Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM MARITIM

IMPLEMENTASI PENERAPAN UNCLOS YANG BERLAKU DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Ivanristo Azarya
(21.066.201.009)
D-III Manajemen Transportasi Laut (Polbit)

PRODI MANAJEMEN TRANSPORTASI LAUT


POLITEKNIK PELAYARAN BAROMBONG
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................3
BAB IPENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................................5
C. Rumusan masalah......................................................................................................................5
BAB IIPEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Pengertian laut territorial...........................................................................................................6
B. Cara Menentukan Lebar Dan Garis Batas Laut Teritorial........................................................10
C. Pengaturan Hukum Laut Indonesia..........................................................................................11
D. Pengaturan Hukum Laut Internasional Mengenai Laut Teritorial Dalam Unclos 1982............11
BAB IIIPENUTUP..............................................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan anugrah dan rahmat yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini sebagaimana yang diharapkan. Dan tidak lupa shalawat dan salam
penulis hadiahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa
risalah Islam berupa ajaran yang haq lagi sempurna bagi manusia dan merupakan contoh
tauladan dalam kehidupan manusia menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.

Makalah yang berjudul “Implementasi Penerapan Unclos Yang Berlaku Di


Indonesia”. Disusun dalam rangka memenuhi tugas Hukum Maritim yang diberikan oleh
dosen.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Kiranya isi makalah ini bermanfaat dalam memperkaya
khazanahilmu pengetahuan dan penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi para pembacanya.
Makassar, 31 Juli 2022

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan unclos 1982 indonesia merupakan Negara kepulauan .Indonesia


memiliki laut yang luas yaitu lebih kurang 5,6 juta km 2 dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km, dengan berbagai potensi sumberdaya, terutama perikanan laut
yang cukup besar.

Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga
sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara
tetangga. Untuk landas kontinen negara Indonesia berhak atas segala kekayaan alam
yang terdapat di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Batas laut teritorial sejauh
12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan zona ekonomi ekslusif (ZEE) sejauh 200
mil dari garis dasar laut.

Hal tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya aktifitas pelayaran di wilayah
perairan Indonesia, Khususnya di laut territorial. Peningkatan intensitas pelayaran,
sebagian diantaranya kapal barang dan penangkap ikan, tidak menutup kemungkinan
terjadinya kecelakaan laut. Selain itu Indonesia  masih banyak mengalami sengketa
perbatasan dengan Negara tetangga .

Untuk itu diperlukan peraturan yang baku mengenai hukum laut Indonesia kususnya
dilaut territorial yang sering dilalui oleh kapal asing dan banyak menimbulkan konflik
yang berkepanjangan dengan negara tetangga.kurang seriusnya pemerintah dalam
meyelesaikan sengketa perbatasan mengenai laut territorial telah banyak
menyebabkan lepasnya wilayah laut territorial dari pangkuan Negara ndonesia.selain
itu kurangnya pengawasan terhadap laut territorial diwilayah Indonesia telah banyak
menyebabkan hilangnya kekayaan alam yang terkandung didalamnya terutama 
potensi perikanan yang banyak dicuri nelayan asing.

Oleh karena itu diperlukan pemahaman mengenai laut territorial sehingga pengelolaan
dan pengawasan terhadap laut territorial benar benar bejalan optimal.

4
B. Tujuan

1. Melalui makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada


masyarakat luas pada umumnya dan pada penulis khususnya  mengenai laut 
territorial dalam UNCLOS 1982 sehingga masyarakat dapat ikut secara
bersama sama menjaga kedaulatan indonesia.
2. Memberikan gambaran tentang laut territorial Indonesia UNCLOS 1982.
3. Untuk memberikan solusi terhadap permasalan laut territorial Indonesia.

C. Rumusan masalah.
a. Apakah yang dimaksud laut territorial dan hak lintas damai dilaut territorial
disertai  disertai pengaturannya?
b. Bagaimana cara menentukan garis batas laut territorial menurut unclos?
c. Bagaimana pengaturan hukum laut di Indonesia?
d. Bagaimana pengaturan hukum laut mengenai laut territorial menurut unclos?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian laut territorial

Konsep laut teritorial muncul karena kebutuhan untuk menumpas pembajakan dan untuk
mempromosikan pelayaran dan perdagangan antar negara. Prinsip ini mengijinkan negara
untuk memperluas yurisdiksinya melebihi batas wilayah pantainya untuk alasan
keamanan. Secara konseptual, laut teritorial merupakan perluasan dari wilayah teritorial
darat. Sejak Konferensi Den Haag 1930 kemudian Konferensi Hukum Laut 1958, negara-
negara pantai mendukung rencana untuk konsep laut teritorial ditetapkan dalam doktrin
hukum laut. Kemudian ketentuan laut teritorial dikodifikasikan dalam Konvensi Hukum
Laut 1982 (LOCS). LOCS mengijikan negara pantai untuk menikmati yurisdiksi eksklusif
atas tanah dan lapisan tanah dibawahnya sejauh 12 mil laut diukur dari garis dasar
sepanjang pantai yang mengelilingi negara tersebut.penertian laut territorial menurut
hukum laut internasional maupun nasional adalah sebagai berikut :

1. Menurut UNCLOS

Garis-garis dasar (garis pangkal / baseline), yang lebarnya 12 mil laut diukur dari
garis dasar Laut territorial didefinisikan sebgai laut wilayah yang terletak disisi luar
dari garis pangkal.

Yang dimaksud dengan garis dasar disini adalah garis yang ditarik pada pantai pada
waktu air laut surut . Negara pantai mempunyai kedaulatan atas Laut Teritorial, ruang
udara di atasnya, dasar laut dan tanah di bawahnya serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, dimana dalam pelaksanaannya kedaulatan atas laut territorial
ini tunduk pada ketentuan hokum internasional.

6
2. Menurut uu no.6 tahun 1996

Laut teritorial adalah jalur laut selebar 12(dua belas) mil yang diukur dari garis
pangkal kepulauan Indonesia sebagaimana yang dimaksud pasal 5 UU No 6 Tahun
1996

Pasal 5 UU No 6 Tahun 1996

(1) Garis pangkal kepulauan Indonesia ditarik dengan menggunakan garis pangkal    
lurus kepulauan.

(2) Dalam hal garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak dapat digunakan, maka digunakan garis pangkal biasa atau garis pangkal lurus.

(3) Garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah garis
-garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada garis air rendah pulau-pulau
dan karang- karang kering terluar dari kepulauan Indonesia.

(4) Panjang garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
tidak boleh melebihi 100 (seratus) mil laut, kecuali bahwa 3% (tiga per seratus) dari
jumlah keseluruhan garis -garis pangkal yang mengelilingi kepulauan Indonesia dapat
melebihi kepanjangan tersebut, hingga suatu kepanjangan maksimum 125 (seratus dua
puluh lima) mil laut.

(5) Garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh
ditarik dari dan ke elevasi surut, kecuali apabila di atasnya telah dibangun mercu suar
atau instalasi serupa yang se-cara permanen berada di atas permukaan laut atau
apabila elevasi surut tersebut terletak seluruhnya atau sebagian pada suatu jarak yang
tidak melebihi lebar laut teritorial dari pulau yang terdekat.

(6) Garis pangkal biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah garis air rendah
sepanjang pantai.

7
(7) Garis pangkal lurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah garis lurus yang
menghubungkan titik-titik terluar pada garis pantai yang menjorok jauh dan menikung
ke daratan atau deretan pulau yang terdapat di dekat sepanjang pantai.

Dalam Laut Teritorial berlaku hak lintas laut damai bagi kendaraan-kendaraan air asing.
Kapal asing yang menyelenggarakan lintas laut damai di Laut Teritorial tidak boleh
melakukan ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau
kemerdekaan politik negara pantai serta tidak boleh melakukan kegiatan survey atau
penelitian, mengganggu sistem komunikasi, melakukan pencemaran dan melakukan kegiatan
lain yang tidak ada hubungan langsung dengan lintas laut damai. Pelayaran lintas laut damai
tersebut harus dilakukan secara terus menerus, langsung serta secepatnya, sedangkan berhenti
dan membuang jangkar hanya dapat dilakukan bagi keperluan navigasi yang normal atau
kerena keadaan memaksa atau dalam keadaan bahaya atau untuk tujuan memberikan bantuan
pada orang, kapal atau pesawat udara yang berada dalam keadaan bahaya.

Terkait dengan pelaksanaan hak lintas damai bagi kapal asing tersebut, Negara pantai berhak
membuat peraturan yang berkenaan dengan keselamatan pelayaran dan pengaturan lintas laut,
perlindungan alat bantuan serta fasilitas navigasi, perlindungan kabel dan pipa bawah laut,
konservasi kekayaan alam hayati, pencegahan terhadap pelanggaran atas peraturan perikanan,
pelestarian lingkungan hidup dan pencegahan, pengurangan dan pengendalian pencemaran,
penelitian ilmiah kelautan dan survei hidrografi dan pencegahan pelanggaran peraturan bea
cukai, fiskal, imigrasi dan kesehatan.

Di laut teritorial kapal dari semua negara, baik negara berpantai ataupun tidak berpantai,
dapat menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial, demikian dinyatakan dalam pasal 17
LOCS 1982. Dalam pasal 18 LOCS 1982, disebutkan pengertian lintas, berarti suatu navigasi
melalui laut teritorial untuk keperluan :

1)      Melintasi laut tanpa memasuki perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di
tengah laut atau fasilitas pelabuhan di luar perairan pedalaman ; atau

2)      Berlalu ke atau dari perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut
(roadstead) atau fasilitas pelabuhan tersebut.

8
Termasuk dalam pengertian lintas ini harus terus menerus, langsung serta secepat mungkin,
dan mancakup juga berhenti dan buang jangkar, tetapi hanya sepanjang hal tersebut berkaitan
dengan navigasi yang lajim atau perlu dilakukan karena force majure atau memberi
pertolongan kepada orang lain, kapal atau pesawat udara yang dalam keadaan bahaya.

Selanjutnya dalam pasal 19 Konvensi menyatakan, bahwa lintas adalah damai, sepanjang
tidak merugikan bagi kedamaian, ketertiban atai keamanan Negara pantai.sedangkan lintas
suatu kapal asing dianggap membahayakan kedamaian, ketertiban atau keamanan suatu
Negara pantai, apabila kapal tersebut dalam melakukan navigasi di laut teritorial melakukan
salah satu kegiatan sebagai berikut :

1) Setiap ancaman penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau


kemerdekaan politik Negara pantai, atau dengan cara lain apapun yang merupakan
pelanggaran atas hukum internasional sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB.
2) Setiap latihan atau praktek dengan senjata macam apapun.
3) Setiap perbuatan yang bertujuan untuk mengumpulkan infomasi yang merugikan bagi
pertahanan atau keamanan Negara pantai.
4) Peluncuran, pendaratan atau penerimaan pesawat udara di atas kapal.
5) Perbuatan propaganda yang bertujuan mempengaruhi pertahanan dan keamanan Negara
pantai.
6) Bongkar atau muat setiap komoditi, mata uang atau orang secara bertentangan dengan
peraturan bea cukai dan imigrasi.
7) Perbuatan pencemaran laut yang disengaja.
8) Kegiatan perikanan.
9) Kegiatan riset.
10) Mengganggu sistem komunikasi.
11) Kegiatan yang berhubungan langsung dengan lintas.

Pasal 32 UNLOCS memberikan pengecualian bagi kapal perang atau kapal pemerintah yang
dioperasikan untuk tujuan non komersial. Pasal 29 LOCS memberikan definisi kapal perang
yaitu suatu kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata suatu Negara yang memamkai tanda
luar yang menunjukkan ciri khusus kebangsaan kapal tersebut, di bawah komando seorang
perwira, yang diangkat oleh pemerintah Negaranya dan namanya terdaftar dinas militer yang
tepat atau daftar yang serupa yang diawasi oleh awak kapal yang tunduk pada disiplin
angkatan bersenjata reguler.
9
Negara pantai tidak boleh menghalangi lintas damai kapal asing melalui laut teritorialnya,
kecuali dengan ketentuan Konvensi atau perundang-undangan yang dibuat sesuai dengan
ketentuan Konvensi. Negara pantai juga tidak boleh menetapkan persyaratan atas kapal asing
yang secara praktis berakibat penolakan atau pengurangan hak lintas damai. Lain dari pada
itu Negara pantai tidak boleh mengadakan diskriminasi formil atau diskriminasi nyata
terhadap kapal Negara manapun. Untuk keselamatan pelayaran, Negara pantai harus
secepatnya mengumumkan bahaya apapun bagi navigasi dalam laut teritorialnya yang
diketahuinya.

Selanjutnya Pasal 25 LOCS, mengenai hak perlindungan bagi keamanan Negaranya, Negara
pantai dapat mengambil langkah yang diperlakukan untuk mencegah lintas yang tidak damai
di laut teritorialnya. Negara pantai juga berhak untuk mengambil langkah yang diperlukan
untuk mencegah pelanggaran apapun terhadap persyaratan yang ditentukan bagi masuknya
kapal ke perairan pedalaman atau ke persinggahan demikian. Tanpa diskriminasi formil atau
diskriminasi nyata di antara kapal, Negara pantai dapat menangguhkan sementara pada
daerah tertentu di laut teritorialnya untuk perlindungan keamanannya termasuk keperluan
latihan senjata.

B. Cara Menentukan Lebar Dan Garis Batas Laut Teritorial

Seperti yang diuraikan diatas bahwa penentuan laut territorial  suatu Negara pantai dilakukan
dengan cara penarikan sejauh 12 mil dari garis pangkal terluar yang merupakan ttitik pasang
surut terendah seperti yang diatur dalam pasal 5 unclos dan uu no.6 tahun 1996 pasal
5.namun unclos dan uu no.6 tahun1996 memberikan pengecualian terhadap wilayah laut yang
memiliki pantai yang saling berhadapan antar Negara pantai.

1)      Pasal 10 uu no.6 tahun 1996 menyebutkan bahwa :

(1) Dalam hal pantai Indonesia letaknya berhadapan atau berdampingan dengan
negara lain,   kecuali adapersetujuan yang sebaliknya, garis batas laut teritorial antara
Indonesia dengan negara tersebut adalahgaris tengah yang titik-titiknya sama jaraknya
dari titik- titik ter-dekat pada garis pangkal dari mana lebar laut teritorial masing-
masing negara diukur.

10
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku apabila terdapat
alasan hak historis ataukeadaan khusus lain yang menyebabkan perlunya menetapkan
batas laut teritorial antara kedua negaramenurut suatu cara yang berbeda dengan
ketentuan tersebut.

2)  Pasal 83 UNCLOS, 1982 menetapkan bahwa penentuan batas landasan continental antar
negara dengan pesisir yang berhadapan atau berdekatan akan dilaksanakan melalui perjanjian
berdasarkan hukum internasional dengan tujuan untuk mencapai suatu penyelesaian yang
pantas dan fair.

Berdasarkan peraturan diatas ,dapat dinyatakan bahwa penentuan batas laut territorial antara
Negara pantai yang memiliki wilayah pantai dapat dilakukan melalui perundingan atau
kesepakatan antar kedua belah pihak.

C. Pengaturan Hukum Laut Indonesia

Secara nasional pengaturan mengenai hak lintas damai terdapat dalam:

1)      UU No 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia

2)      Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1962 tentang Hak Lintas Damai kendaraan Air
Asing.

3)     UU No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nation Convention of the Law of the
Sea 1982.

4)      UU No 6 Tahun 1996 tentang Perairan

5)      Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal Asing
dalam Melaksanakan Lintas Damai Melalui Perairan Indonesia

6)      PP no.19 tahun 1999 tentang pengendalian dan atau perusakan laut

Namun melihat peraturan yang ada mengatur tentang laut territorial diindonesia masih
banyak terdapat berbagai kekurangan diantaranya tidak adanya pengaturan batas laut
Indonesia.

11
D. Pengaturan Hukum Laut Internasional Mengenai Laut Teritorial Dalam Unclos 1982

Dalam unclos laut teritorial diatur dalam :

Bagian 1. Pendahuluan (pasal 1sampai 3)

Bagian 2. Batas Laut Teritorial

Bagian 3.lintas damai di laut teritorial

1)      Sub bagian a.

Peraturan yang berlaku bagi semua kapal(pasal 17 sampai 26)

2)      Sub bagian b.

Peraturan yang berlaku bagi kapal dagang dan kapal pemerintah yang

dioperasikan untuk tujuan komersial(pasal 27 sampai 28)

3)      Sub bagian c.

Peraturan yang berlaku bagi kapal perang dan kapal pemerintah lainnya

yang dioperasikan untuk tujuan non-komersial(pasal 29 sampai 32)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laut territorial menurut hukum laut internasional maupun nasional adalah sebagai berikut

1. Menurut UNCLOS

Garis-garis dasar (garis pangkal / baseline), yang lebarnya 12 mil laut diukur dari
garis dasar Laut territorial didefinisikan sebgai laut wilayah yang terletak disisi luar
dari garis pangkal.

2. Menurut uu no.6 tahun 1996

Laut territorial adalah jalur laut selebar 12(dua belas) mil yang diukur dari garis
pangkal kepulauan Indonesia sebagaimana yang dimaksud pasal 5.

1. Dalam Laut Teritorial berlaku hak lintas laut damai bagi kendaraan-kendaraan air
asing
2. Penentuan laut territorial  suatu Negara pantai dilakukan dengan cara penarikan
sejauh 12 mil dari garis pangkal terluar yang merupakan ttitik pasang surut
terendah seperti yang diatur dalam pasal 5 unclos dan uu no.6 tahun 1996 pasal 5
3. Secara nasional pengaturan mengenai hak lintas damai terdapat dalam:
1. UU No 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia
2. Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1962 tentang Hak Lintas Damai
kendaraan Air Asing.
3. UU No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nation Convention of
the Law of the Sea 1982.
4. UU No 6 Tahun 1996 tentang Pelayaran
5. Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban
Kapal Asing dalam Melaksanakan Lintas Damai Melalui Perairan
Indonesia
6. PP no.19 tahun 1999 tentang pengendalian dan atau perusakan laut

13
7. Pengaturan hukum laut internasional mengenai laut territorial dalam
unclos 1982 mengenai laut territorial diatur dalam bab 1,2 dan3 yaitu
mulai pasal 1 sampai dengan pasal 32

B. Saran

Para pembaca khususnya pelajar harus lebih meningkatkan pengetahuannya tentang


bongkar muat di pelabuhan tanjung priok (multipurpose).

14
DAFTAR PUSTAKA

 Narzif,SH,MH.2003.modul hukum laut Indonesia

 Kusumaatmadja,mochtar.1978.hukum laut internasional.bandung:bina cipta

 UNCLOS 1982

 UU No.6 Tahun 1996

 UU No.17 Tahun 1985

15

Anda mungkin juga menyukai