Anda di halaman 1dari 5

Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Posted on 15 Juni 2015 by surbakti10 in politik

Wilayah Indonesia di dalam perkembangannya mengalami pertambahan luas yang sangat


besar. Wilayah Indonesia ditentukan pertama kali dengan Territoriale Zee en Maritime
Kringen Ordonantie (TZMKO) tahun 1939. TMZKO ini mengatur mengenai laut wilayah
Indonesia, dikatakan bahwa lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil laut, diukur dari garis
air rendah dari pulau-pulau yang termasuk dalam daerah Indonesia. Ketentuan yang terlahir
pada zaman penjajahan ini terus dipakai Indonesia sampai pada Deklarasi Djuanda tahun
1957.

Ketentuan baru yang termuat dalam Deklarasi Djuanda selanjutnya disebut sebagai Konsep
Wawasan Nusantara. Konsepsi nusantara yang bertujuan untuk menjamin kepentingan-
kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Indonesia. Adapun isi Deklarasi tersebut adalah :

Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau atau
bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia dengan tidak
memandang luas dan lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar dari pada wilayah daratan
negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari perairan nasional
yang berada di bawah kedaulatan mutlak negara Republik Indonesia.

Selanjutnya, Lalu lintas damai di perairan pedalaman ini bagi kapal asing terjamin
selama dan sekadar tidak bertentangan dengan kedaulatan dan keselamatan negara
Republik Indonesia. Penentuan batas laut teritorial yang luasnya 12 mil yang diukur dari
garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang terluar pada pulau-pulau negara Republik
Indonesia akan ditentukan dengan undang-undang.

Konsepsi ini kemudian diperkuat oleh UU No. 4 tahun 1960 yang dibuat oleh pemerintah
Indonesia, yang isinya antara lain :

1. Perairan Indonesia ialah laut wilayah Indonesia beserta perairan pedalaman Indonesia.

2. Laut wilayah Indonesia ialah lajur laut selebar 12 mil laut yang garis luarnya diukur
tegak lurus atas garis dasar atau titik pada garis dasar yang terdiri dari garis-garis
lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada garis air rendah dari pada pulau-
pulau atau bagian pulau-pulau yang terluar dalam wilayah Indonesia dengan
ketentuan bahwa jika ada selat yang lebarnya tidak melebihi 24 mil laut dan negara
Indonesia tidak merupakan satu-satunya negara tepi, garis batas laut wilayah
Indonesia ditarik pada tengah selat.

3. Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam
dari garis dasar.

4. Lalu lintas damai dalam perairan pedalaman Indonesia terbuka bagi kendaraan asing.

Jadi, dari ketentuan hukum yang baru ini, seluruh kepulauan dan perairan Indonesia adalah
suatu kesatuan dimana dasar laut, lapisan tanah di bawahnya, udara di atasnya, serta
kekayaan alamnya berada di bawah kedaulatan negara Indonesia.

Alur Laut Kepulauan Indonesia

Sesuai UNCLOS pasal 53 ayat 1 dikatakan bahwa Negara kepulauan dapat menentukan alur
laut dan rute penerbangan di atasnya, yang cocok untuk lintas kapal dan pesawat udara
asing secara tak terputus dan cepat melalui atau di atas perairan kepulauan dan laut
teritorial yang berdampingan. Selanjutnya ayat 3 menambahkan Alur-alur kepulauan berarti
pelaksanaan hak-hak pelayaran sesuai dengan Konvensi dan hak untuk terbang di atasnya
dengan cara yang normal hanya untuk tujuan transit yang terus menerus, cepat dan tak
terhalang.

Sehubungan dengan hal ini, pada tahun 1966 Indonesia telah terlebih dahulu mengumumkan
kepada IMO (International Maritime Organization) penetapan tiga ALKI (Alur Laut
Kepulauan Indonesia) beserta cabang-cabangnya di perairan Indonesia, yaitu :

ALKI I : Selat Sunda, Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan

ALKI II : Selat Lombok, Selat Makassar dan Laut Sulawesi

ALKI III-A : Selat Ombai, Laut Sawu, Laut Banda (Barat Pulau Buru) Laut Seram
(Timur Pulau Mangole) Laut Maluku, Samudera Pasifik
ALKI III-B : Laut Timor, Selat Leti, Laut Banda (Barat Pulau Buru) dan terus ke ALKI III-
A

ALKI III-C : Laut Arafura, Laut Banda (Barat Pulau Buru) dan terus ke Utara ALKI III-A

Hak Lintas Damai Internasional pada Perairan Indonesia

Mengenai hak lintas di perairan Indonesia, tidak ada persoalan yang berarti karena sudah
merupakan suatu ketentuan yang telah diterima dan dijamin oleh hukum internasional. Yang
dimaksud dengan hak lintas damai menurut pemerintah Indonesia adalah :

Semua pelayaran dari laut lepas ke suatu pelabuhan Indonesia

Semua pelayaran dari suatu pelabuhan Indonesia menuju laut lepas untuk tujuan-
tujuan damai.

Semua pelayaran dari dan ke laut lepas dengan melintasi perairan Indonesia.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang ditetapkan sebagai
tindak lanjut ratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Tahun
1982, sesuai dengan ketentuan Konvensi tersebut mengandung ketentuan bahwa kedaulatan
Republik Indonesia mencakup selain wilayah daratan dan pedalaman juga Laut Teritorial dan
Perairan Kepulauan Indonesia.

Sekalipun Indonesia mempunyai kedaulatan atas laut teritorial dan Perairan Kepulauan
Indonesia tersebut, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, sesuai
dengan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Tahun 1982, juga
mengandung ketentuan bahwa kapal asing menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial
dan Perairan Kepulauan Indonesia tersebut, untuk keperluan melintasi laut tersebut tanpa
memasuki perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut atau fasilitas
pelabuhan di luar perairan pedalaman atau untuk keperluan berlalu ke atau dari perairan
pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut atau fasilitas pelabuhan tersebut.

Walaupun kapal asing menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial dan Perairan
Kepulauan Indonesia, sesuai dengan ketentuan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut Tahun 1982, Indonesia dapat menetapkan alur laut yang dapat
digunakan oleh kapal asing tersebut untuk melaksanakan hak lintas damai melalui laut
teritorial dan Perairan Kepulauan Indonesia tersebut dengan aman, terus-menerus, dan cepat.

Keamanan Wilayah Indonesia

Ketentuan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) menjadi sebuah hal yang paling
mengancam kepentingan Indonesia di wilayah perairan. Secara, dengan adanya ketentuan
ALKI tersebut, Indonesia harus mempersilakan kapal dagang dan kapal perang negara lain
untuk dapat melintas di wilayah teritorial Indonesia. Ada beberapa hal yang mengancam
keamanan Indonesia dilihat dari adanya ketentuan ALKI tersebut.

Pertama, meningkatnya volume perdagangan dunia yang melalui laut dari 21.480 milyar ton
pada tahun 1999 menjadi 35.000 milyar ton pada tahun 2010, dan 41.000 milyar ton pada
tahun 2014. Perlu dicatat bahwa 25% perdagangan dunia tersebut dibawa oleh sekitar 50.000-
60.000 kapal dagang setiap tahunnya melintasi jalur lalu lintas internasional yang melintasi
perairan Indonesia.
Kedua, alasan kenapa Indonesia seharusnya lebih menekankan pada pertahanan laut adalah
adanya intervensi dan inisiatif oleh negara-negara besar yang kepentingannya (ekonomi
perdagangan dan perang melawan terorisme) tidak ingin terganggu di kawasan perairan
Indonesia. Hal ini tentunya didorong oleh tujuan mereka untuk mengamankan jalur
perdagangan laut dan kontrol atas barang-barang yang diangkut oleh kapal-kapal yang
melalui jalur tersebut.

Ketiga, adalah masalah penyelundupan baik manusia, senjata ringan, dan narkotika. Ratusan
ribu pucuk senjata ringan (Small Arm and Light Weapon) selundupan beredar di kawasan
Asia Tenggara tiap tahunnya dan lebih dari 80 persen dari penyalurannya melewati laut.
Daerah-daerah sekitar ALKI selalu sangat rawan terhadap kegiatan-kegiatan kejahatan
internasional, penyelundupan manusia dan senjata, dan infiltrasi. Hal ini tentunya sangat
terkait dengan kegiatan teorisme dan separatisme di Indonesia.

Dari ketiga alasan tersebut di atas, membuktikan bahwa Indonesia berada dalam sebuah
situasi dan kondisi yang tepat dan sesuai untuk datangnya ancaman dari kekuatan eksternal
yakni intervensi, mungkin invansi, negara lain yang ingin mengamankan kepentingannya dan
pihak non-negara seperti kelompok teroris dan sindikat penyelundupan internasional yang
memanfaatkan jalur laut internasional. Selain itu, Indonesia juga memiliki ancaman dari
internal seperti dari kelompok pemberontak atau separatis yang mendapatkan pasokan
persenjataan dari penyelundupan senjata yang beredar di sekitar perairan Indonesia karena
adanya jalur laut internasional dan lemahnya pengawasan dan pengamanan patrol laut oleh
pihak militer Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai