FORWARDING
Kelas DY
Kelompok 2
Oleh :
Fransiska (125160113)
Seiring dengan meningkatkan arus lalu lintas keluar masuk barang ke wilayah Indonesia.
Dalam hubungan dengan penerimaan negara dari sektor pajak, peningkatan lalu lintas barang
yang masuk ke wilayah Indonesia atau berakibat pada meningkatnya pendapatan negara yang
berasal dari pengenaan bea masuk atas barang – barang impor.
Pelaksanaan kegiatan impor di suatu negara harus berpedoman pada undang – undang
dengan tujuan, agar tidak menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi negara dan dapat
mempengaruhi kelancaran kegiatan impor, serta tidak kalah pentingnya akan mempersulit negara
Indonesia untuk dapat mensejajarkan dirinya dengan negara – negara lain yang ada di dunia.
Freight forwarder adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan jasa pelayanan /
pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman baik secara
domestik atau ekspor, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal
transport baik melalui darat, laut dan atau udara. Dimana freight forwader sangat membatu
dalam penanganan impor atapun ekspor.
Freight forwarder juga menyelesaikan biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan transportasi, penanganan muatan insurance liabilities yang umumnya
diperlukan oleh pemilik barang.
Freight forwarding adalah perusahaan yang bergerak di jasa pengangkutan barang secara
keseluruhan freight forwarding bisa berfungsi sebagai EMKL,Pelayaran,Jasa kepabeanan
,bahkan pengiriman door to door.
Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (freight forwading) adalah kegiatan usaha yang
ditujukan mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan
penerimaan barang melalui transportasi darat, laut atau udara yang dapat mencakup kegiatan
penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, pengukuran, penimbangan, pengurusan
penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim
asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan
dengan pengiriman barang- barang tersebut sampai dengan diterimanya oleh yang berhak
menerimanya. Sedangkan orang atau badan hukum yang melaksanakan pekerjaan forwarding
adalah seorang freight forwarder.
1. Freight Forwarder bekerja hanya atas “ perintah “ dari mereka yang menginginkan
agar barangnya dikirim ke tempat lain.
2. Untuk menggerakkan barang muatan tersebut forwarder tidak harus memiiki sarana
angkutannya
3. Forwarder bertindak sebagai perantara antara si pengirim , pengangkut , dan penerima
barang .
Dari definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan Freight forwarder adalah :
Seseorang atau suatu badan hukum yang melaksanakan perintah pengiriman barang
(muatan) dari satu atau beberapa orang pemilik barang,yang di kumpulkan dari satu atau
beberapa tempat , sampai ke tempat tujuan akhir melalui system pengaturan lalu lintas barang
dan dokumen, dengan menggunakan satu atau beberapa jenis angkutan dengan tanpa harus
memiliki sarana angkutan di maksud .Status freight Forwarder
Forwarder adalah tempat dimana para pemilik barang akan menerima berbagai macam
advis atau nasehat dari Forwarder tentang segala sesuatu terhadap aspek-aspek pengiriman dan
pengangkutan barang,seperti :
1. Pemilik barang (baik itu penjual atau pembeli atau pihak lainnya)
2. Pihak Stevedore atau di Indonesia di sebut dengan perusahaan Bongkar muat
(PBM) yang membantu forwarder untuk memuat dan membongkar barangnya.
3. Cargo Surveyor pemeriksa barang di pelabuhan.
4. Pihak pengangkut barang serta dokumen muatannya.
5. Asuransi dan Bank dokumentasi dan keamanan barang serta system barang yang
terkait.
6. Badan dan Instansi pemerintah seperti :Bea Cukai,perdagangan,Perhubungan dan
lain sebagainya).
Dari urian tersebut diatas maka sekarng dapat kita simpulkan bahwa mereka yang
termasuk dalam lingkup kerja seorang Forwarder adalah :
Namun demikian pada saat-saat tertentu ,pihak-pihak yang berkepentingan itu akan
selalu mencari seorang Forwarder untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah yang
timbul terhadap barang-barang atau ruang muatan kosong. Dan biasanya yang datang kepada
seorang Forwarder itu adalah para pemilik barang ,sedangkan pihak pengangkut tidak akan
selalu berbuat demikian karena mereka hanya menghadapi beberapa masalah saja seperti :
1. Bagaimanakah caranya mereka mampu untuk dalam waktu yang ditetapkan dapat
memadai ruang muatannya dengan barang muatan (cargo) untuk tujan tertentu
yang diinginkan.
2. Selanjutnya bagaimanakah mereka akan memelihara dan memerlukan barang
muatan yang berada dikapalnya selalu aman dan utuh selama dalam proses
pengangkutannya sampai di tempat tujuan.
3. Dan segala sesuatunya itu telah dengan jelas tertulis di dalam suatu kontrak
angkutan yang dikenal dengan sebutan Bill Of Lading/BL pada angkutan laut,dan
pada kontrak angkutan udara adanya Airway Bill atau di kenal dengan AWB.Pada
kedua jenis dokumen muatan tersebut dapat dibaca segala persyaratan
pengangkutan barang yang mengikat kedua belah pihak.Kemudian bagaimanakah
tata cara pelaksanaan operasional dari perusahaan Freight Forwarding itu ada
beberapa macam tindakan para forwarder dalam hal mereka mengelola usaha jasa
forwarding tersebut.Secara singkat beberapa langkah yang biasanya akan di ambil
oleh perusahaan Forwarding itu adalah sebagai berikut ini :
4. Mencari calon penngguna jasa,bila mungkin untuk dijadikan langganan
(client)tetap dengan cara : melalui jasa pos,dengan menjelaskan jasa-jasa yang
akan di tawarkan melalui system dari pintu ke pintu dengan kunjungan ke
lapangan melalui cara lain yang efektif.
5. Melakukan negosiasi atau perundingan lain,sehingga calon pemakai jasa setuju
untuk menggunakan jasa Forwarding yang ditawarkan.
6. Melaksanakan persiapan-persiapan yang di perlukan untuk memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya terhadap barang –barang yang telah diterima dari pemilik
barang.
7. Meneliti segala sesuatunya yang diperlukan agar barang dimaksud dapat segera di
kirim,seperti umpamanya :
a. Apakah isi,jenis,berapa berat dan volume barangnya,lengkap dokumen
penunjangnya.
b.Siapakah Nama dan Pemilik Barang.
c. Kemana tujuan barang ini akan di kirim.
d.Siapa nama penerima barang di tempat tujuan.
e. Apa dan bagaimana persyaratan angkutannya.
f. Apabila barang tersebut didukung oleh L/C dan bagaimanakah persyaratan
yang dibebankan terhadapnya.
g.Kepada siapakah barang tersebut diserahkan untuk dikirim.
h.Bagaimakah syarat pembayaran uang tambang dan berapa jumlahnya.
i. Apabila selesai proses pengiriman barangnya bagaimanakah tata cara
penagihan kepada pemilik barang,dimanakah tagihannya.
j. Bagaimanakah dengan polis asuransinya.
8. Proses pengursan dokumen ,pemeriksaan barang oleh petugas pabean.
9. Melaksanakan negosiasi mengenai tariff angkutan,baik dengan pihak
pengangkut,maupun pemilik barang.
10. Apabila segala sesuatunya telah sesuai dengan keentuan yang berlaku,segera
menghubungi pihak pengangkut yang akan melaksanakan penngiriman barang
yang dimaksud.
11. Apabila proses pengiriman barang berjalan lancar dan barang jasa Forwarding
secara lengkap kepada pihak yang terkait (penerima dan pengirim).
Contoh :
PT. Nusatrip sebagai pengusaha JPT/FF melakukan penyerahan JPT/FF berupa biaya
transportasi menggunakan moda angkutan (freight) kapal laut, dengan nilai sebesar
Rp50.000.000,00 (belum termasuk PPN), kepada PT. Kisanak.
Dasar Pengenaan Pajak yang digunakan untuk penghitungan PPN yang terutang atas
penyerahan JPT/FF tersebut adalah Nilai Lain sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang
ditagih atau seharusnya ditagih, karena di dalam tagihan atas penyerahan JPT/FF tersebut
terdapat biaya transportasi (freight charges).
Jawab:
PPN yang terutang atas penyerahan JPT/FF tersebut adalah sebesar 10% x Dasar Pengenaan
Pajak = 10% x (10% x Rp50.000.000,00) = Rp500.000,00.
Kegiatan impor adalah kegiatan untuk memindahkan barang dari luar pabean kedalam pabean
baik sebagai pemasok bahan baku atau distribusi atas barang yang di impor, dan kegiatan ini
tidak lepas dari jasa forwader. Jasa forwader termasuk jasa lain yang dikenai PPh 23 menurut
PMK 141/PMK.03/2015 dimana memiliki NPWP 2% tidak memiliki NPWP sebesar 4%.
Aturan dalam PPh Pasal 23 atas jasa freight forwarding, forwarder diberikan pilihan sebagai
berikut.
1. Metode Reimbursement
2. Metode Reinvoicing
PPh Pasal 23 atas jasa freight forwarding diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
141/PMK.03/2015.
Dalam Pasal 1 ayat (3) huruf b angka 4 yaitu menjelaskan bahwa pembayaran kepada penyedia
jasa yang merupakan penggantian (reimbursement) atas biaya yang telah dibayarkan penyedia
jasa kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa bersangkutan selama dapat dibuktikan
faktur tagihan dan/atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak
ketiga.
Terdapat beberapa syarat dalam menggunakan metode reimbursement, diantaranya adalah dapat
dibuktikan faktur tagihan dan bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh forwarder kepada
pihak ketiga. Hal ini wajib dilakukan oleh pihak yang terikat kontrak dengan forwarder.
Pihak pengguna jasa harus dapat memahami bahwa apabila forwarder menunjukkan faktur
tagihan kepada pihak ketiga, maka faktur tersebut bukan merupakan objek PPh Pasal 23. Untuk
faktur tagihan serta bukti pembayaran kepada pihak ketiga bukan bagian dari
jasa freight forwarding. Akan tetapi pengguna jasa lah yang akan menanggung pembayaran
sebagai bentuk dari reimbursement.
Faktur tagihan serta bukti pembayaran kepada pihak ketiga merupakan bukti tagihan dan
pembayaran yang dilakukan forwarder hingga seluruh proses jasa freight forwarding telah
selesai. Namun, jika pihak forwarder hanya melampirkan satu faktur tagihan, dalam arti tidak
melampirkan faktur tagihan kepada pihak ketiga, maka dasar pengenaan PPh Pasal 23 merukan
total tagihan. Penjumlahan dari total tagihan berasal dari fee atas jasa freight forwarding serta
pembayaran-pembayaran lainnya yang dibayarkan oleh pihak forwarder kepada pihak ketiga,
atau sering disebut dengan metode reinvoicing.
Apabila pihak forwarder memilih metode reinvoicing, maka pengguna jasa akan melakukan
pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari total tagihan. Namun, jika pihak forwarder memilih
metode ini, maka Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPh Pasal 23 dan DPP PPN besarnya sama.
Sebaliknya, apabila forwarder memilih metode reimbursement, maka akan ada perbedaan DPP
antara PPh Pasal 23 serta DPP PPN. Tetapi, DPP PPN harus berasal dari total
tagihan reinvoicing atau tagihan kepada pengguna jasa.