Anda di halaman 1dari 21

Penyelesaian Sengketa terhadap Aktivitas Perikanan Kapal Cina di Perairan Laut Natuna

Utara Menurut Hukum Laut Internasional

M. Nursalim
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
mnursalim16040704177@mhs.unesa.ac.id
Elisabeth Septin Puspoayu
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
elisabethpuspoayu@unesa.ac.id
Nurul Hikmah
( S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Hukum Universitas Negeri Surabaya )
nurulhikmah@unesa.ac.id

Abstrak
Konflik Laut Cina Selatan merupakan konflik wilayah yang masih dipermasalahkan mengenai
sebagian kepemilikannya oleh beberapa negara. Cina mengirimkan kapal penjaga pantai Cina
untuk melindungi kapal nelayan Cina dalam mengambil ikan di perairan Natuna Utara yang
merupakan wilayah zona ekonomi eksklusif Indonesia. Cina mendasarkan klaim Laut Cina Selatan
di perairan Laut Natuna Utara dengan dasar hak historis penangkapan ikan di masa lampau serta
berpegang pada konsep nine dash line. Berdasarkan UNCLOS 1982, Cina telah melakukan
pelanggaran hukum laut internasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perspektif
dalam Hukum Laut Internasional mengenai kapal China Coast Guard (CCG) yang mendampingi
kapal nelayan Cina di wilayah perairan Laut Natuna Utara, dan menganalisis bentuk penyelesaian
sengketa yang dapat diberikan kepada Can terhadap aktivitas perikanan kapal Cina di wilayah
perairan laut Natuna Utara menurut Hukum Laut Internasional. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan konseptual. Bahan hukum yang digunakan yaitu primer dan sekunder. Teknik analisis
menggunakan metode preskriptif untuk menganalisis kasus tersebut. Hasil penelitian ini yaitu: (1)
Cina mengirimkan kapal penjaga pantai di perairan Laut Natuna Utara yang merupakan wilayah
zona ekonomi eksklusif Indonesia untuk melindungi aktivitas perikanan kapal nelayan Cina. Hal
ini didasarkan pada klaim hak historis penangkapan ikan nenek moyang Cina berdasarkan peta
konsep nine dash line Laut Cina Selatan yang bersinggungan dengan wilayah ZEE Indonesia.
Berdasarkan perspektif hukum laut internasional yaitu UNCLOS 1982, Cina telah melakukan
pelanggaran atas kedaulatan wilayah ZEE Indonesia. (2) Bentuk penyelesaian sengketa yang
dapat ditempuh yaitu secara damai dan litigasi. Upaya damai lebih diutamakan, seperti negosiasi,
mediasi, maupun arbitrase. Upaya litigasi dapat ditempuh melalui organisasi internasional yaitu
International Court of Justice (ICJ) dan International Tribunal for the Law of the Sea (ITLOS).
Kata kunci: kapal penjaga pantai Cina, Laut Natuna Utara, aktivitas perikanan, UNCLOS 1982

Abstract

The conflict in the South China Sea is a territorial conflict that is still being disputed over some of
its ownership by several countries. China sent a Chinese coast guard to protect Chinese fishing
boats in taking fish in the North Natuna waters which is Indonesia's exclusive economic zone area.
China bases its claims on the South China Sea in the waters of the North Natuna Sea on the basis
of historical fishing rights in the past and adheres to the nine dash line concept. Based on
UNCLOS 1982, China has violated the international law of the sea. The purpose of this study is to
analyze perspectives in the International Law of the Sea regarding China Coast Guard (CCG)
vessels accompanying Chinese fishing vessels in the North Natuna Sea, and to analyze the forms
of dispute resolution that can be given to Can regarding fishing activities of Chinese vessels in
marine waters. North Natuna according to International Law of the Sea. This research is a
normative legal research using statutory and conceptual approaches. The legal materials used are
primary and secondary. The analysis technique uses a prescriptive method to analyze the case.
The results of this study are: (1) China sends coast guard ships in the waters of the North Natuna
Sea which is Indonesia's exclusive economic zone area to protect the fishing activities of Chinese
fishing boats. This is based on the historical fishing rights claims of China's ancestors based on
the nine dash line concept map of the South China Sea which intersects with Indonesia's EEZ.
Based on the perspective of the international law of the sea, namely UNCLOS 1982, China has
violated the sovereignty of Indonesia's EEZ territory. (2) The forms of dispute resolution that can
be taken are peaceful and litigation. Peaceful efforts are preferred, such as negotiations,
mediation, or arbitration. Litigation efforts can be pursued through international organizations,
namely the International Court of Justice (ICJ) and the International Tribunal for the Law of the
Sea (ITLOS).
Keywords: Chinese coast guard, North Natuna Sea, fishing activities, UNCLOS 1982

PENDAHULUAN
UNCLOS 1982 membagi laut dalam tiga
Konvensi Hukum Laut yang baru yaitu bagian, yaitu: Pertama, laut yang merupakan
United Nations Convention on the Law of the Sea bagian dari wilayah kedaulatannya (laut teritorial,
yang kemudian disebut UNCLOS 1982 laut pedalaman); Kedua, laut yang bukan
ditandatangani oleh para wakil dari 119 negara merupakan wilayah kedaulatannya namun negara
pada bulan Desember 1982 yang dilaksanakan di tersebut memiliki hak-hak dan yurisdiksi terhadap
Montego Bay, Jamaika (Agoes 2021). UNCLOS aktifitas tertentu (zona tambahan, zona ekonomi
1982 yang sebelumnya mengalami perubahan eksklusif); Ketiga, laut yang bukan merupakan
sebanyak dua kali ini merupakan suatu wilayah kedaulatannya dan bukan merupakan
kemenangan bagi negara-negara berkembang, hal hak/yurisdiksi, namun negara tersebut memiliki
ini selaras dengan pernyataan (Mauna 2015) yang kepentingan, yaitu laut bebas (Windari 2009).
menyebutkan bahwa: Dari pembagian zonasi diatas, suatu
“Lahirnya konvensi Hukum Laut yang negara dalam hal ini negara pantai memiliki
baru ini merupakan hasil dari upaya kedaulatan penuh terhadap wilayah lautnya yaitu
masyarakat internasional selama 14 tahun, laut teritorial, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal
yaitu semenjak didirikannya Ad Hoc
2 UNCLOS 1982 yang berbunyi:
Committee bulan Desember 1967.
Konvensi baru tersebut juga merupakan “(1) The sovereignty of a coastal State
kemenangan bagi Negara-negara extends, beyond its land territory and
berkembang yang pada umumnya buat internal waters and, in the case of an
pertama kali betul-betul aktif archipelagiz State, its archipelagic
berpartisipasi dalam merumuskan waters, to an adjacent belt of sea,
berbagai ketentuan yang mencerminkan described as the territorial sea. (2) This
kepentingan mereka di bidang hukum laut sovereignty extends to the air space over
berbeda dengan Konferensi-konferensi the territorial sea as well as to its bed and
tahun 1958 dan 1960.” subsoil. (3) The sovereignty over the
territorial sea is exercised subject to this
Convention and to other rules of
Konvensi ini mulai diberlakukan sejak
international law”. Jika diterjemahkan
tahun 1994. Sampai tahun 2020, konvensi ini telah menjadi: (“(1) Kedaulatan suatu Negara
diratifikasi oleh 168 negara. UNCLOS 1982 pantai, selain wilayah daratan dan perairan
memuat delapan zonasi pengaturan (regime) pedalamannya, dan dalam hal suatu
hukum laut yaitu: 1. Perairan pedalaman (Internal Negara kepulauan dengan perairan
waters); 2. Perairan kepulauan (Archiplegic waters) kepulauannya, meliputi pula suatu jalur
termasuk kedalamnya selat yang digunakan untuk laut yang berbatasan dengannya yang
dinamakan laut territorial. (2) Kedaulatan
pelayaran internasional; 3. Laut teritorial ini meliputi ruang udara di atas laut serta
(Territorial waters); 4. Zona tambahan dasar laut dan lapisan tanah dibawahnya.
(Contiguous waters); 5. Zona ekonomi eksklusif (3) Kedaulatan atas laut teritorial
(Exclusive economyic zone); 6. Landas kontinen dilaksanakan dengan tunduk pada
(Continental shelf); 7; Laut lepas (High seas); dan Konvensi ini dan peraturan-peraturan
8. Kawasan dasar laut internasional (International lainnya dari hukum internasional”)
sea-bed area).
Pasal di atas mejelaskan bahwa kedaulatan Dapat disimpulkan bahwa Pasal 56 angka
negara pantai meliputi laut teritorial, termasuk huruf (a) UNCLOS 1982 memberikan hak kepada
ruang udara diatasnya dan dasar laut serta tanah di negara pantai berupa hak berdaulat (sovereign
bawahnya. Selain laut teritorial, terdapat wilayah rights) yang meliputi keperluan eksplorasi,
laut yang sangat menguntungkan terutama untuk eksploitasi, konservasi, pengelolaan sumber daya
negara pantai karena mendapatkan hak-hak alam baik hayati maupun non-hayati di wilayah
eksklusif atas wilayah perairan laut tersebut yaitu perairan laut ZEE tersebut. Selain itu, negara pantai
Zona Ekonomi Eksklusif yang kemudian disebut juga mempunyai yurisdiksi di ZEE sebagaimana
ZEE. Penjelasan mengenai pengertian ZEE dijelaskan pada pasal 56 angka 1 huruf (b)
terdapat pada Pasal 55 UNCLOS 1982 yang UNCLOS 1982 yang berbunyi:
berbunyi:
”jurisdiction as provided for in the
“The exclusive zone is an are beyond and
relevant provisions of thisConvention with
adjacent to the territorial sea, subject to regard to:
the specific legal regime established in (i) the establishment and use of artificial
this Part, under which the rights and islands, installations and structures;
jurisdiction of the coastal State and the (ii) marine scientific research;
rights and freedoms of others States are (iii) the protection and
governed by the relevant provisions of this preservation of the marine
environment”
Convention”. Jika diterjemahkan menjadi:
Jika diterjemahkan menjadi:
(“Zona ekonomi eksklusif adalah suatu (“Yurisdiksi sebagaimana ditentukan
daerah di luar dan berdampingan dengan dalam ketentuan yang relevan
laut territorial, yang tunduk pada rezim Konvensi ini berkenaan dengan :
khusus yang ditetapkan dalam Bab ini i. pembuatan dan pemakaian pulau
berdasarkan mana hak-hak dan yurisdiksi buatan, instalasi dan bangunan;
Negara pantai dan hak-hak serta ii. riset ilmiah kelautan;
iii. perlindungan dan pelestarian
kebebasan-kebebasan negara lain, diatur
lingkungan laut;”)
oleh ketentuan-ketentuan yang relevan Yurisdiksi yang didapatkan oleh negara
Konvensi ini”) pantai meliputi pembuatan dan pemakaian pulau
Berbeda dengan Laut teritorial, dalam buatan, instalasi dan bangunan (Pasal 60), riset
wilayah perairan laut ZEE, tidak berlaku konsep ilmiah kelautan (BAB XII), serta perlindungan dan
kedaulatan negara sebagaimana di laut teritorial, pelestarian laut (BAB XIII). Di dalam
hak yang didapatkan oleh suatu negara dalam hal melaksanakan hak-hak dan memenuhi
ini negara pantai adalah Hak berdaulat, kewajibannya dalam zona ekonomi eksklusif
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 56 angka 1 berdasarkan UNCLOS 1982, Negara Pantai harus
huruf (a) UNCLOS 1982 yang berbunyi: memperhatikan sebagaimana mestinya hak-hak dan
“sovereign rights for the purpose of kewajiban Negara lain dan harus bertindak dengan
exploring and exploiting, conserving and
suatu cara sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.
managing the natural resources, whether
living or non-living, of the waters Begitu juga sebaliknya, negara lain juga harus
superjacent to the seabed and of the menghormati hak-hak dan kewajiba negara pantai
seabed and its subsoil, and with regard to dalam ZEE dan harus mentaati peraturan
other activities for the economic perundang-undangan negara pantai yang sesuai
exploitation and exploration of the zone, dengan UNCLOS 1982. Adapun hak-hak dan
such as the production of energy from the kewajiban negara lain di ZEE sebagaimana Pasal
water, currents and winds;”. Jika
58 UNCLOS 1982 yang berbunyi:
diterjemahkan menjadi: (“Hak-hak
berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan “ 1. In the exclusive economic zone, all
eksploitasi, konservasi dan pengelolaan States, whether coastal or land-locked,
sumber kekayaan alam, baik hayati enjoy, subject to the relevant provisions of
maupun non-hayati, dari perairan di atas this Convention, the freedoms referred to
dasar laut dan tanah di bawahnya dan in article 87 of navigation and overflight
berkenaan dengan kegiatan lain untuk and of the laying of submarine cables and
keperluan eksplorasi dan eksploitasi pipelines, and other internationally lawful
ekonomi zona tersebut, seperti produksi uses of the sea related to these freedoms,
energi dari air, arus dan angin;”) such as those associated with the
operation of ships, aircraft and submarine negara pantai yang diberikan di wilayah ZEE
cables and pipelines, and compatible with negara pantai. Salah satu kasus yang sedang terjadi
the other provisions of this Convention. saat ini adalah konflik antara Cina dengan
2. Articles 88 to 115 and other pertinent
Indonesia di perairan Laut Natuna Utara.
rules of international law apply to the
exclusive economic zone in so far as they Laut Cina Selatan yang kemudian disebut
are not incompatible with this Part. LCS merupakan wilayah yang dikelilingi oleh
3. In exercising their rights and negara pantai yaitu Filipina, Vietnam, Kamboja,
performing their duties under this Thailand, Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam,
Convention in the exclusive economic Cina dan Taiwan (Noviryani 2016). LCS adalah
zone, States shall have due regard to the “Laut Mediterania” yang dikelilingi oleh daratan
rights and duties of the coastal State and
dari negara-negara ASEAN (kecuali Burma dan
shall comply with the laws and
regulations adopted by the coastal State in Laos), Taiwan dan Cina, yang masing-masing
accordance with the provisions of this memiliki klaim di LCS (Dieter-evers 2014). LCS
Convention and other rules of juga dikenal sebagai pusat sengketa wilayah dan
international law in so far as they are not laut yang terdiri dari banyak penuntut (Keyuan
incompatible with this Part.” 2017). Terdapat enam negara yang terlibat
langsung dalam sengketa di LCS yaitu Cina,
Jika diterjemahkan menjadi: Taiwan, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, dan
(“1. Di zona ekonomi eksklusif, semua Malaysia, masing-masing negara memiliki data
Negara, baik Negara berpantai atau tak
yang tumpang tindih untuk membuktikan klaimnya
berpantai, menikmati, dengan tunduk pada
ketentuan yang relevan Konvensi ini, (Dian Anggraini, Kusumawardhana, and
kebebasan kebebasan pelayaran dan Ramadhan 2018). Permasalahan lain yang
penerbangan, serta kebebasan meletakkan membuat LCS menjadi sorotan publik adalah klaim
kabel dan pipa bawah laut yang disebut wilayah kedaulatan yang dilakukan oleh Cina
dalam pasal 87 dan penggunaan laut lain terhadap LCS menggunakan peta yang dikeluarkan
yang sah menurut hukum internasional oleh Pemerintah Cina pada tahun 1947, yang
yang bertalian dengan kebebasan-
kebebasan ini, seperti penggunaan laut dikenal dengan istilah “nine-dashed line”
yang berkaitan dengan pengoperasian (Nainggolan 2013a). Kemudian muncul pernyataan
kapal, pesawat udara, dan kabel serta pipa perdana Menteri Cina Zhou Enlai pada tahun 1951
di bawah laut, dan sejalan dengan yang mendeklarasikan kedaulatannya atas
ketentuan-ketentuan lain Konvensi ini. kepulauan Paracel dan Spartley (Fravel 2011).
2. Pasal 88 sampai 115 dan ketentuan Pemerintah Cina mengeluarkan peta resmi
hukum internasional lain yang berlaku
yang dikenal dengan “dash line” atau “dotted line”
diterapkan bagi zona ekonomi eksklusif
sepanjang tidak bertentangan dengan Bab yang meliputi sebagian besar wilayah LCS, dalam
ini. beberapa dekade setelah dirilisnya peta tersebut,
3. Dalam melaksanakan hak-hak tidak ada negara yang protes (Zhang 2017).
memenuhi kewajibannya berdasarkan Sampai pada tahun 2009 ketika Cina menyerahkan
Konvensi ini di zona ekonomi eksklusif, peta kepada PBB yang didalamnya disertakan peta
Negara-negara harus memperhatikan nine-dash line sebagai wilayah kedaulatan Cina.
sebagaimana mestinya hak-hak dan
Peta tersebut tidak memenuhi standar internasional
kewajiban Negara pantai dan harus
mentaati peraturan perundang-undangan seperti pernyataan (Wiranto 2016) yang
yang ditetapkan oleh Negara pantai sesuai menyatakan bahwa:
dengan ketentuan Konvensi ini dan “Peta yang dibuat oleh Cina tersebut tidak
peraturan hukum internsional lainnya memenuhi standar peta internasional
sepanjang ketentuan tersebut tidak karena tidak ada tanggal penerbitan, tanpa
bertentangan dengan ketentuan Bab ini.”) Datum, tanpa koordinat, tanpa base point
Negara lain dalam menjalankan hak dan dan base lines, dan tanpa penjelasan
kewajibannya harus memperhatikan hak dan maksud dan tujuan penggambaran klaim
kewajiban negara pantai di ZEE dan harus mentaati tersebut, apakah berdasarkan klaim dari
pulau, laut, atau keduanya, serta tidak ada
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
penjelasan bagaimana menghubungkan
negara pantai yang tidak bertentangan dengan garis-garis putus tersebut.”
UNCLOS 1982. Dalam praktiknya, tidak semua Garis tersebut tidak stabil dengan
negara lain dalam ZEE menghormati hak-hak berubahnya yang semula dari sebelas menjadi
sembilan garis tanpa alasan jelas dan tidak Indonesia dan Cina mempunyai masalah
terdefinisi dengan baik karena tidak memiliki overlapping di LCS tepatnya di perairan sekitar
koordinat geografis spesifik dan tidak menjelaskan kepulauan Natuna (Shabrina 2017). Menjawab
bentuknya apabila semua garis tersebut permasalahan itu, Menteri Luar Negeri Indonesia,
dihubungkan (Tampi 2017). Letak geografis garis Retno Marsudi menegaskan bahwa (Idris 2020b) :
putus-putus (nine-dash line) pada peta-peta Cina “Indonesia tidak pernah akan mengakui
berbeda-beda. Namun, pada setiap versi, salah satu nine-dash line, klaim sepihak yang
dari garis putus-putus tersebut saling menyilang dilakukan oleh Cina. Karena tidak memiliki
alasan hukum yang diakui oleh hukum
dengan batas utara Kepulauan Natuna, sekitar 1400
internasional, terutama UNCLOS 1982.”
kilometer dari daratan Cina (Connelly 2017).
Hasil dari The South China Sea
Arbitration Award of July 2016 antara Sengketa
Filipina dengan Cina di kepulauan Spartly yang
menyatakan sebagai berikut:
“there is no legal basis for any Chinese
historic rights, or sovereign rights and
jurisdiction beyond those provided for in
the Convention, in the waters of the South
Gambar: Tumpang Tindih batas China Sea encompassed by the nine-dash
ZEE Indonesia dengan nine dash-line line”
Cina. Sumber: (Arsana and Susilo 2018) Bahwa Pengadilan menyimpulkan tidak
Natuna merupakan salah satu kabupaten di ada basis hukum bagi Cina dalam mengklaim hak-
Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Natuna hak sejarahnya untuk mengambil sumber daya
merupakan kepulauan paling utara di selat alam di wilayah laut yang masuk dalam nine-dash
Karimata. Wilayah perairan laut Natuna ini line memperkuat posisi Indonesia bahwa tidak ada
merupakan wilayah yang berbatasan langsung batas maritim Indonesia dengan Cina di Kawasan
dengan negara-negara tetangga, di sebelah utara, LCS. Dengan kata lain, overlapping atau tumpang
Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, tindih klaim dengan Cina di Natuna tidak ada
di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan kekuatan hukumnya.
Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Sengketa Natuna bisa dilihat pada Juni
Riau dan di bagian timur dengan Malaysia Timur 2010, ketika kapal patroli Indonesia yang
dan Kalimantan Barat (Kab.Natuna 2021). menangkap kapal nelayan Cina yang diduga telah
Letak Natuna berada pada jalur pelayaran mencuri ikan di dekat pulau Natuna. kemudian oleh
internasional yang dikenal kaya akan sumber daya kapal penegak hukum Cina yaitu Yuzheng 311
minyak dan gas. Indonesia memiliki cadangan gas memaksa kapal patroli Indonesia untuk melepaskan
bumi mencapai 144,06 triliun kaki kubik (TKK), kapal nelayan Cina yang ditahan dengan
terdiri dari cadangan terbukti (P1) sebesar 101,22 mengarahkan senapan mesin kaliber besar ke kapal
triliun standar kaki kubik (TSKK) dan cadangan patroli Indonesia (Shimbun 2010). Hal serupa
potensial (P2) 42,84 triliun standar kaki kubik terjadi pada Maret 2013, di 105 km timur laut
(TSKK), dan Cadangan gas terbesar di Indonesia Pulau Natuna ketika kapal Hiu Macan 001 dari
berada di Natuna tepatnya berada di Blok East Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia
Natuna 49,87 TKK, besarnya kandungan gas alam yang berupaya menahan kapal-kapal nelayan Cina
di Natuna tersebut membuatnya disebut sebagai dipaksa oleh Yuzheng 310 yang dilengkapi dengan
cadangan gas terbesar di Asia Pasifik (Idris 2020a). persenjataan lengkap untuk membebaskan kapal-
Sumber daya alam yang besar di wilayah perairan kapal nelayan Cina tersebut (Bentley 2013). Begitu
laut Natuna ini menyebabkan ambisi Cina dalam juga pada Maret 2016, ketika kapal pengawas
mengklaim wilayah-wilayah di LCS berimbas pada pantai Cina menabrak dan mencegah kapal nelayan
ZEE Indonesia. Cina yang sedang ditarik oleh kapal Indonesia
Cina mengklaim wilayah perairan laut (Supriyatno 2016).
Natuna sebagai wilayah penangkapan tradisional Natuna kembali menjadi sorotan publik
(traditional fishing ground), dan Menteri Luar dengan beredarnya video pencurian ikan atau
Negeri Cina melalui juru bicaranya pada tanggal 17 illegal fishing di perairan Natuna Utara pada 23
Juni 2016 menegaskan secara resmi bahwa Desember 2019 yang direkam oleh nelayan
bernama Dedek Ardiansyah. Direktur Operasi Laut
Bakamla Nursyawal Embun mengatakan pada hari Gambar: forward position. Sumber: (Arsana
itu terdapat kapal China Coast Guard menjaga and Susilo 2018)
beberapa kapal nelayan yang masuk ke ZEE Berdasarkan gambar diatas, garis
Indonesia, dan ketika kapal KM Tanjung Datu 301 berwarna merah adalah forward position atau klaim
milik Bakamla mengusir kapal-kapal tersebut, batas ZEE Indonesia di Kawasan LCS yang berada
pihak Cina menolak dengan alas an bahwa mereka pada sekitar kepulauan Natuna. Forward position
berada di wilayah perairan miliknya (Persada batas maritime merupakan klaim maksimal suatu
2019). negara pada batas maritimnya. Klaim batas ZEE
Pada 30 Desember 2019, Pemerintah Indonesia di Kawasan LCS telah secara optimal
Indonesia mengajukan Nota protes atas mengikuti kaidah-kaidah yang ditetapkan dalam
pelanggaran ZEE, termasuk kegiatan penangkapan aturan hukum internasional terutama UNCLOS
ilegal dan pelanggaran kedaulatan oleh penjaga 1982. Oleh karena itu, klaim batas ZEE Indonesia
pantai Cina di perairan Natuna. Kementerian Luar di Kawasan LCS mempunyai basis hukum yang
Negeri Indonesia bahkan telah memanggil Duta kuat untuk dipertahankan jika terjadi perselisihan
Besar Cina untuk Indonesia untuk menyampaikan (Arsana and Susilo 2018).
protes kerasnya. Dalam konferensi pers pada 2 Cina tidak merasa melakukan pelanggaran
Januari 2020, pihak Cina menjawab dengan alasan hukum internasional terhadap wilayah ZEE
yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya, melalui Indonesia karena Cina tetap menganggap wilayah
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng tersebut adalah wilayah traditional fishing ground
Shuang yang menegaskan bahwa negaranya tidak Cina dengan dasar peta nine-dash line. Di sisi lain,
melanggar hukum internasional yang ditetapkan Pemerintah Indonesia tidak mengakui nine dash
UNCLOS 1982 karena perairan Natuna termasuk line klaim sepihak yang dilakukan Cina karena
dalam nine-dash line China (Ariesta 2020). wilayah ZEE Indonesia sudah ditetapkan
Masuknya kapal nelayan Cina yang berdasarkan UNCLOS 1982. Jadi, yang
didampingi oleh kapal China Coast Guard yang dipermasalahkan oleh Pemerintah Indonesia adalah
merupakan kapal dibawah naungan Militer Cina ke Bukan Kedaulatan Negara, melainkan Hak
dalam wilayah perairan laut Natuna dapat Berdaulat di wilayah ZEE Indonesia yang
mengganggu keamanan serta hak-hak yang seharusnya menjadi hak pemerintahan Indonesia,
seharusnya diperoleh Indonesia. Indonesia namun kapal nelayan Cina diduga telah
memiliki kepentingan atas yuridiksi di wilayah mengambil ikan-ikan yang ada di wilayah perairan
perairan laut Natuna Utara yang mana batas laut Natuna Utara. Oleh karena itu permasalahan
maritim perairan tersebut beririsan dengan klaim ini harus segera diselesaikan karena hal ini dinilai
nine-dash line oleh Cina. Kepentingan Indonesia penting agar hubungan bilateral kedua negara tetap
yang dimaksud adalah kepemilikan atas wilayah berjalan dengan baik dan saling memberikan
perairan laut ZEE beserta hak-hak yang dimiliki keuntungan.
dan landas kontinen di laut utara Kepulauan Natuna Berdasarkan latar belakang yang telah
dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 37 dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan perumusan masalah sebagai berikut:
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar 1. Bagaimana perspektif dalam Hukum Laut
Koordinat Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Internasional mengenai kapal China Coast Guard
Indonesia. Produk hukum peraturan pemerintah (CCG) yang mendampingi kapal nelayan Cina di
tersebut sudah didepositkan pada Sekertaris Jendral wilayah perairan laut Natuna Utara?
PBB untuk dipublikasikan secara resmi dan 2. Bagaimana bentuk penyelesaian sengketa
mendapatkan respon dari negara-negara, khususnya yang dapat diberikan terhadap konflik Cina dengan
negara yang bertetangga dengan Indonesia. Indonesia di wilayah perairan laut Natuna Utara
menurut Hukum Laut Internasional?

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian hukum normatif atau
legal research sebagaimana pernyataan (Diantha
2016a) yang menyatakan bahwa penelitian adalah
penemuan kembali secara teliti dan cermat bahan indentifikasi fakta hukum dan mengeliminasi hal-
hukum atau data hukum untuk memecahkan hal yang tidak relevan, memecahkan isu hukum
permasalahan Hukum. Tujuan dari penelitian yang terlah teridentifikasi dengan menggunakan
hukum yuridis normatif untuk memberikan pendekatan yang telah ditentukan, kemudian
argumentasi terkait adanya kekosongan hukum, menjawab isu hukum yang telah diajukan tersebut
kekaburan hukum, atau konflik norma. Penelitian menyimpulkan hasil yang didapatkan.
ini menggunakan pendekatan perundang-undangan
(statute approach), pendekatan konseptual atau HASIL DAN PEMBAHASAN
conseptual approach. 1. Perspektif Dalam Hukum Laut Internasional
Penelitian ini bermula dari pengumpulan Mengenai Kapal China Coast Guard (CCG)
bahan-bahan hukum primer maupun sekunder. Yang Mendampingi Kapal Nelayan Cina Di
Bahan hukum primer memuat otoritas hukum yang Wilayah Perairan Laut Natuna Utara
ditetapkan oleh suatu cabang kekuasaan dari
a.. Peristiwa Hukum
pemerintahan, meliputi undang-undang yang dibuat
oleh parlemen, putusan pengadilan, serta peraturan Penamaan Laut Natuna Utara merupakan
eksekutif/administratif (Diantha 2016b). Bahan pergantian nama dari Laut Cina Selatan yang
hukum primer dalam penelitian ini adalah Charter dilakukan oleh Pemerintah Indonesa sejak tahun
of the United Nations and Statue of The 2017 yang didaftarkan pada International
International Court of Justice, Declaration on The Hydrographic Organization. Hal ini dilakukan
Conduct of Parties in The South China Sea 2002, sebagai peringatan halus dari Pemerintah
United Nation Convention on the Law of the Sea Indonesia kepada Cina atas klaimnya terhadap
1982, The South China Sea Arbitration Award of wilayah Laut Cina Selatan, dan secara tidak
12 July 2016, Treaty of Amity and COOperation langsung menyiratkan bahwa Indonesia secara
1976, ASEAN Declaration on the South China Sea, tegas menolak Nine Dash Line yang diklaim
Manila 22 Juli 1992. Sedangkan bahan hukum secara sepihak oleh Cina (Andryanto 2021).
sekunder adalah bahan-bahan hukum yang tidak Inti permasalahan antara Cina dan Indonesia
resmi sehingga bahan hukum sekunder dari adalah perbedaan dasar klaim yang berakibat pada
penelitian ini adalah buku teks oleh para ahli aktivitas perikanan maupun eksplorasi sumber daya
hukum, buku-buku teks (textbook) hukum yang alam yang menimbulkan konflik berkelanjutan.
berkaitan dengan hukum Laut atau Hukum Laut Aktivitas perikanan yang dimaksud ialah
Internasional, Hukum penyelesaian sengketa dan penangkap ikan secara illegal (unreported
hukum internasional itu sendiri, jurnal-jurnal unregulated fishing) yaitu tidak meminta ijin
hukum terkait dengan Hukum Laut Internasional memasuki wilayah negara pantai dengan
terutama yang menuju pada pembahasan tentang mematikan radar kapal, pengawalan kapal nelayan
konsep Hak Berdaulat dalam ZEE, pendapat para Cina oleh kapal penjaga pantai Cina atau China
sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, jurnal Coast Guard (CCG) dalam mengambil ikan,
dan skripsi yang berkaitan dengan topik penelitian pengambilan ikan dengan cara yang dilarang dalam
ini. hukum laut internasional yang dapat merusak
Teknik pengumpulan bahan hukum yang ekologi laut, maupun manuver yang dilakukan
dipakai oleh peneliti yaitu studi pustaka dengan China Coast Guard yang dapat membahayakan
membaca, mengidentifikasi peraturan-peraturan, nelayan lokal di ZEE Indonesia.
konvensi dan kebiasaan yang sesuai dengan Meskipun Cina telah meratifikasi UNCLOS
permasalahan yang diangkat, sejarah pengaturan 1982, namun Cina tidak pernah benar-benar
dan penyelesaian kasus-kasus sejenis, dan buku- mendasarkan klaim Laut Cina Selatan berdasarkan
buku hukum. Data tersebut kemudian dianalisis dan kesepakatan internasional itu. Cina
dirumuskan sebagai data penunjang di dalam mendeklarasikan konsep nine dash line berdasarkan
penelitian ini. Teknik analisis dalam penelitian ini alasan historis dan berdalih Laut Natuna Utara
dengan menyusun data dari bahan hukum primer bersinggungan dengan konsep nine dash line ini.
dan sekunder secara sistematis dan kemudian Sedangkan, Indonesia tetap berpegang teguh
substansinya dianalisis untuk memperoleh jawaban dengan aturan hukum laut internasional yang diatur
tentang pokok permasalahan yang akan dibahas dalam UNCLOS 1982.
dalam penelitian ini. Kemudian melakukan
Sengketa Natuna bisa dilihat pada Juni keberadaan kapal asing. Selain itu, terdapat insiden
2010, ketika kapal patroli Indonesia yang dimana kapal Coast Guard China membayangi KRI
menangkap kapal nelayan Cina yang diduga telah Usman Harun 359 dengan menggunakan lampu
mencuri ikan di dekat pulau Natuna. Kemudian sorot saat melakukan patroli keamanan laut dan
oleh kapal penegak hukum Cina yaitu Yuzheng 311 mendekati kapal nelayan China yang menangkap
memaksa kapal patroli Indonesia untuk melepaskan ikan menggunakan pukat. Hal serupa Kembali
kapal nelayan Cina yang ditahan dengan terulang pada saat adanya peristiwa dimana adanya
mengarahkan senapan mesin kaliber besar ke Illegal Fishing yang dilakukan oleh Kapal KM
kapal patroli Indonesia (Shimbun 2010). Hal Kway Fey 10078 di Laut Natuna Utara yang
serupa terjadi pada Maret 2013, di 105 km timur membuat Kementerian Kelautan Perikanan
laut Pulau Natuna ketika kapal Hiu Macan 001 Indonesia dan Kementerian Indonesia memanggil
dari Kementerian Kelautan dan Perikanan duta besar China untuk menyampaikan nota protes.
Indonesia yang berupaya menahan kapal-kapal Pada 30 Desember 2019, Pemerintah
nelayan Cina dipaksa oleh Yuzheng 310 yang Indonesia mengajukan Nota protes atas
dilengkapi dengan persenjataan lengkap untuk pelanggaran ZEE, termasuk kegiatan
membebaskan kapal-kapal nelayan Cina tersebut penangkapan ilegal dan pelanggaran kedaulatan
(Bentley 2013). Begitu juga pada Maret 2016, oleh penjaga pantai Cina di perairan Natuna.
ketika kapal pengawas pantai Cina menabrak dan Kementerian Luar Negeri Indonesia bahkan
mencegah kapal nelayan Cina yang sedang ditarik telah memanggil Duta Besar Cina untuk
oleh kapal Indonesia (Supriyatno 2016). Indonesia untuk menyampaikan protes kerasnya.
Natuna Kembali menjadi sorotan publik Dalam konferensi pers pada 2 Januari 2020, pihak
dengan beredarnya video pencurian ikan atau Cina menjawab dengan alasan yang sabma seperti
illegal fishing di perairan Natuna Utara pada 23 tahun-tahun sebelumnya, melalui Juru Bicara
Desember 2019 yang direkam oleh nelayan Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang yang
bernama Dedek Ardiansyah. Direktur Operasi menegaskan bahwa negaranya tidak melanggar
Laut Bakamla Nursyawal Embun mengatakan hukum internasional yang ditetapkan UNCLOS
pada hari itu terdapat kapal China Coast Guard 1982 karena perairan Natuna termasuk dalam nine-
(CCG) menjaga beberapa kapal nelayan yang dash line Cina (Ariesta 2020).
masuk ke ZEE Indonesia, dan ketika kapal KM Garis tersebut tidak stabil dengan
Tanjung Datu 301 milik Bakamla mengusir kapal- berubahnya yang semula dari sebelas menjadi
kapal tersebut, pihak Cina menolak dengan alasan Sembilan garis tanpa alasan jelas dan tidak
bahwa mereka berada di wilayah perairan terdefinisi dengan baik karena tidak memiliki
miliknya (Persada 2019). Terdapat beberapa koordinasi geografis spesifik dan tidak menjelaskan
peristiwa kapal nelayan China yang disertai dengan bentuknua apabila semua garis tersebut
pengawalan oleh kapal China Coast Guard, Tidak dihubungkan (Tampi 2017). Letak geografis garis
jarang juga nelayan Indonesia yang sedang mencari putus-putus (nine-dash line) pada peta-peta Cina
ikan di Natuna mendapatkan intimidasi dari kapal berbeda-beda. Namun, di setiap versi, salah satu
China Coast Guard saat melakukan penangkapan dari garis putus-putus tersebut saling menyilang
ikan di wilayah Laut Natuna Utara yang merupakan dengan batas utara Kepulauan Natuna, sekitar 1400
yurisdiksi dan hak berdaulat dari Indonesia karena kilometer dari daratan Cina (Connelly 2017).
berada di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif milik Peristiwa berikutnya di bulan Agustus 2021
Indonesia. akhir, yaitu kapal survei atau kapal riset Cina yaitu
Pada 18 Desember 2019, Kapal yang Haiyang Dizgi Shihao 10, terpantau beroperasi di
mencari ikan milik Nelayan Indonesia dan 7 awak Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia
kapal lainnya di kejar oleh dua kapal nelayan asing (Maulana 2022). Kapal ini terpantau melintas
di Laut Natuna. Sementara itu di sekitar banyak secara zig-zag sejak tanggal 2-27 September 2021
menyala lampu jauh dari beberapa kapal asing yang dan diduga melakukan riset bawah laut di wilayah
melakukan pencurian ikan di saat bersamaan perairan Natuna Utara yang mengandung cadangan
dengan kejadian tersebut. Tak jarang kapal-kapal minyak dan gas paling besar di Indonesia serta
asing juga merusak alat tangkap ikan milik nelayan mengandung potensi perikanan yang tinggi.
Indonesia (Lumbanrau 2020). Nelayan Indonesia di Pada bulan Desember 2021, China meminta
Natuna merasa terusir dan terancam dengan Indonesia untuk menghentikan pengeboran minyak
di Laut Natuna Utara yang diklaim Cina Cina mengklaim kawasan Laut Cina
merupakan teritorinya di Laut Cina Selatan yang Selatan sebagai kepemilikikannya. Kemudian
membuat hubungan kedua negara ini kembali Pemerintah Cina mengklaim telah
menegang. Peristiwa terbaru terkait masuknya mengeluarkan peta yang merinci kedaulatan
kapal Cina yang melintasi Laut Natuna Utara dan Cina atas Laut Cina Selatan pada tahun 1947,
melakukan manuver di sekitar kapal nelayan yang dikenal dengan istilah Nine Dash Line
setempat di bulan Juli hingga September 2022 lalu (Nainggolan 2013b). Pengertian nine dash
(BBC News 2021). Kapal China Coast Guard line adalah peta territorial yang
dengan nomor 5403 terpantau keluar masuk membubuhkan sembilan garis putus-putus
wilayah perairan ZEE Indonesia yang terdeteksi sebagai penanda atau batas pemisah imajiner
oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI). yang digunakan pemerintah Cina untuk
Kapal China Coast Guard sempat berpapasan mengklaim sebagian besar yakni 90%
dengan kapal Nelayan Natuna dan melakukan wilayah Laut Cina Selatan (Agusman 2016).
manuver lingkaran putar pada tanggal 8 September
2022. Tindakan ini merugikan keselamatan kapal
nelayan lokal di ZEE Indonesia dan disinyalir telah
melanggar kewajiban sesuai dengan Pasal 58 (3)
UNCLOS 1982.

b. Status Hukum Laut Cina Selatan

Berdasarkan pendapat dari Biro Hidrogafis Gambar: Peta nine dash line China yang
Internasional (The International Hydrograpic bersinggungan dengan Laut Natuna Utara.
Bureu) Laut Cina Selatan merupakan wilayah (Sumber: Kompasiana)
perairan yang membentang panjang dari arah barat
daya menuju ke arah timur laut berbatasan dengan Gambar di atas menunjukan titik imajiner
3 derajat antara Kalimantan dan Sumatera dan dari peta nine dash line yang bersingunggan
Taiwan menuju ke arah pantai Fukien, China. dengan Laut Natuna Utara. Berkaitan dengan
Adanya begitu banyak potensi sumber daya di Laut adanya klaim Cina di Kawasan Natuna yang
Natuna terutama yang bernilai ekonomi membuat merupakan Zona Ekonomi Ekslusif
wilayah ini menjadi perebutan banyak negara untuk Indonesia, Cina melakukan klaim sepihak atas
mengajukan klaim atas kepemilikan dan kepemilikan dan pengelolaan Laut Natuna
pemanfaatan wilayah Laut Natuna Utara. Utara yang dianggap bagian dari Laut Cina
Kepemilikan Laut Natuna Utara pada dasarnya Selatan sehingga melakukan beberapa
jika ditinjau dari Konvensi Hukum Laut adalah tindakan penangkapan ikan secara illegal di
termasuk di dalam wilayah kedaulatan milik wilayah Natuna Utara yang di anggap masih
Indonesia. Indonesia sebagai negara Non-Claimant termasuk ke dalam wilayah Tradisional
memegang teguh ketentuan di dalam UNCLOS Fishing Ground milik Cina.
mengenai Zona Ekonomi Eksklusif dan tidak Cina mengklaim wilayah perairan Laut
diakuinya klaim Nine-dash-line ataupun klaim atas Natuna sebagai wilayah penangkapan
sejarah wilayah Traditional Fishing Ground. tradisional (traditional fishing ground), dan
Beberapa ahli menyatakan bahwa garis Menteri Luar Negeri Cina melalui juru
demarkasi yang di klaim oleh pihak China tidak bicaranya pada tanggal 17 Juni 2016
berkelanjutan dan tidak ada peta yang secara jelas menegaskan secara resmi bahwa Indonesia
menjelaskan bagaimana bentuk garis tersebut. Oleh dan Cina mempunyai masalah overlapping
karena itu Nine dash line tidak bisa dijadikan di Laut Cina Selatan tepatnya di perairan
sebagai dasaran klaim atas kepemilikan dan sekitar kepulauan Natuna (Shabrina 2017).
penguasaan wilayah laut karena ketentuan di dalam Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina
hukum laut internasional tidak ada yang mengatur mengatakan, kapal Cina yang ditangkap oleh
tentang Nine dash line seperti apa yang dikemukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
oleh China (Admin Staff Hukum UNAIR 2020). sedang melakukan “normal activity” di
• Cina wilayah “traditional fisihing ground”.
(Darmawan 2020)
Sejak tahun 2015, China telah aktif Menurut Kementerian Luar Negeri
melakukan klaim atas kepemilikan dan Indonesia, klaim Cina atas Natuna telah
penguasaan di laut Natuna Utara atas dasar melanggar ZEE Indonesia dan posisi perairan
Nine dash line dari laut China Selatan yang di Natuna sangat jauh dari Cina bahkan Natuna
anggap lokasi nya tumpang tindih dengan justru berdekatan dengan batas Vietnam dan
Laut Natuna Utara milik Indonesia yang Malaysia Sehingga tidak masuk akal jika Cina
termasuk ke dalam zona ekonomi ekslusif mengklaim perairan Natuna masuk dalam
milik Indonesia. Berdasarkan latas belakang wilayahnya (Amadea 2021). Kementerian
historis, nine dash line telah ada sejak abad 2 Luar Negeri Indonesia bahkan telah
SM. Berdasarkan pernyataan dari China pulau memanggil Duta Besar Cina untuk Indonesia
dan wilayah Laut Cina Selatan ditemukan untuk menyampaikan protes kerasnya.
pendahulu Cina beserta beberapa pulau-pulau Meskipun pihak Cina menjawab dengan
seperti Pulau Paracel (Pulau Hainan) dan alasan yang sama seperti tahun-tahun
keberadaannya berasal dari Dinasti Han sejak sebelumnya, melalui Juru Bicara Kementerian
abad ke-2 SM. Pada abad ke-12 SM pulau- Luar Negeri Cina Geng Shuang yang
pulau dan wilayah laut Laut Cina Selatan menegaskan bahwa negaranya tidak
dimasukkan oleh negara Cina pada peta melanggar hukum internasional yang
wilayah Cina oleh Dinasti Yuan (Rosana ditetapkan UNCLOS 1982 karena perairan
2021). Natuna termasuk dalam nine-dash line Cina
Kemudian pada abad ke-13 SM Cina (Ariesta 2020).
mempercayai Sembilan garis putus-putus Masuknya kapal nelayan Cina
karena itu diperkuat oleh Dinasti Ming dan didampingi kapal pengawas pantai Cina ke
Dinasti Qing pada abad ke-13 SM. Kemudian perairan Laut Natuna dapat mengganggu
pada tahun 1947, Cina membuat peta Laut keamaanan serta hak-hak yang seharusnya
Cina Selatan dengan sembilan garis putus- diperoleh Indonesia. Indonesia memiliki
putus membentuk huruf U, dan menyatakan kepentingan atas yurisdiksi di wilayah Laut
bahwa semua wilayah yang berada di dalam Natuna yang diklaim sebagai nine-dash line
garis merah putus-putus tersebut adalah oleh Cina. Pemerintah Indonesia tidak
wilayah Cina. Hingga akhir 2013 klaim Cina mengakui nine dash line klaim sepihak yang
tersebut masih belum berubah. Bahkan klaim dilakukan Cina karena wilayah ZEE
tersebut diwujudkan dengan bentuk tidak Indonesia sudah ditetapkan berdasarkan
hanya politik, namun juga militer dan UNCLOS 1982. Jadi, yang dipermasalahkan
pemanfaatan sumber daya alam. Cina oleh Pemerintah Indonesia adalah Bukan
seringkali melakukan patroli di perairan Kedaulatan Negara, melainkan Hak Berdaulat
Natuna Utara dan bahkan menempatkan di wilayah ZEE Indonesia yang seharusnya
peralatan pengeboran di beberapa titik di Laut menjadi hak pemerintahan Indonesia, namun
Cina Selatan. kapal nelayan Cina diduga telah mengambil
ikan-ikan yang ada di wilayah perairan laut
• Indonesia Natuna Utara.
Pada 18 Mei 1956, Pemerintah Indonesia Indonesia di dalam menghadapi sengketa
mendaftarkan secara resmi Kepulauan Natuna Laut Natuna Utara teguh terhadap pemikiran
sebagai wilayah kedaulatan Indonesia ke bahwa Laut Natuna Utara yang diklaim
Perserikatan Bangsa-bangsa. Indonesia telah sepihak oleh China tersebut sah milik
menetapkan batas-batas ZEE sesuai dengan Indoensia (Azhari 2018). Indonesia berhak
hukum laut internasional yang berlaku. untuk menegakkan hukum di wilayah yang
Indonesia telah mengklaim ZEE sejak 1983 merupakan hak berdaulat. Indonesia juga
melalui UU No 5 Tahun 1983 tentang Zona secara tegas menolak klaim historis China
Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan tidak pernah atas Laut Natuna yang merupakan bagian dari
ada keberatan dari Cina akan hal itu. Karena zona Ekonomi Ekslusif Indonesia.
itu, berdasarkan hukum internasional, Cina Meskipun bukan sebagai negara yang
telah mengakui klaim Indonesia atas ZEE- memiliki klaim pada Laut Cina Selatan,
nya. Indonesia memiliki beberapa kepentingan di
Laut Cina Selatan. Kepentingan yang pertama menyangkut wilayah laut internasional dapat
adalah kepemilikan atas Laut Natuna Utara diselesaikan menggunakan aturan yang termuat di
yang merupakan wilayah perairan laut ZEE dalam Konvensi Hukum Laut Internasional
beserta hak-hak yang dimiliki dan landas sebagai Konvensi yang mengatur mengenai
kontinen di laut utara Kepulauan Natuna berbagai hal yang menyangkut laut internasional
dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 37 baik pemanfaatan, zona laut, permasalahan hukum
Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan hingga penyelesaian sengketa (Kurniaty 2018).
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Berkaitan dengan adanya klaim China di Kawasan
Daftar Koordinat Titik-Titik Garis Pangkal Natuna yang merupakan Zona Ekonomi Ekslusif
Kepulauan Indonesia. Produk hukum Indonesia, China melakukan klaim sepihak atas
peraturan pemerintah tersebut sudah kepemilikan dan pengelolaan Laut Natuna Utara
didepositkan pada Sekertaris Jendral PBB yang dianggap bagian dari Laut China Selatan
untuk dipublikasikan secara resmi dan sehingga melakukan beberapa tindakan
mendapatkan respon dari negara-negara, penangkapan ikan secara illegal di wilayah Natuna
khususnya negara yang bertetangga dengan Utara yang di anggap masih termasuk ke dalam
Indonesia wilayah Tradisional Fishing Ground milik China.
Kepentingan Indonesia yang kedua di Keterlibatan Indonesia dalam sengketa
Natuna, menurut (Tri Andika and Nur Aisyah Laut China Selatan tidak terlepas dengan adanya
2017) yaitu menjaga stabilitas regional Asia klaim tumpang tindih atas zona ekonomi ekslusif.
Tenggara. Jika kawasan Asia Tenggara tidak Indonesia di dalam menghadapi sengketa Laut
aman, maka akan membawa pengaruh untuk Natuna Utara teguh terhadap pemikiran bahwa
negara-negara yang berada di kawasan Asia Laut Natuna Utara yang di Klaim sepihak oleh
Tenggara, termasuk Indonesia. Pada era Cina tersebut sah milik Indoensia (Azhari 2018).
Presiden Joko Widodo, meski orientasi politik Indonesia berhak untuk menegakkan hukum di
luar negerinya adalah inward looking, namun wilayah yang merupakan hak berdaulat. Indonesia
strategi Indonesia terhadap sengketa Laut juga secara tegas menolak klaim historis Cina atas
Cina Selatan tetap menekankan pada Laut Natuna yang merupakan bagian dari zona
pendekatan aktor diplomasi aktif yang Ekonomi Ekslusif Indonesia.
mencari penyelesaian damai untuk Cina dalam menghadapi konflik ini
menghindari persengketaan yang lebih luas. berpegang teguh pada keyakinannya atas konsep
Hal ini demi melindungi kepentingan- nine dash line yang merupakan Sembilan garis
kepentingannya sendiri di sekitar Kepulauan imaginer dan dasar historis (Daulay 2021).
Natuna Sedangkan apabila ditinjau dari ketentuan hukum
Kepentingan ketiga adalah menjaga internasional keberadaan garis imaginer atau nine
integritas hukum UNCLOS 1982 sebagai dash line ini tidak diakui konsepnya begitu pula
sumber hukum utama hukum laut dengan konsep sejarah yang dideklarasikan oleh
internasional. Pada Juli 2010 Indonesia China di dalam mempertahankan klaimnya atas
menulis dalam catatan verbal kepada kepemilikan dan penguasaan Laut Cina Selatan.
Seketaris Jendral Persikatan Bangsa-Bangsa Namun, Indonesia di dalam memandang klaim
(PBB) bahwa klaim China tentang sembilan tersebut tetap teguh dalam mempertahankan posisi
garis putus-putus, “tidak memiliki basis nya sebagai “Non-Claimant” di dalam sengketa di
hukum internasional” (Connelly 2017) Laut Natuna Utara (Sulistyani 2021). Klaim Cina
Menurut hukum internasional klaim China di ini pastinya akan meengganggu kegiatan
Laut China Selatan tidak memiliki dasar penegakan kedaulatan Indonesia di laut khususnya
hukum yang kuat. Itu sebabnya, untuk Zona Ekonomi eksklusif milik Indonesia.
mempertegas kepemilikan Indonesia di Cina seringkali melakukan beberapa
Natuna, komitmen Indonesia terhadap aktivitas perikanan di wilayah Laut Natuna Utara
UNCLOS menjadi prioritas. seperti penangkapan ikan secara illegal yang
bertentangan dengan ketentuan yang termuat di
c. Perspektif Hukum Laut Internasional dalam Konvensi Hukum Laut Internasional atau
Berdasarkan perspektif hukum UNCLOS 1982 yang termuat di dalam Pasal 73
internasional, penyelesaian sengketa yang aturan (1) mengenai tentang penegakan peraturan
perundang-undangan negara pantai yang yang diperkenankan atas dasar hak penangkap ikan
menyatakan sebagai berikut ini : di wilayah Traditional Fishing Ground dan tidak
“ The coastal State may, in the exercise of melanggar ketentuan hukum internasional.
its sovereign rights to explore, exploit, Menurut pernyataan dari Jose Manuel
conserve and manage the living resources Sobrino dan Marta Sobrido, terdapat dasar-dasar
in the exclusive economic zone, take such agar hak Traditional Fishing dapat diakui secagai
measures, including boarding, inspection, kegiatan turun temurun dan berkelanjutan, sebagai
arrest and judicial proceedings, as may be berikut :
necessary to ensure compliance with the “Traditional Fishing Ground telah
laws and regulations adopted by it in memberikan izin antara coastal state dengan
conformity with this Convention.” negara penerima hak untuk menentukan
Ketentuan yang termuat di atas apabila tempat dan daerah pemancingan ikan,
diterjemahkan sebagai berikut ini: fleksibilitas penangkapan ikan tanpa
“Negara pantai dapat, dalam melaksanakan dihalangi oleh otoritas coastal state dan
hak berdaulatnya untuk melakukan kesempatan-kesempatan lain yang
eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan diperbolehkan antara kedua negara.”
pengelolaan sumber kekayaan hayati di zona (Sobrino 2017)
ekonomi eksklusif mengambil tindakan Berdasarkan ketentuan yang termuat di atas
demikian, termasuk menaiki kapal, maka diketahui bahwa Prinsip dan pandangan Cina
memeriksa, menangkap dan melakukan di dalam melakukan Traditional Fishing Ground
proses peradilan, sebagaimana diperlukan adalah Nine dash line atau sembilan garis putus
untuk menjamin ditaatinya peraturan atas dasar sejarah. Cina pun tidak pernah mengakui
perundang-undangan yang ditetapkannya bahwa wilayah Laut Natuna Utara adalah ZEE di
sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.” hadapan Indonesia, karena hal tersebut apabila
Berdasarkan ketentuan tersebut maka, dilakukan oleh Cina maka menimbulkan
Indonesia diperkenankan untuk melakukan pemahaman jika Cina sepakat untuk mengakui
tindakan yang dijadikan bagian dari penegakan ketentuan dari UNCLOS 1982.
hukum terhadap pelanggaran di Zona Ekonomi Pada tanggal 12 Juli 2016 telah diputuskan
Ekslusif Indonesia. Penegakan hukum dilakukan oleh Mahkamah Arbitrase Permanen Den Haag
sebagai suatu upaya mempertahankan kedaulatan bahwa Cina tidak memiliki dasar hukum untuk
negara. Apabila terdapat kapal asing yang mengklaim semua perairan yang termasuk dalam
melakukan tindak pelanggaran di Wilayah Zona nine dash line hingga ketiga negara tersebut.
Ekonomi Ekslusif Indonesia. Berdasarkan aturan Pasal 51 dalam UNCLOS 1982
Lokasi Laut Natuna Utara berhadapan tentang Perjanjian yang berlaku, hak perikanan
langsung dengan laut bebas dan negara-negara lain tradisional dan kabel laut yang menyatakan harus
dengan sumber daya laut yang melimpah. Pada 18 adanya perjanjian antar negara yang bersangkutan
Mei 1956, Pemerintah Indonesia mendaftarkan di dalam menerapkan hak penangkapan ikan secara
secara resmi Kepulauan Natuna sebagai wilayah tradisional berdasarkan ketentuan hukum
kedaulatan Indonesia ke Perserikatan Bangsa- internasional. Ketentuan tersebut sebagai berikut :
bangsa. Adanya kelemahan dari klaim Cina adalah “Without prejudice to article 49, an
garis demarkasi yang tidak mencakup dan archipelagic State shall respect existing
membuktikan seperti apa titik koordinat dari Nine- agreements with other States and shall
Dash Line yang termuat dalam peta manapun dan recognize traditional fishing rights and
tidak adanya penjelasan dari pihak Cina mengenai other legitimate activities of the immediately
klaim atas sembilan garis putus tersebut. adjacent neighbouring States in certain
Kekayaan sumber daya yang dimiliki Laut areas falling within archipelagic waters. The
Natuna Utara inilah yang memicu adanya konflik terms and conditions for the exercise of such
dengan Cina sejak 2016 lalu dan puncaknya dengan rights and activities, including the nature,
adanya kehadiran dari Kapal China Coast Guard the extent and the areas to which they apply,
(CCG) yang memasuki wilayah perairan laut shall, at the request of any of the States
Natuna Utara dan melakukan kegiatan Illegal concerned, be regulated by bilateral
Fishing yang mereka implikasikan sebagai kegiatan agreements between them. Such rights shall
not be transferred to or shared with third Kegiatan yang dilakukan oleh Cina di
States or their nationals.“ wilayah Laut Natuna Utara bukan hanya sekedar
Ketentuan di atas apabila diterjemahkan maka, menangkap ikan. Namun, yang perlu disoroti
sebagai berikut : adalah cara yang dilakukan nelayan Cina adalah
“Tanpa mengurangi arti ketentuan pasal 49, melanggar ketentuan hukum internasional
Negara kepulauan harus menghormati mengenai cara penangkapan ikan yang melarang
perjanjian yang ada dengan Negara lain dan merusak keberlangsungan kehidupan organisme di
harus mengakui hak perikanan tradisional dan laut. Hal ini dibuktikan dengan adanya penggunaan
kegiatan lain yang sah Negara tetangga yang rampon yang merupakan alat tangkap ikan yang
langsung berdampingan dalam daerah tertentu dilarang karena dapat mengganggu keseimbangan
yang berada dalam perairan kepulauan. Syarat ekosistem laut yaitu memerangkap ikan tanpa
dan ketentuan bagi pelaksanaan hak dan adanya batasan dan pilah.
kegiatan demikian termasuk sifatnya, ruang Selain itu, nelayan Indonesia di wilayah
lingkup dan daerah dimana hak akan kegiatan Natuna juga menjelaskan bahwa mereka mendapat
demikian, berlaku, atas permintaan salah satu aksi pengejaran, pengusiran hingga dengan sengaja
Negara yang bersangkutan harus diatur menabrak kapal Nelayan Indonesia tersebut dengan
dengan perjanjian bilateral antara mereka. kapal China Coast Guard yang beroperasi. Kapal
Hak demikian tidak boleh dialihkan atau China melakukan aksi membayang-bayangi kapal
dibagi dengan Negara ketiga atau warga nelayan Indonesia di Natuna untuk mengintimidasi
negaranya.” (Sahputra 2022).
Klaim Cina atas Natuna telah melanggar
Berdasarkan ketentuan di atas maka hal ini ZEE Indonesia dan posisi perairan Natuna sangat
jelas bahwa di dalam hukum laut internasional jauh dari Cina bahkan Natuna justru berdekatan
memang terdapat aturan mengenai Hak Perikanan dengan batas Vietnam dan Malaysia Sehingga tidak
secara Tradisional. Namun, yang perlu di pahami di masuk akal jika Cina mengklaim perairan Natuna
dalam aturan ini adalah perihal batasan dari masuk dalam wilayahnya (Amadea 2021). Klaim
diberlakukannya hal yaitu pengakuan hak ini dapat sepihak Cina terkait “historical title” di Laut Cina
dilakukan untuk wilayah laut negara tetangga yang Selatan merupakan klaim yang tidak memiliki
langsung berdampingan dengan disertai adanya dasar hukum yang sah. Sejak awal berkembangnya
perjanjian bilateral antar negara yang membahas hukum laut jelas bahwa laut tidak ada yang
mengenai hak penangkapan ikan secara tradisional memiliki. Namun, lambat laun negara mengklaim
(Ramiz 2014). laut yang berbatasan dengan daratannya dengan
Aturan tersebut juga sejalan dengan alasan keamanan negara pantai (national security),
ketentuan Article 2 aturan (1) Vienna Convention dimulai dari hanya mengklaim laut territorial, lalu
on the Law of Treaties 1969 atau yang biasa kemudian juga mengklaim zona tambahan, landas
dikenal dengan Konvensi Wina Tahun 1969, kontinen dan zona ekonomi ekslusif (ZEE).
sebagai berikut ini : Masuknya kapal-kapal nelayan Cina yang
“Treaty means an international agreement didampingi oleh kapal pengawas pantai Cina
concluded between States in written form and (China Coast Guard) yang merupakan kapal di
governed by international law, whether bawah naungan Militer Cina ke dalam wilayah
embodied in a single instrument or in two or perairan Laut Natuna dapat mengganggu
more related instruments and whathever it keamanan serta hak-hak yang seharusnya diperoleh
particular designation.” Indonesa. Indonesia memiliki kepentingan atas
Ketentuan yang termuat di atas apabila
diterjemahkan berikut ini :
“Perjanjian berarti suatu perjanjian
internasional yang dibuat antara negara-
negara dalam bentuk tertulis dan diatur oleh
hukum internasional, baik yang diwujudkan
dalam satu instrument terkait maupun apapun
sebutannya.” yurisdiksi di wilayah perairan laut Natuna Utara
yang mana batas maritim perairan tersebut
beririsan dengan klaim nine-dash line oleh Cina.
Gambar: forward position. Sumber: (Arsana and Susilo Prinsip dalam hukum internasional dikutip
2018) dari (Adolf 2014) salah satunya ialah prinsip
Berdasarkan gambar di atas, garis berwarna kebebasan untuk memilih cara-cara penyelesaian
merah adalah forward position atau klaim batas sengketa, yang menjelaskan bahwa prinsip ini
ZEE Indonesia di Kawasan Laut Cina Selatan yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk
berada pada sekitar Kepulauan Natuna. Forward menyelesaikan sengketanya dan juga mekanisme
position batas maritim merupakan klaim maksimal apa yang akan digunakan dalam penyelesaiannya
suatu negara pada batas maritimnya. Klaim batas sengketanya. Prinsip ini terdapat dalam Pasal 33
ZEE Indonesia di Kawasan Laut Cina Selatan telah ayat (1) Piagam PBB. Berdasarkan prinsip ini ada
secara optimal mengikuti kaidah-kaidah yang dua cara penyelesaian sengketa Laut Natuna Utara
ditetapkan dalam aturan hukum internasional yaitu secara damai dan melalui badan atau
terutama UNCLOS 1982. Oleh karena itu, klaim pengaturan regional seperti Mahkamah
batas ZEE Indonesia di Kawasan Laut Cina Selatan Internasional. Penyelesaian sengketa dapat
mempunyai basis hukum yang kuat untuk dilakukan dengan berdialog secara langsung.
dipertahankan jika terjadi perselisihan (Arsana and Namun, dapat pula dengan mengundang pihak
Susilo 2018) ketiga seperti negara atau bahkan organisasi
Dengan demikian, jelas tidak ada klaim internasional. Apabila dirasa belum juga mendapat
terhadap laut tanpa adanya daratan. Sementara hasil, maka sengketa atau permasalahan dapat
jarak antara Cina dan titik terluar nine-dash line- diteruskan ke ranah yuridis melalui Mahkamah
nya sangat jauh, melebihi apa yang dimungkinkan Arbitrase maupun Mahkamah Internasional
oleh hukum laut yang hanya diakui 200 mil laut
dari pantai untuk ZEE. Jika memang “historical a. Penyelesaian sengketa secara damai
title” terhadap laut diakui, semua samudra di dunia
Penyelesaian sengketa secara damai dapat
akan sangat mungkin diklaim oleh Inggris. Itu
ditempuh dengan cara negosiasi, mediasi, jasa-jasa
karena Inggris-lah yang telah menguasai lautan
baik, pencarian fakta, konsiliasi, hingga arbitrase.
sejak dulu kala.
Menurut penulis, langkah yang dapat ditempuh
Hasil dari The South China Sea Arbitratiton
untuk menyelesaikan sengketa Laut Natuna Utara
Award of July 2016 antara sengketa Filipina
yaitu melalui negosiasi, mediasi, dan arbitrase.
dengan Cina di Kepulauan Spartly yang
Berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982,
menyatakan sebagai berikut:
perundingan batas-batas wilayah antar negara,
“there is no legal basis for any Chinese historic
mengacu pada ketentuan UN Charter dimana
rights, or sovereign rights and jurisdiction beyond
segala bentuk sengketa yang ada diutamakan
those provided for in the Convention, in the waters
untuk diselesaikan secara damai demi menjaga
of the South China Sea encompassed by the nine-
stabilitas dan ketertiban dunia.
dash line”
Bahwa Pengadilan menyimpulkan tidak ada • Negosiasi
basis hukum bagi Cina dalam mengklaim hak-hak
sejarahnya untuk mengambil sumber daya alam di Negosiasi adalah perundingan yang
wilayah laut yang masuk dalam nine-dash line diadakan secara langsung antara para pihak
memperkuat posisi Indonesia bahwa tidak ada dengan tujuan untuk mencari penyelesaian
batas maritime Indonesia dengan Cina di Kawasan melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga.
Laut Cina Selatan. Dengan kata lain, overlapping Pada tahun 2015, Indonesia melalui
atau tumpang tindih klaim dengan Cina di Natuna Menkopolhukam ke 13 Luhut Binsar Panjaitan,
tidak ada kekuatan hukumnya. serta Presiden Jokowi pernah melakukan
perundingan dengan Cina yang melahirkan
kesepakatan untuk menyelesaikan secara damai
2. Bentuk Penyelesaian Sengketa Yang Dapat dengan menghormati batas wilayah perairan
Diberikan Kepada Cina Terhadap Aktivitas masing-masing serta melakukan Kerjasama
Perikanan Kapal Cina Di Wilayah Perairan dalam penangkapan ikan di wilayah Zona
Laut Natuna Utara Menurut Hukum Laut ekonomi eksklusif Indonesia (Wahyuni 2019) .
Internasional
Meskipun demikian, Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ke 14,
Mahfud MD, dalam pernyataannya mengatakan
bahwa pemerintah Indonesia tidak akan hubungan antara Indonesia dan Cina di bidang
bernegosiasi dengan pemerintah Cina terkait ekonomi, politik, dll.
persoalan yang terjadi di Laut Natuna Utara Upaya damai selalu harus lebih diutamakan
(CNN Indonesia 2020). Berdasarkan UNCLOS sebagaimana prinsip itikad baik yang dapat
1982, perairan di Natuna Utara adalah sah dan dikatakan sebagai prinsip dasar dan paling
merupakan wilayah dari Zona Ekonomi Ekslusif sentral dalam penyelesaian sengketa antar
Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia tidak negara. Prinsip ini mensyaratkan adanya itikad
memerlukan upaya negosiasi secara bilateral. baik dari pihak yang bersengketa dalam
Upaya negosisasi bilateral dengan menyelesaikan sengketanya. Dalam Treaty of
pemerintah Cina jika dilakukan, maka secara Amity and Cooperation in South-Easst Asia (Bali
tidak langsung Indonesia mengakui adanya Concord 1976), itikad baik juga merupakan
sengketa yang terjadi antara Indonesia dan Cina syarat utama seperti dalam Pasal 13 Bali
mengenai laut Natuna Utara. Perairan Natuna Concord yang menyatakan: “The High
secara utuh milik Indonesia. Contracting Parties shall have determination
Menurut penulis, upaya negosiasi juga tidak and good faith toprevennt disputes from arising”.
menampakan hasil yang maksimal. Cina tetap Prinsip ini menjadi syarat dalam melakukan
berpegang pada konsep nine-dash line adalah sah penyelesaian sengketa secara damai untuk
dengan alasan historis yaitu nenek moyang Cina mencegah timbulnya sengketa yang lebih parah
yang telah berlayar mengarungi Laut Cina yang dapat menimbulkan pengaruh buruk
Selatan. Sebagai negara yang telah meratifikasi terhadap hubungan-hubungan beberapa negara.
UNCLOS 1982, Cina sudah seharusnya tunduk • Mediasi
dan patuh pada peraturan internasional ini. Mediasi melibatkan keikutsertaan pihak
Sebab, Cina sama sekali tidak memiliki hak ketiga yang netral dan independen, tujuannya
untuk menempatkan kekuatan militernya di untuk menciptakan adanya suatu kontak atau
perairan Natuna Utara karena klaimnya hubungan langsung diantara para pihak. Pihak
dinyatakan melanggar UNCLOS 1982. ketiga tersebut adalah Mediator yang bisa
Pada tahun 2002 , ASEAN dan Cina telah berupa negara, individu, ataupun organisasi
menyepakati Deklarasi Tata Perilaku di Laut internasional.
Cina Selatan (Declaration of the Counduct of Mediasi dapat menunjuk siapapun sebagai
Parties in the South China Sea/DOC) yang penengah yang harus bersifat netral serta dapat
ditandatangani oleh 10 Menteri Luar Negeri memberikan usulan-usulan informal bagi kedua
ASEAN di Phnom Penh, Kamboja. Deklarasi ini belah pihak sesuai laporan yang diterima.
berisi 10 poin penting yang pada intinya para Mediator yang paling cocok dalam sengketa
pihak menegaskan kembali komitmen mereka Laut Natuna Utara antara Indonesia dan Cina ini
terhadap tujuan dan prinsip hukum internasional adalah Mahkamah Internasional. Pada dasarnya
yang berlaku sebagai norma dasar yang mengatur penulis menganggap baik mediasi maupun
hubungan negara ke negara, para pihak negosiasi masih belum efektif menyelesaikan
menyelesaikan perselisihan territorial dan sengketa yang terjadi di antara kedua belah
yurisdiksi secara damai tanpa ancaman pihak. Sebab, baik Indonesia maupun Cina
kekerasaan, melalui konsultasi dan negosiasi memiliki perspektif atau pandangan yang
sesuai dengan prinsip hukum internasional yang berbeda terkait sengketa konsep nine-dash line
berlaku universal seperti UNCLOS 1982. DoC di Laut Natuna Utara. Aktivitas kapal penjaga
adalah upaya untuk memecahkan konflik. pantai Cina bahkan tetap memasuki wilayah
ZEE Indonesia.
Meskipun upaya ini belum menemukan titik
Pada bulan Desember 2021, China meminta
terang, namun upaya penyelesaian ini adalah
Indonesia untuk menghentikan pengeboran
yang seharusnya pertama kali ditempuh atau
minyak di Laut Natuna Utara yang diklaim Cina
lebih diutamakan. Proses negosiasi dengan
merupakan teritorinya di Laut Cina Selatan
berdiplomasi secara damai dengan pihak Cina
yang membuat hubungan kedua negara ini
dapat mendukung proses penyelesaian sengketa
kembali menegang (BBC News 2021).
yang damai mengingat pentingnya stabilitas
Peristiwa terbaru lainnya terkait masuknya
kapal Cina yang melintasi Laut Natuna Utara
dan melakukan manuver di sekitar kapal “there is no legal basis for any Chinese
nelayan setempat di bulan Juli hingga historic rights, or sovereign rights and
September 2022 lalu (BBC News 2021). Kapal jurisdiction beyond those provided for in the
Convention, in the waters of the South China
China Coast Guard dengan nomor 5403
Sea encompassed by the nine-dash line”
terpantau keluar masuk wilayah perairan ZEE
Indonesia yang terdeteksi oleh Indonesia Ocean Pengadilan menyimpulkan tidak ada basis
Justice Initiative (IOJI). Kapal China Coast hukum bagi Cina dalam mengklaim hak-hak
Guard sempat berpapasan dengan kapal sejarahnya untuk mengambil sumber daya alam
Nelayan Natuna dan melakukan manuver di wilayah laut yang masuk dalam nine-dash line
lingkaran putar pada tanggal 8 September 2022. memperkuat posisi Indonesia bahwa tidak ada
Oleh sebab itu, cara damai yang dapat ditempuh batas maritim Indonesia dengan Cina di Kawasan
selanjutnya ialah melalui arbitrase. LCS. Dengan kata lain, overlapping atau
• Arbitrase tumpang tindih klaim dengan Cina di Natuna
Arbitrase adalah salah satu cara atau tidak ada kekuatan hukumnya atau bertentangan
alternatif penyelesaian sengketa yang telah dengan UNCLOS 1982.
dikenal cukup lama dalam hukum internasional. Namun, hasil dari putusan Mahkamah
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat Arbitrase ini pun diabaikan oleh Cina. Padahal
ditempuh melalui 2 (dua) cara yaitu mahkamah arbitrase digelar berdasarkan
penyelesaian oleh badan arbitrase yang sudah Konvensi PBB tentang Hukum Laut atau
ada dan memiliki hukum acara seperti UNCLOS 1982 yang telah ditandatangani Cina
Permanent Court of Arbitration (PCA) di Den dan sejumlah negara Asia Tenggara. Cina
Haag, dan badan arbitrase ad hoc yang dibuat menyatakan tidak akan “menerima, mengakui,
oleh para pihak yang bersifat sementara waktu atau melaksanakan” apapun putusan mahkamah.
yang berakhir setelah dikeluarkannya suatu Cina mengklaim kepemilikan 90% wilayah
putusan. perairan di Laut Cina Selatan dan menyatakan
Negara ASEAN yang pernah mengajukan tidak mengakui Mahkmah Arbitrase PBB dan
proses arbitrase dengan Cina terkait status menolak ikut ambil bagian. Cina berupaya
sejumlah wilayah di Laut Cina Selatan yang mengajak setidaknya 60 negara untuk
menjadi sengketa antara Cina dan sejumlah mendukung pendapatnya bahwa putusan
negara Asia Tenggara, salah satunya adalah Mahkamah Internasional sudah seharusnya
Filipina. Filipina beranggapan bahwa Cina telah ditolak, meskipun hanya beberapa yang
mencampuri wilayah perairan Filipina dengan menyuarakan secara umum.
menangkap ikan dan mereklamasi demi Putusan yang dikeluarkan Mahkamah
membangun pulau buatan. arbitrase mengikat, namun mahkamah ini tidak
Dampak dari putusan mahkamah Arbitrase memiliki kekuatan untuk melakukan pemaksaan.
ini menurut Bill Hayton, penulis buku berjudul Maka dari itu menurut penulis, upaya jalur
South China Sea: The Struggle for power in arbitrase tetap dapat ditempuh oleh Pemerintah
Asia, pengajuan kasus ini sejatinya Indonesia. Namun putusan Mahkamah arbitrase
mempertanyakan apa saja unsur daratan di Laut dapat berpeluang untuk diabaikan kembali oleh
Cina Selatan (BBC News 2016). Kemudian, Cina. Sebab berkaca dari kasus sengketa antara
imbas dari putusan ini adalah negara-negara di Filipina dan Cina, Cina telah memboikot
Kawasan Laut Cina Selatan dapat mengetahui mahkamah tersebut dan berargumen bahwa
seberapa besar klaim wilayah mereka di institusi ini tidak memiliki yurisdiksi.
Kawasan tersebut, termasuk Indonesia yang b. Pengadilan Internasional
mempertanyakan klaim peta Sembilan garis
Proses penyelesaian sengketa ini dapat
putus (nine-dash line) yang bersinggungan
ditempuh jika pihak yang bersengketa dalam hal
dengan perairan Natuna Utara.
ini Indonesia dan Cina sudah tidak lagi
Hasil dari The South China Sea Arbitration
menemukan jalan keluar atas sengketa yang
Award of July 2016 antara Sengketa Filipina
terjadi. Sengketa aktivitas perairan di Laut
dengan Cina di kepulauan Spartly yang
Natuna Utara ini dapat ditempuh secara litigasi
menyatakan sebagai berikut:
melalui badan peradilan yang diakui secara
hukum internasional untuk menangani kasus
hukum laut atau perselisihan antar negara, yaitu kewajiban internasional, Sifat hakikat dan
International Court of Justice (ICJ) atau disebut besarnya jumlah ganti rugi yang harus
juga sebagai Mahkamah Internasional dan diberikan bagi pelanggaran suatu kewajiban
International Tribunal for the Law of the Sea internasional.
(ITLOS) atau pengadilan internasional tentang Mahkamah Internasional menyelesaikan
hukum laut. suatu sengketa internasional antar negara
• International Court of Justice berdasarkan hukum internasional yang
International Court of Justice yang berlaku. Selain itu penyelesaian juga harus
kemudian disingkat menjadi ICJ atau disebut berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum
juga sebagai Mahkamah Internasional, umum yang diakui oleh negara-negara yang
adalah sebuah badan kehakiman utama PBB. beradab, serta hukum kebiasaan
Fungsi utama mahkamah ini adalah untuk internasional yang telah diatur dalam hukum
mengadili dan menyelesaikan sengketa antar internasional (Adhikusumawati 2020).
negara-negara anggotanya. Subyek hukum Mahkamah tidak dapat melaksanakan
dalam International Court of Justice adalah yurisdiksi atas kehendaknya sendiri, karena
Negara, jadi untuk individu atau badan salah satu pihak harus memiliki untuk
hukum yang merasa dirugikan oleh negara membawa perkara itu kehadapannya, maka
lain dapat mengajukan permasalahannya pihak lain kemudian terikat untuk menerima
kepada International Court of Justice yurisdiksi Mahkamah. Berdasarkan Pasal 59
dengan cara menyerahkan sengketanya Statuta Mahkamah Internasional, hasil
kepada negaranya yang kemudian putusan dari International Court of Justice,
dilanjutkan ke Mahkamah ini. Hal ini dapat yaitu putusan hanya memiliki kekuatan
dilakukan apabila ada kesepakatan antar mengikat bagi para pihak dan hanya
individu atau badan hukum dengan berhubungan dengan perkara khusus dari
negaranya. para pihak tersebut (Kusumaatmadja 2003).
Sengketa Laut Cina Selatan di wilayah Meskipun putusan ini hanya mengikat
Natuna terkait dengan pelanggaran bagi pihak yang bersengketa, namun putusan
kedaulatan serta klaim yang dilakukan oleh ini memiliki pengaruh yang besar dalam
Cina atas wilayah Natuna milik Indonesia perkembangan hukum internasional. Putusan
dapat diajukan di Mahkamah Internasional ini wajib dilaksanakan oleh baik Cina
namun dengan tetap memperhatikan maupun Indonesia, jika dilanggar atau tidak
ketentuan aturan Pasal 35 yaitu dipatuhi, maka ada beberapa sanksi yang
menempatkan masing-masing pihak yang memaksa negara tersebut untuk
berpekara dalam posisi yang seimbang dan mematuhinya. Sanksi yang dimaksud antara
netral sebagai wujud pencarian keadilan lain (Winarwati 2014):
yang seadil-adilnya dan pencarian alternatif a) Diberlakukan peringatan bahaya
penyelesaian sengketa dengan tetap berkunjung ke negara tertentu terhadap
menjunjung tinggi nilai dan tujuan dari warga negaranya.
b) Pengalihan investasi atau penanaman
Perserikatan Bangsa-bangsa yaitu
modal asing
mewujudkan keamanan dan perdamaian c) Pemutusan hubungan diplomatic
dunia antar negara. d) Pengurangan bantuan ekonomi
Selain itu pengakuan suatu negara e) Pengurangan tingkat Kerjasama
terhadap yurisdiksi Mahkamah atas suatu f) Embargo ekonomi
sengketa dapat terjadi setiap saat sebagai g) Kesepakatan organisasi regional atau
kewajiban ipso facto dan tanpa perjanjian internasional
h) Dikucilkan dari pergaulan internasional
khusus “dalam hubungannya dengan negara
lain yang menerima kewajiban yang sama”
• International Tribunal for the Law of the Sea
yurisdiksi Mahkamah dalam semua sengketa
International Tribunal for the Law of the
hukum mengenai Penafsiran suatu traktat,
Sea (ITLOS) adalah pengadilan internasional
Setiap persoalan hukum internasional;,
yang dibentuk oleh konvensi PBB tentang
Keberadaan suatu fakta yang apabila ada,
hukum laut yaitu UNCLOS 1982 yang
akan merupakan suatu pelanggaran
ditandatangani di Montego Bay, Jamaika pada
10 Desember 1982. International Tribunal for 1982. Aturan Pasal 51 UNCLOS 1982 tentang
the Law of the Sea mempunyai tujuan untuk perjanjian yang berlaku yang jelas menerangkan
menyelesaikan sengketa yang berhubungan bahwa kegiatan penangkapan ikan secara
dengan interpretasi dan pelaksanaan konvensi tradisional dapat terlaksana jika antar negara yang
hukum laut 1982 (Mauna 2005). berkaitan memiliki perjanjian bilateral tentang hak
Tetapi dalam International Tribunal for ini serta dapat dilakukan hanya oleh negara-negara
the Law of the Sea, selain negara yang menjadi yang dekat dan berdampingan. Jarak antara Cina
subyek dapat juga individu atau badan hukum, dan titik terluar nine-dash line-nya sangat jauh,
dan untuk pilihan hukumnya umumnya diatur melebihi aturan hukum laut yang hanya diakui 200
oleh konvensi. Suatu negara bebas untuk mil laut dari pantai untuk ZEE. Oleh sebab itu,
memilih cara-cara penyelesaian sengketanya tidak ada klaim terhadap laut tanpa adanya daratan.
dengan pernyataan tertulis yang dibuat Putusan Arbitrase antara Filipina dan Cina terkait
berdasarkan Pasal 287 UNCLOS 1982. sengketa di Laut Cina Selatan juga menyimpulkan
Masalah aktivitas perairan dan sengketa tidak ada basis hukum bagi Cina dalam mengklaim
perbatasan wilayah laut yang terjadi antara hak-hak sejarahnya untuk mengambil sumber daya
Cina dan negara-negara yang bersengketa alam di wilayah laut yang masuk dalam nine-dash
termasuk Indonesia jika masih belum bisa line memperkuat posisi Indonesia bahwa tidak ada
mencapai upaya damai, harus segera diajukan batas maritime Indonesia dengan Cina di Kawasan
ke hadapan International Tribunal for the Law Laut Cina Selatan. Dengan kata lain, overlapping
of the Sea. Sebab masalah ini adalah yurisdiksi atau klaim tumpang tindih dengan Cina di Natuna
dari International Tribunal for the Law of the tidak ada kekuatan hukumnya.
Sea karena berkaitan dengan UNCLOS 1982 Sengketa Laut Natuna Utara antara Indonesia
yang menjadi dasar hukum penyelesaian dan Cina yang berujung pada adanya klaim sepihak
sengketa. oleh Cina serta aktivitas perikanan yang Illegal dan
Masalah ini sudah berlangsung sejak 1947 menciderai kovensi hukum laut internasional yang
diawali dari Cina yang membuat peta Laut mengatur kebijakan tentang laut secara hukum
Cina Selatan yaitu nine dash line dengan 9 internasional terutama tentang Zona Ekonomi
garis imajiner yang tidak jelas asal usul titik Ekslusif serta ketentuan hak perikanan tradisional
koordinatnya dan membentuk huruf U yang dapat diselesaikan melalui beberapa cara yaitu
diklaim sebagai wilayah territorial Cina. Hal negosiasi, mediasi dan arbitrase antar kedua belah
ini menjadi penting, mengingat negara yang pihak yang bersengketa yaitu Indonesia dan China.
bersengketa di Laut Cina Selatan tidak hanya Selain itu penyelesaian sengeketa juga dapat
Indonesia dan perbuatan Cina telah melanggar ditempuh para pihak yang bersengketa melalui
marwah dari ketentuan UNCLOS 1982 yang jalur litigasi di pengadilan Internasional,
telah negara Cina ratifikasi. Keputusan dari Mahkamah Internasional serta ITLOS sebagai
International Tribunal for the Law of the Sea pengadilan internasional yang di bentuk PBB untuk
harus dipatuhi oleh negara yang bersengketa menangani permasalahan hukum Laut
dan dapat dijadikan yurisprudensi dalam Internasional.
penyelesaian sengketa wilayah perairan di Laut Saran
Cina Selatan. Penulis menyarankan beberapa hal antara lain:

PENUTUP Saran yang dapat diaplikasikan di dalam sengketa


ini adalah
Kesimpulan 1. Kedua belah pihak harus menghormati
Berdasarkan pembahasan di atas, Penulis Konvensi hukum laut Internasional yaitu
mengambil kesimpulan sebagai berikut: UNCLOS 1982 di dalam menentukan
Aktvitas perikanan yang didasarkan pada yurisdiksi, pengukuran wilayah laut dan
klaim traditional fishing ground dan peta konsep memahami aturan mengenai hak penangkapan
nine dash line tidak sesuai dengan ketentuan ikan tradisonal. Kedua belah pihak juga harus
hukum laut internasional dan telah melanggar zona mengkomunikasikan terkait dengan batas
ekonomi ekslusif Indonesia. Cina keliru dalam negara karena mengingat bahwa pelanggaran
memahami makna hak penangkapan ikan secara kegiatan perikanan yang dilakukan Cina di
tradisional (traditional fishing right) di UNCLOS dalam melakukan klaim dan illegal fishing di
perairan Natuna. Cina harus lebih Kusumaatmadja, Mochtar. 2003. Pengantar Hukum
memperhatikan kebijakan yang tertulis di Internasional. Bandung: PT Alumni.
UNCLOS 1982 dan tidak melakukan beberapa Mauna, Boer. 2015. Hukum Internasional:
Pengertian Dan Fungsi Dalam Era Dinamika
kegiatan yang mengancam seperti melakukan
Global. Bandung: Alumni.
manuver dengan nelayan pencari ikan di Natuna Nainggolan, Poltak Partogi. 2013b. Konflik Laut
dengan China Coast Guard serta tidak China Selatan Dan Implikasinya Terhadap
melakukan aksi tubrukan untuk menunjukkan Kawasan. Jakarta: P3DI Setjen DPR
penguasaan terhadap wilayah laut Natuna Utara Republik Indonesia.
karena klaim wilayah berdasarkan latar Sobrino, Jose Manuel. 2017. The Future of The
belakang historis tidak berlaku di Hukum Laut Law of The Sea” Bridging Gaps Between
National, Individual, and Common Interest.
Internasional.
Roma: Springer.
2. Indonesia di dalam menyikapi ini tidak perlu Windari, Retno. 2009. Hukum Laut, Zona-Zona
ikut mengajukan diri sebagai negara claimant Maritime Sesuai UNCLOS 1982 Dan
karena ZEE Indonesia sudah sesuai Konvensi Konvensi Bidang Maritim. Jakarta:
pengukurannya berdasarkan UNCLOS Badan Koordinasi Keamanan Laut.
Indonesia sebaiknya turut aktif berpartisipasi Wiranto, Surya. 2016. Resolusi Konflik
dalam penyelesaian konflik di Kawasan Laut Menghadapi Sengketa Laut Tiongkok
Selatan. Yogyakarta: Leutikaprio.
Cina Selatan dan mendorong negara-negara
lain yang bersengketa agar segera mencari Jurnal
jalan keluar dan mengutamakan upaya damai Adhikusumawati, Harry. 2020. “Efektivitas Jalur
demi terciptanya kestabilan ekonomi, politik, Litigasi Dan Non Litigasi Dalam
dan keamanan di Kawasan Laut Cina Selatan, Penyelesaian Sengketa Batas Laut
terkhusus di perairan Laut Natuna Utara. Berdasarkan UNCLOS 1982.” Kertha
Wicara 7.
Indonesia sebaiknya juga lebih aktif dalam
Agoes, Etty R. 2021. “Praktik Negara-Negara Atas
pengelolaan sumber daya alam yang Konsepsi Negara Kepulauan.” Indonesian
terkandung di dalam perairan Laut Natuna Journal of International Law 1(3).
Utara. Pembangunan karakter bangsa Agusman, Damos Dumoli. 2016. “Sengketa Laut
sebaiknya diutamakan juga dalam hal China Selatan: A Legal Brief".” Hukum Dan
nasionalisme masyarakat di Natuna yang Perjanjian Internasional Opinio Juris 20.
dapat dilakukan Kementerian Pertahanan Amadea, Tania. 2021. “Analisis Hukum Mengenai
Klaim Negara China Atas Perairan Natuna Di
bekerjasama dengan kementerian atau
Indonesis Berdasarkan Hukum Nasional
Lembaga terkait serta Pemerintah daerah Indonesia Dan Hukum Laut Internasional.”
Natuna. Hal ini penting sebagai pemanfaatan Hasanudin Law Review Universitas Negeri
Kerjasama sipil-militer dalam hal menjaga Hasanudin 6.
kedaulatan negara. Arsana, I. Made Andi, and Helik Susilo. 2018.
“Analisis Aspek Legal Dan Geospasial
DAFTAR PUSTAKA Forward Position Batas ZEE Indonesia Pada
Peta NKRI 2017 Di Laut China Selatan.”
GEOMATIKA 24(2):69. doi:
Buku 10.24895/jig.2018.24-2.815.
Adolf, Huala. 2014. Hukum Penyelesaian Sengketa Azhari, Yullian. 2018. “International Law of the
Internasional. Jakarta: Sinar Grafika. Sea in North Natuna Sea.” Advances Social
Daulay, Zainul. 2021. The Status of Indonesia’s Science Research Journal Universitas
Sovereign Rights in the North Natuna Sea Pertahanan Indonesia 7:360.
Conflict Area Concequences of China’s Nine Dian Anggraini, Silvia, Indra Kusumawardhana,
Dash Line Claim. Padang: Linguistics and and Iqbal Ramadhan. 2018. “The Implication
Culture Review Universitas Andalas. of Indonesia’s IUU Fishing Policy in Natuna
Diantha, I. Made Pasek. 2016a. Metodologi Territorial Waters towards South China Sea
Penelitian Hukum Normatif Dalam Geopolitics.” Jurnal Hubungan Internasional
Justifikasi Teori Hukum. Jakarta: Prenada 7(2). doi: 10.18196/hi.72130.
Media Group. Dieter-evers, Hans. 2014. “Understanding the
Diantha, I. Made Pasek. 2016b. Metodologi South China Sea : An Explorative Cultural
Penelitian Hukum Normatif Dalam Analysis.” International Journal of Asia
Justifikasi Teori Hukum. Jakarta: Prenada Pacific Studies 10(1):77–93.
Media Group. Fravel, M. Taylor. 2011. “China’s Strategy in the
South China Sea.” Contemporary Southeast
Asia 33(3):292. doi: 10.1355/cs33-3b. Admin Staff Hukum UNAIR. 2020. “Klaim China
Keyuan, Zou. 2017. “Navigation in the South Di Perairan Natuna Tidak Berdasar.”
China Sea:Why Still an Issue?” International Retrieved November 11, 2022
Journal of Marine and Coastal Law (https://fh.unair.ac.id/en/pakar-hukum-
32(2):243–67. doi: 10.1163/15718085- internasional-unair-klaim-china-di-perairan-
12322038. natuna-tidak-berdasar/).
Kurniaty, R. 2018. “Analysis on Traditional Andryanto, S. Dian. 2021. “Sejak Kapan Laut Cina
Fishing Grounds in Indonesia’s Natuna Selatan Ganti Nama Laut Natuna Utara?”
Waters Under International Law.” Coastal Https://Nasional.Tempo.Co/Read/1536119/S
and Marine Research Center 3. ejak-Kapan-Laut-Cina-Selatan-Ganti-Nama-
Noviryani, Mely. 2016. “Natuna Dan Transformasi Laut-Natuna-Utara.
Eksternal Regional Security Supercomplexes Ariesta, Marcheilla. 2020. “Nota Protes RI
Laut China Selatan.” Transformasi Global Berharga Untuk Lindungi Natuna.” Retrieved
1(1). (https://www.medcom.id/internasional/asia/R
Rosana, Annisa Suci. 2021. “Penyelesaian Konflik b15dwzb-nota-protes-ri-berharga-untuk-
Ilegal Fishing Di Perairan Natuna Akibat lindungi-natuna).
Klaim Sepihak China Ditinjau Dari BBC News. 2016. “Apa Pengaruh Putusan
Perspektif Hukum Laut Internasional.” Lex Mahkamah Arbitrase Soal Laut Cina
Scientia Universitas Negeri Semarang 2. Selatan.” Www.Bbc.Com. Retrieved
Sulistyani, Yuli Ari. 2021. “Indonesia’s Responses November 11, 2022
Toward the Soulth China Sea Dispite During (https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/
Joko Widodo’s Administration.” Politica 07/160711_dunia_filipina_cina_mahkamah_
Journal Universitas Pertahanan 88. preview).
Tampi, Butje. 2017. “Konflik Kepulauan Natuna BBC News. 2021. “Laporan China Minta Indonesia
Antara Indonesia Dengan China.” Jurnal Hentikan Pengeboran Minyak Di Laut
Hukum Unsrat 23(10). Nauna: ‘Indonesia Tidak Perlu Takut’ Karena
Tri Andika, Muhammad, and Allya Nur Aisyah. Beroperasi Di Wilayah Hak Berdaulat.”
2017. “Analisis Politik Luar Negeri Retrieved
Indonesia-China Di Era Presiden Joko (https://www.bbc.com/indonesia/dunia-
Widodo: Benturan Kepentingan Ekonomi 59505406).
Dan Kedaulatan.” Indonesian Perspective Bentley, Scott. 2013. “Mapping the Nine-Dash
2(2):161. doi: 10.14710/ip.v2i2.18477. Line: Recent Incidents Involving Indonesia in
Wahyuni, Sri. 2019. “Strategi Pemerintah the South China Sea.” The Strategist.
Indonesia Dalam Penyelesaian Konflik Retrieved
Klaim Traditional Fishing Ground Pada Zona (https://www.aspistrategist.org.au/mapping-
Ekonomi Eksklusif Indonesia Di Perairan the-nine-dash-line-recent-incidents-
Natuna Oleh Republik Rakyat Tiongkok.” involving-indonesia-in-the-south-china-sea/).
Sosioreligius 4. CNN Indonesia. 2020. “Mahfud: Indonesia Tak
Winarwati, Indien. 2014. “Eksistensi Mahkamah Akan Negosiasi Dengan China Soal Natuna.”
Internasional Sebagai Lembaga Kehakiman Www.Cnnindonesia.Com.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).” Connelly, Aaron L. 2017. Indonesia Di Laut Cina
Rechtidee Jurnal Hukum 9:70. Selatan : Berjalan Sendiri. Sydney.
Zhang, Feng. 2017. “Chinese Thinking on the Darmawan, Aristyo Rizka. 2020. “China’s Claim to
South China Sea and the Future of Regional Traditional Fishing Rights in the North
Security.” Political Science Quarterly Natuna Sea Does Not Hold up.”
132(3):435–66. doi: 10.1002/polq.12658. Www.Eastasiaforum.Org. Retrieved
November 11, 2022
Skripsi (https://www.eastasiaforum.org/2020/04/22/c
Ramiz, Lutfi. 2014. “Karakteristik Tradisional hinas-claim-to-traditional-fishing-rights-in-
Dalam Pengakuan Hak Penangkapan Ikan the-north-natuna-sea-does-not-hold-up/).
Secara Tradisional Di Laut Berdasarkan Idris, Muhammad. 2020a. “Dilirik China, Natuna
Hukum Laut Internasional.” Universitas Simpan Cadangan Gas Raksasa.” Kompas.
Brawijaya. Retrieved
Shabrina, Nadiah Oryza. 2017. “Perubahan Respon (https://money.kompas.com/read/2020/01/05/
Indonesia Terhadap Klaim Nine-Dash Line 144631726/dilirik-china-natuna-simpan-
Tiongkok Yang Melewati Peraian Natuna.” cadangan-gas-raksasa?page=all).
Universitas Airlangga. Idris, Muhammad. 2020b. “Jadi Dasar China
Mengklaim Natuna, Apa Itu Nine Dash
Website Line?” Kompas. Retrieved
(https://money.kompas.com/read/2020/01/04/
162131726/jadi-dasar-china-mengklaim-
natuna-apa-itu-nine-dash-line?page=all).
Kab.Natuna, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
2021. “Profil Kabupaten Natuna Provinsi
Kepulauan Riau.” Dinas Pariwisata Dan
Kebudayaan Kab.Natuna. Retrieved
(https://disparbud.natunakab.go.id/profil-
kabupaten-natuna/).
Lumbanrau, Raja Eben. 2020. “Kisah Nelayan
Natuna Hadapi Nelayan Asing: ’Habis Kita
Punya Alat Tangkap Ditabrak, Mereka
Brutal.” BBC NEWS.
Maulana, Rama. 2022. “Potensi Besar Laut Natuna
Kabar Baru.” Retrieved November 10, 2022
(https://www.forestdigest.com/detail/1780/po
tensi-laut-natuna).
Persada, Syailendra. 2019. “Bakamla Jelaskan
Kronologis Kapal Cina Bolak-Balik Masuk
Natuna.” Tempo. Retrieved
(https://nasional.tempo.co/read/1289690/baka
mla-jelaskan-kronologis-kapal-cina-bolak-
balik-masuk-natuna).
Sahputra, Yogi Eka. 2022. “Kapal Penjaga Pantai
China Masuk Natuna Perairan ZEE
Indonesia, Sempat Intimidasi Nelayan.”
Retrieved
(https://nasional.tempo.co/read/1634511/kapa
l-penjaga-pantai-cina-masuk-natuna-
perairan-zee-indonesia-diduga-sempat-
intimidasi-nelayan).
Shimbun, Mainichi. 2010. “Territorial Disputes in
South China Sea on the Increase as China
Flexes Muscles.” The Mainichi Daily News.
Supriyatno, Ristiyan Anjasmoro. 2016. “China’s
Rift With Indonesia in the Natunas:
Harbinger of Worse to Come?” The
Diplomat. Retrieved
(https://thediplomat.com/2016/03/chinas-rift-
with-indonesia-in-the-natunas-harbinger-of-
worse-to-come/).

Anda mungkin juga menyukai