Anda di halaman 1dari 5

Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah : Hukum Laut Internasional


Nama : Cut Riva Khanza Habibah
NPM : 1803101010193

1. Jelaskan bagaimana metode penarikan garis pangkal yang dikenal dalam


Hukum Laut Internasional (HLI)! dan Jelaskan pula bagaimanakah metode
penarikan garis pangkal yang digunakan Indonesia ?

JAWAB :

Garis Pangkal adalah garis darimana batas terluar laut territorial dan zona laut
Negara pantai lainnya (zona tambahan, zona eksklusif perikanan dan zona ekonomi
eksklusif) diukur. Mengingat pentingnya pengukuran garis pangkal untuk mennetukan batas
laut territorial suatu negara, maka akan dijelaskan terlebih dahulu tiga macam Garis Pangkal
yang dikenal dan diterapkan oleh negara-negara menurut ketentuan United Nation on
Convention of The Law Of The Sea (UNCLOS) 1982. tiga macam cara penarikan garis pangkal
yang didasarkan atas azas pasang surut yakni: (1) cara “trace paralle” di mana garis batas
luar mengikuti segala liku dari pada garis pasang surut; (2) cara “arcs of circles” dimana
langsung ditetapkan batas luar tanpa adanya garis pangkal terlebih dahulu. Dan (3) cara
“straight base line”, dimana garis pangkal ditarik tidak tepat menurut garis pasang surut
dengan segala likunya, melainkan ditarik garis-garis lurus yang menghubungkan titik-titik
tertentu yang berada pada garis pasang surut.

 Pengukuran dengan menggunakan Garis Pangkal Biasa (Normal Baseline)


Menurut Hukum kebiasaan Internasional garis pangkal diukur dari garis air laut
terendah disepanjang pantai. Praktek pengukuran dengan Garis Pangkal Biasa yang
diatur dalam Pasal 5 UNCLOS, yang diukur pada saat air laut rendah, ternyata tidak
dapat diterapkan oleh setiap Negara dengan alasan berbagai keadaan geografis yang
berbeda-beda1
 Pengukuran dengan menggunakan Garis Pangkal Lurus (Straight Baseline)
1
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/download/63/176
Pada Konvensi Hukum Laut ke tiga yang menghasilkan UNCLOS 1982 Pasal 7
mengadopsi dan menambahkan dua persyaratan pengukuran metode Garis Pangkal
Lurus yang dapat digunakan oleh suatu negara. Penarikan batas laut teritorial
dengan cara penarikan garis pangkal lurus, merupakan garis pangkal yang ditarik
dengan menghubungkan titik-titik terluar dengan menggunakan garis lurus.
Penarikan garis pangkal lurus tersebut tidak boleh menyimpang terlalu jauh dari arah
umum pantai dan bagian-bagian yang terletak di dalam garis pangkal itu harus cukup
dekat ikatannnya dengan daratan untuk dapat tunduk pada rezim perairan
pedalaman.
 Pengukuran dengan menggunakan Garis Pangkal Lurus Kepulauan (Archipelagic
Baseline)
Metode ketiga yang dapat digunakan untuk menentukan luas laut territorial adalah
dengan menggunakan Garis Pangkal Kepulauan (archipelagic baselines). UNCLOS
1982 memberikan cara-cara untuk mengukur luas laut Negara kepulauan yang
digunakan untuk mendukung bagi keperluan menetapkan zona maritime Negara-
negara kepulauan. Namun tidak semua Negara dapat meng-klaim dirinya sebagai
suatu Negara kepulauan (archipelagic state).

Indonesia juga menggunakan penarikan garis pangkal lurus. Melalui deklarasi


Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957: “Bahwa segala perairan di sekitar, diantara dan
yang menghubungkn pulau-pulau atau bagian-bagian pulau-pulau yang termasuk daratan
Negara RI dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian yang wajar dari pada
wilayah daratan Negara RI dan demikian merupakan bagian dari pada perairan nasional
yang berada dibawah kedaulatan mutlak dari Negara RI.

Salah satu alasan/ pertimbangan yang mendorong pemerintah Indonesia


mengeluarkan dekalarsi tersebut bahwa penetapan batas-batas laut territorial yang diwarisi
dari pemerintah kolonial sebagaimana termaktub dalam “Territorialle Zee on Maritime
Kringen Ordonantie 1939 Pasal 1 ayat 1 tidak sesuai lagi dengan kepentingan dan
keselamatan dan keamanan Negara RI 2

2
https://www.negarahukum.com/metode-penarikan-garis-pangkal-pertemuan-iii-pip-hukum-laut.html
2. Apa yang saudara ketahui tentang Hak Lintas Damai dan apa yang
membedakannya dengan Hak Lintas transit? Jelaskan dengan menggunakan
dasar hukum Unclos 1982 !
JAWAB :
Hak Lintas Damai ialah Kebebasan berlayar atau Freedom of Navigation (FoN)
merupakan salah satu prinsip utama dari UNCLOS 1982. Prinsip FoN diterapkan menjadi
“Hak Lintas” pada seluruh rezim laut yang ditetapkan dalam UNCLOS 1982.Pengertian
Lintas (passage) sesuai pasal 18 adalah: berlayar atau melakukan navigasi secara “terus
menerus”, “langsung’ serta “secepat mungkin”.  Baik itu untuk sekedar melewati suatu
negara pantai, atau untuk menuju/dari pelabuhan yang ada di negara pantai tersebut.
Perilaku berlayar selain di atas dapat diperbolehkan jika kapal dalam situasi darurat ataatau
bahaya atau sedang melakukan pertolongan darurat.Istilah Hak Lintas Damai digunakan
pada rezim Laut Teritorial. Pasal 17 menyatakan: “kapal semua Negara, baik berpantai
maupun tak berpantai, menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial.
Pasal 19 (ayat 1) menjelaskan tentang apa yang dimaksud “Hak Lintas Damai”, yaitu:
Lintas adalah damai sepanjang tidak merugikan bagi kedamaian, ketertiban atau keamanan
Negara pantai. Lintas tersebut harus dilakukan sesuai dengan ketentuan Konvensi ini dan
peraturan hukum internasional lainnya. Secara rinci pasal 19 ayat 2 mencantumkan 12
kegiatan yang jika salah satunya dilakukan, maka suatu kapal asing harus dianggap
membahayakan kedamaian, ketertiban atau Keamanan Negara pantai. Seluruh ketentuan
tentang Hak Lintas Damai di Laut Teritorial diatur pada UNCLOS 1982 Part (bagian)II
sedangkanHak Lintas Transit Istilah “Hak Lintas Transit” digunakan pada Part III
tentang Rezim Selat yang digunakan untuk pelayaran internasional, yaitu selat yang
digunakan untuk pelayaran internasional antara satu bagian laut lepas atau zona ekonomi
eksklusif dan bagian laut lepas atau suatu zona ekonomi eksklusif lainnya. Contohnya adalah
Selat Malaka.3
3. Bagaimana HLI mengatur tentang kegiatan militer negara asing di ZEE sebuah
negara pantai? Berikan analisa saudara didasarkan pada ketentuan didalam
UNCLOS 1982 !

3
https://jurnalmaritim.com/hak-lintas-kapal-asing-dalam-unclos-1982/#:~:text=Pasal%2019%20(ayat
%201)%20menjelaskan,dan%20peraturan%20hukum%20internasional%20lainnya
JAWAB :

Indonesia belum memiliki peraturan mengenai aktivitas militer di ZEE didalam


hukum nasionalnya, namun Indonesia memiliki kebijakan mengenai aktivitas militer asing di
ZEEI. Indonesia harus memperjelas batas-batas garis ZEEI, indonesia juga harus tegas
membuat keputusan apakah indonesia melarang atau memperbolehkan aktivitas militer
diZEE melalui peraturan nasional. Pengaturan mengenai aktivitas militer di ZEE sangat
penting terutama dalam ranah internasional untuk memperkuat penegakan hukum di
lapangan. Kebijakan saja tidak cukup,untuk melindungi kepentingan Indonesia di ZEE,
pemerintah harus segera membuat peraturan nasional mengenai aktivitas militer di
ZEE.LOSC 1982 tidak mengatur secara jelas mengenai ketentuan aktivitas militer di ZEE,
dengan kata lain maka negara maritim besar masih banyak yang melakukan aktivitas militer
di ZEE negara pantai,Indonesia belum mempunyai kebijakan ataupun aturan yang jelas,
apakah militer asing dapat melaksanakan aktivitas militernya di ZEE Indonesia atau tidak.
Peraturan perundang-undangan Indonesia tidak secara jelas mengatur tentang aktivitas
militer di ZEE. UU Nomor 5 Tahun 1983 tentang ZEE Indonesia hanya mengatur tentang hak
dan kewajiban sebagaimana tertuang dalam LOSC 1982.Pasal 58 ayat 3 LOSC 1982 dapat
menjadi dasar untuk Indonesia dalam melakukan pelarangan terhadap aktiitas militer asing
di ZEEI sebagaimana ratifikasi Indonesia terhadap LOSC 1982 yang dibuktikan dengan
dikeluarkannya UU no.17 Tahun 1985, namun Indonesia harus terlebih dahulu membuat
kebijakan atau peraturan nasional terkait aktivitas militerasing di ZEE. Dengan dibentuknya
suatu kebijakan atau peraturan nasional terkait aktivitas militer di ZEE, maka Indonesia
dengan mengatasnamakan kepentingannya di ZEE dapat saja melarang negara lain
melakukan aktivitas militer di ZEEI sesuai dengan amanat yang tertuang di dalam LOSC 1982
pasal 58 ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap negara boleh melakukan aktivitas di ZEE
negara pantai tetapi harus menghormati peraturan nasional dari negara pantai tersebut. 4

4. Mengapa hukum laut internasional diperlukan dewasa ini? Jelaskan pendapat


saudara!

JAWAB :

4
E Gumilang, H Utomo, K Buntoro - Keamanan Maritim, 2018 - 139.255.245.7
Pentingnya laut dalam hubungan antarbangsa menyebabkan pentingnya pula arti
hukum laut internasional. Tujuan hukum ini adalah untuk mengatur kegunaan rangkap dari
laut, yaitu sebagai jalan raya dan sebagai sumber kekayaan serta sebagai sebagai sumber
tenaga. Karena laut hanya dapat dimanfaatkan dengan kendaraan-kendaraan khusus, yaitu
kapal-kapal, maka hukum laut harus menetapkan status kapal-kapal tersebut. Di samping
itu, hukum laut juga harus mengatur kompetisi antara negara-negara dalam mencari dan
menggunakan kekayaan yang diberikan laut, terutama sekali antara negara-negara maju
dan berkembang.5

5
https://www.google.co.id/amp/s/wirahipatios.wordpress.com/2015/02/25/hukum-laut-internasional/amp/

Anda mungkin juga menyukai