Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH

PERKEMBANGAN
HUKUM
LINGKUNGAN
SEJARAH HUKUM LINGKUNGAN

 Masa abad sebelum masehi : Code Of hammurabi yang ada di dalamnya terdapat salah satu
klausul yang menyebutkan bahwa “sanksi pidana dikarenakan kepada seseorang apabila ia
membangun rumah dengan gegabahnya sehingga runtuh dan menyebabkan lingkungan sekitar
terganggu”

 Di abad ke-1 pada masa kejayaan romawi telah dikemukakan adanya aturan tentang jembatan
air (aqueducts) yang merupakan bukti adanya ketentuan teknik sanitasi dan perlindungan
terhadap lingkungan

 Terbentuknya organisasi ligkungan hidup di Nusantara seperti :

 Prasasti juruna tahun 876 masehi yang menandakan dengan adanya “tuhalas” yakni
pejabat yang mengawasi hutan atau alas

 Prasasti haliwangbang pada tahun 877 masehi yang menandakan dengan adanya
“tuhaburu” yakni pejabat yang mengawasi masalah perburuan hewan di hutan,
pencemaran yang ditimbulkan oleh pertukangan logam, kegiatan membuat logam, yang
sudah tentu menimbulkan pencemaran dikenai pajak oleh petugas yang disebut
“tuhagusali”

HUKUM LINGKUNGAN KLASIK

 Abad ke-18 di inggris dengan kemunculan “kerajaan mesin” dimana pekerjaan tangan dicaplok
oleh mekanisme yang ditandai dengan penemuan mesin uap oleh james watt
 Tersebarnya perusahaan-perusahaan besar dan meluapnya industrialisasi “revolusi industri”
untuk menopang laju pertumbuhan industri dinegara-negara dunia pertama, sementara
persediaan sumber daya alam semakin terbatas, dengan adanya pengerukan sumberdaya alam
dinegara-negara dunia ketiga (asia-afrika)

 Masa industrialisasi yakni banyak peraturan yang ditujukan kepada antisipasi terhadap
dikeluarkannya asap yang berlebihan baik dalam perundang-undangan maupun berdasarkan
keputusan-keputusan hakim

 Terdapat beberapa penemuan baru dalam bidang medis, sehingga dikeluarkan pula
peraturanperaturan tentang bagaimana memperkuat pengawasan terhadap epidemi untuk
mencegah menjalrnya penyakit di kota-kota yang mula berkembang dengan pesat

 Namun sebagian besar hukum lingkungan yang klasik berkembang sebelum abad ke -20 tidaklah
ditujukan untuk melindungi lingkungan hidup secara menyeluruh, akan tetapi hanyalah untuk
berbagai aspek yang menjangkau ruang lingkup sempit, yang diantaranya aspek pemukiman,
pertambangan

KONFERENSI INTERNASIONAL BERKAITAN DENGAN HUKUM LINGKUNGAN

 Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia untuk
memberikan perhatian lebih besar kepada lingkungan hidup

 Tahun 1962 terdapat pemikiran pertama kali yang menyadarkan manusia mengenai lingkungan,
terdapat peringatan yang menggemparkan dunia yakni peringatan “silent spring rachel carson”
tentang bahaya penggunaan pestisida

FORUM

 Dikalangan PBB perhatian terhadap masalah lingkungan hidup ini dimulai di kalangan Dewan
Ekonomi dan Sosial (ECOSOC PBB) pada waktu diadakan penijauan terhadap hasil-hasil gerakan
dasawarsa pembangunan dunia ke -1 tahun 1960-1970

 Pembicaraan tentang masalah lingkungan hidup ini diajukan delegasi swedia pada tanggal 28
mei 1968, disertai saran untuk dijajakinya kemungkinan penyelenggaraan suatu konferensi
internasional

 Dikalangan PBB perhatian terhadap masalah lingkungan hidup ini dimulai di kalangan Dewan
Ekonomi dan Sosial (ECOSOC PBB) pada waktu diadakan penijauan terhadap hasil-hasil gerakan
dasawarsa pembangunan dunia ke -1 tahun 1960-1970

 Pembicaraan tentang masalah lingkungan hidup ini diajukan delegasi swedia pada tanggal 28
mei 1968, disertai saran untuk dijajakinya kemungkinan penyelenggaraan suatu konferensi
internasional
 Konferensi menetapkan tanggal 5 juni sebagai hari lingkungan hidup sedunia dan pembentukan
united nations on environment programmes (UNEP)

 Konferensi stockholm tahun 1972 telah meletakkan dasar pengaturan global mengenai
perlindungan lingkungan dan dalam hubungan pembangunan dengan alam dan manusia. Hingga
saai ini, perjalanan pembangunan lingkungan hidup di indonesia selama 50 tahun dapat terlihat
refleksinya dalam hal-hal antara lain:

 Catatan konvensi internasional

 Regulasi dan kelembagaan nasional

 Progres dan capaian pebangunan lingkungan pada setiap dekade di indonesia

Perkembangan hukum lingkungan global

 nampaknya penerapan masalah lingkungan hidup tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan
melihat dengan tidak semakin membaiknya keadaan lingkungan hidup hal ini diakibatkan
persoalan yang dihadapi sangat kompleks. Tidak hanya pencemaran, namun masalah-masalah
lain juga ikut muncul seperti perdagangan illegal limbah B3, penggunaan bioteknologi, penipian
sumberdaya alam, meningkatnya kebutuhan energi, jumlah penduduk serta distribusi yang tidak
merata merupakan persoalan-persoalan yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang
cepat. Pertemuan global sudah dilakukan dan mencapai hasil-hasil yang berupa kesepakatan
seperti :

 Deklarasi stockholm di swedia

 Deklarasi rio de janeiro brazil

 Protokol kyoto di jepang

 Konperensi tingkat tinggi (KTT) Pembangunan berkelanjutan di Johnnesburg, Afrika


Selatan

 Konvensi internasional

Perkembangan hukum lingkungan nasional

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan –Ketentuan Pokok Pengelolaan


Lingkungan Hidup

 Lahirnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan Pokok Lingkungan Hidup
(UULH 1982) lepas 11 Maret 1982 dilihat menjadi pangkal tolak atau awal berasal lahir serta
pertumbuhan aturan lingkungan nasional. Sebelum lahirnya UULH 1982 sesungguhnya telah
berlaku aneka macam bentuk peraturan perundang-undangan perihal atau yg berhubungan
dengan lingkungan hidup atau sumber daya alam dan sumber daya buatan, yg dilihat menjadi
rezim hukum nasional klasik. Rezim hukum lingkungan klasik berisikan ketentuan-ketentuan yg
melindungi kepentingan sektoral, sementara problem-duduk perkara lingkungan yg muncul
semakin kompleks sehingga peraturan perundang-undangan klasik tidak mampu mengantisipasi
serta menyelesaikan duduk perkara-masalah lingkungan secara efektif, sedangkan rezim hukum
lingkungan terkini yang dimulai lahirnya UULH 1982 sesuai pendekatan lintas sektoral atau
komprehensif integral. UULH 1982 adalah sumber aturan formal tingkat undang-undang yang
pertama dalam konteks aturan lingkungan modern di Indonesia. UULH 1982 memuat ketentuan-
ketentuan hukum yg menandai lahirnya suatu bidang hukum baru, yakni hukum lingkungan
sebab ketentuan-ketentuan itu mengandung konsep-konsep yang sebelumnya tak dikenal dalam
bidang aturan. di samping itu, ketentuan-ketentuan UULH 1982 memberikan landasan bagi
kebijakan pengelolaan lingkungan hidup.
tapi, setelah UULH 1982 berlaku selama sebelas tahun ternyata sang para pemerhati lingkungan
hidup serta juga pengambil kebijakan lingkungan hidup dilihat menjadi instrumen kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup yg tidak efektif. sejak pengundangan UULH 1982 kualitas
lingkungan hidup di Indonesia ternyata tidak semakin baik serta banyak masalah hukum
lingkungan tidak dapat diselesaikan menggunakan baik. oleh sebab itu, perlu dilakukan
perubahan terhadap UULH 1982, selesainya selama dua tahun dipersiapkan, yaitu asal sejak
naskah akademis hingga RUU, maka pada tanggal 19 September 1997 pemerintah
mengundangkan Undang-undang nomor 23 Tahun 1997 wacana Pengelolaan Lingkungan hayati
(UULH 1997).

2. Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

 UULH 1997 tetap memuat konsep-konsep yang semula dituangkan dalam UULH 1982, misalnya
kewenangan dalam pengelolaan lingkungan hidup, perizinan, amdal, konsep-konsep atau hal-hal
yang sebelumnya yang tidak diatur dalam UULH 1982Undang-undang nomor 32 Tahun 2009
tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup (UUPPLH)

di tanggal 3 Oktober 2009, pemerintah mengeluarkan Undang-undang angka 32 Tahun 2009


tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup (UUPPLH), didalam kualitas ling
kungan hidup yang semakin menurun sudah mengancam kelangsungan perikehidupan insan dan
makhluk hayati lainnya, sebagai akibatnya perlu dilakukan proteksi dan pengelolaan lingkungan
hidup yg benar-benar-benar-benar serta konsisten oleh semua pemangku kepentingan.
ditimbulkan pula pemanasan dunia yang semakin meningkat serta menyebabkan perubahan
iklim, sebagai akibatnya memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup.

mengeluarkan Undang-undang angka 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan hidup (UUPPLH), yang menggantikan UULH 1997, UU ini secara normatif dan politik
merupakan produk dari hak inisiatif DPR RI.

 Setidaknya ada empat alasan mengapa UULH 1997 perlu untuk digantikan oleh undang –
undang yg baru.
 Pertama, UUD 1945 selesainya perubahan secara tegas menyatakan bahwa
pembangunan ekonomi nasional diselenggarakan sesuai prinsip pembangunan
berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.

 kedua, kebijakan otonomi wilayah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara


Kesatuan Republik Indonesia sudah membawa perubahan hubungan serta wewenang
antara pemerintah serta pemda termasuk pada bidang perlindungan lingkungan hidup.

 Ketiga, pemanasan global yg semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim


sebagai akibatnya semakin memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Ketiga
alasan ini ditampung dalam UULH 1997.

 Keempat, UULH 1997 sebagaimana UULH 1982 mempunyai celah – celah kelemahan
normatif, terutama kelemahan kewenangan penegakan aturan administratif yang
dimiliki kementrian Lingkungan hayati dan kewenangan penyidikan penyidik pejabat
pegawai negeri sipil sehingga perlu penguatan menggunakan mengundangkan sebuah
undang – undang baru guna peningkatan penegakan aturan. berdasarkan hal ini
pertanda, bahwa UUPPLH menyampaikan warna yg baru serta berbeda asal undang-
undangan sebelumnya.

Perjalanan 5 dekade pengelolaan hukum lingkungan

 Pada dekade pertama (1972-1982) deklarasi stockholm Secara nasional menjadi dasar
ditetapkannya:

 Kepres 16 Tahun 1972 Tentang Panitia Perumus Dan Rencana Kerja Pemerintah
Dibidang Pengembangan Lingkungan Hidup

 Konsensus Politik Bangsa Dituangkan TAP MPR RI No. IV/MPR/1973 Tentang GBHN,
Arah Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

 Pembentukan Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan Dan Lingkungan


Hidup (MENPPLH)

 Lahirnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Tanggal 11 Maret 1982 Dipandang Sebagai Awal
Dari Perkembangan Hukum Lingkungan Modern.

 Pada dekade kedua (1982-1992) diawali dengan berkumpulnya komunitas negara-negara dunia
di Nairobi dari 10-18 mei 1982 untuk mempringati ulang tahun kesepuluh the united nations
conference on the human environment, secara nasional menjadi dasar lahirnya:

 UU No. 17 tahun 1985 tentang ratifikasi UN convention on the law of the sea
 Kepres no 26 tahun 1989 tentang ratifikasi convention for the protection of the world
cultural and national heritage

 Keputusan presiden no 49 tahun 1983 tentang ratifikasi internasional plant protection


convention

 Keputusan presiden no 26 tahun 1986 tentang ratifikasi ASEAN Agreement on the


Conservation of nature and natural Resources

 Peraturan pemerintah tentang pengendalian pencemaran air dan baku mutu limbah cair

 Pembentukan pusat studi lingkungan (PSL)

 Pembentukan badan pengendalian dampak lingkungan (BAPEDAL)

 Program Kalpataru

 Program AMDAL

 5Program Kali bersih (Prokasih)

 Program Adipura

 Dekade ketiga (1992-2002) dengan lahirnya deklarasi rio de janeiro yang terdiri dari 26 azas,
prinsip pembangunan berkelanjtan, agenda 21, framework convention on climate change, dan
biological diversity, pada dekade ini banyak perkembangan dari aspek regulasi, iplementasi dan
capaian antara lain :

 Perubahan UU Nomor 4 tahun 1982 menjadi UU 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan


Lingkungan Hidup (UUPLH) pada tanggal 19 september 1997

 UU Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention On Biological


Diversity;

 UU Nomor 6 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on


Climate Change;

 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

 Keputusan Presiden No. 48 tahun 1991 tentang Ratifikasi Convention of Wetlands;


 Keputusan Presiden No. 135 tahun 1998 tentang Ratifikasi UN Convention to Comabt
Desertification;

 Keputusan Presiden No. 4 tahun 1995 tentang Ratifikasi International Tropical Timber
Agreement;

 Terbitnya PP 19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut;

 PP 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;

 PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa;

 PP No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar;

 Dileburnya Bapedal ke dalam Kementerian Lingkungan Hidup; serta

 Diluncurkannya Program Langit Biru dan Program Pantai Lestari.

 Pada Dekade Keempat (2002-2012), ditandai dengan Deklarasi Johannesburg, yang merupakan
hasil dari World Summit on Sustainable Development di Johannesburg, Afrika Selatan,
diselenggarakan pada tanggal 2 – 11 September 2002. Selain itu juga melahirkan Johannesburg
Plan of Implementation yang merupakan cetak biru tindakan komprehensif yang akan diambil
secara global, nasional dan regional oleh berbagai organisasi, kelompok besar dan komunitas
lokal untuk melindungi lingkungan alam yang terkena dampak langsung oleh manusia. Di
Indonesia, secara nasional, dekade ini juga ditandai dengan terbitnya:

 (1) UU No. 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol On Biosafety;

 (2) UU No. 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan Basel Convention on Transboundary


Movement on Hazardous Wastes and Their Disposal;

 (23) UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

 (4) UU No.19 Tahun 2009 tentang Pengesehan Stockholm Convention on Persisten


Organic Pollutants;

 (5) Perubahan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menjadi
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup disingkat UUPPLH yang disahkan 3 oktober 2009;

 (6) Pembentukan Saka Kalpataru, dan

 (7) Pembentukan Hakim Lingkungan.

 Dekade Kelima (2012-2022), era Presiden Joko Widodo (akhir 2014-hingga saat ini di tahun
2022) dalam kepemimpinan aspek pembangunan bidang lingkungan hidup dan kehutanan
aktualiasasi lebih mengemuka, didorong oleh tantangan global yang semakin besar dalam Paris
Agreement, agenda perubahan iklim pada aspek-aspek kebijakan sector dan mobilisasi
sumberdaya, keuangan, teknologi dan investasi dengan prinsip kemitraan dan berorientasi hijau.

Pada perjalanan pembangunan lingkungan hidup Dekade Kelima ini (Stockholm+50), tercatat
beberapa kondisi yang semakin nyata mendekati sasaran pembangunan lingkungan hidup
dengan ciri-ciri:

 (1) Kejelasan arah pembangunan lingkungan (Upaya memperbaiki kondisi lingkungan,


orientasi green economy);

 (2) Keberadaan instrumen yang jelas dan konkret;

 (3) Kebijakan tentang gambut dan mangrove;

 (4) Upaya keterlibatan masyarakat; dan

 (5) Pola investasi pemulihan lingkungan dalam kerja sama pemerintah, badan usaha dan
masyarakat.

Selain itu juga terlihat dari lahirnya berbagai kebijakan terkait lingkungan hidup, antara lain:

 (1) Undang-Undang 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement To The United
Nations Framework Convention On Climate Change;

 (22)Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pengesahan Minamata Convention;

 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang di dalamnya juga
menekankan pentingnya aspek kelestarian lingkungan hidup dan kehutanan dalam
proses kemudahan berusaha dan perluasan kesempatan kerja.

KONSEP HUKUM LINGKUNGAN KLASIK DAN MODERN

 HUKUM LINGKUNGAN KLASIK (USE ORIENTED LW)

 Menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber-sumber daya lingkungan

 Orientasi manusia

 Bersifat Sektoral, serba kaku, dan sulit berubah

 HUKUM LINGKUNGAN MODERN (ENVIRONMENT ORIENTED LAW)

 Mengatur tindak perbuatan manusia

 Orientasi lingkungan
 Bersifat utuh, menyeluruh atau komprehensif integral

Anda mungkin juga menyukai