Anda di halaman 1dari 14

355

KERJASAMA INTERNASIONAL PENGELOLAAN SEA BED AREA DAN


IMPLIKASINYA BAGI NEGARA PANTAI
Heryandi
Fakultas Hukum Universitas Lampung
E-mail: sheryandi@ymail.com

Abstract

Science and Ocean Technology rapid development has great impact upon the exploration and exploi-
tation growth. This dynamic development shall be followed by empowerment of International Law,
therefore, natural resources as the mankind treasure in the sea bed can be protected and managed
wisely. International Law has defined rights and duties of each nation, however those rights and du-
ties can't be best enforced without good cooperation involving nations and international organiza-
tion. Finally, the cooperation shall be based upon the agreement and agreement shall be enforced
with good faith.

Keywords: international cooperation, regions, sea bed

Abstrak

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan semakin pesat, dampaknya eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam (SDA) dasar lautpun semakin meningkat. Perkembangan ini perlu diikuti
dengan aturan hukum internasional, sehingga SDA kawasan dasar laut internasional yang merupakan
warisan seluruh umat manusia dapat dikelola dan terjaga perlindungannya. Hukum internasional te-
lah menentukan hak dan kewajiban negara pantai untuk melaksanakannya, namun hal tersebut tidak
dapat dilakukan tanpa kerjasama antar negara dan organisasi internasional. Perwujudan kerjasama
ini harus didasarkan pada perjanjian dan perjanjian perlu dilaksanakan dengan etikad baik (good
will).

Kata kunci: kerjasama internsional, kawasan, dasar laut.

Pendahuluan tidak terpisahkan, maka pengaturan kelautan


Ditetapkannya United Nations Convention tidak dapat diatur dalam peraturan perundang-
on the Law of the Sea 1982, selanjutnya dising- undangan masing-masing negara saja, tetapi di-
kat UNCLOS 1982 memberikan kepastian terha- lakukan atas kesepakatan negara-negara dan
dap status hukum terhadap wilayah laut negara kemudian berkembang menjadi hukum laut in-
dan wilayah internasional. UNCLOS juga me- ternasional. Kedua, wilayah laut mengandung
nentukan hak dan kewajiban negara dalam pe- tiga dimensi yang juga merupakan satu kesatu-
ngelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang terda- an. Kesatuan perairan, dasar laut, tanah di ba-
pat di wilayah laut, baik yang berada di perair- wahnya dan ruang udara di atasnya. Hal ini me-
annya, dasar laut dan tanah dibawahnya mau- ngakibatkan masing-masing rezim hukum yang
pun ruang udara di atasnya. mengatur kedua hal tersebut juga perlu diinte-
Dikaji dari aspek hukumterdapat dua hal grasikan satu sama lain supaya wujud pengatur-
prinsip yang menjadi dasar pengaturan kelaut- an yang ditetapkan tidak overlaping dan con-
an. Pertama, karena sifat laut merupakan per- tradiktif satusama lain, dalam arti secara har-
airan yang terhubung secara satu kesatuan yang monis dapat ditegakan.
Perwujudan terhadap kehendak negara

Artikel ini merupakan artikel hasil Penelitian Hibah Stra- untuk memiliki perangkat hukum internasional
tegis Nasional yang dilaksanakan berdasarkan Surat Per-
janjian Pelaksanaan Penelitian No. 025/SP2H/PL/Dit. yang mengatur tentang laut telah tertuang da-
Litabmas/III/2012 tanggal 7 Maret 2012 lamUNCLOS 1982 dan telah memenuhi syarat
356 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

ratifikasi untuk berlaku secara universal. UN- sitan piagam ratifikasi atau aksesi, Konven-
CLOS 1982 menentukan bahwa rezim hukum ke- si mulai berlaku pada hari ketigapuluh se-
lautan terdiri dari wilayah yang dapat ditunduk- telah saat pendepositan piagam ratifikasi
an pada kedaulatan negara, wilayah yurisdiksi atau aksesinya, dengan tunduk pada keten-
negara dan wilayah laut internasional. tuan ayat (1).
Khusus untuk wilayah laut internasional Pengaturan pengelolaan dasar laut dalam
diatur untuk kepentingan pencadangan SDA ba- UNCLOS 1982 lebih ditujukan pada pengaturan
gi generasi yang akan datang, baik perairannya di luar yurisdiksi negara, karena pengaturan
maupun dasar laut dan tanah di bawahnyadan pengelolaan dasar laut di bawah laut teritorial,
memerlukan pengaturan pengelolaan yang hati- perairan pedalaman dan perairan kepulauan
hati dari seluruh negara. Oleh sebab itu, diper- yang berada dibawah kedaulatan negara dan
lukan adanya kerjasama negara-negara pantai merupakan satu kesatuan pengaturan dibawah
melalui badan khusus yang dikenal dengan Ba- rezim hukum laut teritorial dan perairan kepu-
dan Otorita Dasar Laut Dalam yang berada di lauan. sedangkan pengaturan tentang landas
bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa kontinen diatur dalam rezim hukum tersendiri.
(PBB). Pengaturan pengelolaan SDAdasar laut dalam
Pengaturan wilayah dasar laut serta keka- tulisan ini lebih ditujukan pada pengaturan SDA
yaan-kekayaan mineral yang terkandung di da- dasar laut yang berada diluar yurisdikasi negara
lamnya menjadi perhatian masyarakat interna- atau area internasional(inter-national sea bed
sional sejak adanya Proklamasi Truman 28 Sep- area).
tember 1945 yang diakibatkan perkembangan Secara ringkas, UNCLOS 1982 menentukan
ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya wilayah dasar laut dalam tiga rezim. Pertama,
teknologi eksplorasi dan eksploitasi SDA dasar dasar laut yang berada dibawah laut teritorial
laut (lepas pantai). Meningkatkan kegiatan eks- dan perairan kepulauan tunduk pada ketentuan
plorasi dan eksploitasi dasar laut, karena di tentang laut teritorial diatur dalam Bab II Pasal
dasar laut banyak terdapat SDA mineral, seper- 2-Pasal 16), perairan pedalaman (Pasal 8), per-
ti minyak bumi dan gas yang sangat dibutuhkan airan kepulauan (Bab IV Pasal 46-Pasal 54). Pa-
masyarakat internasional. sal 2 ayat 2 UNCLOS 1982 menyatakan "the so-
Sejalan dengan perkembangan masyara- vereignty extends to the airspace over the te-
kat internasional yang berupaya untuk meng- ritory as well as to its bed and subsoil". Pasal 3
eksplorasi dan mengeksploitasi SDA (perairan menentukan kedaulatan termasuk ruang udara
dan dasar laut dan tanah dibawahnya),disatu di atas laut teritorial.1 Kedua, dasar laut yang
sisi ada upaya perlindungan untuk pencadangan tunduk dan berada dibawah yurisdiksi negara.
SDA bagi generasi yang akan datang. Disisi lain, Rezim hukum dasar laut ini dikenal dengan Re-
PBBberupaya untuk merumuskan ketentuan hu- zim Landas Kontinen diatur dalam Bab VI Pasal
kum laut internasional sampai akhirnya berhasil 76-Pasal 85. Ketiga, dasar laut yang berada di
dengan ditetapkannya UNCLOS 1982 di Montego luar yurisdiksi negara, dimana tidak satu negara
Bay Jamaika. UNCLOS 1982 telah memenuhi yang dapat menundukan wilayah dasar laut ini
syarat ratifikasi, oleh sebab itu seluruh keten- dibawah yurisdiksinya atau dikenal dengan Area
tuan terkait dengan kelautan tunduk pada UN- Dasar laut Internasional (International Sea Bed
CLOS 1982 termasuk pengakuan Indonesia seba- Area), diatur dalam Bab XI Pasal 172-Pasal 191.
gai negara kepulauan. Berdasarkan Pasal 308 Dasar laut yang berada di luar yurisdiksi
UNCLOS 1982 diatur bahwa: negara dalam UNCLOS 1982 ditetapkan bahwa
(1) Konvensi ini berlaku 12 (dua belas) bulan dasar laut internasional yang tunduk kepada ke-
setelah tanggal pendepositan piagam ratifi-
kasi atau aksesi yang ke-60. 1
Agus Pramono,“Wilayah Kedaulatan Negara Atas Ruang
(2) Bagi setiap Negara yang meratifikasi atau Udara Dalam Persfektif Hukum Internasiona”, Jurnal Ma-
aksesi pada Konvensi ini setelah pendepo- salah-Masalah Hukum, Jilid 41 No. 2, April 2012, Sema-
rang: FH UNDIP, hlm. 281.
Kerjasama Internasional Pengelolaan Sea Bed Area dan Implikasinya bagi Negara Pantai 357

tentuan internasional merupakan warisan ber- diatur dan disepakati negara pantai dalam
sama bagi umat manusia dan dicadangkan un- UNCLOS 1982.
tuk generasi yang akan datang. Pengaturan ini
berarti tidak ada satu negarapun yang dapat Metode Penelitian
mengelola area dasar laut internasional, kecua- Pendekatan masalah yang digunakan da-
li untuk kepentingan-kepentingan kemanusiaan lam tulisan ini adalah pendekatan yuridis nor-
dan pengelolaannya harus memperhatikan per- matif. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
lindungan dan pelestariannya. Terwujudnya mengkaji struktur dan isi hukum terkait dengan
prinsip dasar pengelolaan dasar laut interna- pengelolaan kawasan dasar laut internasional
sional sebagaimana ditetapkan dalam UNCLOS yang dimulai dari pengumpulan bahan hukum,
1982 akan terjadi jika dilakukan dengan cara klasifikasi hakikat permasalahan dan pemilahan
kerja sama. Baik kerjasama antara negara de- isu hukum yang relevan serta pene-muan hu-
ngan negara, negara dengan organisasi interna- kum.
sional, maupun antar organisasi internasional. Data yang digunakan adalah data sekun-
Kerjasama internasional yang perlu diba- der, yaitu data yang diperoleh bukan langsung
ngun dalam kerangka pengelolaan dasar laut in- dari aktivitas manusia, tetapi data yang dipe-
ternasional adalah kerja sama yang setara dan roleh dari bahan kepustakaan.2 Data dalam tu-
saling menguntungkan. Setara yang dimaksud- lisan initerdiri dari bahan hukum primer ber-
kan bahwa para pihak dalam melakukan kerja- bentuk ketentuan internasional, bahan hukum
sama adalah sederajat tidak ada yang lebih sekunder berbentuk doktrin atau pendapat ahli
tinggi atau lebih rendah dari yang lain. Saling dalam buku literatur. Pengelolaan data dilaku-
menguntung dalam hal ini dimaksudkan bahwa kan melalui Klasifikasi bahan hukum yaitu de-
pembebanan terhadap tanggung jawab setiap ngan pemetaan, penempatan, penggolongan
kegiatan adalah sama, dalam arti bahwa para dan pengelompokan bahan hukum sesuai de-
pihak yang berkerjasama satu sama lain tidak ngan masalah yang diteliti. Penyusunan dilaku-
ada yang dirugikan. kan dengan cara menyusun dan menempatkan
UNCLOS 1982 telah menentukan prinsip bahan hukum secara sistematis pada tiap pokok
dasar kerjasama. Posisi UNCLOS 1982 dalam hu- bahasan guna memudahkan analisis.
kum sebagai Umbrella Provision dalam arti me- Metode analisis yang digunakan dalam tu-
mayungi seluruh ketentuan internasional ter- lisan ini adalah analisis isi dan analisis kualita-
kait dengan laut ditetapkan secara umum (ge- tif. Analisis isi dilakukan dengan menelaah isi
neral). Hal ini memberikan dampak terhadap dari bahan hukum yang ada melalui penafsiran
negara pantai untuk menindaklanjuti ketentuan hukum, konstruksi hukum, penalaran hukum
UNCLOS 1982 ini dalam peraturan perundang- dan argumentasi rasional. Adapun analisis kua-
undangan nasional masing-masing dan melaksa- litatif, yaitu menganalisis permasalahan yang
nakannya secara konsisten dan penuh rasa ada dan menyajikan serta menjelaskan bahan
tanggung jawab. hukum dalam bentuk kalimat yang tersusun se-
cara rinci dan sistematis, sehingga diperoleh ja-
Permasalahan waban permasalahan yang dirumuskan.
Berdasarkan latar belakang masalah pada
uraian di atas, maka dapat dirumuskan perma- Pembahasan
salahan yang hendak dibahas dalam artikel ini. Pengaturan Pengelolaan International Sea
Pertama, bagaimana UNCLOS 1982 mengatur Bed Area menurut Hukum Internasional
tentang kerjasama pengelolaan dasar laut in-
ternasional; dan kedua, apa implikasi hukum 2
Helmi Kasim, Syukri Asy'ari, Meyrinda R. H dkk, “Kompi-
bagi negara pantai terhadap pengaturan kerja- tabilitas Metode pembuktian Penafsiran Hakim Konstitusi
dalam Putusan Pemilukada”, Jurnal Konstitusi, Vol. 9
sama pengelolaan dasar laut internasional yang No. 4 Desember 2012, Jakarta: Kepaniteraan dan Sekre-
tariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
hlm. 715.
358 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

Istilah pengelolaan merupakan terjema- Kusumaatmadja mengemukakan disamping se-


han dari istilah management (Bahasa Inggris) denter masih ada sentary species of living orga-
yang banyak digunakan dalam disiplin ilmu eko- nism misalnya rumput, sponges, corol enicho-
nomi. Secara leksikal, pengelolaan adalah pro- derm, mollucs.4
ses, cara dan perbuatan menggerakan tenaga, Dikaji dari aspek hukum, hukum interna-
merumuskan kebijakan dan perencanaan, me- sional telah menetapkan dalam UNCLOS 1982
laksanakannya dan melakukan pengawasan. De- tentang pengelolaan dasar laut internasional (di
ngan demikian, dapat diartikan bahwa pengelo- luar yurisdiksi negara pantai) atau dikenal de-
laan adalah kegiatan atau proses yang menca- ngan kawasan. Pengelolaan SDA dasar laut te-
kup perencanaan, penataan, pelaksanaan atau lah dimulai sejak ditemukannya teknologi ke-
pemanfaatan dan pengawasan.3 Terkait dengan lautan yang berhasil menemukan nodul yang
pengertian pengelolaan dalam tulisan ini adalah berukuran sebesar kentang yang berhamburan
pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) di dasar melintangi kawasan dasar laut. Nodul tersebut
laut internasional. merupakan campuran dari emas dan kekayaan
SDA adalah segala sesuatu yang terdapat mineral lainnya. Eksplorasi dan eksploitasi di-
di alam dan digunakan untuk pemenuhan kebu- kawasan dasar laut menjadi semakin giat dila-
tuhan manusia. SDA dapat digolongkan menjadi kukan saat ini karena potensi dasar laut memi-
2 (dua) jenis, yaitu: SDA hayati seperti hewan, liki potensi ekonomi yang besar mengalahkan
tumbuhan, dan mikroorganisme lainnya; dan potensi yang ada di daratan. Meningkatnya eks-
SDA non hayati sepertiminyak bumi, gas alam, polrasi dan eksploitasi SDA dasar laut menim-
berbagai jenis logam, air, dan tanah. Sumber bulkan berbagai konflik kepentingan, sehingga
SDA hayati pada umumnya dapat diperbaharui, jika tidak ditata dan diatur secara baik akan
namun dalam pemanfaatannya harus memper- menimbulkan konflik antar negara. Hal ini me-
hatikan keberlanjutannya. Sedangkan SDA non ngakibatkan kegiatan di Kawasan Dasar Laut ak-
hayati tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab hirnya disepakati dengan ditetapkan pengatur-
itu, kesediaan SDA ini sangat terbatas dan jika an dasar laut dalam Bab XI UNCLOS 1982.
pemanfaatannya tidak digunakan secara baik ti- Definisi Kawasan yang dimaksud dalam
dak saja akan merusak lingkungan, tetapi juga UNCLOS 1982 adalah “Area means the seabed
akan menyengsarakan umat manusia. and ocean floor and subsoil thereof, beyond
SDA terdapat juga di bawah dasar laut the limits of national jurisdiction”, yang arti-
dan tanah. SDA dasar laut yaitu suatu potensi nya “Kawasan berarti dasar laut, dasar samu-
berupa mineral yang berada di dasar laut me- dera, dan tanah dibawahnya diluar batas-batas
rupakan kelanjutan alamiah dari daratan. SDA yurisdiksi nasional”. Dimaksud diluar batas-ba-
dasar laut terdiri dari mineral dan sumber daya tas yurisdiksi nasional adalah kawasan tersebut
non hayati lainnya yang berada pada dasar laut bukan berada pada rezim landas kontinen suatu
dan tanah dibawahnya termasuk organisme hi- negara. Adapun yang dimaksud dengan kekaya-
dup yang digolongkan ke dalam jenis-jenis se- an dalam Pasal 133 UNCLOS 1982 adalah segala
dinter. Jenis tersebut merupakan organisme kekayaan mineral yang bersifat padat, cair atau
yang pada tingkat dapat dipanen berada dalam gas in situ di Kawasan atau dibawah dasar laut,
keadaan tidak dapat bergerak dan berada di termasuk nodul-nodul polimetalik. Kekayaan
dasar laut atau tanah dibawahnya atau hanya yang dihasilkan dari Kawasan dinamakan "mine-
dapat bergerak apabila ada kontak fisik yang ral-mineral".
tetap dengan dasar laut atau tanah yang ber- Prinsip umum pengelolaan kawasan seba-
ada di bawahnya (misalnya, lobster). Mochtar gaimana diatur dalam Pasal 136 UNCLOS 1982

3 4
Bambang Irian Djajaatmadja, “Harmonisasi Hukum Pe- Melly Aida, “Pranata Hukum Landas Kontinen dalam Uni-
ngelolaan Sumber Daya Kelautan dalam Kerangka Desen- ted Nations Convention On The Law Of The Sea 1982 dan
tralisasi”, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Implikasinya Bagi Indonesia”, Jurnal Media Hukum,
Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia, 2003, hlm. Vol.14 No.3 Nopember 2007, Yogyakarta: Fakultas Hu-
10 kum Universitas Muhammadiyah, hlm. 67
Kerjasama Internasional Pengelolaan Sea Bed Area dan Implikasinya bagi Negara Pantai 359

yaitusebagai warisan bersama umat manusia. hir-akhir ini juga makin terintegrasi dengan hu-
Oleh sebab itu, pemanfaatan kawasan harus di- kum perlindungan lingkungan.6
tujukan untuk sebesar-besarnya bagi kepenting- Hukum lingkungan internasional berperan
an umat manusia dan kepentingan perdamaian. penting dalam pelaksanaan pengelolaan kawas-
Kepentingan bagi umat manusia dimak- an dasar laut internasional. Hal ini dikarenakan
sudkan bahwa pengelolaan kawasan harus di- perkembangan teknologi dapat menyebabkan
laksanakan untuk kemanfaatan umat manusia pengelolaan yang membahayakan, sehingga
sebagai suatu keseluruhan terlepas dari letak prinsip Common Haritege of Mankind hanya
geografis negara-negara, baik negara pantai sebagai selogan saja.7Oleh karena itu, pada ta-
atau negara tak berpantai dengan memperhati- taran inilah hukum dapat berperan mengendali-
kan secara khusus kepentingan dan keperluan kan perilaku manusia untuk tidak melakukan
negara berkembang dan bangsa-bangsa yang kerusakan lingkungan yang pada akhirnya SDA
belum mencapai kemerdekaan penuh yang di- terkuras habis tanpa hasil untuk meningkatkan
akui oleh PBB sesuai dengan Resolusi Majelis kesejahteraan masyarakat.
Umum No 1514 (XV) dan Resolusi Majelis Umum Perlunya hukum berperankarena tujuan
lainnya yang relevan. Hasil usaha pengelolaan hukum menurut Gustav Radbruch adalah untuk
kawasan dibagi secara adil melalui mekanisme adanya keadilan, kepastian dan kemanfaatan
yang tepat atas dasar non-diskriminasi (Pasal dalam masyarakat.8 Tanpa aturan hukum tidak
140 UNCLOS 1982) mungkin pengelolaan dasar laut internasional
Adapun pemanfaatan bagi kepentingan dapat dilakukan secara baik dan terarah, kare-
perdamaian, yaitu kawasan tersebut terbuka na sifat manusia selalu ingin mudah untuk me-
untuk digunakan semata-mata untuk maksud menuhi kebutuhannya dalam jangka pendek
damai oleh semua negara, baik negara pantai tanpa menghiraukan akibat di masa yang akan
maupun negara tak berpantai tanpa diskrimi- datang. Hal itu yang menjadikan hukum perlu
nasi, baik generasi saat ini maupun yang akan difungsikan, karena pembatasan terhadap pe-
datang. Ketentuan ini menurut pandangan hu- rilaku yang buruk hanya dapat dilakukan mela-
kum bertumpu pada martabat manusia, yaitu lui fungsi hukum. Dinyatakan oleh Satjipto Ra-
moralitas yakni mewujudkan keadilan, kese- hardjo bahwa hukum memiliki fungsi mengubah
jahteraan, kebebasan dan kepedulian terha-dap kehidupan sosial ke arah yang lebih baik, yaitu:
masyarakat. Kebebasan yang dimaksud, yaitu disiplin, kepastian, kesadaran, kepatuhan,
keleluasaan untuk menginterpretasikan secara tanggung jawab, keadilan dan ketertiban.9 Pa-
kreatif, kritis dan inovatif aturan-aturan hukum da tataran inilah hukum juga dapat difungsikan
guna menemukan makna terdalam yang valid, sebagai sarana control, karena controlling juga
kontekstual, serta bermoral.5 diartikan sebagai pengendalian.10
Prinsip dasar pengelolaan dasar laut in-
ternasional sebagaimana diuraikan terdahulu 6
Daud Silalahi, “Peranan dan Kedudukan Hukum Ling-
juga harus dilakukan dengan prinsip hukum kungan Internasional Dewasa ini”, Jurnal hukum Interna-
lingkungan internasional. Daud Silalahi menya- sional, Vol. 2 No. 2 Januari 2005, hlm. 250
7
Khaidir Anwar, “Eksistensi Hukum Internasional dalam Il-
takan bahwa prinsip-prinsip hukum lingkungan mu Hukum (Kajian Filsafat)”, Jurnal Hukum, Edisi Khusus
internasional tidak saja memberikan tekanan Vol. XVII, Semarang: Fakultas Hukum Universitas Islam
Sultas Agung, hlm. 15
pada pentingnya perlindungan lingkungan, teta- 8
Endang Sutrisno, “Refleksi Pemikiran Filsafat Ilmu Dalam
Perspektif Hakekat Keilmuan Ilmu Hukum”, Jurnal Hu-
pi juga memberikan perhatian yang makin be-
kum, Vol. XVII, Edisi Khusus Tahun 2007, Semarang:
sar pada prinsip-prinsip konservasi SDA yang ak- Universitas Sultan Agung, hlm. 33,
9
Zuhraini, “Revitalisasi Pancasila dalam Pembangunan Hu-
kum Nasional di Era Globalisasi”, Jurnal Ilmu Hukum Pra-
nata Hukum, Vol. 7 No. 1 Januari 2012, Lampung: Pro-
gram Studi Magister Hukum Progran Pascasarjana Uni-
5
Stanislaus Atalim, “Perusakan Lingkungan Hidup dan Ke- versitas Bandar Lampung, hlm. 62
10
pentingan Masyarakat dari Perspektif Hukum Progresif”, Agus Triono, “Pengawasan terhadap Penyelenggaraan
Jurnal Yudisial, Vol-III No.03 Desember 2010, Jakarta: Pelayanan Publik sebagai Hak Konstutusional Warga Ne-
Komisi Yudisial Republik Indonesia, hlm. 503. gara”, Jurnal Konstitusi, Vol. 1 No. 1 November 2012,
360 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

Berdasarkan prinsip dasar hukum, maka internasional, baik global, regional maupun
Pasal 137 UNCLOS 1982 menetapkan status hu- spesial.
kum kawasan dasar laut internasional secara
tegas menjadi tiga hal. Pertama, tidak satu ne- Kerjasama Internasional terhadap Pengelola-
garapun boleh menuntut atau melaksanakan an Kawasan Dasar Laut Internasional
kedaulatan atau hak-hak berdaulatnya atas ba- Hukum internasional telah menentukan
gian manapun dari Kawasan atau kekayaan- beragam bentuk kerja sama yang dapat dilaku-
kekayaannya, demikian pula tidak satu negara kan oleh negara-negara,termasuk kerja sama
atau badan hukum atau peroranganpun boleh pengelolaan dasar laut internasional. Pertama,
mengambil tindakan pemilikan terhadap bagian kerja sama bilateral, yaitu kerja sama yang di-
Kawasan manapun. Tidak satupun tuntutan lakukan oleh dua negara baik dalam satu kawa-
atau penyelenggaraan kedaulatan atau hak-hak san maupun diluar kawasan atau kerja sama
berdaulat ataupun tindakan pemilikan yang antara suatu organisasi internasional; kedua,
demikian akan diakui. Kedua, segala hak terha- kerja sama multilateral, yaitu kerja sama yang
dap kekayaan-kekayaan di Kawasan ada pada dilakukan oleh beberapa negara antara kawas-
umat manusia sebagai suatu keseluruhan, yang an yang berbeda; dan ketiga, kerja sama regio-
atas nama siapa Otorita bertindak. Kekayaan- nal, yaitu kerja sama yang dilakukan oleh bebe-
kekayaan ini tidak tunduk pada pengalihan hak. rapa negara di dalam satu kawasan.
Namun demikian, mineral-mineral yang dihasil- Selain kerjasama antar negara-negara,
kan dari Kawasan hanya dapat dialihkan sesuai kerjasama pengelolaan kawasan dasar laut in-
dengan ketentuan Bab ini dan ketentuan-keten- ternasional juga dilakukan antara negara de-
tuan, peraturan-peraturan dan prosedur-prose- ngan organisasi internasional dan antar sesama
dur Otorita. Ketiga, tidak satu negara, badan organisasi internasional. Berbagai bentuk kerja-
hukum atau peroranganpun boleh menuntut, sama internasional, terhadap pengelolaan ka-
memperoleh atau melaksanakan hak-hak yang wasan dasar laut internasional. Masing-masing
bertalian dengan mineral-mineral yang dihasil- negara dapat membentuk kerjasama kawasan
kan dari Kawasan, kecuali apabila dilakukan se- (region) di berbagai bidang. Konsep region un-
suai dengan ketentuan Bab ini. Apabila tidak tuk memudah pelaksanaan dan pengawasan,
demikian maka tidak satupun juga tuntutan, karena berada pada daerah yang akan dikelola,
perolehan atau pelaksanaan hak-hak demikian tetapi pengelolaan tersebut tetap berada di
akan diakui. bawah kendali badan otorita sebagaimana di-
Pengaturan tentang status hukum kawas- atur dalam Pasal 153 UNCLOS 1982, yaitu:
an dasar laut internasional dalam UNCLOS 1982 (1) Kegiatan-kegiatan di Kawasan harus diorga-
di atas perlu ditindaklanjuti dengan penetapan nisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan
kebijakan-kebijakan, baik dari aspek ekonomi, oleh Otorita atas nama umat manusia seba-
terkait dengan pengembangan produksi untuk gai suatu keseluruhan sesuai ketentuan pa-
membantu pengembangan ekonomi dunia yang sal ini dan juga ketentuan-ketentuan lain
sehat dan pertumbuhan perdagangan interna- dalam Bab ini yang relevan dan Lampiran-
sional yang berimbang. Dari aspek hukum, yaitu lampiran yang relevan serta ketentuan-ke-
kebijakan-kebijakan terkait dengan perlindung- tentuan, peraturan-peraturan dan prose-
an dan pelestarian lingkungan, termasuk juga dur-prosedur Otorita.
meningkatkan kerjasama internasional bagi (2) Kegiatan-kegiatan kawasan harus dilaksa-
perkembangan secara menyeluruh semua nega- nakan sebagaimana digambarkan pada ayat
ra, khususnya negara-negara berkembang. Ke- (3): (a) oleh Perusahaan, dan (b) bersama-
semua ini harus dijalankan dengan kerjasama sama dengan Otorita oleh negara-negara
Peserta atau perusahaan negara, atau ba-
Jakarta, P3KHAM LPPM Universitas Sebelas Maret Ker- dan hukum atau perorangan yang memiliki
jasama dengan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, kebangsaan negara-negara Peserta atau
hlm. 138
Kerjasama Internasional Pengelolaan Sea Bed Area dan Implikasinya bagi Negara Pantai 361

yang secara efektif dikendalikan oleh me- bali, ditangguhkan atau dihentikan kecuali
reka atau warganegara mereka. Apabila di- berdasarkan Lampiran III Pasal 18 dan 19.
sponsori oleh negara-negara tersebut, atau Kerjasama yang dilakukan, baik secara
oleh setiap kelompok yang disebut sebe- regional maupun global harus tunduk kepada
lumnya yang memenuhi syarat-syarat yang prinsip-prinsip umum pengelolan SDA kelautan,
ditentukan dalam Bab ini dan dalam Lam- sebagaimana diatur dalam Pasal 197 UNCLOS
piran III. 1982, yaitu: Negara-negara harus bekerjasama
(3) Kegiatan-kegiatan di Kawasan harus dilak- atas dasar global dan dimana perlu atas dasar
sanakan berdasarkan rencana kerja tertulis regional, secara langsung atau melalui organi-
yang resmi yang dibuat sesuai dengan Lam- sasi-organisasi internasional yang kompeten,
piran III dan disetujui oleh Dewan setelah dalam merumuskan dan menjelaskan ketentu-
ditelaah oleh Komisi Hukum dan Teknik. an-ketentuan, standar-standar dan praktik-
Dalam hal kegiatan-kegiatan di Kawasan praktik yang disarankan secara internasional
dilaksanakan sebagaimana diijinkan oleh serta prosedur-prosedur yang konsisten dengan
Otorita dan dilakukan oleh satuan-satuan konvensi ini untuk tujuan perlindungan dan pe-
yang disebut dalam ayat 2 (b), rencana ker- lestarian lingkungan laut, dengan memperhati-
ja, sesuai dengan lampiran III Pasal 3, harus kan ciri-ciri regional yang khas.
dalam bentuk kontrak. Kontrak-kontrak ter- Secara teknis pengaturan kerjasama pe-
sebut dapat menetapkan pengaturan-peng- ngelolaan dasar laut internasional, perlu ditin-
aturan bersama sesuai dengan Lampiran III daklanjuti oleh negara-negara dengan perjan-
Pasal 11. jian internasional, karena melalui perjanjian
(4) Otorita harus mengadakan pengawasan ter- internasional sebagai jaminan terhadap kerja-
hadap kegiatan-kegiatan di Kawasan seba- sama yang dilakukan sesuai dengan kesepaka-
gaimana diperlukan untuk menjamin dipe- tan yang telah disepakati, sehingga kerjasama
nuhinya keten-tuan Bab ini yang relevan yang dilakukan akan berjalan dengan baik dan
dan Lampiran-lampiran yang bersangkutan lancar serta memberikan rasa aman bagi para
dengannya, dan ketentuan-ketentuan, per- pihak.
aturan-peraturan dan prosedur-prosedur Perjanjian internasional dikenal dengan
Otorita serta rencana kerja yang disetujui treaty atau konvensi atau dengan nama lain se-
berdasarkan ayat (3). Negara-negara Peser- perti agreement, protokol, memeorandum of
ta harus membantu Otorita dengan meng- understanding, accord, act, statute, convenan
ambil semua tindakan yang diperlukan un- atau charter (The Vienna Convention 1969 ha-
tuk menjamin pemenuhan ketentuan ter- nya mengenal definisi treaty)11 merupakan da-
sebut sesuai dengan Pasal 139. sar hukum yang kuat untuk mengikat pihak-pi-
(5) Otorita mempunyai hak untuk setiap waktu hak yang berjanji dalam pelaksanaan kerjasa-
mengambil tindakan apapun yang ditentu- ma.
kan dalam Bab ini untuk menjamin dipenu- Perjanjian yang disepakati harus dilak-
hinya peraturan-peraturannya, dan pelaksa- sanakan dengan Asas Pacta sun servanda, yaitu
naan fungsi-fungsi pengawasan dan peng- janji mengikat sebagaimana undang-undang ba-
aturan yang diberikan kepadanya menurut gi yang membuatnya dan harus dilaksanakan
ketentuan Bab ini atau berdasarkan kontrak dengan itikad baik.12 Asas-asas perjanjian lain
apapun. Otorita mempunyai hak untuk me- yang perlu diperhatikan, seperti Asas Courtecy,
meriksa semua instalasi di Kawasan yang di-
gunakan sehubu-ngan dengan kegiatan-ke- 11
Inar Ichsana Ishak, “Penaatan Atas Perjanjian Multilate-
giatan di kawasan. ral di Bidang Lingkungan Hidup”, Jurnal hukum Interna-
(6) Kontrak berdasarkan ayat 3 harus mem- sional, Vol. 2 No. 2 Januari 2005, hlm. 266
12
Harry Purwanto, “Keberadaan Asas Hukum Pacta Sunt
berikan kepastian kerja. Sesuai dengan itu Servanda Dalam Perjanjian Internasional”, Jurnal Mim-
kontrak tersebut tidak boleh ditinjau kem- bar Hukum, Vol. 12 No. 1 Februari 2009, Yogyakarta: FH
UGM
362 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

yaitu saling menghargai dan menghormati ke- Dasar kerjasama antara negara ini, tidak
daulatan negara lain dan asas Egality rights, boleh bertentangan dengan makna Pasal 242
yaitu setiap negara memiliki kedudukan yang UNCLOS 1982 yang menetapkan bahwa:
sama. Asas lain yang tidak kalah pentingnya (1) Negara dan organisasi-organisai internasio-
adalah asas pacta tertiis nec nocent nec pro- nal yang kompeten, sesuai dengan meng-
sunt, asas non retroactive, dan asas ius cogens. hormati kedaulatan dan yurisdiksi serta
Pematuhan terhadap asas-asas perjanjian atas dasar saling menguntungkan, harus
tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan menggalakan kerjasama internasional da-
bahwa perjanjian internasional merupakan ke- lam riset ilmiah kelautan untuk maksud-
tentuan yang didasarkan kepada kehendak ber- maksud damai.
sama dari negara. Ketentuan internasional ti- (2) Dalam hubungan ini, tanpa mengurangi hak
dak dapat dipaksakan kepada negara-negara dan kewajiban negara-negara menurut kon-
tanpa adanya kesepakatan. Mengikatnya hukum vensi ini, suatu negara, dalam menerapkan
internasional tergantung kehendak negara, me- bab ini harus menyediakan selayaknya bagi
rupakan pandangan yang tidak dapat diingkari negara-negara lain suatu kesempatan yang
karena dalam hukum internasional terdapat pantas untuk mendapatkan atau dengan
proses ratifikasi dari negara, yaitu apabila ne- kerjasamanya, informasi yang diperlukan
gara yang akan mengesahkan suatu perjanjian untuk mencegah dan mengendalikan keru-
internasional turut menandatangani naskah sakan kesehatan serta keselamatan orang-
perjanjian internasional.13 Ratifikasi bermakna orang terhadap lingkungan laut.
mengikat negara-negara pihak yang telah me- Secara khusus untuk kerjasama antara
nyepakati perjanjian dan organ-organ negara negara dengan atau sesama organisasi inter-
negara harus mengambil tindakan yang diper- nasional,harus didasarkan pada Pasal 273 UN-
lukan untuk menjamin pelaksanaannya.14 CLOS 1982 yang mengatur bahwa negara-negara
Unsur kesepakatan negara-negara yang harus bekerjasama secara aktif dengan orga-
menjadi dasar pemaksa untuk ditaatinya keten- nisasi-organisasi internasional yang kompeten
tuan internasional. Menurut Edy Suryono, da- dan Otorita, untuk mendorong dan memudah-
lam suatu perjanjian, para pihak yang secara kan pengalihan ketrampilan dan teknologi ke-
bersama membentuknya, tentunya telah terda- lautan yang bertalian dengan kegiatan-kegiatan
pat persesuaian atau persetujuan kehendak di di Kawasan, kepada negara-negara berkembang
antara mereka, yang akan menimbulkan hak warganegaranya dan Perusahaan.
serta kewajiban tertentu dan keinginan untuk Wujud kerjasama harus dilandasi prinsip
diikat oleh perjanjian tersebut (The will and kerja sama sebagaimana diatur dalam Pasal 278
consent to be bound by treaty).15 UNCLOS 1982, yaitu organisasi-organisasi inter-
nasional yang kompeten yang disebut dalam
Bab ini dan dalam Bab XIII UNCLOS 1982 harus
mengambil segala tindakan yang perlu untuk
13 menjamin, baik secara langsung atau dengan
Pan Mohamad Faiz,“Proses Pengesahan Perjanjian Inter-
nasional Menjadi Undang-Undang Di Indonesia”, Jurnal kerjasama erat antara mereka, pelaksanaan
Hukum, tersedia di http://jurnalhukum.blogspot-.com/ efektif, fungsi dan tanggung jawab berdasarkan
2008/01/perjanjian-internasional-2.html, hlm. 3
14
Rudi Natamihardja, “Daya Ikat Frame Work Agreement Bab ini.
Terhadap Pihak Ketiga (Studi Kasus Terhadap Nota Kese-
Pelaksanaan perjanjian kerjasama inter-
pakatan Antara Indonesia dan Singapura Mengenai Pe-
ngembangan Kawasan Ekonomi Khusus Di Pulau Batam, nasional dalam pengelolaan kawasan dasar laut
Bintan dan Karimun)”, Jurnal Ilmu Hukum Fiat Justisia,
internasional harus disinergiskan antara kepen-
Vol. 1 No. 1 Januari April 2007, Bandar Lampung: Fakul-
tas Hukum Universitas Lampung, hlm. 125 tingan negara pantai dan kepentingan interna-
15
Khaidir Anwar, “Fungsi Dan Peran Dewan Keamanan PBB sional. Kamus American Websters Dictionary
Dalam Penyelesaian Sengketa Internasional (Secara Da-
mai)”, Jurnal Media Hukum, Vol. 14 No. 3, Nopember mendefinisikan istilah Synergy sebagai ”coope-
2007, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Muham- rative interaction among group especially
madiyah, hlm. 9,
Kerjasama Internasional Pengelolaan Sea Bed Area dan Implikasinya bagi Negara Pantai 363

among the acquired subsidiary or merged parts kandungan mineral yang ada di dasar laut dan
of a corporation that creates an enhanced com- meningkatnya kebutuhan akan minyak bumi. Ti-
bined effect” yang mengandung arti hanya de- dak kurang dari 6.000 instalasi minyak lepas
ngan interaksi yang kooperatif maka hasil mak- pantai di seluruh dunia, sehingga berbagai
simal dapat dicapai. Menurut Doctoroff (1977), negara dan organisasi internasional pada awal
persyaratan utama bagi suatu sistem yang si- tahun 1980-an makin memberikan perhatian
nergi yang ideal adalah kepercayaan, komuni- terhadap masalah teknik maupun hukum yang
kasi yang efektif, umpan balik yang cepat, dan berkaitan dengan instalasi dan bangunan di wi-
kreativitas. Dalam makna lainnya, sinergi ada- layah laut dan perlindungan dan pelestarian
lah suatu sumber kekuatan organisasi yang am- lingkungan laut.19
puh, bahkan sering digunakan untuk memperli- UNCLOS 1982 telah menentukan hak dan
hatkan perbedaan antara sukses dan kegagal- tanggung jawab negara dan organisasi interna-
an.16 Istilah manajemen sinergi diartikan ber- sional dalam pengelolaan dasar laut internasio-
saing dengan lebih baik dari yang diharapkan nal. Hak negara pantai dalam pengelolaan da-
untuk meraih keunggulan kompetitif (competi- sar laut internasional, ditetapkandalam Pasal
tive advantage) yang standar.17 142 UNCLOS, yaitu:
(1) Kegiatan-kegiatan di Kawasan, berkenaan
Implikasi Hukum Pengaturan Kerjasama Pe- dengan endapan-endapan kekayaan di Ka-
ngelolaan Dasar Laut Internasional bagi Nega- wasan yang letaknya melintasi garis-garis
ra Pantai batas yurisdiksi nasional, dilakukan dengan
Pada saat ini hukum internasional tidak memperhatikan seperlunya hak-hak dan ke-
dapat diartikan hanya mengatur hubungan an- pentingan-kepentingan sah setiap negara
tar negara saja, karena dengan perkembangan pantai yang yurisdiksinya dilintasi endapan-
munculnya organisasi internasional, hubungan endapan tersebut.
yang diatur dalam hukum internasional juga (2) Konsultasi-konsultasi, termasuk suatu cara
telah merambah kedalam organisasi internasio- pemberitahuan terlebih dahulu, harus dipe-
nal, termasuk juga telah menyentuh persoalan- lihara dengan negara yang bersangkutan,
persoalan domestik.18 Hal tersebut menjadikan dengan maksud untuk mencegah pelangga-
pengelolaan dasar laut internasional perlu me- ran terhadap hak-hak dan kepentingan-ke-
ngedepankan kerjasama yang sinergis dari ne- pentingan tersebut. Kegiatan-kegiatan di
gara-negara dan organisasi internasional. Pen- Kawasan dapat mengakibatkan eksploitasi
tingnya kerjasama yang telah dirumuskan da- kekayaan-kekayaan yang terletak di dalam
lam UNCLOS 1982, menimbulkan implikasi bagi yurisdiksi nasional, maka disyaratkan ada-
negara pantai untuk juga segera merumuskan nya persetujuan terlebih dahulu dari nega-
kerjasama dengan memperhatikan hak dan ra pantai yang bersangkutan.
tanggung jawab masing-masing negara. (3) Baik Bab ini maupun hak-hak yang diberikan
atau dilaksanakan sesuai dengan Bab ini, ti-
Bidang Pengelolaan dan Perlindungan SDA dak mempengaruhi hak negara pantai untuk
Pada saat ini pengelolaan dasar laut se- mengambil tindakan-tindakan yang konsis-
makin meningkat,ini disebabkan ditemukannya ten dengan ketentuan-ketentuan yang rele-
van dari Bab XII yang dianggap perlu untuk
16 mencegah, mengurangi atau melenyapkan
Subaktian Lubis, Sinergi Pengelolaan Sumber Kekayaan
Alam Di Laut Yang Diharapkan, Pusat Penelitian dan marabahaya yang mengancam garis pantai-
Pengembangan Geologi Kelautan, http://www.mgi.es-
nya atau kepentingan-kepentingan yang
dm.go.id.
17
Ibid
18
Heryandi, “Kedudukan Kebiasaan Internasional Sebagai
19
Sumber Hukum Dan Hubungannya Dengan Perjanjian Dan Heryandi, “ Pengelolaan Pertambangan Minyak Dan Gas
Prinsip-Prinsip Hukum Umum Internasional”, Jurnal Me- Bumi Lepas Pantai Untuk Kesejahteraan yang Berkeadil-
dia Hukum, Vol. 14 No. 3 Nopember 2007, Yogyakarta: an (Suatu Telaah Filsafat Ilmu)”, Jurnal Hukum, Vol.
FH UMY, hlm. 5 XVII, Semarang: FH UNISSULA, hlm. 2
364 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

berkaitan dengan itu dari pencemaran atau (3) Negara-negara peserta yang menjadi anggo-
anca-man pencemaran atau kejadian-keja- ta-anggota organisasi-organisasi internasio-
dian berbahaya lainnya yang berasal dari nal harus mengambil tindakan-tindakan
atau yang disebabkan oleh kegiatan apapun yang tepat untuk menjamin pelaksanaan
di kawasan. pasal ini yang bekenaan dengan organisasi-
Hak negara pantai di atas, harus dijadi- organisasi tersebut.
kan pedoman dalam merumuskan kerjasama Untuk menghindari terjadinya kerusakan
pengelolaan, karena seringkali kerjasama yang akibat dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
ada merugikan negara pantai. Hak ini diringi kawasan, negara pantai secara bersama-sama
dengan tanggung jawab yang berat dari seluruh harus mengambil tindakan yang perlu berkena-
negara-negara maupun organisasi internasional, an dengan kegiatan-kegiatan di kawasan untuk
sebagaimana diatur dalam Pasal 139 yang me- menjamin perlindungan yang efektif terhadap
nentukan: lingkungan laut dari akibat-akibat yang merugi-
(1) Negara-negara peserta harus bertanggung kan yang mungkin timbul dari kegiatan-kegiat-
jawab untuk menjamin bahwa kegiatan-ke- an tersebut.
giatan di kawasan, baik dilakukan oleh ne- Badan Otorita harus menetapkan keten-
gara-negara peserta atau perusahaan-peru- tuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan pro-
sahaan negara atau badan hukum atau sedur-prosedur yang tepat dengan tujuan per-
orang perorangan yang memiliki kebangsa- lindungan lingkungan laut untuk inter alia, se-
an negara-negara peserta atau yang di- bagaimana diatur dalam Pasal 145 UNCLOS
kuasai secara efektif oleh mereka atau oleh 1982, yaitu:
warganegara-warganegara mereka, harus (1) pencegahan, pengurangan dan pengenda-
dilaksanakan sesuai dengan bab ini. Tang- lian pencemaran dan bahaya-bahaya lain-
gung jawab yang sama berlaku pula bagi nya terhadap lingkungan laut, termasuk ga-
organisasi-organisasi internasional untuk ris pantai, dan gangguan terhadap keseim-
kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh orga- bangan ekologis lingkungan laut dengan
nisasi-organisasi tersebut di kawasan; memberikan perhatian khusus pada kebu-
(2) Dengan tidak mengurangi berlakunya ke- tuhan akan perlindungan terhadap akibat-
tentuan-ketentuan hukum internasional dan akibat buruk dari kegiatan-kegiatan seperti
pada Lampiran III Pasal 22, kerugian yang pemboran, pengerukan, penggalian, pem-
disebabkan oleh kelalaian suatu negara pe- buangan limbah, pembangunan dan operasi
serta atau organisasi internasional untuk atau pemeliharaan instalasi-instalasi salur-
melaksanakan kewajibannya berdasarkan an-saluran pipa dan peralatan-peralatan
Bab ini akan mengakibatkan kewajiban un- lainnya yang bertalian dengan kegiatan-ke-
tuk ganti rugi, negara-negara Peserta atau giatan itu.
organisasi-organisasi internasional yang (2) perlindungan dan konservasi kekayaan-ke-
bertindak bersama-sama harus memikul se- kayaan alam Kawasan dan pencegahan ke-
cara bersama dan secara tanggung renteng rusakan terhadap flora dan fauna lingkung-
kewajiban untuk ganti rugi. Akan tetapi ne- an laut.
gara peserta tidak berkewajiban menang- Pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi
gung kerugian yang disebabkan oleh suatu kawasan harus memenuhi syarat sehingga tidak
kelalaian yang dilakukan oleh seorang yang merusak lingkungan laut. Syarat-syarat terse-
disponsorinya berdasarkan Pasal 153 ayat (2 but diatur dalam Pasal 147 (2), yaitu:
b) apabila negara peserta tersebut telah (1) instalasi-instalasi tersebut harus dibangun,
mengambil segala tindakan yang perlu dan ditempatkan dan dipindahkan semata-mata
tepat untuk menjamin ditaatinya secara sesuai dengan bab ini dan tunduk pada pro-
efektif menurut Pasal 153 ayat (4), dan sedur otorita. Harus ada pemberitahuan se-
Lampiran III, Pasal 4, ayat (4); cukupnya mengenai pembangunan, penem-
Kerjasama Internasional Pengelolaan Sea Bed Area dan Implikasinya bagi Negara Pantai 365

patan dan pemindahan instalasi tersebut berpantai dan geografis tak beruntung diantara
dan harus dipelihara cara yang tetap untuk mereka untuk mengatasi rintangan-rintangan
memberi peringatan akan adanya instalasi- yang timbul karena letaknya yang tidak meng-
instalasi tersebut; untungkan.Termasuk letaknya yang jauh dari
(2) Instalasi-instalasi tersebut tidak boleh diba- kawasan dan kesukaran akses ke dan dari kawa-
ngun di tempat yang dapat menimbulkan san.
gangguan terhadap penggunaan alur-alur Perkembangan lingkungan internasional
laut yang diakui penting untuk pelayaran terefleksi dalam prinsip dan aturan hukum ling-
internasional atau di daerah dimana ter- kungan internasional yang berlaku secara bila-
dapat kegiatan-kegiatan penangkapan ikan teral, regional dan global dan menggambarkan
yang padat. saling ketergantungan internasional dalam se-
(3) zona-zona pengaman harus diadakan di se- buah dunia global.20 Oleh karena itu, kerjasa-
kitar instalasi-instalasi tersebut dengan ma antara negara dibidang perlindungan dan
tanda-tanda yang layak, untuk menjamin pelestarian lingkungan berimplikasi kepada ne-
keselamatan baik pelayaran maupun ins- gara pantai.
talasi-instalasi tersebut. Konfigurasi dan le- Implikasi penting adalah negara pantai
tak zona-zona peng-aman tersebut tidak perlu merumuskan ketentuan yang mengatur
boleh sedemikian rupa sehingga memben- tentang perlindungan dan pelestarian lingkung-
tuk suatu jalur yang menghalangi jalan ma- an dasar laut internasional dalam bentuksetiap
suk yang sah dari kapal-kapal ke zona ma- kegiatan yang berdampak terhadap kerusakan
ritim tertentu atau pelayaran melalui alur- lingkungan, Instalasi-instalasi yang digunakan
alur laut internasional; untuk melakukan kegiatan-kegiatan di Kawasan
(4) Instalasi-instalasi demikian harus digunakan harus memenuhi dan tunduk kepada ketentuan
semata-mata untuk maksud-maksud damai; Otorita, melakukan pemberitahuan, harus me-
(5) Instalasi-instalasi tersebut tidak memiliki melihara dengan cara tetap dan memberikan
status sebagai pulau. Instalasi-instalasi ter- peringatan akan adanya instalasi-instalasi. Inta-
sebut tidak memiliki laut teritorial sendiri, lasi dan bangunan yang digunakan untuk meng-
dan kehadirannya tidak mempengaruhi pe- eksplorasi dan mengeksploitasi SDA dasar laut
netapan garis batas laut teritorial, zona tidak boleh mengganggu lintas pela-yaran dan
ekonomi eksklusif atau landas kontinen. perikanan.
UNCLOS 1982 menekankan bahwa penge- Kerja sama regional/global termasuk pula
lolaan kawasan ditujukan untuk perlindungan penanggulangan bersama bahaya atas terjadi-
kehidupan manusia memberikan amanat kepa- nya pencemaran laut, pembentukan penanggu-
da otorita untuk menetapkan ketentuan-keten- langan darurat (contingency plans against pol-
tuan, peraturan-peraturan dan prosedur yang lution), kajian, riset, pertukaran informasi dan
tepat yang ditetapkan berdasarkan per-janjian data serta membuat kriteria ilmiah (scientific
antar negara pantai untuk melengkapi hukum criteria) untuk mengatur prosedur dan praktik
internasional yang ada. Pelaksanaan terhadap bagi pencegahan, pengurangan, dan pengen-
prinsip dasar pengelolaan kawasan untuk kehi- dalian pencemaran lingkungan laut sebagaima-
dupan manusia memerlukan partisipasi atau pe- na ditegaskan oleh Pasal 198-201 UNCLOS 1982.
ran serta seluruh negara-negara, termasuk ne- Di samping itu, Pasal 207-212 UNCLOS
gara-negara yang sedang berkembang. 1982 mewajibkan setiap negara untuk mene-
Peran serta negara-negara berkembang
yang efektif dalam kegiatan-kegiatan di kawas- 20
Widya Krulinasari,“Model Penyelesaian Hukum Interna-
an harus ditingkatkan dengan memperhatikan sional Tentang Masalah-Masalah Pengangkutan Limbah
seperlunya kepentingan-kepentingan dan kebu- Bahan Berbahaya Beracun (B3) antar Negara Secara Ti-
dak Sah (Illegal Traffic)”, Jurnal Konstitusi, Vol. 1 No. 1
tuhan khusus negara-negara tersebut, dan ter- November 2009, Jakarta: Pusat Kajian Konstitusi dan Pe-
utama kepentingan khusus negara-negara tak raturan Perundang-Undangan Fakultas Hukum Unila dan
Mahkamah Konstitusi RI, hlm. 71
366 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

tapkan peraturan perundang-undangan yang tidak klaim kewenangan yang dapat menyebab-
mengatur pencegahan dan pengendalian pence- kan timbulnya konflik pengelolaan dasar laut.
maran laut dari berbagai sumber pencemaran, Perjanjian perbatasan tentang landas kontinen
seperti sumber pencemaran dari darat (land- tersebut harus didepositkan ke Sekretariat Jen-
based sources), pencemaran dari kegiatan da- deral PBB
sar laut dalam jurisdiksi nasionalnya (pollution Implikasi lain terhadap ketentuan tentang
from sea-bed activities to national jurisdic- pengelolaan dasar laut internasional, negara
tion), pencemaran dari kegiatan di Kawasan pantai harus menentukan dalam peraturan per-
(pollution from activities in the Area), pen- undang-undangannya tentang batas landas kon-
cemaran dari dumping (pollution by dumping), tinen diluar 200 mil dari garis pantai dengan ti-
pencemaran dari kapal (pollution from ves- tik-titik koordinat yang jelas yang ditentukan
sels), dan pencemaran dari udara (pollution dalam peta dengan skala yang memadai, kare-
from or through the atmosphere). na pengelolaan landas kontinen diluar 200 mil
dari garis pangkal, negara pantai berkewajiban
Bidang Pengembangan Penelitian Ilmiah dan memberikan sumbangan dalam bentuk natura
Teknologi kepada badan otorita. Peraturan perundang-un-
Di bidang penelitian ilmiah, kerjasama di- dangan negara pantai terkait dengan pengelola-
lakukan dalam bentuk peran serta negara da- an dasar laut harus tunduk kepada ketentuan
lam program-program internasional dan mendo- internasional, baik perjanjian bilateral yang te-
rong kerjasama dalam penelitian ilmiah kelaut- lah disepakati maupun ketentuan UNCLOS 1982.
an oleh personil berbagai negara dan personil
Otorita, dengan tujuan: memperkuat kemam- Bidang Pengawasan
puan penelitian mereka; melatih personil me- Kerjasama pengelolaan dasar laut inter-
reka dan personil Otorita di bidang teknik dan nasional yang perlu pula mendapat perhatian
aplikasi penelitian; membina dipekerjakannya dari seluruh negara, yaitu kerjasama dibidang
personil mereka yang cakap dalam penelitian di pengawasan, baik pengawasan terhadap eksplo-
Kawasan. rasi dan eksploitasi SDA, juga terhadp kegiatan-
Negara pantai harus secara aktif mengga- kegiatan illegal yang pada akhirnya akan masuk
lakkan arus data ilmiah dan informasi serta alih ke perairan negara pantai. Perkembangan pesat
pengetahuan sebagai hasil dari riset ilmiah ke- kegiatan-kegiatan illegal baik teknis, teknologi
lautan, terutama untuk negara-negara berkem- maupun manajemen yang digunakan dan meru-
bang dan juga memperkuat kemampuan berdiri pakan tindakan illegal lintas antara perairan
sendiri dalam riset ilmiah kelautan melalui, yang menimbulkan kerugian bagi negara-negara
program yang menyediakan pendidikan yang di kawasan maupun bagi negara-negara yang
memadai serta latihan bagi tenaga teknik dan menggunakan lintas antar perairan, semakin
ilmuwan mereka. mengkhawatirkan negara-negara kawasan, se-
perti pembuangan limbah, uji coba penggunaan
Bidang Pengaturan Landas Kontinen tenaga nuklir di dasar laut, dan penggunaan ba-
Di samping berkerjasama dalam bidang han-bahan kimia beracun di laut internasional
pengembangan penelitian dan teknologi, nega- perlu dilakukan pengawasan. Apalagi tindakan
ra pantai juga harus segera bekerjasama dalam illegal tersebut diorganisir dengan rapi, sehing-
menetapkan Landas Kontinen mereka, baikyang ga perlu kerja-sama antar negara untuk meng-
berhadapan dan atau berdampingan, apabila atasinya.21 Bentuk kerjasama bidang pengawas-
perlu melakukan kerjasama pengelolaan landas an terhadap pengelolaan dasar laut internasio-
kontinen melalui model joint development zo-
21
ne, sehingga antara batas landas kontinen antar Miswan H. Dindin Kurnadi, Dicky R. Munaf, “Konsep Per-
wakilan Di Daerah Untuk Pengamanan Laut Seiring Im-
negara di satu sisi dengan batas landas konti- plementasi Millenium Developmen Goals (MDG's)”,Jurnal
nen dengan dasar laut internasional di sisi lain Sosioteknologi, Edisi 11 Tahun 6 No. 11 Agustus 2007, Ja-
karta, hlm. 244-253.
Kerjasama Internasional Pengelolaan Sea Bed Area dan Implikasinya bagi Negara Pantai 367

nal dapat dilakukan melalui koordinasi patroli Daftar Pustaka


bersama antar negara-negara di kawasan de- Aida, Melly. “Pranata Hukum Landas Kontinen
ngan mekanisme pelaksanaan pengawasan te- Dalam United Nations Convention On The
tap berkoordinasi dengan badan otorita samu- Law Of The Sea 1982 Dan Implikasinya
Bagi Indonesia”. Jurnal Media Hukum.
dera dalam internasional.
Vol. 14 No. 3 Nopember 2007, Yogyakar-
ta: FH Universitas Muhammadiyah;
Penutup
Anwar, Khaidir. “Eksistensi Hukum Internasio-
Simpulan nal dalam Ilmu Hukum (Kajian Filsafat)”.
Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- Jurnal Hukum. Edisi Khusus Vol. XVII. Se-
hasan, dapat disimpulkan beberapa hal berikut marang: Fakultas Hukum Universitas Is-
ini. Pertama, hukum internasional telah mene- lam Sultas Agung;
tapkan dan mengatur tentang pengelolaan da- -------. “Fungsi dan Peran Dewan Keamanan PBB
sar laut internasional melalui Badan Otorita Da- dalam Penyelesaian Sengketa Internasio-
nal (Secara Damai)”. Jurnal Media Hu-
sar laut Internasional dengan maksud bahwa kum, Vol. 14 No. 3, Nopember 2007. Yog-
pengelolaannya akan menjadi baik, karena da- yakarta: Fakultas Hukum Universitas Mu-
sar laut internasional merupakan warisan ber- hammadiyah Yogyakarta;
sama seluruh umat manusia. Kedua, kerja sama Atalim, Stanislaus. “Perusakan Lingkungan Hi-
internasional terhadap pengelolaan dasar laut dup dan Kepentingan Masyarakat dari
internasional, didasarkan pada perjanjian de- Perspektif Hukum Progresif”. Jurnal Yu-
disial, Vol. III No. 03 Desember 2010. Ja-
ngan tetap dibawah koordinasi Badan Otorita
karta: Komisi Yudisial Republik Indonesia;
Dasar Laut Internasional dan dilaksanakan de-
Faiz, Mohamad. “Proses Pengesahan Perjanjian
ngan prinsip dan asas hukum pacta sunt servan-
Internasional Menjadi Undang-Undang Di
da dan asas-asas hukum perjanjian lainnya. Ke- Indonesia”. Jurnal Hukum. tersedia di
tiga, implikasi pengaturan pengelolaan dasar http://jurnal-hukum.blog-spot.com/20-
laut internasional dalam UNCLOS 1982 bagi ne- 08/01/perjanjianinternasion-al-2.html;
gara pantai, yaitu melakukan kerjasama, di Helmi Kasim, Syukri Asy'ari, Meyrinda R. H dkk.
berbagai bidang, mempersiapkan peraturan pe- “Kompitabilitas Metode Pembuktian Pe-
rundang-undangan nasional terkait dengan pe- nafsiran Hakim Konstitusi dalam Putusan
Pemilukada”. Jurnal Konstitusi, Vol. 9
ngelolaan wilayah dan SDAnya, sehingga tidak
No. 4 Desember 2012. Jakarta: Kepanite-
terjadi benturan kepentingan nasional dengan raan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah
kepentingan internasional. Konstitusi Repu-blik Indonesia;
Heryandi. “Kedudukan Kebiasaan Internasional
Saran Sebagai Sumber Hukum dan Hubungan-
Berdasarkan kesimpulan, dapat diajukan nya dengan Perjanjian dan Prinsip-Prinsip
beberapa saran. Pertama, negara-negara pantai Hukum Umum Internasional”, Jurnal Me-
dia Hukum, Vol 14 No. 3 Nopember 2007,
dalam satu kawasan dalam melakukan pengelo- Yogyakarta: FH UMY;
laan dasar laut dapat bekerjasama melalui mo-
-------. “Pengelolaan Pertambangan Minyak dan
del joint development zone, hal ini dilakukan Gas Bumi Lepas Pantai untuk Kese-
untuk menghindari adanya benturan kepenting- jahteraan yang Berkeadilan (Suatu Telaah
an akibat dari batas yang saling berhimpitan; Filsafat Ilmu)”. Jurnal Hukum. Vol. XVII,
dan kedua, badan otorita yang menetapkan ke- Semarang: FH UNISSULA;
bijakan terhadap pengelolaan dasar laut inter- Irian, Bambang Djajaatmadja.“Harmonisasi Hu-
nasional, hendaknya tidak terpengaruh oleh ke- kum Pengelolaan Sumber Daya Kelautan
dalam Kerangka Desentralisasi”. Jakarta:
pentingan-kepentingan ekonomi negara maritim
Badan Pembinaan Hukum Nasional De-
besar dan memperioritaskan untuk kepentingan partemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia;
negara-negara berkembang lebih khusus lagi
Ishak, Inar Ichsana. “Penaatan Atas Perjanjian
negara-negara yang tidak berpantai. Multilateral Di Bidang Lingkungan Hidup”.
368 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 3 September 2013

Jurnal hukum Internasional. Vol. 2 No. 2 kum Internasiona”. Jurnal Masalah-Masa-


Januari 2005; lah Hukum, Jilid 41 No. 2 April 2012. Se-
Krulinasari, Widya. “Model Penyelesaian Hukum marang:FH UNDIP;
Internasional Tentang Masalah-Masalah Purwanto, Harry. “Keberadaan Asas Hukum
Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya Pacta Sunt Servanda dalam Perjanjian
Beracun (B3) antar Negara Secara Tidak Internasional”. Jurnal Mimbar Hukum.
Sah (Illegal Traffic)”. Jurnal Konstitusi. Vol. 12 No. 1 Februari 2009. Yogyakarta:
Vol. 1 No. 1 November 2009. Jakarta: Pu- FH UGM;
sat Kajian Konstitusi dan Peraturan Per- Silalahi,Daud.“Peranan dan Kedudukan Hukum
undang-undangan Fakultas Hukum Unila Lingkungan Internasional Dewasa ini”.
dan Mahkamah Konstitusi RI; Jurnal hukum Internasional, Vol. 2 No. 2
Lubis, Subaktian. Sinergi Pengelolaan Sumber Januari 2005;
Kekayaan Alam Di Laut Yang Diharapkan. Sutrisno, Endang. “Refleksi Pemikiran Filsafat
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Dalam Perspektif Hakekat Keilmuan
Geologi Kelautan. http://www.mgi.es- Ilmu Hukum”. Jurnal Hukum, Vol. XVII,
dm.go.id; Edisi Khusus Tahun 2007. Semarang: Uni-
Miswan, H. Dindin Kurnadi. Dicky R. Munaf dkk. versitas Sultan Agung;
“Konsep Perwakilan di Daerah untuk Pe- Triono, Agus. “Pengawasan terhadap Penye-
ngamanan Laut Seiring Implementasi Mil- lenggaraan Pelayanan Publik sebagai Hak
lenium Developmen Goals (MDG's)”. Jur- Konstutusional Warga Negara”. Jurnal
nal Sosioteknologi, Edisi 11 Tahun 6 No. Konstitusi, Vol. 1 No. 1 November 2012.
11 Agustus 2007, Jakarta; Jakarta: P3KHAM LPPM Universitas Sebe-
Natamihardja, Rudi. “Daya Ikat Frame Work Ag- las Maret Kerjasama dengan Mahkamah
reement Terhadap Pihak Ketiga (Studi Ka- Konstitusi Republik Indonesia;
sus Terhadap Nota Kesepakatan Antara Zuhraini. “Revitalisasi Pancasila dalam Pemba-
Indonesia dan Singapura Mengenai Pe- ngunan Hukum Nasional di Era Globali-
ngembangan Kawasan Ekonomi Khusus Di sasi”. Jurnal Ilmu Hukum Pranata Hu-
Pulau Batam, Bintan dan Karimun)”. Jur- kum. Vol. 7 No. 1 Januari 2012. Lampung:
nal Ilmu Hukum Fiat Justisia, Vol. 1 No. 1 Program Studi Magister Hukum Progran
Januari April 2007. Bandar Lampung: Fa- Pascasarjana Universitas Bandar Lam-
kultas Hukum Universitas Lampung; pung.
Pramono, Agus. “Wilayah Kedaulatan Negara
Atas Ruang Udara Dalam Persfektif Hu-

Anda mungkin juga menyukai