of Lading / Fiata Bill of
Lading / Delivery Order dan sebagainya.

Freight forwarder juga menyelesaikan biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan transportasi, penanganan muatan insurance liabilities yang umumnya
diperlukan oleh pemilik barang.

Berdasarkan aktivitas-aktivitas tersebut, freight forwarder dapat bertindak atas nama


pengirim (consignor / eksportir) atau bertindak atas nama penerima (consignee / importir) atau
berindak atas nama pengirim dan penerima, bergantung dari lingkup pekerjaan (scope of work)
yang tercantum dalam kontrak kerja yang telah disetujui antara kedua belah pihak yaitu antara
pemberi order kerja dan freight fowarder bersangkutan. Freight forwarder sangatlah fleksibel
dalam menerima lingkup pekerjaan tersebut.

Pengertian Freight Forwarding

Freight forwarding adalah perusahaan yang bergerak di jasa pengangkutan barang secara
keseluruhan freight forwarding bisa berfungsi sebagai EMKL,Pelayaran,Jasa kepabeanan
,bahkan pengiriman door to door.

Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (freight forwading) adalah kegiatan usaha yang
ditujukan mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan
penerimaan barang melalui transportasi darat, laut atau udara yang dapat mencakup kegiatan
penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, pengukuran, penimbangan, pengurusan
penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim
asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan
dengan pengiriman barang- barang tersebut sampai dengan diterimanya oleh yang berhak
menerimanya. Sedangkan orang atau badan hukum yang melaksanakan pekerjaan forwarding
adalah seorang freight forwarder.

Definisi dari Freight Forwarder

1. Freight Forwarder bekerja hanya atas “ perintah “ dari mereka yang menginginkan
agar barangnya dikirim ke tempat lain.
2. Untuk menggerakkan barang muatan tersebut forwarder tidak harus memiiki sarana
angkutannya
3. Forwarder bertindak sebagai perantara antara si pengirim , pengangkut , dan penerima
barang .

Dari definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan Freight forwarder adalah :

Seseorang atau suatu badan hukum yang melaksanakan perintah pengiriman barang
(muatan) dari satu atau beberapa orang pemilik barang,yang di kumpulkan dari satu atau
beberapa tempat , sampai ke tempat tujuan akhir melalui system pengaturan lalu lintas barang
dan dokumen, dengan menggunakan satu atau beberapa jenis angkutan dengan tanpa harus
memiliki sarana angkutan di maksud .Status freight Forwarder

Forwarder adalah tempat dimana para pemilik barang akan menerima berbagai macam
advis atau nasehat dari Forwarder tentang segala sesuatu terhadap aspek-aspek pengiriman dan
pengangkutan barang,seperti :

1. Tata cara pengepakan/pengemasan barang


2. Negara tujuan barang beserta peraturan-peraturan setempat tentan pemasukan
barang.
3. Tentang jalur dan route angkutan barang yang terbaik dan tercepat.
4. Pengaturan dokumen serta pemantauan barang selam dalam proses angkutan
(shipment dan lain sebagainya)

Untuk melaksanakan pekerjaan sehari-harinya forwarder akan selalu melibatkan pihak-


pihak tertentu ,agar pekerjaan serta jasa yang ditawarkan kepada para pemilik barang akan
berjalan lancer, ,mereka adalah :

1. Pemilik barang (baik itu penjual atau pembeli atau pihak lainnya)
2. Pihak Stevedore atau di Indonesia di sebut dengan perusahaan Bongkar muat
(PBM) yang membantu forwarder untuk memuat dan membongkar barangnya.
3. Cargo Surveyor pemeriksa barang di pelabuhan.
4. Pihak pengangkut barang serta dokumen muatannya.
5. Asuransi dan Bank dokumentasi dan keamanan barang serta system barang yang
terkait.
6. Badan dan Instansi pemerintah seperti :Bea Cukai,perdagangan,Perhubungan dan
lain sebagainya).

Disini seorang Forwarder merupakan seorang coordinator terhadap suatu proses


pengiriman barang, dengan menggunakan sarana angkutan tertentu yang mereka pilih.Sesuai
dengan jenis,berat,serta nilai barang bersangkutan. Secara maka selanjutnya dapat kita sebutkan
bahwa status seorang Forwarder itu dalah sebagai berikut :
1. Selaku konsultan dari para pemilik barang.
2. Selaku kuasa dari pemilik barang yang diserahkan kepadanya untuk segera
dikirim ke tempat tujuan akhir (menerima dan menyerahkan barang).
3. Selaku coordinator serta pengawas terhadap suatu proses pengiriman barang.

Dari urian tersebut diatas maka sekarng dapat kita simpulkan bahwa mereka yang
termasuk dalam lingkup kerja seorang Forwarder adalah :

1. Perusahaan pengiriman paket dan dokumen.


2. Perusahaan EMKL,EMKU,dan EMKA serta sejenisnya.
3. Perusahaan pengepakan barang (packing companies)
4. Perusahaan barang pindahan (Cargo Moving Company)dimana pada umumnya
perusahaan-perusahaan di atas ini,bekerja atas kontrak angkutan/pengiriman barang
yang di tanda tangani oleh kedua belah pihak dengan kondisi angkutan tertentu
(biasanya atas dasar “door to door services”).

Aspek-aspek tatalaksana forwarding

Beberapa pengertian tentang Freight Forwarding telah kita ketahui.Selanjutnya


bagaimanakah perusahaan Freight Forwarding dijalankan serta bagaimanakah tatalaksananya.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya seorang Forwarder adalah seorang
perantara atau agen dari mereka yang memerlukan adanya ruang muatan disatu pihak dan di lain
pihak bagi mereka yang memerlukan barang muatan bagi sarana angkutan yang dimilikinya.
Oleh karenanya seorang Forwarder dalam posisinya yang demikian itu harus dapat berdiri dn
bertindak dengan baik bagi keuntungan atau kepentingan dari pihak-pihak yang terkait.

Namun demikian pada saat-saat tertentu ,pihak-pihak yang berkepentingan itu akan
selalu mencari seorang Forwarder untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah yang
timbul terhadap barang-barang atau ruang muatan kosong. Dan biasanya yang datang kepada
seorang Forwarder itu adalah para pemilik barang ,sedangkan pihak pengangkut tidak akan
selalu berbuat demikian karena mereka hanya menghadapi beberapa masalah saja seperti :
1. Bagaimanakah caranya mereka mampu untuk dalam waktu yang ditetapkan dapat
memadai ruang muatannya dengan barang muatan (cargo) untuk tujan tertentu
yang diinginkan.
2. Selanjutnya bagaimanakah mereka akan memelihara dan memerlukan barang
muatan yang berada dikapalnya selalu aman dan utuh selama dalam proses
pengangkutannya sampai di tempat tujuan.
3. Dan segala sesuatunya itu telah dengan jelas tertulis di dalam suatu kontrak
angkutan yang dikenal dengan sebutan Bill Of Lading/BL pada angkutan laut,dan
pada kontrak angkutan udara adanya Airway Bill atau di kenal dengan AWB.Pada
kedua jenis dokumen muatan tersebut dapat dibaca segala persyaratan
pengangkutan barang yang mengikat kedua belah pihak.Kemudian bagaimanakah
tata cara pelaksanaan operasional dari perusahaan Freight Forwarding itu ada
beberapa macam tindakan para forwarder dalam hal mereka mengelola usaha jasa
forwarding tersebut.Secara singkat beberapa langkah yang biasanya akan di ambil
oleh perusahaan Forwarding itu adalah sebagai berikut ini :
4. Mencari calon penngguna jasa,bila mungkin untuk dijadikan langganan
(client)tetap dengan cara : melalui jasa pos,dengan menjelaskan jasa-jasa yang
akan di tawarkan melalui system dari pintu ke pintu dengan kunjungan ke
lapangan melalui cara lain yang efektif.
5. Melakukan negosiasi atau perundingan lain,sehingga calon pemakai jasa setuju
untuk menggunakan jasa Forwarding yang ditawarkan.
6. Melaksanakan persiapan-persiapan yang di perlukan untuk memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya terhadap barang –barang yang telah diterima dari pemilik
barang.
7. Meneliti segala sesuatunya yang diperlukan agar barang dimaksud dapat segera di
kirim,seperti umpamanya :
a. Apakah isi,jenis,berapa berat dan volume barangnya,lengkap dokumen
penunjangnya.
b.Siapakah Nama dan Pemilik Barang.
c. Kemana tujuan barang ini akan di kirim.
d.Siapa nama penerima barang di tempat tujuan.
e. Apa dan bagaimana persyaratan angkutannya.
f. Apabila barang tersebut didukung oleh L/C dan bagaimanakah persyaratan
yang dibebankan terhadapnya.
g.Kepada siapakah barang tersebut diserahkan untuk dikirim.
h.Bagaimakah syarat pembayaran uang tambang dan berapa jumlahnya.
i. Apabila selesai proses pengiriman barangnya bagaimanakah tata cara
penagihan kepada pemilik barang,dimanakah tagihannya.
j. Bagaimanakah dengan polis asuransinya.
8. Proses pengursan dokumen ,pemeriksaan barang oleh petugas pabean.
9. Melaksanakan negosiasi mengenai tariff angkutan,baik dengan pihak
pengangkut,maupun pemilik barang.
10. Apabila segala sesuatunya telah sesuai dengan keentuan yang berlaku,segera
menghubungi pihak pengangkut yang akan melaksanakan penngiriman barang
yang dimaksud.
11. Apabila proses pengiriman barang berjalan lancar dan barang jasa Forwarding
secara lengkap kepada pihak yang terkait (penerima dan pengirim).

Dasar Hukum Pengenaan Pajak Penghasilan atas Freight Forwarding di Indonesia

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah


beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-178/PJ/2006 tentang Jenis Jasa Lain dan
Perkiraan Penghasilan Neto Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf c
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-70/PJ/2007 tentang Jenis Jasa Lain dan
Perkiraan Penghasilan Neto Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf c
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-244/PMK.03/2008 tentang tentang Jenis
JasaLain dan Perkiraan Penghasilan Neto Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 23 Ayat
(1)Huruf c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
5. Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-785/PJ.032/2007 perihal keberatan pelaku
industri freight forwarding dan logistik terhadap peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER-
178/PJ/2006
6. Peraturan lain yang terkait dengan perpajakan atas ekspor/impor

Pajak Penghasilan Pasal 22


PPh Pasal 22 merupakan pajak penghasilan yang dibebankan pada badan usaha tertentu,
seperti Badan Usaha Milik Pemerintah maupun swasta yang melakukan aktivitas perdagangan
terkhusus ekspor, impor, maupun re-impor.
Tarif-tarif yang berlaku dalam PPh 22 antara lain adalah sebagai berikut,
a. Barang impor yang tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri, dikenakan tarif 10% (sepuluh persen) dari
nilai impor.
b. Barang tertentu lainnya yang tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri, dikenakan tarif 7,5% (tujuh koma
lima persen) dari nilai impor.
c. Barang yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), dikenakan tarif 2,5%
(dua koma lima persen) dari nilai impor.
d. Barang impor kedelai, gandum, dan tepung terigu, dikenakan tarif 0,5% (nol koma
lima persen) dari nilai impor.
e. Barang yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API), dikenakan 7,5%
(tujuh koma lima persen) dari nilai impor.
f. Barang yang tidak dikuasai, dikenakan tarif 7,5% (tujuh koma lima persen) dari
harga jual lelang.
g. Ekspor komoditas tambang batu bara, mineral logam, dan mineral bukan logam,
sesuai uraian barang dan pos tarif atau Harmonized System (HS), dikenakan tarif
1,5% (satu koma lima persen) dari nilai ekspor.
h. Pembelian barang dan atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha,
dikenakan 1,5% (satu koma lima persen) dari harga pembelian tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai.
i. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas. Bahan bakar minyak
dikenakan tarif sebesar 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari penjualan,
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada stasiun pengisian
bahan bakar umum Pertamina. Bahan bakar gas dikenakan tarif sebesar 0,3% (nol
koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Pelumas sebesar dikenakan tarif 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
j. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja,
industri otomotif, dan industri farmasi. Penjualan semua jenis semen dikenakan
tarif sebesar 0,25% (nol koma dua puluh lima persen). Penjualan kertas dikenakan
tarif sebesar 0,1% (nol koma satu persen). Penjualan baja dikenakan tarif sebesar
0,3% (nol koma tiga persen). Penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda
dua atau lebih dikenakan tarif sebesar 0,45% (nol koma empat puluh lima persen).
Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang
Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
bermotor dikenakan tarif sebesar 0,45 % (nol koma empat puluh lima persen) dari
dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Penjualan semua jenis obat dikenakan
tarif sebesar 0,3% (nol koma tiga persen).
k. Pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur oleh
badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, dikenakan tarif sebesar 0,25%
(nol koma dua lima persen) dari harga pembelian tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai.
l. Pembelian batu bara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau
orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau badan usaha,
dikenakan tarif 1,5% (satu koma lima persen) dari harga pembelian tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Penjualan emas batangan oleh badan usaha
yang memproduksi emas batangan melalui pihak ketiga, dikenakan tarif sebesar
0,45% (nol koma empat puluh lima persen) dari harga jual emas batangan.

Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2


Pengenaan pajak penghasilan atas penghasi;an berupa bunga deposito dan tabungan serta
diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) diatur dengan Peraturan Pemerintah No 131 tahun
2000. Menurut PP tersebut, atas penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito dan
tabungan serta diskpnto SBI yang diterima oleh Wajib Pajak dalam negeri dan BUT dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final. Biasanya PPh yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto
PPh (Final)= 20% x Bruto
Sedangkan bagi Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT), Besarnya PPh yang
dipotong adalah 2-% dari jumlah bruto dan tariff berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda yang berlaku.

Pemotongan PPh ini tidak dilakukan terhadap:


1. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia
2. Bunga deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia, sepanjang jumlah deposito
dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000 dan
bukan merupakan jumlah yang terpecah-pecah.
3. Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh dana
pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah
sederhana dan sangat sederhana, kavling siap bangun untuk dengan ketentuan yang
berlaku, untuk dihundi sendiri.

PPN Atas Penyerahan Jasa Pengurusan Transportasi

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-33/PJ/2013 tentang


perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) (Freight
Forwarding/FF) yang di dalam tagihannya terdapat biaya transportasi (Freight Charges)
diperjelas tentang penerapan DPP berupa Nilai Lain untuk penyerahan JPT/FF yang di dalam
tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight cahrges).
Penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang didalam tagihan jasa
pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 10%
(sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih. DPP berupa nilai lain
digunakan untuk penyerahan JPT/FF yang di dalam tagihan JPT/FF tersbeut terdapat biaya
transportasi (freight charges).
Dalam melakukan kegiatan usahanya pengusaha JPT/FF dapat menyerahkan JPT/FF
yang dapat terdiri dari satu atau beberapa kegiatan, kegiatan yang dilakukan dalam penyerahan
JPT/FF dapat termasuk biaya transportasi (Freight Charges). Walaupun penyerahan JPT/FF
dapat terdiri dari satu atau beberapa kegiatan, satu atau beberapa kegiatan yang diserahkan
tersebut tetap merupakan satu kesatuan, yaitu penyerahan JPT/FF sehingga kewajiban PKP
untuk membuat Faktur Pajak atas setiap penyerahan Jasa Kena Pajak wajib dilakukan.
Tagihan jasa pengurusan transportasi adalah hasil dari keseluruhan proses menagih atas
nilai penyerahan JPT/FF oleh pengusaha JPT/FF kepada pengguna JPT/FF yang besarnya sama
dengan nilai penyerahan JPT/FF itu sendiri sebagai satu kesatuan tanpa membedakan apakah
nilai penyerahan JPT/FF tersebut ditagih dengan satu atau beberapa dokumen tagihan. Contoh
penyerahan JPT/FF yang menggunakan satu atau beberapa dokumen tagihan :

Contoh :
PT. Nusatrip sebagai pengusaha JPT/FF melakukan penyerahan JPT/FF berupa biaya
transportasi menggunakan moda angkutan (freight) kapal laut, dengan nilai sebesar
Rp50.000.000,00 (belum termasuk PPN), kepada PT. Kisanak.
Dasar Pengenaan Pajak yang digunakan untuk penghitungan PPN yang terutang atas
penyerahan JPT/FF tersebut adalah Nilai Lain sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang
ditagih atau seharusnya ditagih, karena di dalam tagihan atas penyerahan JPT/FF tersebut
terdapat biaya transportasi (freight charges).

Jawab:
PPN yang terutang atas penyerahan JPT/FF tersebut adalah sebesar 10% x Dasar Pengenaan
Pajak = 10% x (10% x Rp50.000.000,00) = Rp500.000,00.

PPh Pasal 23 Atas Jasa Freight Forwarding

Kegiatan impor adalah kegiatan untuk memindahkan barang dari luar pabean kedalam pabean
baik sebagai pemasok bahan baku atau distribusi atas barang yang di impor, dan kegiatan ini
tidak lepas dari jasa forwader. Jasa forwader termasuk jasa lain yang dikenai PPh 23 menurut
PMK 141/PMK.03/2015 dimana memiliki NPWP 2% tidak memiliki NPWP sebesar 4%.
Aturan dalam PPh Pasal 23 atas jasa freight forwarding, forwarder diberikan pilihan sebagai
berikut.

1. Metode Reimbursement
2. Metode Reinvoicing
PPh Pasal 23 atas jasa freight forwarding diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
141/PMK.03/2015.

Dalam Pasal 1 ayat (3) huruf b angka 4 yaitu menjelaskan bahwa pembayaran kepada penyedia
jasa yang merupakan penggantian (reimbursement) atas biaya yang telah dibayarkan penyedia
jasa kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa bersangkutan selama dapat dibuktikan
faktur tagihan dan/atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak
ketiga.

Terdapat beberapa syarat dalam menggunakan metode reimbursement, diantaranya adalah dapat
dibuktikan faktur tagihan dan bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh forwarder kepada
pihak ketiga. Hal ini wajib dilakukan oleh pihak yang terikat kontrak dengan forwarder.

Pihak pengguna jasa harus dapat memahami bahwa apabila forwarder menunjukkan faktur
tagihan kepada pihak ketiga, maka faktur tersebut bukan merupakan objek PPh Pasal 23. Untuk
faktur tagihan serta bukti pembayaran kepada pihak ketiga bukan bagian dari
jasa freight forwarding. Akan tetapi pengguna jasa lah yang akan menanggung pembayaran
sebagai bentuk dari reimbursement.

Faktur tagihan serta bukti pembayaran kepada pihak ketiga merupakan bukti tagihan dan
pembayaran yang dilakukan forwarder hingga seluruh proses jasa freight forwarding telah
selesai. Namun, jika pihak forwarder hanya melampirkan satu faktur tagihan, dalam arti tidak
melampirkan faktur tagihan kepada pihak ketiga, maka dasar pengenaan PPh Pasal 23 merukan
total tagihan. Penjumlahan dari total tagihan berasal dari fee atas jasa freight forwarding serta
pembayaran-pembayaran lainnya yang dibayarkan oleh pihak forwarder kepada pihak ketiga,
atau sering disebut dengan metode reinvoicing.

Apabila pihak forwarder memilih metode reinvoicing, maka pengguna jasa akan melakukan
pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari total tagihan. Namun, jika pihak forwarder memilih
metode ini, maka Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPh Pasal 23 dan DPP PPN besarnya sama.
Sebaliknya, apabila forwarder memilih metode reimbursement, maka akan ada perbedaan DPP
antara PPh Pasal 23 serta DPP PPN. Tetapi, DPP PPN harus berasal dari total
tagihan reinvoicing atau tagihan kepada pengguna jasa.

Anda mungkin juga menyukai