prefeasibility study
09-02-2018
Disiapkan oleh:
Dr. Teddy Rusolono
Daru Asycarya
Hans Henrik Lindboe
Ea Energy Analyses
Frederiksholms Kanal 4, 3. th.
1220 Copenhagen K
Denmark
T: +45 88 70 70 83
Email: info@eaea.dk
Web: www.eaea.dk
8 Referensi.........................................................................................844
Sektor kehutanan di Jawa adalah hutan hasil budidaya yang didominasi oleh
jati (Tectona grandis). Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, diperlukan
tingkat diversifikasi yang lebih besar karena beberapa alasan. Alasan utama
adalah adanya area tanaman jati yang luas dengan produktivitas yang sangat
rendah dan digolongkan oleh Perum Perhutani sebagai lahan tidak produktif.
Dengan memperkenalkan spesies lain dan menyediakan kayu untuk energi,
dimungkinkan untuk membantu sektor kelistrikan memenuhi sasaran mitigasi
perubahan iklim melalui penggunaan energi terbarukan, dimana pada saat
bersamaan mampu meningkatkan keberlanjutan lingkungan dan ekonomi di
sektor kehutanan.
Meskipun nilai pasar kayu energi beberapa kali lebih rendah dari pada kayu
keras, ada sejumlah manfaat yang terkait dengan kayu energi, yang utama: 1)
Produktifitas yang lebih tinggi (t / ha / tahun) 2) Tidak harus menunggu 20 -30
tahun untuk mulai memperoleh pendapatan, dan 3) kemungkinan yang lebih
baik untuk menggabungkan sisi kehutanan dengan produksi pakan ternak
(daun), dan usaha lain yang memberi manfaat bagi masyarakat lokal.
Tantangan untuk tenaga Berbagai Diskusi di Indonesia saat ini mempertanyakan kebutuhan terencana
listrik biomassa akan penambahan kapasitas pembangkit listrik di Jawa. Oleh karena itu ada
resiko bahwa pembangkit listrik yang sudah ada dan yang direncanakan akan
berjumlah lebih sedikit daripada yang diperkirakan semula. Ini berarti bahwa
nilai kapasitas pembangkit listrik baru akan terabaikan.
Secara internasional, harga listrik tenaga angin dan tenaga surya (PV) telah
menurun drastis dan tak terduga dalam beberapa tahun terakhir. Lelang di
beberapa bagian dunia selama tahun 2017 telah menunjukkan harga setara
dengan 2-4 sen dolar AS / kWh yang diproduksi (kontrak 15-20 tahun). Pada
Bio Pellets Saat ini telah terjadi perkembangan pesat di pasar internasional untuk
bisnis bio pellet, terutama dalam bentuk wood pellet. Negara-negara
Eropa dan Korea Selatan saat ini merupakan importir besar wood
pellet. Telah tersedia untuk umum berbagai informasi mengenai harga
wood pellet di pasar Eropa. Biasanya harga impor Korea agak lebih
rendah jika dibandingkan dengan harga Eropa, dan Vietnam adalah
eksportir utama ke Korea. Indonesia belum menghasilkan wood pellet
secara masif untuk diekspor, namun beberapa industri lokal di Jawa
menggunakan wood pellet untuk produksinya.
Analisis
Pra study kelayakan ini dilakukan oleh konsultan Indonesia dan Denmark yang
menggabungkan keahlian di bidang kehutanan, teknologi energi dan
perencanaan kebutuhan energi. Melalui kombinasi kunjungan lapangan,
wawancara, dan studi desktop, telah dianalisis peluang dan tantangan untuk
penggunaan biomassa sebagai sumber energi yang berasal dari hutan yang
dikelola oleh Perum Perhutani di Jawa. Mempertimbangkan tantangan
keekonomian yang dihadapi dalam mengadakan tenaga listrik biomassa di
Jawa, melalui fokus kajian yang sama akan dikupas dua tema pengembangan:
Biomassa untuk listrik atau biomassa untuk memproduksi wood pellet .
Dalam sebuah analisis beberapa spesies tanaman penghasil kayu energi telah
dievaluasi tentang produktivitas, risiko, dan keberlanjutannya. Berdasarkan
pandangan dan analisis teknologi, biaya produksi listrik dan wood pellet
masing-masing telah diperkirakan. Selanjutnya, berdasarkan analisis ini telah
dikembangkan rekomendasi untuk langkah lebih lanjut.
Hasil utama
Pembangkit listrik Agar bisa mencapai manfaat yang terkait dengan skala ekonomi, diperkirakan
bahwa ukuran pembangkit listrik biomassa tidak boleh berada jauh di bawah
10 MWelec. Dengan hasil biomassa sebesar 25 ton / tahun / ha, setidaknya
4.000 ha lahan biomassa diperlukan untuk memastikan pasokan bahan baku
yang andal dan stabil.
Tiga lokasi unit pengelolaan hutan yang dikunjungi (KPH Semarang, KPH
Purwodadi dan KPH Sukabumi) tampaknya memiliki lahan yang cukup
terkonsentrasi pada areal tertentu, sehingga sumber biomassa tidak
memerlukan pengangkutan yang jauh. Ketiga lokasi ini bisa dipilih untuk lokasi
yang tepat untuk pembangkit listrik biomassa.
Pabrik wood pellet Pembuatan pellet biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas
yang jauh lebih sederhana daripada pembangkit listrik. Namun, dengan
teknologi ini ada faktor ukuran yang berbeda. Diperkirakan bahwa pabrik
pellet komersial secara penuh di lokasi terpilih di Jawa bisa dibangun dengan
kapasitas 5 ton / jam, atau sekitar setengah dari kapasitas pembangkit listrik
berdaya 10 MW. Ukuran optimalnya sangat dipengaruhi oleh biaya
transportasi bahan baku. Tiga lokasi seperti yang disebutkan di atas cocok
untuk produksi pelet.
Ekonomi
Pembangkit listrik
Peraturan di Indonesia mengenai tarif produksi listrik dari energi terbarukan
(feed-in tariffs) telah diubah beberapa kali, yang terakhir melalui Peraturan
Menteri ESDM nomor 50 yang ditandatangani pada bulan Agustus 2017.
Menurut peraturan baru tersebut, produsen potensial tenaga listrik biomassa
harus menunjukkan bukti sumber daya yang ada dan menegosiasikan tarif dan
kondisi tertentu dengan PLN. Tarif di Jawa tidak bisa melebihi biaya produksi
listrik lokal (BPP) yang dihitung oleh PLN, yaitu 6,6 sen AS / kWh. Namun,
menurut analisis dalam pra studi kelayakan ini, biaya produksi listrik yang
sebenarnya diperkirakan mencapai 10-11 sen dolar AS / kWh.
Tidak ada tanda-tanda dari pihak yang berwenang bahwa mereka akan
mengubah arah kebijakan dan menerima tarif listrik dari pembangkit listrik
di kisaran 10-12 sen AS / kWh, sehingga nampaknya akan sia-sia untuk
Pabrik Pellet Analisis pasar internasional menunjukkan bahwa harga pelet (FOB1 pelabuhan
di Jawa) sebesar 90-100 USD / ton diperkirakan akan terjadi sampai waktu
mendatang. Analisis dalam laporan ini menemukan bahwa biaya produksi dan
transportasi dari lokasi yang dipilih kira-kira 70 USD / ton, sehingga bisa
memberikan keuntungan yang besar bagi investor. Analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa biaya produksi penyediaan bahan baku input (biaya
kehutanan) merupakan risiko terbesar pada saat kontrak jangka panjang
pembelian pelet kayu terjadi dengan pembeli wood pellet.
Rekomendasi
Disarankan untuk fokus ke arah studi kalayakan pabrik wood pellet daripada
melanjutkan proses perencanaan pembangkit listrik. Risiko utama mengenai
profitabilitas wood pellet terletak pada biaya pengadaan bahan baku (nilai
lahan, hasil, dan produktivitas). Risiko lain, tapi yang lebih rendah, adalah
stabilitas pasar wood pellet. Risiko penggunaan teknologi untuk memproduksi
pelet sekarang telah dievaluasi dengan nilai resiko relatif kecil. Disebabkan
oleh tambahan konsumsi energi dan resiko teknologi, peluang penggunaan
teknologi torefaksi (torrefaction) atau arang wood pellet bagi Perhutani tidak
direkomendasikan.
1
FOB: Free On Board, berarti penjual membayar transportasi barang ke pelabuhan tempat barang dikirim,
ditambah biaya pemuatan.
Gambar 1: Gangguan hutan dipicu oleh konflik sosial dan pembalakan liar
Gambar 2: Alokasi lahan untuk masyarakat dalam program kehutanan sosial dan model
penanaman kayuputih
Namun bila kondisi lahan bebas dari gangguan sosial, memproduksi kayu jati
jauh lebih menguntungkan daripada memproduksi biomassa untuk produksi
Allocated Area
15,000
10,000
5,000
-
KPH of Perhutani
Gambar 3: Area indikasi lokasi KPH dan peningkatan alokasi lahan untuk pengembangan
penanaman energi biomassa di Perhutani
Penetapan kriteria lahan untuk penggunaan biomassa kayu yang lebih efisien
dengan mempertimbangkan keamanan investasi jangka panjang dan hasil
biomassa yang berkelanjutan, perlu mempertimbangkan:
Masing-masing KPH memiliki wilayah yang tidak produktif seluas lebih dari
5.000 ha yang memiliki kawasan yang sesuai untuk perkebunan energi
biomassa. (Sebagai pengecualian adalah KHP Purwodadi yang memiliki lahan
tidak produktif seluas 1.900 ha namun luasan ini memenuhi syarat untuk
dikembangkan 1 unit industri wood pellet untuk memenuhi kapasitas
produksinya). Perkebunan biomassa dibangun dengan meminimalkan
konversi tegakan produktif serta menampung lahan pertanian yang
dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu diperlukan analisis
mikro lebih lanjut untuk mendapatkan lokasi yang sesuai, termasuk
persyaratan untuk menentukan lokasi industri.
Untuk mendukung pabrik wood pellet dengan kapasitas 5 ton / jam, atau
sekitar 36.000 ton / tahun, dibutuhkan sekitar 50.000-60.000 ton serpihan
Dimana Ww adalah berat kayu, dan Wo adalah bobot kering oven dari kayu.
Buku pegangan ini memberikan contoh praktis berikut untuk perhitungan
kadar air.
Kelembaban kayu (u), di sisi lain, didefinisikan oleh buku pegangan sebagai
"massa air yang ada dalam kaitannya dengan massa kayu kering oven. Nilai ini
menggambarkan rasio massa air terhadap massa kering ". Rumus untuk
kelembaban adalah:
−
u= × 100
Bagian berikut ini menjelaskan kondisi stok tegakan hutan di 3 lokasi KPH
Perhutani yang merupakan area yang diusulkan untuk pengembangan tanaman
energi biomassa, yaitu KPH Semarang di Jawa Tengah, KPH Purwodadi di Jawa
Tengah, dan KPH Sukabumi di Jawa Barat.
Sementara itu klasifikasi KU I (kelas umur berkisar antara 1-10 tahun) dan KU II
(kelas umur dalam rentang antara 11-20 tahun) harus dipertahankan sebagai
Hutan Jati. Kemudian KU III (kelas umur berkisar antara 21-30 tahun); KU IV
(kelas umur antara 31-40 tahun) dan LDTI (lahan dengan tujuan istimewa)
tidak sesuai untuk pelaksanaan penanaman biomassa karena keterbatasan
area dan biaya tinggi untuk mengubah hutan yang ada.
Untuk saat ini KPH Purwodadi (Gambar 6) didominasi oleh tanaman jati
dengan usia muda seperti yang digambarkan pada KU I dan KU II (diagram
batang warna merah tua dan pink). Ada juga distribusi jati komersil yang luas
seperti yang terlihat pada KU III, KU V (kelas antara 51-60 tahun) dan KU VI
(kelas usia antara 61-70 tahun). Namun ada area TBK (biru tua) yang cukup
luas dan TK (biru muda) yang bisa dikembangkan untuk lahan biomassa.
Gambar 7: Klasifikasi Hutan dan Kawasan Yang ada di KPH Sukabumi. TK (biru muda) adalah lahan
kosong, TKL (ungu) adalah jenis tumbuhan kayu lainnya, TKLR (hijau gelap) adalah tanaman kayu
Secara umum, KPH Semarang didominasi oleh lahan kosong, dan daerah
dengan pohon jati muda yang tergolong tidak produktif (hutan dengan
produktifitas rendah atau rusak, kepadatan bidang dasar/KBD <0,6). Lahan ini
saat ini cenderung tidak produktif untuk produksi kayu karena pertumbuhan
atau hasil yang rendah, dan tumpang tindih dengan tanaman pertanian yang
dibudidayakan oleh petani atau masyarakat setempat. Secara topografi,
daerahnya relatif datar, dan memiliki aksesibilitas yang baik. Untuk
mendapatkan biomassa yang cukup besar dan kompak untuk area energi,
dipandang perlu untuk mengubah sisa pohon produktif menjadi biomassa
untuk tanaman energi, terutama di KPH Purwodadi.
Gambar 8. Perkiraan volume total akibat konversi tegakan untuk Perkebunan Energi
Biomassa yang berlokasi di KPH Semarang, KPH Purwodadi dan KPH Sukabumi.
Umumnya, jenis weru, lamtoro gung dan turi ditanam dan berfungsi sebagai
tanaman pagar, tanaman peneduh dan tanaman penghijauan dimana
biasanya berada di sisi jalan dan sawah. Daunnya dikonsumsi sebagai pakan
ternak, dan kayu digunakan untuk kayu bakar. Kayu Weru juga tahan lama
dan digunakan untuk pertukangan. Pohon Kaliandra dan Gamal banyak
ditanam sebagai tanaman pagar dan tanaman naungan di perkebunan. Selain
menjadi penghasil utama kayu bakar, daunnya menjadi sumber pakan ternak.
Tabel 3 di bawah ini menunjukkan potensi pertumbuhan dari beberapa
spesies yang cocok untuk bahan baku energi biomassa.
Tabel 3. Persyaratan lokasi tumbuh dan potensi pertumbuhan beberapa jenis pohon yang cocok untuk bahan
baku energi biomassa
Spesies Persyaratan Biofisik Metode Kerapatan/ Jarak Rotasi Pertumbuhan/ Referensi
regenerasi hasil
Acacia Ketinggian : 0-500 m, gerneratif 2-4 x 2-4 m, jarak Rotasi yang 15-20m3/ha/th Orwa et
auriculifor Rata-rata suhu tahunan yang lebih dekat direkomendasikan dapat dicapai, tapi al. 2009;
mis 24-28 derajat C, Rata-rata lebih sesuai adalah 4-5 tahun pada tanah yang NAS
curah hujan tahunan : untuk pulp (untuk kayu kurang subur atau (2009)
760-2000 mm; jenis tanah bakar), 8-10 tahun daerah yg erosi
: sangat umum ditemukan (untuk pulp), 12- tinggi,
di tanah lempung, mampu 15 tahun untuk pertumbuhan
untuk tumbuh pada kayu. berkurang menjadi
bermacam jenis tanah 8-12m3/ha/th;
termasuk pasir berkapur 24,2 m3/ha/th
dan tanah lempung hitam
kering, tanah yang
musiman tergenang air,
tanah liat berpasir, coral
rag. Dapat toleran
terhadap basa tinggi dan
tanah garam, pH berkisar
antara 4,3 dan 9
Acacia Ketinggian: 0-800 m, Rata- generatif 600-700 batang 6-7 tahun (untuk 35,2 m3/ha/th Zuhaidi
mangium rata suhu tahunan 18-28 /ha dari 1250 kayu pulp); 15-20 (1982)
derajat C, Rata-rata curah pohon/ha (untuk tahun (kayu
hujan tahunan: 1500-3000 kayu pulp), dari gergajian)
mm, jenis tanah: tanah 900 pohon/ha
mineral atau tanah alluvial menjadi 100-200
pohon/ha dalam
2 atau 3 kali
penjarangan
(untuk kayu
gergajian)
Albizia Ketinggian: 0-1500 m, Generatif Jarak 2-3 x 0,5 m Kayu bakar diatur Rata-rata Orwa et
procera Rata-rata suhu tahunan 1- dan dalam tegakan dalam rotasi 20 pertumbuhan al. 2009,
18 derajat C sampai 37-46 vegetatif murni, dicampur tahunan tahunan diameter PROSEA
derajat C, Rata-rata curah dengan spesies 1-4 cm; mencapai
hujan tahunan: 100-5000 lain ditanam 40-60 cm dalam 30
mm, jenis tanah: bertahan dengan jarak 3 x tahun
di berbagai jenis tanah, 1m
paling bagus tumbuh di
tanah alluvial lembab,
tanah liat dengan drainase
yang baik, atau tanah
lempung dengan pH 5,5-
(Leucaena Ketingian: 0-1500 (max Generatif 1m x1m (untuk Rotasi lebih Dari 3-4 m Orwa et
leucoceph 2100 m), Rata-rata suhu dan kayu bakar) pendek (3-5 pertambahan al. 2009;
ala tahunan: 25-30 derajat C, vegetatf tahun) tinggi/th dan 20-60 PROSEA
Rata-rata curah hujan m3/ha/th
tahunan: 650-3000 mm,
jenis tanah: tumbuh
optimal pada tanah
berkapur tapi dapat
ditemukan pada tanah
bergaram dan tanah basa
pH mencapai 8; tidak
toleran pada tanah asam
dan tanah tergenang air
Sesbania Tinggi: 0-1000m, Rata-rata Generatf 0.9 x 0,9 m; 1,5 Tidak berumur Pada tanah Orwa et
grandiflor suhu tahunan: 22-30 dan m x 2m panjang dapat lempung yang al. 2009
a derajat C, Rata-rata curah vegetatif dipanen dalam dalam dengan
hujan tahunan: 2000-4000 rotasi pendek 3 drainase baik,
mm, jenis tanah: dapat tahunan hasilnya 4 t/ha/th.
tumbuh pada rentang Di Indonesia, 20-25
jenis tanah yang luas m3/ha/th
termasuk tanah sedikit
unsur hara dan tergenang
air. Toleran terhadap
tanah bergaram dan tanah
basa dan toleran pada
tanah asam dengan pH 4,5
Semua spesies pohon pada Tabel 3 di atas dapat menghasilkan bahan baku
energi biomassa kayu dan fungsi serbaguna lainnya. Secara umum, jenis
akasia relatif memiliki karakteristik sebagai spesies yang cepat tumbuh namun
tidak banyak diketahui apakah bisa digunakan dan dikelola dengan sistem
trubusan yang berkelanjutan. Namun demikian, jenis-jenis tersebut tidak
seperti tanaman kaliandra dan gamal meski mudah dalam budidaya dan
Sejak tahun 1974, Perhutani telah menyebarkan bibit kaliandra kepada petani
hutan dan memanfaatkannya sebagai tanaman batas antara kawasan hutan
dan daerah pedesaan atau lahan pertanian. Budidaya kaliandra pada saat itu
terutama ditujukan untuk menyediakan kayu bakar dan makanan ternak bagi
masyarakat yang tinggal di hutan, dan mengurangi ketergantungan pada
minyak tanah untuk memasak. Kaliandra digunakan sebagai tanaman teras
(penahan erosi) dengan kemiringan tinggi untuk memperkuat perkebunan
utama, misalnya dengan perkebunan jati, dan juga untuk tujuan perlindungan
tanah, karena dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui kemampuannya
untuk menyerap nitrogen.
Purwodadi Datar sampai < 100 1500-2000 Sangat Untuk mendapatkan area
sedikit berbukit, sesuai yang aman dan
tanah mineral terkonsentrasi, disarankan
untuk melakukan konversi
hutan produksi yang ada.
Sukabumi Berbukit sampai 500-700 2000-2500 Sangat Tersedia area yang luas,
curam, tanah sesuai namun kawasan cukup
mineral berbukit dan terjal, yang
bisa menjadi hambatan
panen dan transportasi.
Tabel 4: Kondisi lokasi KPH Perhutani dan kesesuaiannya untuk pertumbuhan spesies pohon Calliandra dan
Gliricidia.
Meskipun kaliandra dan Gliricidia bukan spesies pohon asli di Indonesia, tetapi
spesies tersebut telah lama diperkenalkan, dan dapat ditemukan hampir di
seluruh pulau Jawa. Calliandra dan Gliricidia menjadi sangat populer di daerah
pertanian di sebagian besar wilayah Jawa. Belum banyak laporan yang
menggambarkan adanya hama dan / atau penyakit yang berkaitan dengan
salah satu spesies di atas.
Tabel 5. Karakteristik fisik dan kimia beberapa species kayu untuk keperluan energi biomassa
Hasil kayu yang ditargetkan dapat diproduksi dalam waktu yang relatif singkat
(rotasi panen setiap 2-3 tahun), diperoleh melalui sistem trubusan. Sistem
trubusan adalah metode untuk mendapatkan panen kayu berulang kali
dengan cara memotong batang pohon di dekat permukaan tanah dan
mengeksploitasi kembali batang pohon yang berasal dari trubusan yang
tumbuh kembali sebagai batang baru melalui tunggak dan akar saat
batangnya ditebang. Dengan sistem trubusan, panen biomassa bisa dilakukan
setiap 1-3 tahun, dan berlanjut sampai pohon berumur 15-20 tahun dimana
saat itu baru dilakukan penanaman kembali. Untuk mendapatkan
produktivitas biomassa yang tinggi, pohon Calliandra atau Gliricidia sebaiknya
ditanam dengan rapat, sehingga menghasilkan populasi pohon sebanyak
5.000-10.000 pohon / ha.
Spesies
Kepadatan/Jarak tanam Hasil kayu bakar Sumber
pohon
5,000-40,000 pohon/ha atau 5-20 m3/ha/th (tanah subur sedang, ICRAF 2015;
1.5x2; 2x2.5 m (diantara barisan panen pertama); Wiersum dan
Calliandra
kayu); 35-65 m3/ha/th (tapak yang baik , Rika 1997;
calothyrsus
1 m x 1 m sd 1 m x 2 m; dalam trubusan tahunan untuk 10-20 Wiersum dan
penanaman baris tahun). Rika 1992
Tabel 6: Performa dan hasil panen dari spesies pohon Calliandra dan Gliricidia
Ada beragam informasi tentang hasil pertumbuhan / energi (kayu bakar) yang
diperoleh dari tanaman Calliandra dan Gliricidia (lihat Tabel 6), yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi tanah, jarak tanam, dan rotasi yang
berbeda dari trubusan yang digunakan. Dengan pengaturan jarak yang rapat,
sumber benih terpilih, perawatan tanaman, dan pencegahan kerusakan
tanaman (terutama kebakaran), produktivitas kayu energi di Perhutani
ditargetkan mencapai 30 ton / ha / tahun untuk Calliandra, atau 35 ton / ha /
tahun untuk Gliricidia. Produktivitas dicapai dengan penanaman di blok yang
kompak dengan populasi pohon minimal 6500 pohon / ha.
Wood biomass
processor
Gambar 12: Area indikatif untuk perkebunan biomassa yang berada di KPH Semarang (warna
pink)
Gambar 13: Area indikatif untuk perkebunan biomassa yang berada di KPH Sukabumi (warna
pink)
Gambar 14: Area indikatif untuk tanaman biomassa yang berada di KPH Purwodadi (warna
pink)
Alokasi lahan, pola tanam spasial, dan pengaturan jarak tanam untuk tanaman
energi biomassa harus memperhatikan rencana rotasi sistem trubusan, target
produktivitas panen terkait dengan jumlah pohon yang akan ditanam dan
sistem pemanenan kayu. Selain faktor teknis ini, faktor sosial juga harus
diperhatikan, terutama alokasi lahan untuk mengakomodasi kebutuhan lahan
pertanian bagi kelompok tani yang merupakan bagian dari resolusi konflik
penggunaan lahan.
Kemungkinan pola ruang tanam untuk KPH Semarang dan KPH Purwodadi
adalah kombinasi tanaman energi biomassa dan tanaman pertanian dengan
mengatur ruang tanam khusus untuk tanaman energi biomassa yang
dipisahkan menjadi garis tanaman pertanian. Misalnya, untuk area seluas 1
hektar, 75% dapat dialokasikan untuk tanaman biomassa utama, 20% untuk
tanaman pertanian, dan 5% untuk jalur inspeksi.
C
E
Gambar 20: Potongan batang kayu putih menghasilkan residu di KPH Jombang
Berdasarkan wawancara dengan ADM KPH Jombang dan ADM KPH Purwodadi,
residu pemotongan kayu putih pemanfaatanya bisa diatur ulang dengan
masyarakat setempat jika diarahkan sebagai bahan baku untuk produksi energi
biomassa.
KPH Sukabumi telah menilai bahwa residu batang pinus yang dipanen
menghasilkan nilai ekonomi tinggi, terutama batang dengan diameter di atas
20 cm. Namun, dimungkinkan untuk menggunakan residu batang yang memiliki
diameter di bawah 20 cm, dan / atau kayu dengan cacat fisik yang tidak laku
dijual.
Gambar 22: Residu dari penjarangan pinus, foto diambil dari http://kayumebel
Selain berasal dari limbah pemanenan, residu kayu berpotensi diambil dari
fasilitas pengolahan kayu, seperti serbuk gergaji dan potongan-potongan kayu
Saat ini jumlah yang pasti dan pemanfaatan residu kayu yang berasal dari
perusahaan kayu di atas saat ini belum bisa ditentukan. Contoh residu
potensial ini ditampilkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 24: Serbuk gergaji dari residu kayu yang dihasilkan oleh pabrik penggergajian kayu di
Banten
Gambar 26: Jarak dari Pelabuhan Tanjung Mas ke Kecamatan Kedung Jati
Namun, jarak ke pelabuhan Tanjung Priok adalah 155 km, atau kira-kira 4,5
jam, jarak yang cukup jauh, sehingga disarankan pemasaran wood pellet
dilakukan untuk kebutuhan lokal.
Sistem listrik Jawa-Bali menyumbang sekitar 80% dari total kebutuhan listrik
Indonesia. Menurut RUPTL, diharapkan ada pertumbuhan yang tinggi untuk
permintaan listrik sebesar 8,3% p.a. selama periode 2017-2026. Karena
instalasi yang diproyeksikan dan direncanakan akan menggunakan tambahan
kapasitas batu bara dan pemanas gas, dimana batas cadangan (hubungan
antara kapasitas pembangkit listrik dan permintaan listrik saat tegangan
puncak) diproyeksikan jauh di atas nilai target 30%, hal ini mengindikasikan
bahwa kebutuhan untuk menambah kapasitas energi tambahan (misalnya
biomassa) dalam sistem Jawa-Bali akan kurang mendapat perhatian.
Tabel 7: Metode pengadaan dan sistem tarif pembangkit listrik tenaga biomassa IPP di
Indonesia. BPP adalah biaya lokal pembangkit listrik yang dihitung oleh PLN.
Tarif relevan untuk BPP diterbitkan setiap tahun oleh MEMR. Gambar 24 menyoroti fakta bahwa
Jawa-Bali BPP di Jawa-Bali 6,62 sen USD di bawah rata-rata angka nasional (7,39 sen
USD). Menurut Permen 50, tarif maksimum yang relevan untuk pembangkit
listrik tenaga biomassa pada sistem Jawa-Bali adalah 6,62 sen USD / kWh.
Gambar 30: BPP untuk tahun 2015 dan 2016 di daerah terpilih (PWC, 2017)
Koneksi Grid
Agar bisa menjual listrik, perlu untuk terhubung ke grid PLN. Lokasi koneksi
harus disetujui oleh PLN. Konsultan memahami bahwa semua biaya koneksi
harus dibayar oleh produsen listrik, walaupun hal ini tidak diatur secara
eksplisit dalam peraturan tersebut.
Jaringan transmisi di Jawa terdiri dari sambungan 500 kV, 150 kV dan 70 KV
(biru, merah dan hijau pada Gambar 25. Ada daerah potensial yang dapat
ditemukan di lokasi yang dikunjungi dan dekat dengan gardu induk 150 KV
atau 70 kV yang ada. Ketika Lokasi pilihan sudah ditetapkan, negosiasi dengan
PLN mengenai syarat dan ekonomi harus dimulai.
2
Carnot efficiency dihitung berdasarkan skala suhu Kelvin: °Kelvin = °Celcius+273.15
Biomassa kayu dan Pengalaman internasional dengan produksi listrik menggunakan biomassa
ampas tebu untuk kayu dan ampas tebu cukup luas. Denmark telah 25 tahun berpengalaman,
produksi listrik terutama dengan menggunakan teknologi pembakaran grate (grate firing) ,
atau pembakaran serbuk (dust firing) dalam pembakaran bersama dengan
batubara atau wood pellet.
Kerugian Beberapa kelemahan yang berkaitan dengan boiler model grate firing
adalah efisiensinya sedang dan biaya operasional dan pemeliharaan yang
relatif tinggi.
Keuntungan Dalam boiler CFB , bahan bakar dengan ukuran dan kadar air yang berbeda
dapat digunakan. Boiler CFB dapat dibangun lebih besar dari boiler grate-fired
dan BFB (sampai 3-400 MWpower). Dengan membangun skala lebih besar,
memungkinkan untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi atau layak
dioperasikan.
Emisi nitrat boiler CFB lebih tinggi daripada boiler lainnya. Konsumsi
Kerugian listrik boiler CFB sekitar 1 persen lebih tinggi daripada boiler grate-fired
(2-3% untuk boiler grate-fired dan 3-4% untuk boiler BFB / CFB
menurut Evald dan Witt (2006)). Boiler CFB sensitif terhadap
kandungan alkali dalam bahan bakar.
Dust firing
Boiler pembakaran serbuk (dust firing) atau pengapian suspensi banyak
menggunakan bahan bakar batu bara. Beberapa pembangkit listrik tenaga
batubara telah dipasang untuk menggunakan wood pellet , diharapkan lebih
banyak yang akan mengikuti.
Dalam boiler model dust firing, hanya bahan yang sangat halus yang bisa
Kerugian digunakan. Untuk biomassa, ini berarti pellet atau serbuk gergaji. Peletisasi
bahan baku adalah biaya tambahan dan hanya menarik untuk pembangkit
listrik yang lebih besar, di mana efisiensi tinggi menjadi prioritas.
Untuk pembangkit yang kecil, jauh dari layak untuk membangun boiler dust
firing dengan serbuk jerami. Namun, untuk co-firing bisa menjadi
kemungkinan yang menarik.
Teknologi gasifikasi
Gasifikasi adalah proses
pembakaran parsial dimana
padatan dalam biomassa
ditransformasikan menjadi gas dan
abu yang mudah terbakar. Gas
kemudian bisa dibakar dalam boiler,
turbin, atau mesin pembakaran
internal. Gasifikasi dengan demikian
dapat dipandang sebagai proses
pra-perawatan untuk mengurangi
tantangan persoalan pembakaran,
dan untuk mencapai efisiensi listrik
yang lebih tinggi. Ada sejumlah teknologi yang berbeda, yaitu fixed bed,
fluidised bed, dan entrained flow.
Keuntungan Gasifikasi secara teori dapat memberikan efisiensi listrik yang lebih tinggi,
diaplikasikan pada pembangkit yang lebih kecil jika gas yang dihasilkan cukup
bersih dan stabil. Model ini biasanya digunakan pada turbin yang efisien atau
mesin pembakaran internal.
Penanganan bahan Dari tempat penyimpanan chip, bahan baku diambil melalui derek ke
bakar di pembangkit conveyor penerimaan.
listrik
Boiler/grate Di dalam boiler, chip diratakan di atas grate . Ini bisa berupa grate jalan
(traveling grate), atau grate bergetar (vibrating grate), atau step grate.
Misalnya di vibrating grate, bahan bakar bergerak sedikit menuruni grate
yang miring setiap kali grate nya bergetar.
Ketika mencapai ujung grate bahan bakar benar-benar terbakar habis, dan
hanya abu bawah yang tersisa, yang jatuh ke dalam wadah terak yang
dipenuhi air. Dari wadah terak, abu bisa diangkut kembali ke hutan dan ladang
dan dijadikan pupuk.
Jalur gas buang Gas buang yang melewati pemanas super dan economiser akan memanaskan
air / uap untuk turbin. Setelah itu, gas buang dibersihkan dari partikel dalam
kantong filter atau presipitator elektrostatik, dan gas buang cukup bersih
untuk dibawa ke cerobong.
Perputaran uap Uap super panas dibawa dari pemanas super ke turbin uap. Turbin tersebut
menjalankan generator untuk menghasilkan listrik. Setelah turbin, uap harus
dikondensasikan dalam kondensor sebelum pompa pengumpan air
meningkatkan tekanan air. Air bertekanan tinggi dikirim kembali ke
economiser dan pemanas super di boiler untuk penguapan.
Kondesor berpendingin Memilih kondensor berpendingin air akan menghasilkan biaya investasi
air terendah karena perpindahan panas lebih baik. Selain itu, akan memberikan
efisiensi yang lebih tinggi untuk pembangkit listrik karena kemampuan untuk
mendinginkan ke suhu yang lebih rendah.
Masalah dengan teknologi ini adalah jumlah air yang dibutuhkan untuk
kondensor berpendingin air. Dengan efisiensi boiler 90%, dan efisiensi listrik
sekitar 20%, dan jika air dapat dipanaskan dengan suhu 5 ° C, akan dibutuhkan
air pendingin sekitar 2.500-3.000 m3 / h (0,75 m3 / s). Jumlah air tersebut
diperkirakan tidak akan tersedia untuk pembangkit listrik di lokasi yang
diusulkan.
Perhitungan efisiensi
Untuk memperkirakan efisiensi listrik pembangkit listrik, perhitungan neraca
panas konvensional telah dilakukan. Komponen yang digunakan dalam
perhitungan neraca panas adalah: Boiler, katup tekanan tinggi, turbin,
generator, kondensor, dan tangki air umpan.
Dihitung untuk setiap komponen: neraca panas, neraca massa dan persamaan
termodinamika.
Masukkan data untuk Tabel 8 di bawah ini menampilkan beberapa nilai masukan penting untuk
perhitungan perhitungan keseimbangan panas.
Gambar 38: Model proses pembangkit tenaga listrik (perhitungan keseimbangan panas).
Efisiensi Efisiensi listrik total untuk pembangkit listrik model adalah 29,7% gross dan
27,5% net. Tekanan dan suhu utama ditunjukkan pada Gambar 38.
Rekomendasi Jika pembangkit listrik biomassa dengan ukuran sekitar 10 MWpower akan
didirikan di Jawa, dimensi prosesnya bisa terlihat seperti yang dijelaskan di
atas dengan efisiensi listrik bersih 27,5%. Pada tahap ini, disarankan untuk
menggunakan komponen yang dijelaskan di atas, tekanan dan tingkat suhu
untuk evaluasi kelayakan tahap pertama.
Secara umum, ada dua pasar utama untuk wood pellet: wood pellet industri,
yang digunakan sebagai pengganti dan / atau dikombinasikan dengan
batubara di pembangkit listrik termal, dan pellet premium, yang digunakan di
kompor dan boiler untuk pembangkit panas. Pada tingkat global, permintaan
untuk kedua jenis wood pellet telah meningkat secara drastis dalam
beberapa tahun terakhir, dengan permintaan pelet industri saat ini sekitar 17
juta ton, yang diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang
(lihat Gambar 41).
Dengan jumlah sedikit lebih rendah, permintaan global untuk pelet premium
juga meningkat pesat sejak 2004, dan permintaan untuk Amerika Utara dan
Eropa saat ini sekitar 14 juta ton per tahun (lihat Gambar 42).
Gambar 42: Sejarah Permintaan dan perkiraan permintaan masa depan untuk pelet kayu
premium di Eropa, Inggris, Korea, Jepang, dan Kanada (ribuan ton) (FutureMetrics, 2017).
Selain pasar global yang diuraikan di atas, pasar lokal untuk pelet kayu juga
bisa menjadi pilihan bagi produsen Indonesia.
Proses produksi
Secara umum, proses pembuatan pelet kayu utamanya dapat dibagi menjadi
beberapa tahap berikut:
Gambar 43: Chipper kayu(kiri) dan hammer mill (kanan) (Gemco, 2017)
Gambar 4: Contoh sistem pendinginan wood pellet cooling (Gemco, 2017) – kiri dan (Whirlston,
2017)- kanan
Proses produksi yang khas dapat diringkas dengan gambar di bawah ini.
Gambar 47: Diagram alir produksi wood pellet (Jara, Daracan, Devera, & Acda, 2015)
Namun, arang biomassa lebih sulit ditekan menjadi pellet jadi daripada
biomassa mentah. Konsumsi energi dari proses pelletisasi nya saja per ton
arang biomassa lebih tinggi jika dibandingkan dengan misalnya pelet kayu.
Selain itu, proses torrefaction membutuhkan energi dan prosesnya masih
harus dipertimbangkan dalam fase pengembangan dengan beberapa risiko
teknologi ada.
Tabel 9: Keuntungan tahunan MRp / ha / y untuk empat tanaman kehutanan yang berbeda.
Perkiraan hasil dan harga berdasarkan wawancara lokal, perhitungan dan asumsi sendiri yang
ditunjukkan dalam bab 2 dan tiga digabungkan dengan informasi publik yang tersedia. Hanya
tanaman utama yang disertakan.
Capex
Secara global ada banyak pengalaman dengan mengubah biomassa menjadi
listrik. Dalam laporan Biomass for Power Generation (IRENA, 2012), total
kapasitas terpasang diperkirakan 60.000 MW, setengahnya berada di Amerika
Utara dan Eropa. Biomassa kayu adalah bahan baku yang paling banyak
tersebar di belahan dunia ini, sementara residu dari produksi gula (ampas
tebu) dominan di belahan dunia lainnya.
Biaya modal
Menurut sebuah survei yang dilakukan pada 2017, The Weighted Average
Cost of Capital untuk investasi industri di Indonesia diperkirakan11,6%
(Menjadi Investor yang Lebih Baik, 2017). Dengan masa pakai 20 tahun dan
WACC 11,6%, pembayaran tahunan dapat dihitung menjadi 13% dari total
OPEX
Biaya operasional biasanya dapat dibagi menjadi tiga subkategori:
Variabel Operasional - Konsumsi dan pembuangan residu
Variabel Pemeliharaan - Pemeliharaan sistem input bahan bakar,
boiler, turbin / generator, pengolahan gas buang, dll.
Operasional dan pemeliharaan tetap - Gaji, asuransi, sewa tanah,
pemeliharaan gedung dll.
Dalam operasial yang sebenarnya tidak selalu mudah untuk membedakan
antara biaya variabel dan biaya pemeliharaan tetap. Namun, untuk
pembangkit uap berukuran 5-10 MW, referensi yang lain menunjukkan biaya
operasional dan pemeliharaan tetap sekitar 2-5% dari CAPEX dan biaya
variabel 3-6 USD / MWh yang dihasilkan.
Untuk pembangkit listrik dengan CAPEX 3 juta USD / MW dan 6.000 jam
operasi / tahun, OPEX totalnya sekitar 22 USD / MWh atau 2,2 USc / kWh
Bahan baku
Seperti yang ditunjukkan di atas, diperkirakan minimum Rp 200.000 / ton
(15,4 USD / ton) untuk bahan baku, diperlukan untuk menutupi biaya
kehutanan, (termasuk 10% untuk transportasi).
Gambar 50: Biaya produksi listrik pada model pembangkit listrik biomassa dengan total biaya
10,3 USc / kWh.
Biaya produksi
Berdasarkan tinjauan sebelumnya terhadap fasilitas produksi wood pellet di
Kanada, Amerika Serikat, Eropa dan Filipina, model berbasis excel yang
mensimulasikan pendirian pabrik wood pellet baru di Indonesia telah
dihasilkan. Ada daftar variabel yang luas yang mempengaruhi biaya produksi
wood pellet, namun yang terpenting adalah:
Asumsi mengenai karakteristik fisik pabrik wood pellet diuraikan pada Tabel
10:
Aspek unit Nilai
Kapasitas produksi – per tahun ton/tahun 43,800
Kapasitas produksi – per jam ton/jam 5
Tingkat pemanfaatan % 82%
Produksi tahunan ton/tahun 36,000
Kadar air chip kayu input % 35%
Kadar air wood pellet output % 7%
Permintaan listrik – per ton wood pellet kWh/ton 2203
Efisiensi Boiler % 85%
Diasumsikan bahwa input utama ke pabrik wood pellet adalah chip kayu
dengan kadar air sekitar 35%. Wood pellet biasanya memiliki kandungan air
sekitar 7%, dan pabrik tersebut diasumsikan memiliki boiler berbasis biomassa
untuk menghasilkan panas untuk proses pengeringan.
Berdasarkan parameter fisik di atas, input dan output tahunan yang dihasilkan
untuk model pabrik ditunjukkan pada Tabel 11.
Dengan memperhatikan angka input dan output pada Tabel 13, terlihat
mencolok bahwa untuk menghasilkan 36.000 ton wood pellet memerlukan
hampir 55.000 ton input chip kayu. Namun, hal ini dapat dijelaskan oleh fakta
bahwa input chip kayu memiliki kadar air lebih tinggi dan kandungan energi
11-12 GJ / ton, sedangkan output wood pellet memiliki kandungan air yang
sangat rendah dan kandungan energi lebih dari 17 GJ. /ton.
Salah satu unsur terpenting dalam menentukan biaya produksi pelet kayu
adalah biaya modal (CAPEX). Studi tentang biaya modal untuk proyek energi
lainnya, misalnya pembangkit listrik, menyimpulkan bahwa biaya CAPEX pada
umumnya bervariasi tergantung pada lokasi geografis pabrik. International
Finance Corporation (IFC) misalnya mempelajari biaya investasi khas untuk
pembangkit listrik tenaga uap, dan menemukan bahwa biaya CAPEX jauh lebih
tinggi misalnya di Eropa dan Amerika Serikat, relatif lebih tinggi dibanding
belahan dunia lainnya, China dan India khususnya (lihat Gambar 49).
4
Berdasarkan tarif industri
5Weighted average cost of capital, assuming 14% cost of equity, 8% cost of debt, corporate tax rate of 25%,
and 70% of the project being financed via equity
Dalam hal biaya operasional dan pemeliharaan (O & M), biaya tetap O & M
diasumsikan sekitar 2,5 USD / ton kapasitas wood pellet, dan biaya O & M
variabel menjadi 2,5 USD / ton wood pellet yang diproduksi. Angka-angka ini
didasarkan pada perkiraan Eropa yang diberikan oleh studi Deloitte, yang
telah disesuaikan ke bawah dengan mempertimbangkan kondisi Indonesia
(ABC Machinery, 2017).
Tabel 14: Asumsi kebutuhan tenaga kerja dan biaya tenaga kerja. * Perkiraan gaji berdasarkan
(Salary Explorer, 2017).
Berdasarkan asumsi di atas, biaya produksi wood pellet adalah 60 USD / ton,
dengan rincian biaya seperti yang digambarkan pada Gambar 51.
Seperti dapat dilihat dari Gambar 51, biaya input chip kayu yang diasumsikan
dan CAPEX adalah faktor terpenting dalam menentukan biaya produksi secara
keseluruhan. Untuk menggambarkan pengaruh perubahan pada parameter
ini, CAPEX alternatif, WACC, periode pengembalian, kadar air chip kayu, dan
biaya bahan baku juga telah diimplementasikan dalam 5 skenario alternatif.
Pada masing-masing skenario, variabel tersebut diubah dengan +/- 20%.
Waktu Biaya
Standar Capex WACC pengemb Kadar air bahan
alian baku
Upah 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8
Panas 1.5 1.5 1.5 1.5 1.0/2.4 1.2/1.8
Listrik 15.5 15.5 15.5 15.5 15.5 15.5
O&M yang lain 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5
CAPEX 14.3 11.9/17.2 12.6/16.5 13.7/15.1 14.3 14.3
Bahan baku 21.4 21.4 21.4 21.4 19.6/24.0 17.8/25.7
Total 60.0 57.7/62.9 58.3/62.2 59.4/60.9 57.8/63.5 56.2/64.6
% simpangan -4.0/+4.8 -2.9/+3.6 -1.0/+1.4 -3.8/+5.8 -6.3/+7.6
Tabel 15: Analisis sensitivitas parameter kunci. Masing-masing dari 5 skenario alternatif tersebut terlihatt
parameter masing-masing meningkat / menurun sebesar 20%.
Kuantitas dan harga untuk pasar di atas cenderung bervariasi, dan oleh karena
itu beberapa analisis kemuadia ini akan berfokus pada pasar ekspor yang
tumbuh dan stabil.
Tabel 16: Biaya transportasi dalam negeri dan biaya FOB Indonesia yang dihasilkan
Pembangkit listrik Korea Selatan saat ini menerima sebagian besar pelet kayu
mereka dari Vietnam, di mana harga spot FOB Argus telah berfluktuasi sekitar
95 (+/- 5) USD / ton dalam 18 bulan terakhir, dan pada saat penulisan, lebih
dari 100 USD / ton. Dengan asumsi biaya pengiriman dari Vietnam ke Korea
sekitar 11,5 USD / ton, ini menghasilkan harga CIF Korea sebesar 111,5 USD /
Sejarah harga ARA7 CIF sejak Mei 2009, memperkirakan harga CIF Korea
berdasarkan harga FOB Vietnam, dan perkiraan harga FOB Indonesia yang
sesuai ditunjukkan pada Gambar 52.
Gambar 52: Sejarah harga CIF ARA, perkiraan harga CIF Korea berdasarkan sejarah harga FOB
Vietnam, dan memodelkan harga FOB Indonesia. Harga terakhir untuk Korea Harga terbaru
untuk CIF Korea dan FOB Indonesia adalah perkiraan konservatif berdasarkan kenaikan yang
terlihat pada harga ARA.
6 CIF: Cost Insurance and Freight. Essentially the price of the good when the vessel is in the destination
harbor (the seller is responsible for the costs of loading the ship, the shipping costs and insurance, and
buyer is thus responsible for the unloading costs).
7 ARA: Amsterdam Rotterdam Antwerp
Kelebihan pasokan
Ketika wood pellet Inggris dari AS terus meningkat (sekitar 2,9 juta ton dari Januari-Oktober 2015),
dan saat ini mencakup sekitar 80% impor AS ke negara-negara EU28, beberapa proyek konversi di
Inggris mengalami penundaan yang besar, misalnya pembangkit listrik Lynemouth. (Eurostat,
2015). Tampaknya mungkin kapasitas produksi pelet kayu telah ditetapkan di AS untuk memasok
sejumlah proyek UE, yang kemudian proyek tersebut di tunda dan / atau dibatalkan, dan ini
mengakibatkan situasi dengan pasokan berlebihan.
Gambar 53: Perbesaran dalam Sejarah harga CIF, CIF Korea memperkirakan harga
berdasarkan sejarah harga FOB Vietnam, dan harga model FOB Indonesia. Harga saat ini
untuk CIF Korea dan FOB Indonesia adalah perkiraan konservatif berdasarkan pengerakan naik
yang terlihat pada harga ARA. Sebagai catatan bahwa aksis vertikal dimulai dengan angka 50
USD/ton.
Analisis biaya di atas didasarkan pada asumsi bahwa semua bahan input
berupa chip kayu segar dengan kadar air sekitar 35%. Jika ada residu serbuk
gergaji tambahan yang tersedia untuk pabrik wood pellet potensial, dan /
atau kadar air chip kayu jauh lebih rendah, ini akan mengurangi biaya
operasional pabrik wood pellet.
Disarankan agar kedua aspek ini ditinjau secara lebih menyeluruh dalam studi
kelayakan pabrik wood pellet potensial.
Isu sosial dalam pengelolaan hutan di lahan Perhutani terutama terkait dengan
persaingan penggunaan lahan antara tanaman hutan dan pertanian,
penggunaan lahan ilegal, dan gangguan hutan (pemangkasan pohon,
pencurian, dan kebakaran). Perhutani sudah lama bekerja dengan penduduk
desa yang terlibat dalam kelompok tani hutan, mengambil bagian dalam proses
pengelolaan hutan melalui program Joint Forest Management (PHBM). Petani
hutan diberi lahan budidaya untuk tanaman pangan di antara tanaman hutan
(terutama jati), dan sekaligus menjadi pekerja tanam. Kelompok tani juga
terlibat dalam pemeliharaan pohon, pemanenan kayu, upaya pengamanan
hutan, dan menerima manfaat yang terkait dengan penjualan kayu.
Berikut adalah daftar masalah potensial yang dapat terjadi, juga dalam
pengelolaan perkebunan energi biomassa, dan merekomendasikan program
mitigasi yang akan dilaksanakan (Tabel 18).
Tabel 19: Daftar Industri Penghasil Residu Kayu di Wilayah Jawa Tengah.