Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rezha Berlianti Virginia Adam

Stanbuk : D10119169
Mata Kuliah : Hukum Laut BT9

Konvensi PBB 1982 telah ditandatangani oleh lebih dari 100 negara peserta. Konvensi
PBB 1982 dikenal sebagai United Nation Convention of Law of the Sea atau UNCLOS
1982. Sesuai dengan namanya, UNCLOS 1982 membahas perihal hukum kelautan termasuk
aturan di dalamnya. Konvensi ini ditandatangani pada 10 Desember 1982 di Montego
Bay, Jamaika.
Dilansir dari United Nations, konvensi hukum laut ini mulai berlaku pada 16
November 1994. Pemberlakukan konvensi ini berarti seluruh negara peserta harus
tunduk pada peraturannya, termasuk Indonesia.
Secara garis besar, konvensi ini terdiri atas 320 pasal dengan sembilan lampiran.
Isinya berupa penetapan batas kelautan, pengendalian lingkungan, penelitian ilmiah
terkait kelautan, kegiatan ekonomi dan komersial, transfer teknologi, serta
penyelesaian sengketa yang berkaitan dengan masalah kelautan.

Isi Konvensi PBB 1982


1. Negara pesisir (negara yang memiliki pantai) menjalankan dan menetapkan
kedaulatan laut teritorialnya tidak boleh melebihi lebar 12 mil.
2. Kapal laut dan pesawat udara diperbolehkan melintas di selat yang
digunakan untuk navigasi internasional.
3. Negara kepulauan memiliki kedaulatan sendiri atas wilayah laut,
ditentukan oleh garis lurus yang ditarik di titik terluar pulau. Negara dapat
menentukan jalur laut dan rute udara yang bisa dilintasi oleh negara asing.
4. Negara yang memiliki perbatasan langsung dengan laut, bisa menetapkan
ZEE atau Zona Ekonomi Eksklusif sejauh 200 mil.
5. Negara asing memiliki kebebasan navigasi dan penerbangan di wilayah
ZEE, termasuk pemasangan kabel dan pipa bawah laut.
6. Negara yang tidak memiliki pantai, mendapat hak untuk mengakses laut
dan melakukan transit melalui negara transit.
7. Seluruh negara harus turut serta dalam mencegah dan mengendalikan
pencemaran laut, termasuk bertanggung jawab atas kerusakan yang diakibatkan oleh
pelanggaran negara terhadap konvensi.
8. Penelitian ilmiah di kelautan ZEE dan landas kontinen haruslah tunduk
pada negara pesisir. Jika penelitian ini dilakukan untuk tujuan perdamaian atau
lainnya, maka harus meminta persetujuan dari negara lainnya yang tergabung dalam
UNCLOS 1982.
9. Permasalahan yang ada hendaknya diselesaikan dengan cara damai.
10. Untuk sengketa bisa diajukan ke pengadilan internasional atau ke pihak
lainnya yang terkait dengan konvensi ini.

Pembagian laut Indonesia berdasarkan UNCLOS 1982


Menurut Wahono dan Abdul Atsar dalam Buku Ajar Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (2019), berdasarkan UNCLOS 1982, wilayah laut Indonesia dibagi
menjadi tiga yaitu :
1. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) ZEE diukur dari garis dasar selebar 200
mil ke arah laut terbuka. Adanya zona ekonomi eksklusif membuat Indonesia memiliki
kewenangan pertama untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya lautnya. Namun, ZEE
juga termasuk kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel serta pipa bawah laut.
Pemasangan ini tetap mengacu pada peraturan hukum laut internasional, batas landas
kontinen serta ZEE.
2. Zona Laut Teritorial
Zona laut ini diambil dari jarak 12 mil laut dari garis dasar (baseline) ke arah
laut lepas. Garis dasar ini merupakan garis khayal yang mengubungkan titik ujung
terluar pulau. Sedangkan laut teritorial berarti laut yang terletak di antara batas
teritorial. Negara memiliki kedaulatan sepenuhnya terhadap laut hingga batas laut
teritorial. Namun, negara juga wajib memberikan izin dan menyediakan jalur
pelayaran lintas damai, baik untuk penerbangan ataupun pelayaran.
3. Zona landas kontinen
Landas kontinen merupakan laut yang secara geologis maupun morfologis menjadi
kelanjutan dari sebuah kontinen atau benua. Zona landas kontinen diukur dari garis
dasar, yakni jarak paling jauhnya ialah 200 mil laut. Dalam hal ini, Indonesia
terletak di dua landasan kontinen, yakni Asia dan Australia. Indonesia memiliki
kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alam dan menyediakan pelayaran lintas
damai di dalam garis batas landas kontinen.

Anda mungkin juga menyukai