2, Juni 2014
131
132
lautnya. Oleh karena itu, kapal asing tidak boleh berada atau
memasuki wilayah perairan suatu negara tanpa izin dan alasan
yang sah.
Pada saat ini, di kalangan pelaku usaha di bidang pelayaran
masih terdapat anggapan keliru yang memandang bahwa
penerapan asas cabotage dalam pelayaran domestik
bertentangan dengan prinsip liberalisasi perdagangan. Padahal,
asas ini berlaku global dan diterapkan oleh negara-negara maju,
seperti Amerika Serikat yang dikenal sebagai pelopor liberalisasi
perdagangan. Anggapan yang keliru itu membuat pelaku usaha
pelayaran domestik sering mendapat perlakuan yang kurang adil,
terutama dari perusahaan-perusahaan pelayaran asing.
Sebagai acuan pelaksanaan asas cabotage, diterbitkan SK
Menhub No. 71/2005 mengenai peta jalan pelaksanaan asas
cabotage angkutan laut dalam negeri untuk 14 komoditas utama.
Komoditas itu, yakni minyak dan gas bumi, barang umum, batu
bara, kayu olah-olahan primer, beras, minyak kelapa sawit,
pupuk, semen, bahan galian tambang logam dan non logam, bijibijian hasil pertanian, muatan cair dan bahan kimia, serta produk
pertanian.
Sesuai dengan kapasitas armada nasional yang tersedia,
seluruh barang atau muatan antar pelabuhan di dalam negeri
dapat diangkut perusahaan pelayaran nasional dengan
menggunakan kapal berbendera Merah-Putih selambatlambatnya 1 Januari 2011. Asas cabotage ini kembali ditegaskan
dalam UU No. 17/2008 tentang Pelayaran. Sejak dikeluarkannya
UU No. l7 /2008, asas cabotage yang tertuang dalam Pasal 8 yang
menyebutkan kegiatan angkutan laut di dalam negeri dilakukan
oleh perusahaan angkutan laut nasional, dengan menggunakan
kapal berbendera Indonesia serta diawaki oleh awak
berkewarganegaraan Indonesia, memberikan dampak positif bagi
pelaku pelayaran kendati penerapannya cukup problematik. Hal
ini dapat dilihat dari angka pengadaan kapal nasional yang
cenderung naik dalam 4 tahun terakhir.
Data Departemen Perhubungan mengungkapkan, jumlah
armada niaga nasional sampai triwulan I/2009 mencapai 8.378
unit atau bertambah 2.346 unit (38,83%) dibandingkan dengan
133
kondisi pada periode yang sama 4 tahun yang lalu sebanyak 6.041
unit. Selain itu, terjadi pergeseran pengisian pangsa muatan
dalam negeri dari sebelumnya didominasi asing menjadi dikuasai
kapal berbendera nasional meskipun untuk komoditas tertentu,
masih dikuasai asing.
Terbitnya Undang-Undang Pelayaran memang kian
memperkuat Inpres No. 5/2005. Subtansi kedua regulasi itu
adalah bagaimana mengamankan pelayaran dalam negeri dari
serbuan asing dengan menggerakkan sejumlah sektor penting,
diantaranya perdagangan. Untuk mendukung kebijakan itu,
Presiden meminta agar muatan pelayaran antar pelabuhan di
dalam negeri diangkut dengan kapal berbendera Indonesia dan
dioperasionalkan oleh perusahaan pelayaran nasional.
Tumpang tindihnya regulasi antar instansi berdampak buruk
terhadap implementasi asas cabotage, seperti kepemilikan asing
dalam investasi di Indonesia. Disisi lain, terjadi pengurangan
volume muatan dan uang tambang internasional yang signifikan
akibat krisis ekonomi global, sehingga pasar domestik makin
menarik bagi pelayaran berbendera asing.
Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) INSA Johnson W Sutjipto
mengakui pengusaha pelayaran kesulitan dalam memenuhi target
penerapan asas cabotage secara penuh karena adanya kendala
serius berupa lemahnya dukungan dari sektor usaha lainnya, juga
menggambarkan betapa sulitnya pelayaran mendapatkan
pendanaan dari perbankan dalam negeri untuk mengadakan kapal
baru atau bekas, apalagi sampai kepada meminta bunga rendah.
Oleh karena itu, penerapan asas cabotage pada komoditas
migas dan offshore masih memerlukan kemauan politik
pemerintah yang kuat, terutama dalam mengintervensi pemilik
komoditas agar memberikan kontrak sewa kapal jangka panjang
kepada operator.
A.2. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: Bagaimana penerapan hukum kerugian di laut yang
dihadapi oleh pelaku usaha pelayaran niaga nasional dalam usaha
memenuhi asas Cabotage sesuai Undang-Undang Pelayaran?
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144