Disusun Oleh :
ULI WIDIRIYANI
HERIS SETIAN
Dosen Pengampu:
ILMU HUKUM
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas curahan rahmat dan Karunia-Nya,
sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Adapun
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan pada semester Enam.
Makalah ini berisi AREA DASAR LAUT SAMUDRA. Sehingga, dengan makalah ini
pembaca diharapkan dapat lebih memahami Materi HUKUM LAUT. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Bapak “Dr. MUHAMMAD DARWIS, S.H.I.,S.H,M.H.” selaku Dosen
mata kuliah HUKUM LAUT dan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa mendatang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1......................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
BAB 2......................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................6
1. Cara membuat surat kuasa.........................................................................6
2. Cara membuat surat gugatan perbuatan melawan hukum.........................9
BAB 3....................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................14
B. Saran........................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
United nation convention law of the sea 1982 merupakan aturan internasional
yang didalamnya mengatur bidang dasar laut internasional tentang pengelolaan dasar
laut internasional dan tanah di bawahnya. dasar laut internasional atau yang biasa
disebut kawasan atau area dasar laut internasional diatur dalam bab 11 pasal 133
sampai pasal 191 konvensi hukum laut 1982.
B. Rumusan Masalah
3.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar laut international atau yang biasa disebut kawasan atau Area dasar laut
international diatur dalam Bab XI Pasal 133 –Pasal 191 Konvensi hukum laut 1982.
Pengertian Area atau Kawasan menurut Konvensi hukum laut 1982 berbunyi: ”area
means the seabed and ocean floor and subsoil there of,beyond the limits jurisdiction”.
yang diterjemahkan bebas sebagai berikut: Area dasar laut adalah dasar laut, dasar
samudra dan tanah dibawahnya di luar yuridiksi nasional.
Didalam dasar laut dan tanah dibawahnya terdapat kekayaan dasar laut,
kekayaan dasar laut sesuai dengan Konvensi hukum Laut 1982 Pasal 133 yaitu yang
berbunyi :“resources means all solid ,liquid or gaseous mineral resources in situ in
the area ar or beneath the sea –bed including polymetalic nodules”.Yang
diterjemahkan bebas kekayaan area dasar laut international adalah segala kekayaan
mineral yang bersifat padat, cair atau gas di area / kawasan atau tanah dibawah dasar
laut termasuk bahan polimetalik yang kemudian semua hasil dari kekayaan dari
area /kawasan tersebut di sebut mineral.
Hukum laut internasional merupakan salah satu cabang disiplin ilmu dari
hukum internasional, hal-hal yang diatur sudah tentu mengenai laut secara
internasional. Bidang pengaturan dari hukum laut telah melalui beberapa tahapan
dalam perkembangannya, hal ini ditunjukkan dengan adanya United Nations
Convention on the Law of the Sea 1982 (Unclos 1982) ke-3 (tiga) di Montego Bay,
Jamaika pada tahun 1982. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 saat ini adalah
aturan yang sangat komprehensif dalam hal mengatur urusan kelautan, dan dalam
perkembangannya mengalami proses-proses yang sangat rumit. Dari sekian banyak
bidang-bidang kelautan yang ada dalam Unclos 1982, maka pembahasan selanjutnya
akan melakukan kajian terkait dengan Kawasan Dasar Laut (International Sea-Bed
Area).
Area dasar laut dan tanah dibawahnya yang diatur dalam Bab XI Konvensi
hukum laut 1982 merupakan warisan bersama bersama umat manusia yang tunduk
dan patuh pada aturan international ( common heritage of mankind ).Pada area dasar
laut international tersebut tidak boleh ada negara yang mengklaim kedaulatan karena
semua kekayaan hanya untuk kepentingan seluruh umat manusia yang dikelola oleh
suatu badan international yaitu Badan otorita Dasar laut international (International
Sea-Bed Authority yang disingkat ISBA ) sehingga pengelolaan kawasan dasar laut
5
tersebut bisa dikelola oleh Negara-negara yang mempunyai tehnologi berdasarkan
persetujuan ISBA.
Pada LOS convention 1982, definisi dari daerah dasar laut internasional
terdapat dalam artikel 1 (1) yang mengartikan bahwa kawasan atau the area adalah
"area means the sheep bad and ocean floor and subsoil thereof, beyond the limits of
national jurisdiction" . maka dapat diartikan bahwa kawasan dasar laut internasional
terdiri dari dasar laut dan tanah di bawahnya yang terletak di luar batas yurisdiksi
nasional, yaitu di luar batas-batas zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang
berada di bawah yurisdiksi negara pantai.
Didalam dasar laut dan tanah di bawahnya terdapat kekayaan dasar laut,
kekayaan dasar laut sesuai dengan konvensi hukum laut 1982 pasal 133 yaitu
terjemahkan kekayaan area dasar laut internasional adalah segala kekayaan mineral
yang bersifat padat cair atau gas di area atau kawasan atau tanah di bawah dasar laut
termasuk bahan polimetalik yang kemudian semua hasil dari kekayaan area kawasan
tersebut disebut mineral.
6
Area dasar laut internasional dan tanah di bawahnya di bawah pengelolaan
internasional isba mempunyai status common heritage of man kind yaitu semua
kekayaan di area dasar laut internasional adalah warisan bersama umat manusia.
kewajiban Indonesia adalah berpartisipasi dalam eksploitasi dan eksplorasi bekerja
sama dengan negara lain, organisasi internasional atau perusahaan dalam negeri atau
asing untuk mengelola dasar laut internasional bila mampu, dan sebagai anggota isba
turut serta mengawasi kegiatan di area laut internasional.
2. segala hak terhadap kekayaan kekayaan di kawasan ada pada umat manusia
sebagai suatu keseluruhan yang atas nama siapa otorita bertindak. kekayaan-kekayaan
ini tidak tunduk pada pengalihan hak. Namun demikian mineral-mineral yang
dihasilkan dari kawasan hanya dapat dialihkan sesuai dengan ketentuan bab ini dan
ketentuan-ketentuan peraturan-peraturan dan prosedur prosedur otoritas.
3. tidak satu negara badan hukum atau perorangan pun boleh menuntut,
memperoleh atau melaksanakan hak-hak yang bertalian dengan mineral-mineral yang
dihasilkan dari kawasan kecuali apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan bab ini.
apabila tidak demikian maka tidak satupun juga tuntutan perolehan atau pelaksanaan
hak-hak demikian akan diakui.
7
1. Res Communis, konsepsi ini menyatakan bahwa laut adalah milik bersama
masyarakat dunia, dan oleh karena itu tidak dapat diambil atau dimiliki oleh
masing – masing negara;
2. Res Nullius, konsepsi ini menyatakan bahwa tidak ada yang memiliki laut dan
karenanya laut dapat diambil oleh masing – masing negara. Hingga dalam
perkembanganya konsepsi – konsepsi diatas dirasa tidak lagi tepat dan sesuai
dengan kebutuhan negara – negara di dunia yang kemudian menjadi langkah
awal berkembangnya rezim common heritage of mankind.
Dengan diakuinya bahwa kawasan dasar laut internasional dan kekayaan alam
yang terkandung di dasar laut dan tanah di bawahnya merupakan warisan bersama
umat manusia, maka timbul konsekuensi logis dari ketetapan tersebut yang
diantaranya adalah:
1. Tidak ada satu negara pun boleh menuntut atau melaksanakan kedaulatan atau
hak berdaulat atas bagian dari kawasan dasar laut internasional atau kekayaan
alam yang terdapat di dalamnya;
2. Tidak satu negara pun atau badan hukum atau orang boleh melaksanakan
pemilikan atas salah satu bagian dari kawasan tersebut;
8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
area dasar laut adalah dasar laut, dasar samudra dan tanah di bawahnya di luar
yuridiksi nasional. kekayaan Arya dasar laut internasional adalah segala kekayaan
mineral yang bersifat padat cair atau gas di area atau kawasan atau tanah di bawah
dasar laut termasuk bahan polimetalik yang kemudian semua hasil dari kekayaan dari
area atau kawasan tersebut disebut mineral. apabila terjadi permasalahan mengenai
pengelolaan dasar laut internasional maka telah dibentuk suatu kamar sengketa dasar
laut yang merupakan bagian dari pengadilan internasional hukum laut ( SEA BED
DISPUTES CHAMBER OF THE INTERNASIONAL TRIBUNAL FOR THE LAW
OF THE SEA)
9
DAFTAR PUSTAKA
Etty R. Agoes, 1991, Konvensi Hukum Laut 1982: Masalah Pengaturan Hak Lintas
Kapal Asing, CV. Abardin, Bandung.
Hasyim Djalal dalam Dikdik Mohamad Sodik, 2011, Hukum Laut Internasional,
Refika Aditama, Bandung.
I Wayan Parthiana, 2014, Hukum Laut Internasional Dan Hukum Laut Indonesia,
Cetakan I, Penerbit Yrama Widya, Bandung
P. Joko Subagyo, 2013, Hukum Laut Indonesia, Cet.5, Rineka Cipta, Jakarta
R. R. Churchill, A. V. Lowe, 1999, The Law Of The Sea, Third Edition, Manchester
University Press, Inggris
10