Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH LANDAS KONTINEN

Oleh :

NAMA : AGUNG MALFIN ZAKARIA

NIM : 6161101140024

KELAS : A

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS MAKASSAR


FAKULTAS HUKUM
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A) Latar belakang............................................................................................................... 1
B) Rumusan masalah.......................................................................................................... 2
C) Tujuan............................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

BAB III

Kesimpulan........................................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Konvensi Hukum Laut International atau United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) 1982, memberikan kesempatan kepada negara pantai untuk melakukan tinjauan
terhadap wilayah landas kontinen hingga mencapai 350 mil laut dari garis pangkal.
Berdasarkan ketentuan UNCLOS jarak yang diberikan adalah 200 mil laut, maka sesuai
ketentuan yang ada di Indonesia berupaya untuk melakukan submisi (submission) ke PBB
mengenai batas landas kontinen Indonesia di luar 200 mil laut.

Konsep landas kontinen ini, pertama kali diajukan oleh Amerika Serikat pada Konvensi
Hukum Laut Internasional tahun 1958 yaitu Presiden Amerika Serikat (AS), Harry S.
Truman, yang pertama kali memproklamirkan. Tepatnya pasca-Perang Dunia II, pada tanggal
28 September 1945. ”Whereas the Goverment of the United States of America, aware of the
long range world wide need for new sources of petroleum and other minerals, holds the view
the efforts to discover and make available new supplies of these resources should be
encouraged,…” demikian Presiden Truman mengawali proklamasinya.

Tindakan Presiden Truman memproklamirkan konsep landas kontinen adalah bertujuan untuk
mencadangkan kekayaan alam pada dasar laut dan tanah dibawahnya yang berbatasan dengan
pantai Amerika Serikat untuk kepentingan rakyat dan bangsa Amerikan Serikat, terutama
kekayaan mineral khususnya minyak dan gas bumi. Namun konsep ini tidak bertujuan untuk
mengurangi hak kebebasan berlayar atas atau melalui perairan yang terdapat di atas landas
kontinen karena statusnya tetap sebagai laut lepas.

Konsep landas kontinen dalam hukum laut tidak berhubungan dengan kekayaan mineral
dalam dasar laut tetapi berkaitan dengan kekayaan hayati atau perikanan. Pengertian landas
kontinen pertama kali diperkenalkan oleh Odon de Buen seorang Spanyol dalam Konferensi
Perikanan di Madrid di tahun 1926. Konsepsi landas kontinen dikemukakan dengan
perikanan berdasarkan anggapan bahwa perairan diatas dataran kontinen merupakan perairan
yang baik sekali untuk kehidupan ikan.

Apabila dianalisis tindakan dari pemerintah Amerika Serikat menganai konsep landas
kontinen dapat digolongkan menjadi 4 bentuk yaitu :
1. Tindakan perluasan yurisdiksi yang ditujukan kepada penguasaan kekayaan alam yang
terkandung dalam dasar laut dan tanah dibawah laut yang berbatasan dengan pantai.
2. Perluasan yurisdiksi atau dalam beberapa hal kedaulatan atas dasar laut dan tanah
dibawahnya.
3. Perluasan kedaulatan atas lautan (dengan atau tanpa menyebut landas kontinen) hingga
suatu ukuran jarak tertentu misalnya 200 mil.

Pada 30 April 1987 di New York diadakan Konvensi Hukum Laut PBB Ke-III. Pada
konferensi ini telah disepakati pengaturan rejim-rejim hukum laut dan bagi Indonesia
pengakuan bentuk negara kepulauan yang diatur hak dan kewajibannya merupakan keputusan
terpenting.

Pengakuan dunia internasional ini, ditindaklanjuti dengan diterbitkannya UU No. 17 tahun


1985 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1985.
Sejak diberlakukannya undang-undang ini pada 31 Desember 1985, Indonesia terikat dalam
Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982, dan harus menjadi pedoman dalam pembuatan
Hukum Laut Internasional selanjutnya. Hal yang mengatur tentang landas kontinen di atur di
dalam Pasal 76 UNCLOS 1982 yang kemudian dituangkan dalam Undang – Undang No. 1
tahun 1973 oleh pemerintah Indonesia.
Berdasarkan posisi geografis dan kondisi geologis, Indonesia kemungkinan memiliki wilayah
yang dapat diajukan sesuai dengan ketentuan penarikan batas landas kontinen di luar 200 mil
laut. Kenyataan ini menjadi tantangan para pemangku kepentingan dan profesi bidang terkait
untuk menelaah secara seksama kemungkinan-kemungkinan wilayah perairan landas
kontinen di luar 200 mil laut ini.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dan untuk memfokuskan penulisan ini, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep landas kontinen dalam Konvensi Hukum Laut Internasional
(UNCLOS) 1982?
2. Bagaimana kepentingan Indonesia terhadap konsep landas kontinen tersebut ?

Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan konsep landas kontinen dalam Konvensi Hukum Laut Internasional
(UNCLOS) 1982.
2. Untuk menjelaskan kepentingan Indonesia terhadap konsep landas kontinen tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Landas Kontinen dalam Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982


Konsep landas kontinen diatur dalam bab khusus pada UNCLOS 1982, yaitu Bab VI tentang
Landas Kontinen dari Pasal 76 hingga Pasal 85. Berdasarkan Pasal 76 ayat (1) UNCLOS
1982, dikatakan bahwa landas kontinen negara pantai terdiri dari dasar laut dan kekayaan
alam yang terdapat di bawahnya dari area laut yang merupakan penambahan dari laut
teritorialnya, yang mencakup keseluruhan perpanjangan alami dari wilayah teritorial daratnya
ke bagian luar yang memagari garis kontinental, atau sejauh 200 mil dari garis pangkal
dimana garis territorial diukur jika bagian luar yang memagari garis continental tidak bisa
diperpanjang sampai pada jarak tersebut.

Landas kontinen merupakan istilah geologi yang kemudian menjadi bagian dalam istilah
hukum. Secara sederhana landas kontinen dapat diartikan sebagai daerah pantai yang
tanahnya menurun keadalam laut sampai akhirnya disuatu tempat tanah tersebut jatuh curam
di kedalaman laut dan pada umumnya tidak terlalu dalam, agar sumber-sumber alam dari
landas kontinen dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang ada.

Penjelasan dalam Pasal 76 UNCLOS merupakan pencerminan dari kompromi antara negara-
negara pantai yang memiliki landas kontinen luas seperti Kanada yang mendasarkan kriteria
eksploitasibiltas sebagaimana termuat dalam UNCLOS 1958 karena penjelasan pada
UNCLOS 1958 tentang landas kontinen sangat berbeda dengan pengertian Pasal 76
UNCLOS 1982, sehingga negara-negara pantai dengan landas kontinen yang luas tetap
mempertahankan posisi bahwamereka memiliki hak di seluruh landas kontinennya dengan
negara-negara yang menginginkan kawasan internasional seluas mungkin.

Pada umumnya, kompromi merupakan masalah yang sulit untuk dicapai. Hal itu terbukti
dengan ketentuan-ketentuan konvensi yang menetapkan batas terluar dari tepian kontinen
yang terletak di luar jarak 200 mil. Untuk itu, negara-negara pantai dapat memilih satu di
antara dua cara penetapan batas tersebut, yaitu :
1. Dengan menarik garis diantara titik-titik dimana ketebalan sedimen karang paling sedikit 1
persen dari jarak terpendek pada titik-titik tersebut ke kaki lereng kontinen; atau
2. Dengan menarik garis di antara titik-titik yang ditetapkan yang panjangnya tidak melebihi
60 mil laut dari kaki lereng kontinen (Pasal 76 (4) UNCLOS 1982)
Selanjutnya ditetapkan bahwa untuk kedua cara tersebut setiap garis yang
menghubungkannya antara dua titik tidak boleh melebihi 60 mil laut (Pasal 76 (7) UNCLOS
1982). Kemudian titik-titik untuk penarikan garis tersebut tidak boleh terletak lebih dari 350
mil laut dari garis pangkal untuk mengukur lebar laut teritorial atau tidak boleh terletak lebih
dari 100 mil laut dari kedalaman 2500 meter (Pasal 76 (5) UNCLOS 1982).

Para perumus konvensi menyadari bahwa penerapan ketentuan-ketentuan tersebut akan


menimbulkan permasalahan. Untuk itu, dibentuklah ketentuan dalam konvensi mengenai
Komisi Batas Landas Kontinen (Pasal 76 (8) dan Lampiran II UNCLOS 1982). Suatu negara
pantai yang akan menetapkan batas terluar landas kontinennya lebih dari 200 mil laut harus
memberitahu komisi yang beranggotakan 21 orang tersebut, mengenai data ilmu pengetahuan
dan teknis yang mendasari penetapan batas tersebut. kemudian komisi ini akan Commented [A1]:
mempertimbpangkan serta membuat rekomendasi. Dalam hal ini komisi harus Commented [A2]:
mempertimbangkan Lampiran II apabila terdapat pengecualian terhadap peraturan-peraturan Commented [A3]:
yang dituangkan pada Pasal 76 UNCLOS 1982 jika negara pantai tidak menyetujui Commented [A4]:
rekomendasi dari komisi yang memiliki kewenangan menetapkan pandangnya kepada negara
Commented [A5]:
pantai.

Berdasarkan Pasal 77 UNCLOS 1982 negara pantai menikmati hak berdaulat untuk
mengeskplorasi dan mengeksploitasi sumber kekayaan alam di landas kontinen yang berada
dalam batas 200 mil zona ekonomi eksklusif, hak-hak tersebut bersamaan dengan hak-hak
yang dinikmati berdasarkan Pasal 56 UNCLOS 1982 tentang zona eknomi eksklusif. Dengan
demikian rezim landas kontinen yang independen hanya yang terletak di luar batas tersebut.
Kemudian terkait dengan hak dan penggunaan landas kontinen, negara asing berhak
melakukan penanaman kabel dan jalur pipa melalui atau pada landas kontinen sebuah negara
pantai, hal tersebut diatur pada Pasal 79 UNCLOS 1982. Negara pantai yang bersangkutan
hanya bisa menentukan jalur kabel atau pipa yang akan ditanam tetapi tidak dapat melarang
atau mengharuskan ketentuan penanaman kabel dan pipa tersebut. Pada Pasal 83 UNCLOS
1982 mengatur tentang ketentuan penetapan batas landas kontinen antara negara-negara yang
pantainya berbatasan dan berhadapan. Dimana ketentuannya sama halnya dengan zona
ekonomi eksklusif.

Landas Kontinen Ekstensi


Pasal 76 (4) UNCLOS 1982 menjelaskan bahwa “for teh purposes of this Convention, the
coastal State shall esthablish the outer edge of the continental margin wherever the margin
extends beyond 200 nautical miles from the baselines from which the breadth of the territorial
sea is measured…”. hal tersebut menegaskan bahwa dimungkinkan untuk mengajukan klaim
atas landas kontinen yang melebihi 200 mil laut atau disebut dengan Landas Kontinen
Ekstensi. Karena banyak kasus dimana kondisi geologi dan geomorfologis suatu negara
pantai yang mengharuskan menarik batas landas kontinen melebihi 200 mil atau pada
umumnya dimungkinkan sepanjang 350 mil laut.

Berdasarkan UNCLOS 1982 penentuan batas landas kontinen ekstensi dapat dilakukan
dengan memperhatikan 4 kriteria yang diatur pada Pasal 76. Dua kriteria pertama adalah yang
membolehkan (formulae) sedangkan dua kriteria terakhir adalah yang membatasi
(constraints). Berikut syarat yang membolehkan (formulae):
1. Didasarkan pada titik tetap terluar pada titik mana ketebalan batu endapan (sedimentary
rock) paling sedikit sebesar 1 persen dari jarak terdekat antara titik tersbeut dengan kaki
lereng kontinen. Persentase ini dihitung dengan membandingkan tebalnya batu sedimen di
suatu titik terhadap jarak titik tersebut dari kaki lereng.
2. Batas terluar landas kontinen ekstensi juga bisa ditentukan dengan menarik garis berjarak
60 mil laut dari kaki lereng kontinen (hedberg line) ke arah laut lepas.
Pada penerapannya, batas terluar landas kontinen ekstensi merupakan kombinasi dari dua
syarat di atas yang dalam hal ini akan dipilih garis terluar yang paling menguntungkan negara
yang bersangkutan. Namun demikian, garis terluar ini belumlah merupakan garis batas landas
kontinen ekstensi final karena masih harus diuji dan memenuhi dua syarat pembatas
(constraints) berikut :
1. Batas terluar dari landas kontinen tidak boleh melebihi 350 mil dari garis pangkal sebagai
referensi mengukur batas teritorial; atau
2. Batas terluar dari landas kontinen tidak melebihi 100 mil laut dari kontur kedalaman 2.500
meter isobath.

Kepentingan Indonesia Terhadap Konsep Landas Kontinen


Sebagai negara kepulauan Indoensia mempunyai penguasaan penuh dan hk eksklusif atas
kekayaan alam atau milik negara. Akibat adanya penguasaan, maka setiap kegiatan di landas
kontinen Indonesia seperti eksplorasi atas daratan kontinen dan eksploitasi sumber-sumber
kekayaan alam maupun penyelidikan ilmiah atas kekayaan alam, harus dilakukan sesuai
dengan kehijaban yang dikeluarkan pemerintah Indonesia. adanya kehijaban tersebut bagi
pemerintah Indonesia merupakan kepentingan untuk dilakukannya pengawasan yang
diperlukan, agar hal-hal yang dianggap tidak memadai dapat dilakukan tindakan pengamanan
secara dini namun di sisi lain dengan adanya kehijaban tersebut pengurangan kebebasan
sekaligus harus diikuti dan tunduk pada segala ketentuan yang ada.

Kemudahan yang diberikan dalam melaksanakan eksplorasi maupun eksploitasi sumber-


sumber kekayaan alam dapat diperoleh berupa:
1. Dapat dibangunnya instalasi-instalasi di landas kontinen.
2. Dapat digunakannya kapal-kapal dan/atau alat-alat lainnya untuk kepentingan kegiatan.
3. Dapat dilakukan kegiatan pemeliharaan instalasi-instalasi atau alat-alat yang ada
Pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam di landas kontinen sepenuhnya
menjadi wewenang negara pantai dengan memperhatikan batasan-batasan yang dikeluarkan
oleh pemerintah negara pantai dan adanya kemungkinan timbulnya salah paham atau salah
pengertian yang mengakibatkan perselisihan antar kepentingan-kepentingan dalam
pemenfaatan sumber kekayaan alam akan menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah
untuk menyelesaikannya.

Dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut diatas diberlakukan segala


peratuan perundang-undangan yang ada dan relevan dengan masalahnya, tindakan sepihak
dari pemerintah Indonesia dapat dilakukan dengan mengambil langkah kebijakan sebagai
berikut :
1. Menghentikan sementara waktu kegiatannya.
2. Mencabut izin usaha untuk tidak melakukan usahanya di wilayah landas kontinen
Indonesia.
Sebagai suatu ketentuan dalam melaksanakan kegiatan di landas kontinen dan kegiatan
tersebut diatas harus diindahkan dan dilindungi kepentingan yang berkaitan dengan :
1. Perhatian dan keamanan nasional.
2. Perhubungan.
3. Telekomunikasi dan transmisi listrik dibawah laut.
4. Perikanan.
5. Penyelidikan oceanografi dan penyelidikan ilmiah lainnya.
6. Cagar alam
Untuk saling mengaja kepentingan baik terhadap negara Indonesia selaku negara pantai
maupun kepentingan bangsa lain merupakan tindakan dalam menjaga keseimbangan agar
tetap terpeliharanya keseimbangan situasi, sehingga terhindar dari timbulnya tabrakan antara
kepentingan-kepentingan,sebagai akibat kurangnya informasi atau tidak adanya komunikasi
yang lebih jauh dapat menimbulkan keretakan hubungan antar negara.

Bagi Indonesia penentuan batas wilayah kontinen dan yang berkaitan dnegan landas kontinen
Indonesia termasuk depresi-depresi yang terdapat di landas kontinen Indonesia berbatasan
dengan negara lain telah dikeluarkan keputusan, bahwa penetapan garis batas landas kontinen
dengan negara lain dapat dilakukan dengan cara mengadakan perundingan untuk mencapai
persetujuan (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973)

Persetujuan yang dilakukan merupakan kesepakatan bersama sebagai perwujudan rasa


persahabatan dan saling menegakkan kepentingan masing-masing untuk tidak saling
mengganggu serta menghormati kewenangan maupun hal-halnya dalam pergaulan sebagai
anggota masyarakat internasional.

Indonesia sebagai negara pantai yang bersinggungan dengan dataran kotinen dapat
mempergunakan kewenangnya yang sekaligus bertanggung jawab atas wilayah tersebut.
kewenangan yang dimilki negara pantai berupa tindakan –tindakan untuk mengambil
kebijakan atas hak-haknya yang digunakan untuk membangun maupun memelihara instalasi-
instalasi, tidak akan mempengaruhi adanya:
1. Luasnya lautan bebas yang sah pada perairan itu
Dengan adanya hak-hak negara pantai atas daratan kontinental tidak mempengaruhi akan
lautan bebas dan udara diatasnya.
2. Teritorial negara
Instalasi dan alat-alat yang berada dibawah kekuasaan negara pantai, namun instalasi dengan
peralatannya ini bukan berstatus sebagai pulau-pulau atau bagian pulau sehingga tidak
mempunyai daerah laut teritorial tersendiri, yang berarti luas laut teritorial dari negara pantai
tidak mengalami perubahan.
3. Pemasangan saluran pipa
Instalasi-instalasi atau kabel-kabel dibawah laut atau alat-alat lainnya yang berkaitan untuk
melakukan eksplorasi dataran kontinental dan melakukan eksploitasi sumber alam tidak
merintangi dan dalam pemeliharannya.
4. Melakukan usaha-usaha penyelidikan di dataran kontinental
Memperhatikan bahwa permohonan penyelidikan diajukan oleh suatu lembaga yang
memnuhi persyaratan dan penyelidikan dilakukan secara ilmu pengetahuan murni tentang
sifat-sifat fisik atau biologi dari dataran kontinental. Dalam penyelidikan ini negara pantai
mempunyai hak untuk:
• Ikut serta dalam penyelidikan, atau
• Keikutsertaannya dengan cara mewakilikan

Pemasangan berbagai instalasi dan alat-alat yang digunakan untuk keperluan suatu negara
sama seklai tidak mempengaruhi tritorial suatu negara, namun bentuk-bentuk eksplorasi
ataupun eksploitasi sumber kekayaan alam harus tetap memperhatikan kondisi lingkungan
dengan selalu mengupayakan langkah-langkah berupa:
• Pencegahan terjadinya pencemaran air laut di landas kontinen maupun udara diatasnya
• Pencegahan meluapnya pencemaran apabila telah terjadi pencemaran
Jurisdikasi negara pantai yang berkaitan dengan wilayah Indonesia diberlakukan Hukum
Nasional Indonesia sepanjang:
Perbuatan dan persitiwanya terjadi pada diatas atau dibawah instalasi-instalasi atau kapal-
kapal yang berada di landas kontinen untuk eksploitasi kekayaan alam
Perbuatan dan peristiwanya terjadi di daerah terlarang dan daerah terbatas dari instalasi-
intalasi atau alat-alat dan kapal-kapal.
Untuk instalasi-instalasi maupun alat-alat yang dipergunakan eksplorasi dan eksploitasi
sumber-sumber kekayaan alam di landas kontinen Indonesia, merupakan daerah yurisdiksi
Indonesia (Pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973).
BAB III

KESIMPULAN

1. Landas kontinen merupakan istilah geologi yang kemudian menjadi bagian dalam istilah
hukum. Secara sederhana landas kontinen dapat diartikan sebagai daerah pantai yang
tanahnya menurun keadalam laut sampai akhirnya disuatu tempat tanah tersebut jatuh curam
di kedalaman laut dan pada umumnya tidak terlalu dalam, agar sumber-sumber alam dari
landas kontinen dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang ada.
2. Pasal 76 (4) UNCLOS 1982 menjelaskan bahwa “for teh purposes of this Convention, the
coastal State shall esthablish the outer edge of the continental margin wherever the margin
extends beyond 200 nautical miles from the baselines from which the breadth of the territorial
sea is measured…”. hal tersebut menegaskan bahwa dimungkinkan untuk mengajukan klaim
atas landas kontinen yang melebihi 200 mil laut atau disebut dengan Landas Kontinen
Ekstensi. Karena banyak kasus dimana kondisi geologi dan geomorfologis suatu negara
pantai yang mengharuskan menarik batas landas kontinen melebihi 200 mil atau pada
umumnya dimungkinkan sepanjang 350 mil laut.
3. Sebagai negara kepulauan Indoensia mempunyai penguasaan penuh dan hk eksklusif atas
kekayaan alam atau milik negara. Akibat adanya penguasaan, maka setiap kegiatan di landas
kontinen Indonesia seperti eksplorasi atas daratan kontinen dan eksploitasi sumber-sumber
kekayaan alam maupun penyelidikan ilmiah atas kekayaan alam, harus dilakukan sesuai
dengan kehijaban yang dikeluarkan pemerintah Indonesia. adanya kehijaban tersebut bagi
pemerintah Indonesia merupakan kepentingan untuk dilakukannya pengawasan yang
diperlukan, agar hal-hal yang dianggap tidak memadai dapat dilakukan tindakan pengamanan
secara dini namun di sisi lain dengan adanya kehijaban tersebut pengurangan kebebasan
sekaligus harus diikuti dan tunduk pada segala ketentuan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Literatur
Heru Prijanto.2007. Hukum Laut Internasional. Bayumedia Publishing.Malang
I Made Andi Arsana. 2008. Batas Maritim Antarnegara, Sebuah Tinjauan Teknis dan Yuridis.
Yogyakarta
Mochtar Kusumaatmadja. 1986. Hukum Laut Internasional. Binacipta. Bandung
P. Joko Subagyo. 2005. Hukum Laut Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta

Perundang-Undangan
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973

Anda mungkin juga menyukai