Anda di halaman 1dari 6

RESUME

PRINSIP NEGARA KELAUTAN DALAM UNCLOS 1982

DOSEN PENGAMPU : DR. MUHAMMAD SYAHDAN, S.PI, M.SI

DISUSUN OLEH :
ASIS
2210714320031

MATA KULIAH :
HUKUM/PERATURAN PERIKANAN & KELAUTAN

PROGRAN STUDI MANAJEMEN SUMBERSAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MENGKURAT
2022/2023
PRINSIP NEGARA KEPULAUAN DALAM UNCLOS
(THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA)

Pendahuluan
► UNCLOS 1982 mengatur garis pangkal sebagai acuan dalam mengukur lebar, jenis,
dimensi, karakter zona maritim negara pantai, serta delimitisasi batas maritim antar
negara jika terjadi tumpang-tindih klaim
► Diratifikasi dengan UU No. 17/1985 : Pengesahan Konvensi PBB ttg Hukum Laut,
berlaku 16 Nopember 1994
► Perjuangan Indonesia menjadi negara kepulauan, berangkat dari Deklarasi Djuanda
1957:
“Segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan
pulau-pulau/bagian pulau-pulau yang termasuk daratan NKRI, dengan tidak
memandang luas/lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan NKRI
dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan nasional yang berada di bawah
kedaulatan mutlak NKRI.

Perairan Pedalaman
 UNCLOS 1982 mengatakan:
Perairan pada sisi darat garis pangkal laut teritorial
 Hak dan kewajiban serta status saat ini
 Sepenuhnya berada di bawah kedaulatan NKRI
 Indonesia belum menetapkan wilayah perairan pedalaman, disertai
identifikasinya
 Tempat beradanya pelabuhan, terutama perdagangan internasional
 Tempat pembuangan limbah; melanggar pasal 192 UNCLOS 1982
 Pasal 3 ayat (4) UU No. 6/1996:
perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia
termasuk ke dalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat dari suatu
garis penutup.

Perairan Kepulauan
► Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
kepulauan yang dapat mencakup pulau-pulau lainnya
► Kepulauan adalah gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan dan wujud alami
lainnya yang berhubungan satu sama lainnya dengan eratnya; kesatuan geografi,
ekonomi dan politik yang hakiki
► Perjuangan menjadi negara kepulauan dipelopori oleh Mochtar Kusumaatmaja;
a) Deklarasi Djuanda (13 Des. 1957)  Konf. Hukum laut I (1958)  Konf.
Hukum Laut II (1960)  Konf. Hukum Laut III (3-15 Des. 1973) dengan
penetapan rezim-rezim maritim
b) Majelis umum PBB (17 Des. 1970) dengan resolusi no. 2749 (XXV) yaitu
deklarasi prinsip-prinsip mengenai dasar laut, dasar samudera dan tanah di
bawahnya di luar batas-batas jurisdiksi nasional
► Garis Pangkal Kepulauan
a) Menghubungkan titik-titik terluar pulau dengan perbandingan daratan dan
lautan adalah 1:1 atau 9:1
b) Panjang garis pangkal tidak boleh melebihi 100 mil laut
c) Tidak boleh menyimpang terlalu jauh dari konfigurasi umum, dan juga tidak
boleh ditarik ke dan dari elevasi surut (low-tide elevation)
d) Tidak boleh memotong laut teritorial atau ZEE negara lain
e) Mewajibkan negara kepulauan untuk menghormati hak-hak dan kepentingan
sah negara tetangganya
► Status perairan kepulauan/nusantara, termasuk udara di atasnya dan tanah di
bawahnya :
a) Berdaulat penuh atas perairan kepulauannya tanpa memperhatikan kedalaman
atau jaraknya dari pantai
b) Harus menetapkan alur laut kepulauan dan jalur lintas damai bagi pelayaran
internasional
c) Pengakuan negara kepulauan akan statusnya dari sebelumnya tunduk kepada
rezim laut lepas, saat ini tunduk pada kedaulatan penuh negara kepulauan

Laut Teritorial/Wilayah
► setiap negara pantai memiliki laut teritorial yang diakui secara hukum internasional.
Laut teritorial adalah wilayah laut yang terletak di sekitar negara pantai dan meluas
hingga 12 mil laut (sekitar 22,2 kilometer) dari garis pangkal pantai. Negara pantai
memiliki kedaulatan penuh atas laut teritorial mereka, yang berarti mereka memiliki
hak untuk mengatur dan memanfaatkan sumber daya alam di wilayah tersebut.
Namun, hak ini tidak mencakup kebebasan navigasi dan penerbangan, yang dijamin
oleh hukum internasional. Laut teritorial juga merupakan batas pertama dari zona
ekonomi eksklusif (ZEE) suatu negara, yang meluas hingga 200 mil laut (sekitar
370,4 kilometer) dari garis pangkal pantai. Di dalam ZEE, negara pantai memiliki hak
eksklusif untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber daya alam di wilayah
tersebut.
► Pengaturan Laut teritorial daalam pasal 2 UNCLOS 1982:
a) Kedaulatan negara pantai mencakup wilayah darat, perairan pedalaman,
perairan kepulauan bila merupakan negara kepulauan dan sampai laut teritorial
atau atau lautt wilayah.
b) Kedaulatan tersebut meliputi ruang udara di atasnya dan dasar laut serta tanah
di bawahnya
► Garis pangkal normal dan garis pangkal lurus; untuk menetapkan lebar laut teritorial
dan rezim-rezim maritim lainnya spt zona tambahan, ZEE dan landas kontinen
► Teluk, suatu lekukan yang jelas (well-marked identation) membentuk perairan
pedalaman, luasnya sama atau lebih luas dari garis setengah lingkaran yang garis
tengahnya melintasi mulut lekukan tersebut
► Hak dan kewajiban Indonesia serta status saat ini
a) Berdaulat penuh di laut teritorial
b) Batas antar dua negara ditetapkan berdasarkan garis tengah, kecuali alasan
historis atau khusus
c) PP No. 38/2002 tentang daftar koordinat geografis titik-titik garis pangkal
kepulauan Indonesia
d) UU No.2/1971,batas Indonesia-Malaysia dii Selat Malaka-singapura
e) UU No.7/1973, batas Indonesia-Singapura di Selat Singapura

Zona Tambahan
► Negara pantai yang memiliki laut teritorial yang melebihi 12 mil laut biasanya
memiliki kondisi geografis, sejarah, atau keamanan nasional yang membuat mereka
memiliki kebutuhan untuk memperluas wilayah laut mereka. Beberapa negara pantai
yang memiliki laut teritorial yang melebihi 12 mil laut telah memperoleh pengakuan
internasional untuk memperluas wilayah laut mereka, sedangkan yang lain mungkin
mengalami sengketa atau perselisihan dengan negara lain terkait dengan klaim
mereka.
Dalam beberapa kasus, negara pantai mungkin juga memperluas laut teritorial mereka
untuk kepentingan keamanan nasional, seperti Monako yang memiliki laut teritorial
seluas 12 mil laut tambahan, selain wilayah laut teritorialnya yang melebihi 12 mil
laut. Hal ini mungkin dilakukan untuk memperkuat keamanan wilayah mereka atau
membatasi aktivitas ilegal di wilayah laut mereka.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun beberapa negara pantai memiliki laut teritorial
yang melebihi 12 mil laut, kebebasan navigasi dan penerbangan masih dijamin oleh
hukum internasional, sehingga kapal dan pesawat dari negara lain masih dapat
berlayar dan terbang melalui wilayah laut dan udara tersebut.
► Diterapkan oleh Inggris (thn 1669 dan 1973) dan AS (1790 dan 1919), dalam jarak 12
mil dapat memeriksa dan menahan kapal yang memuat orang/barang tertentu
► Menurut UNCLOS 1982:
a) Pengawasan untuk mencegah pelanggaran UU bea cukai, fiskal, imigrasi atau
sanitasi dan menghukum para pelakunya
b) Zona tambahan tidak melebihi 24 mil dari garis pangkal dimana lebar laut
teritorial sejauh 12 mil diukur dari laut teritorial suatu negara pantai
► Kewajiban Indonesia adalah mencegah pelanggaran UU di bidang bea cukai, fiskal,
imigrasi dan sanitasi.

Zona Ekonomi Ekslusif


► Cerminan dari international customs yang diterima menjadi costumary international
law, karena 2 syarat penting:
a) Praktik negara-negara (state practice)
b) Opinio juris sive necessitaties
► Indonesia termasuk negara yang memiliki ZEE terluas sekitar 1.577.300 square
nautical miles
► Konsep ZEE menurut UNCLOS 1982 (pasal 55-57):
Daerah diluar dan berdampingan dengan laut teritorial dengan lebar 200 mil dari garis
pangkal dimana laut teritorial diukur.
► Hak dan kewajiban Indonesia atas ZEE Indonesia:
1. Di dalam ZEE, negara harus:
a) Hak berdaulat untuk eksplorasi, eksploitasi dan konservasi dan mengelola SD
hayati dan non hayati
b) Jurisdiksi dalam membuat dan menggunakan pulau buatan, instalasi dan
bangunan, riset ilmiah kelautan, perlindungan dan pelestarian lingkungan laut
c) Hak berdaulat dilaksanakan dengan memperhatikan hak dan kewajiban negara
lain serta batas-batas ZEE dengan negara tetangga
 Hak dan kewajiban negara lain atas ZEE Indonesia:
d) Di dalam ZEE, semua negara mempunyai hak kebebasan pelayaran dan
penerbangan, memasang kabel dan pipa bawah laut dan lainnya
e) Dalam melaksanakan hak-hak tersebut, semua negara harus menghormati
peraturan perundang-undangan Indonesia
 Status ZEE Indonesia
f) UU 6/1996 ttg Perairan, UU 31/2004 ttg Perikanan, UU 5/1990 ttg Konservasi
SDH dan Ekosistemnya, PP 14/1984 ttg Penggunaan SDA di ZEE
g) Indonesia belum menetapkan batas terluar ZEE dan belum melakukan perjanjian
bilateral dengan India, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filiphina, Papua Nugini dan
Timor Leste

Landas Kontinen
 Umumnya pengertian landas kontinen mempunyai kedalaman 130-500 m, disambung
dengan lereng kontinen dengan kedalaman 1.200-3500 m, dan terakhir adalah
tanjakan kontinen dengan kedalaman 3.500-5.000 m
 Pengertian menurut pasal 76 ayat 1 dan 2 UNCLOS 1982
 Terletak di luar laut teritorial sepanjang adanya kelanjutan ilmiah dari wilayah
daratannya sampai ke tepi kontinen; atau
 Sampai jarak 200 mil laut dari garis pangkal dimana laut teritorial di ukur
 Dimungkinkan sampai jarak 350 mil dari garis pangkal dimana laut teritorial
di ukur; atau
 Tidak melebihi 100 mil dari kedalaman (isobath) 2.500 m
 Hak dan kewajiban Indonesia serta status saat ini
 Hak eksplorasi dan eksploitasi kekayaan SDA (pasal 77)
 Kewajiban menetapkan batas terluar sejauh 350 mil dan
menyampaikannya kepada komisi landas kontinen (lampiran (Annex) II))
 Penetapan batas baik 200 mil maupun 350 mil wajib menyampaikan
salinannya kepada Sekjen PBB
 Wajib melakukan negosiasi penetapan batas dengan negara tetangga
Laut Lepas
► UNCLOS 1982 (pasal 86) mengatakan:
Semua bagian laut yang tidak termasuk ZEE, laut teritorial atau perairan pedalaman suatu
negara atau perairan kepulauan bagi negara kepulauan
► Kebebasan di laut lepas (pasal 87) yaitu kebebasan pelayaran, penerbangan,
memasang kabel dan pipa bawah laut, membangun pulau buatan dan instalasi lainnya,
penangkapan ikan dan riset ilmiah kelautan
► Kebebasan harus memperhatikan kepentingan negara lain, dilakukan untuk tujuan-
tujuan damai dan tidak boleh memaksakan kedalautan atas negara lain
► Kapal yang berlayar harus memiliki kebangasaan, kecuali untuk pelaksanaan tugas
PBB atau badan/lembaga khususnya (pasal 93)
► Jurisdiksi di laut lepas
 Setiap negara harus melaksanakan secara efektif yurisdiksinya dan
mengendalikannya di bidang administratif, teknis dan sosial di atas kapal yang
mengibarkan benderanya
 Kapal perang atau kapal untuk dinas pemerintah memiliki kekebalan penuh
terhadap yurisdiksi negara manapun
► Hak dan kewajiban Indonesia serta status saat ini
 Tidak ada kedaulatan suatu negara di laut lepas
 Hak atas 6 kebebasan
 Kewajiban menghormati yurisdiksi negara bendera, kewajiban memberikan
bantuan karena kasus tabrakan
 Tindakan efektif dalam mencegah dan menghukum perdagangan budak,
memberantas perompakan, dan menumpas siaran gelap
 Hak melakukan pengejaran thd kapal asing yang melakukan pelanggaran
peraturan perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai