A. Pendahuluan
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) atau secara internasional lebih dikenal sebagai
Harmonized System (HS) merupakan buku yang berisi penamaan dan penomoran (pengklasifikasian)
setiap jenis barang yang diperdagangkan di dunia. Masing-masing negara-negara dapat memperluas
penambahan penomoran Harmonized Sistem sesuai keperluan, umumnya pada tingkat urutan digit ke
delapan atau ke sepuluh). Negara-negara yang telah mengadopsi Harmonized System tidak
diperkenankan untuk mengubah dengan cara apapun yang terkait dengan penjelasan Pos atau Subpos
WCO.
Pengelolaan HS dilakukan oleh World Customs Organization (WCO) yang berpusat di Brussels,
Belgia dan beranggotakan lebih dari 170 negara. Jadi singkatnya BTKI adalah HS yang menggunakan
bahasa Indonesia dan Inggris. BTKI selalu di perbaharui setiap periode waktu tertentu sesuai dengan
perkembangan jaman dan dinamika perdagangan internasional. Selain memuat klasifikasi atas setiap
jenis barang yang diperdagangkan, di dalam BTKI juga memuat besarnya tarif Bea Masuk, Bea Keluar,
PPN, dan PPn BM. BTKI yang berlaku setiap tahunnya dilakukan pembaharuan terhadap kontennya.
Sejak tahun 2017 sudah diberlakukan BTKI versi 2017 menggantikan BTKI versi 2012.
Tujuan Pembuatan HS
diantaranya adalah: i. Memberikan keseragaman dalam penggolongan daftar barang yang sistematis, ii.
Memudahkan pengumpulan data dan analisis statistik perdagangan dunia, dan iii. Memberikan sistem
internasional yang resmi untuk pemberian kode, penjelasan dan penggolongan barang untuk tujuan
perdagangan
BTKI adalah Buku Tarif Kepabeanan Indonesia yang memuat sistem klasifikasi barang yang
berlaku di Indonesia, meliputi Ketentuan Untuk Menginterpretasi Harmonized System (KUMHS),
Catatan, dan Struktur Klasifikasi Barang yang disusun berdasarkan Harmonized System (HS) dan
ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature(AHTN). Penyebutan BTKI 2017 selanjutnya merujuk pada
sistem klasifikasi barang yang berlaku di Indonesia mulai 1 Maret 2017.
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) merupakan buku yang memuat nomenklatur klasifikasi
barang uang disusun berdasarkan HS dan AHTN. BTKI sendiri memuat KUMHS, Catatan Bagian,
Catatan Bab, Catatan Sub Pos, Struktur Klasifikasi Bab 1 s.d. Bab 98, dan besaran tarif (BM MFN,
BK, PPN, PPNBM) yang diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Struktur BTKI disusun berdasarkan HS dan AHTN, dimana Indonesia terlibat dalam proses pembahasan
AHTN dan banyak mengusulkan pos AHTN. Besaran tarif bea masuk dan pos tarif yang ada dalam
BTKI/AHTN ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan disusun berdasarkan masukan dari Kementerian dan
Instansi terkait, antara lain Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Pertanian, Badan POM, dan instansi pemerintah terkait lainnya.
Perubahan secara signifikan pada BTKI 2017
Mulai 1 Maret 2017, Indonesia menggunakan AHTN 2017 menjadi BTKI 2017 (8 digit pos tarif) tanpa
pemecahan pos nasional seperti BTKI 2012 dan meliputi beberapa perubahan sebagai berikut :
1. Perubahan struktur Klasifikasi, a.l.: Penambahan Pos/Subpos, Penghilangan/ Penggabungan Pos/
Subpos, dan Revisi Uraian/Redaksional
2. Perubahan Catatan Bagian, Catatan Bab dan Catatan Sub Pos.
1 Jan 1874 UU Tarif Indonesia (Indische Tarriefwet) tahun 1871 tanggal 17 November 1872
dengan Stbl 1873 No 351 tetapi baru berlaku pada tanggal 1 Januari 1874. Buku atau
daftar Tarif bea masuk yang pertama berlaku di Indonesia
1882 Ordonansi Bea (Bepalingen Op De Heffing En verzekering Der in En Vitvoerregten-
Staatblad 1882 No.240)
1910 Ordonansi Tarif (Tarief Ordonantie-Staatblad 1910 N0.628 Jo Staatsblad 1934 No.471)
1 Jan1934 Klasifikasi Nomenclatur Jenewa yang berlaku sejak 1 Januari 1934
1949 Ordonansi Bea Keluar, Staatsblad No.39
1957 Ordonasi 1957 No.30, Cabut Ordonansi 1949 Staatsblad No.39
31 Jan1973 BTN (Brussels Tarief Nomenclature), yang berlaku sejak 31 Januari 1973
1 Jan 1980 Customs Cooperation Council Nomenclature
1 April 1985 Customs Cooperation Council Nomenclature
1989 HS pertama sekali digunakan oleh Indonesia
1992 Amandamen HS ke-1 (diimplementasikan tahun 1994) BTBMI (Buku Tarif Bea
Masuk Indonesia) 1994
1993 Indonesia menjadi contracting party konvensi HS
1996 Amandemen HS ke-2 ( diimplementasikan tahun 1996) -BTBMI 1996
1 April 1996 UU No.10 Tahun 1995 UU Kepabeanan Indonesia
2002 Amandemen HS ke-3 ( diimplementasikan tahun 2003) -BTBMI 2003
2003 Pengenalan Asean Harmonised Tariff Nomenkelatur (AHTN) berdasarkan HS 2002
(diimplementasikan tahun 2004) -BTBMI 2004
15 Nop 2006 UU No.17/2006 tentang perubahan UU No.10/1995 Kepabeanan Indonesia
2007 Amandamen HS ke-4 dan revisi AHTN ke-1 (diimplementasikan tahun 2007)
BTBMI 2007
2011 Amandemen HS ke-5 dan revisi AHTN ke-2 (diimplementasikan 1 Januari tahun
2012). Disebut dengan BTKI (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia) 2012
2017 BTKI (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia) 2017
Mulai 1 Maret 2017, Indonesia menggunakan AHTN 2017 menjadi BTKI 2017 (8 digit
pos tarif)
Keterangan:
1. Bab 1: Bab ini menjelaskan suatu barang diklasifikasikan ditunjukkan melalui dua digit angka pertama.
Contoh ini menunjukkan bahwa barang tersebut diklasifikasikan pada Bab 1
2. Pos 01.01: Dua digit angka berikutnya atau 4 digit angka pertama menunjukkan heading atau pos pada
bab yang dimaksud sebelumnya. Contoh ini menunjukkan barang tsb diklasifikasi pada pos 01.01.
3. Sub-pos 0101.11: Enam digit angka pertama menunjukkan sub-heading atau sub-pos dan bab yang
dimaksud. Pada contoh di atas, barang tersebut diklasifikasikan pada sub-pos 0101.11.
4. Delapan digit teks AHTN: 8 digit angka pertama adalah pos yang berasal dari teks AHTN.
5. Sepuluh digit pos tarif BTBMI: 10 digit angka tersebut menunjukkan tarif nasional yang diambil dari
BTBMI. Pos tarif ini menunjukkan besarnya pembebanan (Bea Masuk, PPN, PPnBM atau Cukai) serta
ada tidaknya peraturan tata niaganya.
SOAL
1. Importir I mengirim barang X dengan harga per unit yang diberitahukan adalah CIF $30. Metode I, II. atau
III tidak dapat dipergunakan. Terdapat barang identik dijual importir di pasar dalam negeri dengan harga
per unit pada jumlah penjualan terbesar adalah Rp 600.000,-. Biaya-biaya yang dikeluarkan I (belum
termasuk Bea masuk, PPN dan PPh) per satuan jenis barang adalah sbb :
Biaya transportasi Rp 45.000
Biaya lain(promosi, dll) Rp 40.000
Pengeluaran umum Rp 35.000
Profit Rp 60.000
Asuransi dalam negeri Rp 10.000
Data lainnya : BM =25%, PPN= 10%, PPh22 = 2,5%
Hitung :
a. Nilai Pabean berdasarkan metode Deduksi
b. BM, dan PDRI serta total pungutan seluruhnya.
c. Importir memberitahukan kepada petugas Bea Cukai bahwa Nilai Pabean adalah sebesar US$ 20/unit
Importir kedapatan Bea Cukai setelah memberitahukan Nilai Pabean yang seharusnya US$ 25/unit,
sehingga dikenakan sanksi administrasi kepabeanan. Hitung dasar pengenaan sanksi administrasi tsb.
2. PT KakaoAgro di Menado mengekspor biji kakao ke Malaysia pada tanggal 15 Januari 2020 dengan data
PEB sebagai berikut :
a. Jumlah kakao 20.000/MT (MT=metric ton) b. Tarif PE 3% c. Harga ekspor biji kakao sesuai
pos tarif no.1801.00.00.00 adalah US$ 2,156.00/MT. d. Kurs Kementerian Keu utk Kepabeanan
&Cukai Rp 14.000/USD 1
3. Pada tanggal 31 Jan 2017, PT. RODAMAS Jakarta mengimpor tepung gandum (Pos Tarif 1101.00.10) yang
berasal dari negara India dengan data dalam PIB sebanyak 5 petikemas 20’ @400 karton, @ 50kg. Harga
FOB USD 13.500. Tidak ada data Freight dari India ke Tanjung Priok. Tidak ada data Asuransi dari Port
India ke Tanjung Priok. Tariff Bea Masuk 5%. BMAD (bea masuk anti dumping) =14,85%, Kurs USD
1=Rp. 13.500,00. PT. Bukitmas tidak memiliki API. Asuransi yang dibayar dari Pabean Tg Priok Jakarta
Rp. 10juta. PT. Roda Mas tidak memiliki API.