Anda di halaman 1dari 8

Lex et Societatis, Vol. V/No.

7/Sep/2017

KEBERADAAN ASAS CABOTAGE TERHADAP Nasional.Asas ini memberikan kekuatan bahwa


PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT DALAM penyelenggaraan pelayaran dalam negeri
UNDANG – UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 sepenuhnya hak negara pantai.Artinya, negara
TENTANG PELAYARAN1 pantai berhak melarang kapal-kapal asing
Oleh : Graciella Eunike Sumenda2 berlayar dan berdagang di sepanjang perairan
negara tersebut.Penerapan asas Cabotage
ABSTRAK didukung ketentuan Hukum Laut Internasional,
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk ketentuan ini berkaitan dengan kedaulatan dan
mengetahui bagaimana keberadaan asas yurisdiksi negara pantai atas wilayah laut
Cabotage dalam peraturan perundang- teritorilnya.
undangan di bidang pengangkutan laut di Konvensi Hukum Laut 1982 yang lebih
Indonesia dan bagaimana penerapan asas dikenal dengan UNCLOS 1982 merupakan
Cabotage terhadap perusahaan angkutan laut Konvesi yang telah diratifikasi Indonesia melalui
Nasional. Dengan menggunakan metode Undang Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. Pengesahan United Nations Convention on The
Pengaturan Asas cabotage ini berkembang dari Law of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-
waktu ke waktu, yang mulai diberikan payung Bangsa Tentang Hukum Laut). Konvensi Hukum
hukum berupa Instruksi Presiden (Inpres) No 5 Laut 1982 mengakui hak negara-negara untuk
Tahuun 2005 mengenai Pemberdayaan Industri melakukan klaim atas berbagai macam zona
Pelayaran Nasional, kemudian Asas cabotage ini maritim dengan status yang berbeda-beda,
diakomodir dalam Undang-Undang Pelayaran mulai dari kedaulatan penuh negara yang
No 17 Tahun 2008. UU ini juga memuat sanksi meliputi laut pedalaman, laut teritorial dan
atas pelanggaran asas cabotage, yaitu sanksi selat yang digunakan untuk pelayaran
administratif dan pidana. 2. Dalam penerapan internasional.Dengan demikian, negara
Asas Cabotage bagi pelayaran Indonesia mempunyai kewenangan untuk membatasi
didasarkan pada pemikiran bahwa transportasi kapal asing yang memasuki wilayah lautnya.
laut dalam negeri mempunyai peranan strategis Kapal asing tidak boleh berada atau memasuki
dan signifikan dalam pembangunan nasional, wilayah perairan pedalaman suatu negara
mulai bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, pantai tanpa izin dan alasan yang jelas. Kecuali
pertahanan sampai keamanan,ini dimaksudkan untuk jalur kapal bantuan dan memiliki izin
untuk melindungi kedaulatan negara dan atau alasan yang sah tanpa mengganggu
mendukung perwujudan Wawasan Nusantara, stabilitas keamanan dan ketertiban negara.
serta memberikan kesempatan berusaha yang Sedangkan untuk laut teritorial dan selat,
seluas-luasnya bagi perusahaan angkutan laut negara pantai memberikan jaminan lintas
nasional dalam memperoleh pangsa muatan. damai dan lintas transit bagi pelayaran
3
Kata kunci: Asas Cabotage, Perusahaan, internasional.
Angkutan Laut, Pelayaran. Secara ekonomi, tujuan diberlakukannya
asas Cabotage adalah untuk meningkatkan
PENDAHULUAN perekonomian masyarakat Indonesia, dengan
A. Latar Belakang Masalah memberikan kesempatan berusaha seluas-
Sebelum adanya asas Cabotage, sebagian luasnya bagi perusahaan angkutan laut nasional
besar angkutan laut domestik dilayani kapal- dan lokal. Diyakini peraturan ini dapat
kapal berbendera asing.Hal ini menjadikan meningkatkan produksi dan produktifitas kapal
kepentingan usaha angkutan laut nasional dalam negeri, karena seluruh kapal yang
terpuruk.Atas dasar itu pada 7 Mei 2011, berlayar di perairan tanah air harus berbendera
diberlakukan asas Cabotage yang merupakan Indonesia.Selain itu, asas Cabotage difungsikan
tindak lanjut dari Instruksi Presiden No. 5 Tahun untuk melindungi kedaulatan negara,
2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran khususnya di bidang industri maritim.4Saat ini,

1 3
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Berlian Manoppo, Mengenai laut pedalaman, teritorial dan selat lihat
SH, MH; Godlieb N. Mamahit, SH, MH ketentuan Pasal 2, Pasal 8 dan Pasal 34 Persetujuan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. UNCLOS 1982.
4
14071101026 Ibid

157
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

terutama menghadapi era perdagangan bebas, norma-norma hukum positif, dan yuridis
di kalangan pelaku usaha pelayaran masih empiris adalah penelitian yang dilakukan
terdapat anggapan keliru yang memandang dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi
bahwa penerapan asas Cabotage dalam ilmu hukum dengan melihat serta mengkaitkan
pelayaran domestik bertentangan dengan dengan kenyataan yang ada di dalam
prinsip liberalisasi perdagangan. implementasinya yang bertujuan untuk
Dalam sistem perdagangan internasional mendiskripsikan kegiatan/peristiwa alamiah
yang dilakukan sesuai dengan Undang-Undang dalam praktek sehari-hari,5 Metode yang
Pelayaran dan pemberlakuan asas Cabotage digunakan adalah metode penelitian hukum
yang berlaku di Indonesia, perusahaan normatif yang merupakan prosedur penelitian
angkutan laut mempunyai kedudukan ilmiah untuk menemukan kebenaran
tersendiri yaitu sebagai perusahaan yang berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi
menjembatani kepentingan pihak asing untuk normatifnya yang berkaitan dengan implikasi
melakukan perdagangan khusus import pemberlakuan asas Cabotage dalam pelayaran
ataupun eksport dengan menggunakan armada Indonesia terhadap eksistensi perusahaan
kapal asing. Atau dengan kata lain perusahaan angkutan laut nasional dalam kegiatan
angkutan laut disebut juga sebagai agen umum perdagangan bebas. Logika keilmuan yang juga
kapal asing yang akan melakukan kegiatan dalam penelitian hukum normatif dibangun
khusus import atau eksport barang saja. Namun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja
dalam hal perdagangan barang dan/atau ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang
pengangkutan penumpang di wilayah perairan objeknya hukum itu sendiri. Penelitian hukum
Indonesia, maka kegiatan tersebut harus normatif ini dilakukan dengan pendekatan
sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan terhadap dua hal, yaitu pendekatan terhadap
angkutan laut Indonesia. Dalam hal ini yang peraturan perundang-undangan (statuta
disebut dengan agen umum adalah perusahaan aproach) menyangkut aturan tentang pelayaran
angkutan laut nasional yang ditunjuk oleh dan pendekatan konseptual mengenai asas
perusahaan angkutan laut asing di luar negeri Cabotage
untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan
dengan kepentingan kapalnya dan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penerapannya harus didahului dengan kontrak A. Asas Cabotage Dalam Perundang-Undangan
keagenan umum kapal asing. Nasional
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Pengaturan mengenai asas cabotage
penulisan ini akan memfokuskan kajian mulanya terdapat dalam Undang-Undang
terhadap keberadaan asas Cabotage setelah Pelayaran nomor 21 tahun 1992 yang mengatur
berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun bahwa hanya kapal berbendera Indonesia yang
2008 tentang Pelayaran serta implikasi hukum boleh melakukan pelayaran dalam negeri.
keberadaan asas iniNasional? Undang-Undang ini masih belum memberikan
sanksi yang tegas, sehingga pada saat itu masih
B. Perumusan Masalah banyak kapal asing yang beroperasi di
1. Bagaimana keberadaan asas Cabotage dalam Indonesia dengan memenuhi syarat dan
peraturan perundang-undangan di bidang keadaan tertentu.Upaya untuk mengatasi hal
pengangkutan laut di Indonesia? tersebut, dengan keluarnya Inpres nomor 5
2. Bagaimana penerapan asas Cabotage tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri
terhadap perusahaan angkutan laut Pelayaran Nasional. Setelah keluarnya Inpres
Nasional? ini, ditindaklanjuti dengan digantinya
UndangUndang yang lama, menjadi Undang-
C. Metode Penelitian Undang nomor 17 tahun 2008 tentang
1. Jenis dan Sifat Penelitian Pelayaran. Undang-Undang Pelayaran yang
Jenis penelitian yang dilakukan dalam baru ini menerapkan asas cabotage secara lebih
penyusunan skripsi ini adalah penelitian yuridis
normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk
5
mengkaji penerapan kaedah kaedah atau Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum
Normatif, : Bayumedia, Surabaya, 2008, hlm.282

158
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

tegas dan ketat dengan disertai sanksi bagi Asas Cabotage memberikan kekuatan
pelanggarnya. bahwa penyelenggaraan pelayaran dalam
Pemberlakuan asas cabotage dipertegas negeri sepenuhnya hak negara pantai.Artinya,
dengan ketentuan bahwa kegiatan angkutan negara pantai berhak melarang kapal-kapal
laut dalam negeri dilakukan oleh perusahaan asing berlayar dan berdagang di sepanjang
angkutan laut nasional dengan menggunakan perairan negara tersebut.Penerapan Asas
kapal berbendera Indonesia serta diawaki oleh Cabotage didukung ketentuan Hukum Laut
Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.Hal Intenasional, berkaitan dengan kedaulatan dan
ini berbeda dengan Undang-Undang terdahulu yurisdiksi negara pantai atas wilayah lautnya.
yang hanya mengatur mengenai penggunaan Karena itu, kapal asing tidak boleh berada atau
kapal berbendera Indonesia untuk beroperasi memasuki wilayah perairan tanpa izin dan alas
di wilayah perairan nasional.Ketentuan baru ini an yang jelas. Kecuali untuk jalur kapal bantuan
menutup kemungkinan bagi kapal asing untuk dan memiliki izin atau alasan yang sah tanpa
melakukan kegiatan angkutan laut dalam mengganggu stabilitas keamanan dan
negeri, dengan demikian kapal asing dilarang ketertiban negara. Asas Cabotage berakar pada
mengangkut penumpang dan/atau barang konsepsi bahwa kegiatan angkutan laut
antar pulau atau antar pelabuhan di wilayah dalamnegeri adalah bagian dan kekuatan
perairan Indonesia. strategis dalam mempertahankan kedaulatan
negara, dengan demikian pelaksanaan asas
B. Asas Cabotage Sebagai Implementasi Hak Cabotage bukan semata-mata menyangkut
Berdaulat Negara Pantai masalah ekonomi atau proteksi ekonomi tetapi
Asas cabotage merupakan sebuah asas yang adalah menyangkut masalah kedaulatan
mengandung makna bahwa muatan dalam negara. Dengan ketentuan yang sudah
negeri harus diangkut dengan menggunakan digariskan dalam Konvensi Hukum Laut 1982,
jasa angkutan dari kapal-kapal nasional milik maka negara pantai memiliki kedaulatan untuk
perusahaan nasional.Hal ini dilakukan sebagai mengeksploitasi wilayah lautnya untuk
upaya untuk memberikan perlindungan dan kepentingan negaranya.Asas cobotage
usaha dalam negeri serta mengurangi merupakan salah satu dari asas yang terdapat
ketergantungan pada pihak asing.6Namun dalam hukum laut (Maritim Law), terutama
terpuruknya peran armada pelayaran nasional hukum pengangkutan laut. Asas lain yang juga
dalam mengangkut muatan untuk angkutan dikenal adalah asas Fair Share (asas pembagian
dalam negeri, maka pemerintah memberi muatan secara wajar) yairu bahwa kapal-kapal
kelonggaran/mengijinkan kepada perusahaan dalarn negeri alau kapal-kapal yang
angkutan laut nasional untuk menggunakan diaperasionalkan oleh perusahaanperusahaan
kapal asing dengan berbagai persyaratan, dalarn negeri mempunyai hak untuk
walaupun dalam undang-undang dan peraturan mengangkut bagian yang wajar dari muatan-
lainya secara eksplisit diberlakukan asas muatan yang diangkut ke atau dari luar negeri.
cabotage.Dikeluarkan Inpres No.5 Tahun 2005 Asas ini mengandung arti bahwa
dan Permenhub No.KM 71 Tahun 2005 secara penyelenggaraan pelayaran dalam negeri
tegas dinyatakan bahwa muatan antar adalah sepenuhnya hak negara pantai.Negara
pelabuhan di dalam negeri harus diangkut pantai berhak melarang kapal-kapal laut asing
dengan menggunakan kapal berbendera berlayar dan berdagang sepanjang pantai
Indonesia yang dioperasikan oleh perusahaan dalam wilayah perairan negara pantai yang
angkutan laut nasional.Implementasi asas bersangkutan. Asas ini sering diartikan juga
cabotage sesuai Inpres No 5 Tahun 2005 sebagai pelayaran niaga nasional dari satu
tersebut harus dilaksanakan dengan optimal pelabuhan ke pelabuhan yang lain dalam
untuk melindungi pelayaran dalam negeri dan wilayah suatu negara.7 Menurut Mochtar
perekonomian Indonesia. Kusumaatmadja, asas Cabotage ini diartikan
sebagai asas atau prinsip yang menyatakan
bahwa kegiatan pelayaran dalam wilayah
6
Rosyid Mohammad Daniel, Setyawan Dony ,.Kekuatan
Struktur Kapal, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2000, hlm
7
77. M. Hussen Umar., Op Cit,.hlm.137.

159
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

perairan suatu negara hanya dapat dilakukan Amerika Serikat saja.10 Apabila hak Cabotage
oleh kapal-kapal dari negara yang itu masih berlaku di Amerika Serikat dan benar-
bersangkutan. Asas Cabotage ini juga benar dipraktekkan dan ditegakkan (enforced),
merupakan asas yang diakui didalam hukum sedangkan Amerika Serikat merupakan negara
dan praktek pelayaran seluruh dunia serta maju, hal itu lebih-lebih berlaku bagi Indonesia
merupakan penjelmaan kedaulatan suatu yang merupakan suatu negara kepuluan
negara untuk mengurus dirinya sendiri, dalam dimana perhubungan laut merupakan faktor
hal ini pengangkutan dalam negeri (darat, laut integrasi wilayah dan bangsa yang penting dan
dan udara), sehingga tidak dapat begitu saja dapat dikatakan bukan saja urat nadi bahkan
dianggap sebagai proteksi, yaitu perlindungan jantung dari pada kehidupan bangsa.11
atau perlakuan istimewa yang kurang wajar Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa
bagi perusahaan domestik sehingga Hukum Laut Internasional melalui Konvensi
menimbulkan persaingan yang tidak Hukum Laut 1982 memberikan wewenang dan
8
sehat. Banyak kalangan yang menilai kedaulatan penuh kepada negara pantai dalam
pemberlakuan asas ini sebagai suatu tindakan wilayah laut teritorialnya. Asas Cabotage
proteksi yang memperlakukan istimewa bagi merupakan bagian dari pengimplementasian
perusahaan domestik (nasional) sehingga kedaulatan tersebut kedalam suatu bentuk
dianggap menimbulkan persaingan yang tidak kebijakan negara pantai untuk membatasi
sehat (unfair competition), padahal ini kapal-kapal asing yang masuk ke wilayahnya,
merupakan upaya kebijakan yang dilakukan khususnya wilayah perairan pedalaman.Karena
pemerintah suatu negara yang bertujuan untuk untuk wilayah teritorial lainnya seperti lintas
meningkatkan kemampuan industri dalam damai dan zona tambahan negara wajib
negeri.Disamping itu kekeliruan yang dilakukan memberikan lintas damai bagi kapal asing,
pemerintah dalam menyerap arus globalisasi namun demikian dalam baas-batas yang sudah
dan perdagangan bebas yang penerapannya diatur dalam Konvensi Hukum Laut 1982.
kedalam kebijakan pembangunan industri Banyak negara yang menggunakan azas
nasional seringkali malahan merugikan Cabotage dan wawasan kebangsaan sangat
keberadaan perusahaan/industri dalam kuat tercermin dalam kebijakan maritim
negeri.Padahal sebenarnya pemerintah harus mereka,12 sebagai bentuk dari kedaulatan yang
senantiasa mengadakan penyesuaian dengan dimiliki olehnya dalam membangun
kondisi dalam negeri. Sama halnya dengan perekonomian negara melalui industri
dunia angkutan laut, pembinaan dan dukungan pelayaran sebagai kawasan yang memiliki
pemerintah juga mutlak diperlukan untuk teritorial di wilayah laut. Bagi negara-negara
menjadikan angkutan laut nasional menjadi yang telah lebih dulu mapan di bidang maritim,
tuan rumah di negerinya sendiri.9 Hak tentu ini menjadi sesuatu hal yang sangat
Cabotage dalam kegiatan angkutan laut dipertahankan untuk lebih mengembangkan
(pelayaran) sebenarnya oleh negara-negara wawasa kebangsaan mereka disamping
maju pun pada era globalisasi dan perdagangan menjaga kedaulatan negara mereka
bebas ini masih tetap mempraktekkannya, sebagaimana yang telah di gariskan secara
misalnya oleh Amerika Serikat dimana tegas didalam hukum internasional.Hukum laut
berdasarkan Pasal 14 Shipping Act, pelayaran internasional memberikan keleluasaan
antra benua Amerika (Minland Unted States) sepenuhnya kepada suatu negara pantai untuk
dan kepulauan Hawaii hanya boleh dilakukan mempertahankan serta mengelola sumber daya
oleh perusahaan-perusahaan pelayaran yang ada di wilayah laut teritorialnya secara
mandiri. Jika kita tinjau dari sisi pertahanan dan
keamanan suatu negara, maka armada
8
Mochtar Kusumaatmadja dalam makalah “Pembinaan angkutan dalam negeri suatu negara pantai
Pelayaran Nasional dalam Rangka Penegakan Wawasan dapat dimobilisasikan sebagai pendukung
Nusantara”, disampaikan pada Seminar tentang Pelayaran
Naional, tanggal 19-20 Oktober 1994 di Kanindo Plaza,
10
Jakarta, hlm.7 Mochtar Kusumaatmadja, Loc.Cit
9 11
Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Perspektif Ibid
12
Teori dan Praktek,:Pustaka Bangsa Pers, Medan, 2005, http:// www.mappel.org/kajian-ilmiah-untuk-inpres.,
hlm 22-23 diakses pada tanggal 11 Mei 2017

160
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

pertahanan negara di laut. Ini dapat dilakukan mengutamakan kepentingan umum dan
apabila negara dalam keadaan bahaya.Karena kelestarian lingkungan hidup dengan
itu, sistem pelayaran yang kuat harus menjadi memperhatikan koordinasi antara pusat dan
tujuan suatu negara pantai dengan memiliki daerah, dan yang tidak kalah penting untuk
kapal-kapal sendiri sebagai implementasi asas mempertahanan keamanan negara. Sistem
Cabotage secara utuh.Hal tersebut sesuai pelayaran yang efisien dan terkelola dengan
dengan dasar dan kepentingan utama baik merupakan faktor yang sangat penting
penerapan asas Cabotage.Pertama, menjamin dalam persaingan ekonomi serta integritas
dan melindungi infrastruktur pembangunan nasional.Sebagai suatu negara kesatuan yang
kelautan negara pantai, terutama pada saat terdiri atas ribuan kepulauan, perlu dimiliki visi
negara dalam keadaan darurat, dibandingkan dan misi kedepan untuk membangun Negara
jika infrastruktur itu dimiliki negara asing yang Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan
sewaktu-waktu semua itu dapat ditarik.Kedua, karakteristik yang unik dan spesifik tersebut.
membangun armada niaga yang kuat dan Dalam pelaksanaan terhadap sistem pelayaran
memadai, mengisi kebutuhan angkutan laut nasional Indonesia yang baik akan
dalam negeri, dan mendukung kegiatan menunjukkan pada negara-negara di dunia,
ekonomi kelautan lainnya.Ketiga, mendukung bahwa bangsa indonesia adalah negara bahari
kepentingan keamanan, pertahanan, dan yang kuat dan sejahtera. Adapun tujuan dari
ekonomi nasional.Keempat, armada pelayaran penyelenggaraan sistem pelayaran Indonesia
niaga menjadi bagian dari sistem pertahanan adalah dengan tujuan14 :
negara yang siap dimobilisasi saat negara 1. memperlancar arus perpindahan orang
membutuhkan.13Kedaulatan negara atas laut dan/atau barang melalui perairan dengan
dapat diartikan sebagai hak bagi negara untuk mengutamakan dan melindungi angkutan di
melakukan penguasaan dan pengelolaan atas perairan dalam rangka memperlancar
laut guna dimanfaatkan sebesarbesarnya bagi kegiatan perekonomian nasional;
kemakmuran dan kesejahteraan 2. membina jiwa kebaharian;
rakyat.Efektivitas kedaulatan negara di laut 3. menjunjung kedaulatan negara;
sangat tergantung kepada kemampuan dan 4. menciptakan daya saing dengan
kapasitas pemerintah dalam pemeliharaan dan mengembangkan industri angkutan perairan
pemanfaatan sumber daya alam, khususnya di nasional;
laut untuk selanjutnya mendukung aplikasi 5. menunjang, menggerakkan, dan mendorong
peran seluruh komponen bangsa dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional;
pengelolaan laut.Disamping itu penerapan Asas 6. memperkukuh kesatuan dan persatuan
Cabotage pada pengangkutan laut adalah untuk bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan
mencegah atau mengurangi ketergantungan Nusantara; dan
negara pantai terhadap pelayaran kapal-kapal 7. meningkatkan ketahanan nasional.
asing.Memperlancar arus barang atau jasa dan Dalam sistem pelayaran nasional Indonesia
manusia ke seluruh wilayah negara pantai memuat empat unsur utama yakni angkutan di
secara luas dengan pelayanan maksimal, perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan
namun tetap dengan harga yang wajar, keamanan pelayaran, serta perlindungan
termasuk ke daerah-daerah terpencil. Hal lingkungan maritim. Dalam penjabaran asas
positif lain yang dapat dirasakan bagi negara cabotage melalui perusahaan penyelenggaraan
pantai adalah sebagai upaya penyedia pegakutan di laut mencakup:
kesempatan kerja bagi warga negaranya. 1. Angkutan perairan
Penyelenggaraan suatu pelayaran nasional Pengaturan untuk bidang angkutan di
merupakan bagian dari sebuah sistem, sehingga perairan memuat prinsip pelaksanaan asas
diharapkan dapat memberikan manfaat yang Cabotage dengan cara pemberdayaan angkutan
sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat laut nasional yang memberikan iklim kondusif
Indonesia, bangsa dan negara, serta memupuk guna memajukan industri angkutan di perairan,
dan mengembangkan jiwa kebaharian dengan antara lain adanya kemudahan di bidang

13 14
http://indomaritimeinstitute.org, diakses tanggal 7 Mei Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
2017. tentang Pelayaran

161
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

perpajakan, dan permodalan dalam pengadaan 5. mengembangkan sistem informasi angkutan


kapal serta adanya kontrak jangka panjang di perairan secara terpadu yang
untuk angkutan. Dalam rangka pemberdayaan mengikutsertakan semua pihak terkait
industri angkutan laut nasional, dalam sistem dengan memanfaatkan perkembangan
pelayaran Indonesia diatur pula mengenai teknologi informasi dan komunikasi.15
hipotek kapal. Pengaturan ini merupakan salah 2. Kepelabuhanan
satu upaya untuk meyakinkan kreditor bahwa Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri
kapal Indonesia dapat dijadikan agunan atas daratan dan/atau perairan dengan batas-
berdasarkan peraturan perundang-undangan, batas tertentu sebagai tempat kegiatan
sehingga diharapkan perusahaan angkutan laut pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang
nasional akan mudah memperoleh dana untuk dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
pengembangan armadanya. naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat
Angkutan di perairan, sebagai bagian dari barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
sistem transportasi nasional, memiliki peranan kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
yang sangat penting dalam memperlancar roda keselamatan dan keamanan.Pelabuhan sebagai
perekonomian, memantapkan perwujudan salah satu unsur dalam penyelenggaraan
wawasan nusantara, memperkukuh persatuan pelayaran memiliki peranan yang sangat
dan kesatuan bangsa, meningkatkan ketahanan penting dan strategis sehingga
nasional, dan mempererat hubungan penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan
antarbangsa. Angkutan di perairan memiliki pembinaannya dilakukan oleh pemerintah
fungsi yang strategis, yaitu menunjang kegiatan dalam rangka menunjang, menggerakkan, dan
perdagangan dan perekonomian (ship follows mendorong pencapaian tujuan nasional, dan
the trade) serta merangsang pertumbuhan memperkukuh ketahanan nasional.
perekonomian dan wilayah (ship promotes the
trade), sehingga angkutan di perairan berfungsi PENUTUP
sebagai infrastruktur yang srategis bagi A. Kesimpulan
Indonesia sebagai negara kepulauan. 1. Pengaturan Asas cabotage ini berkembang
Penyelenggaraan fungsi strategis tersebut dari waktu ke waktu, yang mulai diberikan
dapat mendukung perwujudan wawasan payung hukum berupa Instruksi Presiden
nusantara, meningkatkan ekspor dan impor (Inpres) No 5 Tahuun 2005 mengenai
sehingga dapat meningkatkan penerimaan Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional,
devisa negara, dan membuka kesempatan kemudian Asas cabotage ini diakomodir
kerja, sehingga angkutan di perairan dikuasai dalam Undang-Undang Pelayaran No 17
oleh negara yang penyelenggaraannya meliputi Tahun 2008. UU ini juga memuat sanksi atas
aspek pengaturan, pengendalian, dan pelanggaran asas cabotage, yaitu sanksi
pengawasan. Untuk mencapai tujuan tersebut, administratif dan pidana.
maka penyelenggaraan angkutan di perairan 2. Dalam penerapan Asas Cabotage bagi
dilaksanakan dengan cara: pelayaran Indonesia didasarkan pada
1. memberlakukan azas Cabotage secara pemikiran bahwa transportasi laut dalam
konsekuen dan konsisten agar perusahaan negeri mempunyai peranan strategis dan
angkutan perairan nasional dapat menjadi signifikan dalam pembangunan nasional,
tuan rumah di negeri sendiri; mulai bidang ekonomi, sosial, budaya,
2. mengembangkan angkutan di perairan untuk politik, pertahanan sampai keamanan,ini
daerah masih tertinggal dan/atau wilayah dimaksudkan untuk melindungi kedaulatan
terpencil dengan pelayaran-perintis dan negara dan mendukung perwujudan
penugasan; Wawasan Nusantara, serta memberikan
3. menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi kesempatan berusaha yang seluas-luasnya
pemberdayaan dan kemandirian industri bagi perusahaan angkutan laut nasional
angkutan perairan nasional; dalam memperoleh pangsa muatan
4. mengembangkan industri jasa terkait untuk
menunjang kelancaran kegiatan angkutan di
15
perairan; dan Lihat Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 61
Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

162
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

B. Saran Sistem Perdagangan Multilateral


1. Pembaharuan kebijakan finansial untuk WTO/GATS, 2012.
industri transportasi maritim Indonesia Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Laut
bukan hal yang berlebihan dibandingkan Internasional,: Binacipta, Bandung,
dengan kebijakan di beberapa negara 1978.
Asean. Negara-negara tersebut telah -----------.,dan Etty R Agoe, Pengantar Hukum
menetapkan kebijakan di bidang registrasi Internasional,:Alumni, Bandung,
kapal, pajak dan cukai, prinsip cabotage, dan 2003.
dukungan fiskal untuk pengembangan Mochtar Kusumaatmadja dalam Muhammad
kekuatan armada pelayaran nasional Iqbal Asnawi,.Implikasi
masing-masing. Pemberlakuan Asas Cabotage Dalam
2. Pembenahan manajemen pelabuhan, untuk Pelayaran Nasional Terhadap
peningkatan efisiensi dan produktivitas Eksistensi Perusahaan Angkutan
Pembangunan prasarana dan sarana Laut Indonesia Pada Perdagangan
penunjang pelayaran Penetapan kebijakan Bebas Dalam Kerangka WTO,
pelayaran nasional dan rencana strategis Universitas Sumatera Utara, Medan,
pembangunan perhubungan laut. Termasuk 2012.
penerapan asas cabotage yang bertujuan Muchtaruddin Siregar, Beberapa Masalah
tidak sekedar sebagai pelindung industri Ekonomi dan Managemen
pelayaran domestik, tetapi untuk Pengangkutan,: Lembaga
peningkatan daya-tawar dalam persaingan penerbitan FE UI, Jakarta, 1981.
global yang sengit. Pablo Mendes de Leon, “Cabotage in Air
Transport Regulation”, Martinus
DAFTAR PUSTAKA Nijhoff Publisher, 1992.
Buku, Pandoyo Toto, Wawasan Nusantara dan
Basri, H, Siregar, Kapita Selekta Hukum Laut Implementasinya dalam UUD 1945
Dagang,: Kelompok Studi Hukum serta Pembangunan Nasional,
dan Masyarakat, Fakultas Hukum Cetakan ke-2, PT. Rineka Cipta,
USU, Meedan, 1993. Jakarta, 1994
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,:
Kualitatif, : Raja Grafindo Persada, Prenada Media Group, Jakarta,
Jakarta, 2003. 2006.
Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Purwosutjipto, H, M, N,.Pengertian Pokok
Perspektif Teori dan Hukum Dagang Indonesia, Bag 5,
Praktek,:Pustaka Bangsa Pers, Hukum Pelayaran Laut dan Perairan
Medan, 2005. Darat,Cetakan Ke-4, : Djambatan,
Hasyim Djalal, Perjuangan Indonesia di Bidang Jakarta, 1993.
Hukum Laut,: BPHN dan Binacipta, Rosyid Mohammad Daniel, Setyawan Dony ,.
Bandung, 1979. Kekuatan Struktur Kapal, PT.
Husseyn, M, Umar,.,Hukum aritim dan Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.
Masalah-Masalah Pelayaran di Soedjono Wiwoho, Pengangkutan Laut dalam
Indonesia, Penerbit PT. Fikahati Hubungannya dengan Wawasan
Aneska, Jakarta, 2015. Nusantara Seri Hukum Dagang, PT.
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Bina Aksara, Jakarta, 1983.
Penelitian Hukum Normatif, : Starke, J, G,.Pengantar Hukum Internasional ,
Bayumedia, Surabaya, 2008. :Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, : Syamsumar Dam, Politik kelautan, :Bumi
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002. Aksara, Jakarta, 2010
Mahmul Siregar dan M Iqbal
Asnawi,.“Cabotage Principle Pada Peraturan Perundang-Undang, Internet, Jurnal,
Regulasi Jasa Angkutan dalam Majalah;
Perairan Indonesia dari Prespektif Undang-Undang Dasar 1945

163
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang


Pelayaran
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010
tentang Angkutan di Perairan dan
perubahannya.
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009
tentang Kepelabuhanan.
Farida Puspasari, “Penegakan Hukum di
Wilayah Laut Indonesia”,
http://www. Scribd.com., diakses
tanggal 7 Mei 2017
http:// www.mappel.org/kajian-ilmiah-untuk-
inpres., diakses pada tanggal 11 Mei
2017.
http://indomaritimeinstitute.org, diakses
tanggal 7 Mei 2017.
Rizki Aprilianto, dkk, 2014, “Implementasi Asas
Cabotage Dalam Kebijakan
Pelayaran di Indonesia”, Jurnal
Administrasi Publik, Vol. 2, No.4.
Universitas Brawijaya
Safi’i Jamal dalam Maritim No. 495, Th X, edisi
15-21 April 2008.
Tridoyo Kusumastanto., “Pemberdayaan
Sumber Daya Kelautan, Perikanan
Dan Perhubungan Laut dalam Abad
XXI”,
http://www.lfip.org/english/pdf/bali
-seminar/pemberdayaan, diakses
tanggal 7 Februari 2017.

164

Anda mungkin juga menyukai