Sulistia Kartikasari_C1E122105
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah individu ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Makalah berjudul “Pertahanan dan keamanan maritim” ini disusun untuk memenuhi
tugas semester 2 mata kuliah wawasan kemaritiman. Pemilihan judul didasarkan pada
banyaknya berita hoaks yang tersebar di media sosial, terutama Twitter.
Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis juga menerima
kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di
kesempatan berikutnya.
Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat
menjadi inspirasi bagi pembaca, terutama pengguna Twitter.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………………………….. i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………… ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………… iii
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………………….
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bangsa indonesia tentu mengetahui dengan jelas bahwa nkri terdiri dari ribuan pulau
yang sangat luas. Konon juga mewarisi balada tua bahwa nenek moyangku orang pelaut. Di
berbagai sekolah, bahkan pada seminar atau diskusi publik, juga didengungkan hikayat
kerajaan majapahit dan sriwijaya yang diklain sebagai cikal bakal negara maritim.
Pada sisi yang lain, pengertian mengenai keaman seharusnya juga dielaborasi dalam
arti yang luas-secure, safety, guarantee, dan tidak terperangkap dalam arti yang sempit
sebatas secure. Perlu padangan yang holistik mengenai arti keaman, yang akan entertait
domain maritim. Penulis berpendapat bahwa pendekatan ini sangat penting artinya untuk
membangun satu persepsi nasional mengenai arti pentingnya keamanan maritim nusantara.
Poin berikut yang perlu diela borasi mengenai nusantara itu sendiri oleh karena ada sejumlah
kekhasan yang tidak ada duanya dimuka bumi ini. Artinya konsepsi keamanan maritim bagi
nkri, tidak akan sama dengan pihak manapun didunia, sehinggah tidak perlu ragu untuk
merumuskan batasan tersendiri yang mengangkat kekahasan tersebut dan tentunya dengan
landasanhukumnya yang kuat.
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana batas maritim?
b. Bagaimana alur laut kepulauan indonesia?
c. Bagaimana sengketa laut internasional?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui batas maritim
b. Untuk mengetahui alur laut kepulauan indonesia
c. Untuk mengetahui sengketa laut internasional
BAB II
PEMBAHASAN
1. Batas Maritim
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), batas adalah garis yang
dibentuk dari dua titik atau lebih yang dijadikan sebagai pembatas atau pemisah suatu
bidang seperti wilayah, ruang dan lainnya. Batas maritim adalah mempertemukan
(memisahkan) dua wilayah maritim (Djunarsjah, 2020). Penentuan dan penetapan
batas maritim dilandasi oleh tiga hal yang mendasar, seperti pendefinisian, delineasi,
dan demarkasi batas.
Terkait pendefinisian batas laut suatu negara pantai dari aspek hukum
mengacu pada UNCLOS III sedangkan dari segi aspek teknis mengacu pada konvensi
IHO yaitu TALOS 2006. Pada UNCLOS III telah ditetapkan bahwa untuk
menentukan batas maritim hanya dapat dilakukan dengan mengukur dari garis
pangkal ke arah lautan. Delineasi yaitu menggambarkan lokasi batas pada peta atau
dengan koordinat titik batas yang diperoleh dari titik dasar yang sudah diketahui
dengan garis pangkal untuk penarikan batas maritim. Demarkasi batas untuk zona
maritim dapat ditunjukkan dengan garis khayal (imajiner) di laut serta dilampirkan
titik koordinat geografis titik batas di peta dapat disajikan dalam bentuk grafis,
simbol, pada peta laut sesuai dengan standar yang berlaku (IHO, 2020). Batas maritim
yang menghadap ke arah lautan lepas suatu negara dapat menggunakan hak penetapan
batas maksimal secara unilateral sesuai yang diatur dalam UNCLOS III seperti laut
teritorial 12 mil laut, 24 mil laut untuk zona tambahan, 200 mil laut dari garis pangkal
untuk zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen (Nations, 1982).
Batas maritim suatu negara merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga
kedaulatan wilayah suatu negara (Bangun, 2017). Batas wilayah mempunyai peran
penting untuk menentukan batas kedaulatan suatu negara, dalam memanfaatkan
sumber daya alamnya, menjaga keamanan, dan keutuhan wilayah negaranya. Tetapi
hingga saat ini batas kedaulatan Indonesia belum jelas dengan negara tetangga belum
sepenuhnya selesai (Policy.dkk, 2011). Menurut Konvensi Hukum Laut UNCLOS
1982, semua negara pantai termasuk Indonesia diberi hak untuk menetapkan batas
terluar dari zona maritimnya yang dihitung dari garis pangkal dengan satuan mil laut
(mil geografis yang besarnya adalah 1/60 derajat).
Selain itu, penetapan ALKI juga untuk menghubungkan dua perairan bebas,
yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik yang mengapit wilayah laut Indonesia.
Dengan demikian, semua kapal dan pesawat udara asing yang akan melintasi ke utara
maupun selatan harus melalui ALKI. Adapun jalur ALKI berdasarkan perairannya,
seperti dikutip dari Modul Geografi Kelas XI KD. 3.1 dan 4.1 (2020) terbitan
Kemdikbud ialah sebagai berikut:
a) ALKI I: melintasi Laut Cina Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Sunda,
Samudra Hindia.
b) ALKI II: melintasi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores, Selat Lombok.
c) ALKI III: melintasi Samudra Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda,
Selat Ombai, Laut Sawu, Samudra Hindia.
Sementara itu, jika merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 37
tahun 2002 [PDF], tiga jalur ALKI secara lebih mendetail adalah sebagai
berikut:
1) Jalur ALKI I difungsikan untuk pelayaran dari Laut Cina Selatan melintasi
Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda ke Samudera
Hindia, dan sebaliknya; serta untuk pelayaran dari Selat Singapura melalui
Laut Natuna dan sebaliknya (Alur Laut Cabang I A).
2) Jalur ALKI II difungsikan untuk pelayaran dari Laut Sulawesi melintasi Selat
Makasar, Laut Flores, dan Selat Lombok ke Samudera Hindia, dan sebaliknya.
3) Jalur ALKI III-A difungsikan untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu.
4) Jalur ALKI III-A mempunyai 4 cabang, yaitu:
ALKI Cabang III B: untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, dan Selat Leti ke Samudera
Hindia, dan sebaliknya.
ALKI Cabang III C: untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda ke Laut Arafura, dan
sebaliknya.
ALKI Cabang III D: untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu
ke Samudera Hindia, dan sebaliknya.
ALKI Cabang III E: untuk pelayaran dari Samudera Hindia melintasi
Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Banda, Laut Seram, dan Laut Maluku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atasPada saat pembuatan makalah Penulis menyadari
bahwa banyak sekali kesalahan dan.
DAFTAR PUSTAKA
https://geohepi.hepidev.com/2020/12/15/alur-laut-kepulauan-indonesia-alki/
https://www.kompasiana.com/amp/ristyqs/5d950b0d823004386eb0b4/apa-itu-sengketa-
internasional/
https://hukumonline.com/klinik/a/batas-zona-maritim-dalam-hukum-laut-internaional-
lt631aa321cb706/