Anda di halaman 1dari 39

Dr. Evi Purwanti,S.H., LL.M.

CONTIGUOUS ZONE & ZEE


ZONA TAMBAHAN

 hukum laut internasional telah memberikan hak


dan kesempatan bagi Negara maritim untuk
mengelola serta menjaga wilayah perbatasan yang
berbatasan dengan laut teritorialnya atau disebut
juga extended jurisdiction.
 Dimana di wilayah tersebut hukum nasional
negara pantai masih dapat diberlakukan dalam
empat bidang yang menjadi yurisdiksi di Zona
Tambahan sampai batas maksimal 24 mil laut.
SEJARAH ZONA TAMBAHAN

 Peraturan pertama yang diberlakukan di


wilayah Zona Tambahan adalah British
Hovering Act Tahun 1718. Regulasi ini
memberikan wewenang kepada kapal perang
Inggris untuk berpatroli di daerah laut dekat
garis pantai untuk menekan tindakan yang
melanggar hukum seperti pengangkutan budak
atau mencegah pelanggaran bea dan cukai.
CONT’

 Prancis dan AS mengikuti hukum yang sama.


Hukum yang mengatur tentang Zona
Tambahan di Yunani dapat ditelusuri pada
tahun 1918.
CONT’

 Diskusi internasional yang terperinci tentang


konsep Zona Tambahan terjadi selama
Konferensi Kodifikasi Den Haag tahun 1930.
 Hanya mencapai kompromi bahwa negara
pantai tidak dapat menggunakan kedaulatan
atas zona ini tetapi hanya dalam bentuk
kekuasaan administratif yang terbatas.
PENGERTIAN ZONA TAMBAHAN

 Pasal 24 (2) konvensi Jenewa tentang Laut


Teritorial dan Zona Tambahan tahun 1958
menyatakan: "Zona Tambahan tidak boleh
melampaui 12 mil dari garis pangkal dari mana
luasnya laut teritorial diukur.
KEWENANGAN NEGARA DI ZONA TAMBAHAN
PASAL 33 UNCLOS 1982

Merupakan bagian dari laut lepas yang berbatasan


dengan laut teritorial, dimana negara pantai dapat
melaksanakan pengawasan yang diperlukan untuk:
1. mencegah pelanggaran peraturan per-UU-annya
dibidang bea cukai, fiskal, imigrasi atau saniter;
2. menghukum pelanggaran peraturan per-UU-
annya tsb yang dilakukan di dalam wilayah atau
laut teritorialnya.
 lebar zona tambahan tidak dapat melebihi 24 mil
laut dari garis pangkal.
 UNCLOS 1982 menetapkan bahwa yurisdiksi
Negara pantai juga akan berlaku dalam hal
perlindungan warisan budaya di bawah laut.
 Di Zona Tambahan negara pantai dapat
mengklaim melalui peraturan perundang-
undangan yurisdiksi legislatif (legislative
jurisdiction) dan yurisdiksi penegakan hukum
(enforcement jurisdiction) di wilayah tersebut.
PERBEDAAN ZT DI UNCLOS 1958 V.1982
Dua pertimbangan utama yg telah diadopsi:
1. perluasan zona ini menjadi 24 mil dan

2. penyisipan ketentuan mengenai perlindungan


benda-benda bersejarah dan arkeologi yang
ditemukan di dalam area ini.
Di antara undang-undang negara pantai yang
ditegakkan di ZonaTambahan, maka bidang bea
cukai dan fiskal adalah yang terpenting dari
sudut pandang praktis.
 definisi Zona Tambahan dalam the 1958
Geneva Convention on the Territorial Sea and
the Contiguous Zone (TSC) 1958 dan UNCLOS
1982 berbeda secara kuantitatif dan kualitatif.
 Secara kuantitatif, seperti yang diatur dalam
UNCLOS 1982 luas Zona Tambahan
diperpanjang dari 12 hingga 24 mil laut.
 Perbedaan kualitatif muncul dari kata-kata
pasal 24 TSC 1958, yang merujuk pada Zona
Tambahan sebagai "zona laut bebas yang
bersebelahan dengan laut teritorial [Negara
Pantai]".
 Dalam pasal 33 UNCLOS 1982, Zona
Tambahan tidak disebut sebagai "zona laut
bebas" tetapi sebagai "Zona Tambahan dengan
laut teritorial [Negara pantai]".
DELIMITASI ZONA TAMBAHAN ANTARA NEGARA
YANG BERSEBELAHAN ATAU BERDAMPINGAN

 UNCLOS 1958
Pasal 24 ayat (3) Bab II: untuk Negara yang
berhadapan atau berdampingan jika terjadi
tumpang tindih klaim di wilayah Zona Tambahan
maka harus diselesaikan dengan permufakatan
bersama.
Jika tidak tercapai kesepakatan maka digunakan
garis median (garis tengah).
 UNCLOS 1982
kasus klaim tumpang tindih di Zona Tambahan
antara Negara yang berhadapan atau
berdampingan tidak diatur secara eksplisit di
dalam UNCLOS 1982.
Artinya setiap negara bebas untuk menentukan
cara dan metode penentuan delimitasi
perbatasan di zona tambahan berdasarkan
kesepakatan bersama.
DEKLARASI PERATURAN ZT

 Untuk memberlakukan/mengadopsi Zona


Tambahan di wilayah maritim suatu Negara
maka Negara tersebut harus mendeklarasikan
Peraturan tentang Zona Tambahan.
 Hal ini sejalan dengan pemberlakuan ZEE
karena yurisdiksi Negara pantai di dua wilayah
zona tersebut tidak berlaku secara otomatis
atau “ipso facto and ab initio,”
ARTI PENTING ZONA TAMBAHAN

 Zona Tambahan memberikan perpanjangan


yurisdiksi kepada Negara pantai untuk
mengontrol dan mengawasi wilayah yang
termasuk dalam bagian laut bebas.
ZONA TAMBAHAN INDONESIA
ZONA TAMBAHAN ADALAH WILAYAH ANTARA GARIS
MERAH DENGAN GARIS UNGU
ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
ZEE

 Latar Belakang
▪ Untuk mengakomodasi kepentingan negara2
berkembang dan negara pantai
▪ Dalih kebebasan dilaut hanya menguntungkan
negara2 maju yg memiliki armada laut dan
teknologi tinggi.
▪ Ketidak adilan ini mendorong negara2 berkembang
melakukan tuntutan dan merombak ketentuan hk
laut yg lama.
LATAR BELAKANG

 Konsepsi ZEE merupakan manifestasi dari


usaha2 negara pantai untuk melakukan
pengawasan dan penguasaan terhadap segala
macam sumber kekayaan yang terdapat di
zona laut yg terletak diluar dan berbatasan
dengan laut wilayahnya.
KEBUTUHAN PEREKONOMIAN KELAUTAN
SEMAKIN MENINGKAT
LATAR BELAKANG

 perkembangan ZEE merupakan cermin


kebiasaan internasional (international
customs) yang diterima menjadi hukum
kebiasaan internasional (customary
international law).
IAN BROWNLIE – ELEMEN KEBIASAAN
 , elemen dari suatu kebiasaan internasional antara lain
karena sudah terpenuhi empat syarat penting, yaitu:
1. Durasi (duration); yaitu konsistensi dan keumuman
praktek dari kebiasaan tersebut telah dilakukan oleh
masyarakat internasonal. Meskipun tidak adanya
batas minimal berapa lama suatu perbuatan harus
dilakukan secara konsisten sehingga dapat diakui
sebagai suatu kebiasaan.
2. Keseragaman (uniformity); dalam hal ini yang
dimaksud keseragaman adalah substansi dari
kebiasaan itu.
ELEMEN KEBIASAAN

3. praktek umum negara-negara (generality of the


practice); untuk lebih meneguhkan suatu perbuatan
itu telah diterima sebagai suatu kebiasaan
internasional yaitu dengan ditirunya perbuatan
tersebut oleh negara-negara lain.
4. opinio juris sive necessitatis ("an opinion of law or
necessity"); kebiasaan yg diterapkan harus "diterima
sebagai hukum.“ Istilah ini berasal dari frase bahasa
Latin ("pendapat hukum atau keharusan").
DEFINISI
ZEE ini mempunyai sifat sui generis atau specific legal
regime. Pasal 55 menyatakan:
“the exclusive economic zone is an area beyond and
adjacent to the territorial sea, subject to the specific legal
regime established in this Part, under which the rights and
jurisdiction of the coastal State and the rights and
freedoms of other States are governed by the relevant
provisions of this Convention.”
ZEE adalah daerah di luar dan berdamping dengan laut
territorial yang tunduk pada rezim hukum khusus di mana
terdapat hak-hak dan yurisdiksi negara pantai serta hak
dan kebebasan negara lain yang diatur oleh konvensi
DEFINISI
 Pasal 56
dalam ZEE, negara pantai mempunyai:
1. Hak2 berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan
eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan alam, baik hayati maupun non hayati,
dari perairan di atas dasar laut dan dari dasar laut
dan tanah di bawahnya dan berkenaan dg
kegiatan lain untuk keperluan eksploitasi dan
eksplorasi ekonomi zona tsb, spt produksi energi
dari air, arus, angin.
LEBAR ZEE

 Pasal 57 UNCLOS 1982:


lebar zona ekonomi eksklusif tidak boleh
melebihi 200 nautical mile (n.m.) dari garis
pangkal dari mana lebar laut wilayah diukur.
 ZEE = 200 n.m. = 370,4 km

 Yg nyata adalah 200-12= 188 n.m.


ZEE
ZEE

 ada lima belas negara yang mempunyai leading


exclusive economic zone, yaitu Amerika Serikat,
Perancis, Indonesia, Selandia Baru, Australia,
Rusia, Jepang, Brasil, Kanada, Meksiko, Kiribati,
Papua Nugini, Chili, Norwegia, dan India.
 Indonesia termasuk satu dari lima belas negara
yang mempunyai ZEE sangat luas bahkan
termasuk tiga besar setelah Amerika Serikat dan
Prancis, yaitu sekitar 1.577.300 mil laut
HAK DALAM ZEE

1. Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi


dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan
sumber kekayaan alam laut.
2. Hak untuk melaksanakan penegakan hukum
dilakukan oleh aparat yg menangani secara
langsung.
3. Hak untuk melaksanakan hot pursuit thd
kapal-kapal asing yg melakukan pelanggaran
atas ketentuan2 ZEE.
4. Hak eksklusif untuk membangun,
mengizinkan dan mengatur pembangunan,
pengoperasian dan penggunaan pulau-pulau
buatan, instalasi-instalasi dan bangunan2nya.
5. Hak untuk menentukan kegiatan ilmiah
berupa penelitian2 dg diterima/tidaknya
permohonan yg diajukan pada pemerintahan
neg pantai ybs,
HIGHLY MIGRATORY SPECIES

 Highly migratory species secara hukum


didefinisikan sebagai yang tercantum dalam
Annex 1 UNCLOS.
 termasuk tuna dan tuna-like spesies, hiu laut,
pomfrets, sauries dan dolphinfish.
TUNA & TUNA-LIKE SPECIES
KEWAJIBAN DALAM ZEE
 Menghormati hak2 negara lain dlm melakukan
pelayaran maupun penerbangan, yang
merupakan kebebasan dari neg2 dlm melintasi
wilayah tersebut, dan kebebasan dalam
melakukan pemasangan kabel-kabel, pipa-pipa
di bawah laut.
 Dalam pengelolaan salah satu jenis SDA dlm
ZEE, seperti ikan, maka neg ZEE tsb wajib
menentukan jumlah tangkapan yg
diperbolehkan (total allowable catch).
 Kegunaan dari penetapan jumlah tangkapan
agar dapat diketahui secara pasti berapa
jumlah tangkapan secara keseluruhan dan
kemampuan negara tsb untuk mengusahakan
lingkungan dan tangkapannya.
 juga untuk memberikan kesempatan pada
perikanan asing untuk ikut memanfaatkan dari
sisa jumlah tangkapan.
 Sebagai konsekuensi bagi negara asing yg ikut
serta memanfaatkan SDA di laut, mempunyai
kewajiban memikul tanggung jawab pada
keadaan di sekelilingnya untuk melestarikan
keserasian dan keseimbangan dan membayar
ganti rugi bagi rehabilitasi lingkungan laut dlm
jumlah yg memungkinkan.
DELIMITASI DI ZEE

 Pasal 74 ayat (1) Konvensi LOS 1982


menyebutkan: “Penetapan batas zona ekonomi
eksklusif antara negara yang pantainya
berhadapan atau berdampingan harus
dilakukan dengan persetujuan atas dasar
hukum internasional, sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 38 Statuta Mahkamah
Internasional untuk mencapai suatu
penyelesaian yang adil [equitable solution]
PASAL 74 AYAT 2

 Jika persetujuan tidak dapat di capai dalam


jangka waktu yang reasonable maka negara
yang bersangkutan harus mengacu pada
prosedur penyelesaian sengketa yang diatur
dalam BAB xv UNCLOS 1982

Anda mungkin juga menyukai