Anda di halaman 1dari 17

HUKUM LAUT

Arief Laila Nugraha, ST Program Studi Teknik Geodesi FT - UNDIP 2007

Referensi

Eka Djunarsjah, GD 433 Hukum Laut, Departemen Teknik Geodesi ITB, 2000 Eka Djunarsjah, GD 4221 Aspek Teknik Hukum Laut, Departemen Teknik Geodesi ITB, 2000 Leden Marpaung, Tindak Pidana Wilayah Perairan (Laut) Indonesia, Sinar Grafika, 1993 Kumpulan Paper International Workshop on Legal and Technical Aspects of Maritime Boundary Delimitation, UGM, 2005

Review

Hukum Laut Nasional


Peraturan Lingkungan Maritim Indonesia Peraturan tentang Pelayaran Nasional Peraturan Tentang Landas Kontinen Peraturan tentang zona ekonomi eksklusif Ratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 (UU No. 17 Tahun 1985) Konsepsi Benua Maritim Indonesia

Hukum Laut Nasional

Peraturan Lingkungan Maritim Indonesia Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim 1939

Laut teritorial membentang ke arah laut sampai jarak tiga mil laut dari Garis Surut pulau pulau (termasuk karang, batu karang yang ada di atas permukaan laut pada waktu air surut), serta daerah laut yang terletak pada sisi laut daerah laut dalam batas yang ditetapkan:

Di teluk, muara sungai, atau terusan, jarak tiga mil laut diukur dari garis lurus yang menutupi teluk, muara sungai atau terusan yang panjangnya tidak melebihi 10 mil laut. Di tempat yang terdiri dari dua atau lebih pulau pulau, jarak tiga mil laut diukur dari garis garis lurus yang menghubungkan titik titik terjauh garis garis air surut yang terletak pada bagian luar pulau pulau, yang panjangnya tidak melebihi enam mil laut. Di selat selat yang menghubungkan dua laut terbuka suatu negara tepi (pantai) yang jarak terdekatnya tidak melebihi enam mil laut, dianggap sebaga Laut Teritorial, walaupun lebar bagian lain antara kedua garis melebihi enam mil laut, sedangkan jika selat tersebut menghubungkan dua negara pantai, maka garis pemisah Laut Teritorial kedua negara ditarik melalui tengah-tengah selat.

Hukum Laut Nasional

Peraturan Lingkungan Maritim Indonesia

Deklarasi Djuanda 1957 (Pengumuman Pemerintah tentang Perairan Indonesia)

Konsepsi Nusantara yang didasarkan pada :


Bentuk geografi Indonesia sebagai negara kepulauan Keutuhan teritorial dan perlindungan semua kekayaan negara, meliputi kepulauan serta laut yang terletak di antaranya Ordonansi 1939 tidak sesuai lagi, karena membagi wilayah daratan Indonesia yang terpisah dengan perairan teritorialnya

Laut lintas damai untuk kapal asing dijamin selama tidak mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara Penentuan batas laut teritorial sejauh 12 mil laut dari garis yang menghubungkan titik tiitk ujung terluar pulau pulau Pengumuman ini akan dipertahankan dalam Konferensi Internasional di Jenewa Februari 1958 tentang hak atas lautan

Hukum Laut Nasional

Peraturan Lingkungan Maritim Indonesia

PP Pengganti UU No.4 Tahun 1960 (Pengukuhan Deklarasi Djuanda)

Perairan Indonesia terdiri dari:

Laut Teritorial yaitu lajur laut selebar 12 mil laut yang garis lurusnya diukur tegak lurus trhadap Garis Dasar atau titik pada Garis Dasar yang tediri dari garis - garis lurus yang menghubungkan titik titik terluar pada garis air rendah pulau pulau atau bagian pulau pulau terluar Perairan Pedalaman yait semua perairan yang terletak pada sisi dalam dari Garis Dasar

Pengertian 1 mil laut = 1/60 derajat (sama dengan Ordonansi 1939) Lalu lintas Laut Damai dalam perairan Indonesia terbuka bagi kendaraan air asing, selama tidak mengganggu keamanan Indonesia Sejak Perpu ini dikeluarkan, Ketentuan ordonansi 1939 Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan tidak berlaku

Hukum Laut Nasional

Peraturan Lingkungan Maritim Indonesia

UU No. 6 Tahun 1996 (Perairan Indonesia)

Perairan Indonesia adalah Laut Teritorial Indonesia beserta Perairan Kepulauan dan Perairan Pedalamannya Negara RI adalah negara kepulauan. Segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara RI, dengan tidak memperhitungkan luas atau lebarnya merupakan bagian dari perairan Indonesia yang berada di bawah Kedaulatan NRI.

Hukum Laut Nasional

Peraturan tentang Landas Kontinen

UU No. 1 Tahun 1973 (Landas Kontinen Indonesia)


UU ini (6 Januari 1973) merupakan pengukuhan dari Pengumuman Pemerintah Indoensai tentang Landas Kontinen (17 Februari 1969) Landas Kontinen Indonesia adalah dasar laut dan tanah di bawahnya, di luar wilayah perairaan Indonesia (UU No. 4 Perpu 1960), sampai kedalaman 200 m dan lebih, dimana masih mungkin diselengerakan eksplorasi dan eksploitai kekayaam alam (mineral dansumber non hayati lainnya di dasar dan atau di dalam lapisan tanah di bawahya, termasuk organisme jenis sedinter yaitu organisme yang pada masa perkembangannya tidak bergerak) Penguasan penuh dan hak ekslusif atas kekeyaan alam di Landas Kontinen ada pada negara Penetapan garis batas Landas Kontinen dengan negara lain dapt dilakuakn denagn cara perundingan

Hukum Laut Nasional

Peraturan tentang Landas Kontinen

UU No. 1 Tahun 1973 (Landas Kontinen Indonesia)


Penyelenggaraan penelitian ilmiah atas kekayaan alam di landas kontinen diatur dengan Peraturan Pemerintah Untuk melaksanakan eksplorasi dan eksploitasi dapat dibangun, dipelihara, dan dipergunakan instalasi-instalasi, kapal-kapal atau alat alat lainnya Untuk melindungi instalasi instalasi kapal-kapal atau alat - alat lainnya terhadap gangguan pihak ketiga, pemerintah dapat menetapkan suatu daerah terlarang yang lebarnya tidak melebihi 500 m, dihitung dari setiap titik terluar pada instalasi-instalasi, kapal-kapal atau alat lainnya yang terdapat di landas kontinen dan atau di atasnya Pemerintah juga dapat menetapkan suatu daerah terbatas selebar 1250 m dihitung dari titik-titik terluar dari daerah terlarang, dimana kapal-kapal pihak ketiga dilarang membuang atau membongkar suah.

Hukum Laut Nasional

Peraturan tentang Zona ekonomi Eksklusif (ZEE)

UU No. 5 Tahun 1983 (ZEEI)

UU No. 5 Tahun 1983 (ZEEI) ini merupakan pengukuhan dari Pengumuman pemerintah Indonesia tentang Zona ekonomi Eksklusif (21 Maret 1980) ZEE adalah jalur diluar dan berbatasan dengan Laut Teritorial, yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya dengan batas terluar 200 mil laut diukur dari garis pangkal Hak berdaulat di ZEE untuk melakukan :

Eksplorasi dan eksploitasi serta pengelolaan dan konservasi sumber daya alam hayati dan non hayati Pembangkitan energi dari air, arus dan angin Pembuatan dan penggunaan pulau buatan, instalasi dan bangunan lainnya Penelitin ilmiah mengenai kelautan Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut

Yurisdiksi di ZEE yang berhubungan dengan:


Hukum Laut Nasional

Peraturan tentang Zona ekonomi Eksklusif (ZEE)

UU No. 5 Tahun 1983 (ZEEI)

Hak berdaulat dan yurisdiksi serta kewajiban lainnya yang berkaitan dengan dasar laut dan tanah di bawahnya, dilaksanakan menurut peraturan tentang landas kontinen Kebebasan pelayaran dan penerbangan internasional serta kebebasan pemasangan kabel dan pipa bawah laut diakui sesuai dengan prinsip hukum laut internasional Pihak yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi harus mendapat izin dari pemerintah atau persetujuan internasional dengan pemerintah, serta harus mentaati ketentuan tentang pengelolaan dan konservasi yang ditetakan oleh pemerintah Pihak yang membuat dan atau menggunakan pulau buatan, instalasi dan bangunan lainya harus berdasarkan izin dari pemerintah, sedangkan pihak yang menimbulkan kerugian harus memikul tangung jawab dan membayar ganti rugi kepada pemilik pulau buatan, instalasi dan bangunan lainnya.

Hukum Laut Nasional

Ratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 (UU No. 17 Tahun 1985)

Pertimbangan - Pertimbangan

UNCLOS (United nations Convention on the Law of the Sea) telah diterima baik dalam konferensi PBB tentang Hukum Laut III di New York tanggal 30 April 1982 serta telah ditandatangani oleh Negara RI bersama-sama 118 negara lainnya di Montego Bay Jamaika tanggal 10 Desember 1982 UNCLOS telah mengatur tentang rejim-rejim hukum laut, termasuk rejim hukum Negara Kepulauan (yang mempunyai arti dan peranan penting untuk memantapkan kedudukan Indonesia dalam rangka implementasi wawasan Nusantara sesuai amanat MPR RI) secara menyeluruh

Hukum Laut Nasional

Ratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 (UU No. 17 Tahun 1985)

Konsekuensi

Sejak UU ini diberlakukan (31 Desemebr 1985), Indonesia terikat dalam Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) III tahun 1982 dan harus mengimplementasikannya dalam pembuatan Hukum Laut Nasional Penyelesaian konflik dengan negara berbatasan harus mengacu pada UNCLOS III

Hukum Laut Nasional

Konsepsi Benua Maritim Indonesia

Aktualisasi Konsepsi Wawasan Nusantara (Konsepsi Kesatuan Bangsa dan Negara, yang meliputi Politik, ekonomi. Sosial dan Budaya, serta Hankam) ynag dicetuskan dalam seminar Hankam tanggal 12 s/d 21 Nopember 1966 di Jakrta dan diresmikan dalam raker Hankam tanggal 17 s/d 28 Nopemebr 1967 di Jakarta Didasarkan pada banyaknya pulau dan luas perairan Indonesia:

Jumlah Pulau : 17.508 Luas Perairan : 3,1 juta km2 terdiri dari laut teritorial 0,3 juta km2 dan Perairan Nusantara : 2,8 jua km2 Luas ZEE : 2,7 juta km2 Panjang garis pantai : 80.791 km Panjang garis pangkal : 13.179 km (berdasakan konvensi Hukum Laut 1982)

Hukum Laut Nasional

UU No. 6 Tahun 1996 (Perairan Indonesia)

Aktualisasi Konsepsi Wawasan Nusantara (Konsepsi Kesatuan Bangsa dan Negara, yang meliputi Politik, ekonomi. Sosial dan Budaya, serta Hankam) ynag dicetuskan dalam seminar Hankam tanggal 12 s/d 21 Nopember 1966 di Jakrta dan diresmikan dalam raker Hankam tanggal 17 s/d 28 Nopemebr 1967 di Jakarta Didasarkan pada banyaknya pulau dan luas perairan Indonesia:

Jumlah Pulau : 17.508 Luas Perairan : 3,1 juta km2 terdiri dari laut teritorial 0,3 juta km2 dan Perairan Nusantara : 2,8 jua km2 Luas ZEE : 2,7 juta km2 Panjang garis pantai : 80.791 km Panjang garis pangkal : 13.179 km (berdasakan konvensi Hukum Laut 1982)

Hukum Laut Nasional

Lampiran Data Negara Indonesia


(Sumber : SUBDISRAPLINGLA Seksi Geografi Maritim DISHIDROS (Jakarta, 25 September 1992)

Letak Astronomis Indonesia


0601620 LU 1101500 LS 9401600 BT 14101500 BT

Pulau

Berdasarkan Hasil Perhitungan Tahun 1961


Jumlah Jumlah Berpenduduk Jumlah tidak berpenduduk = 13.667 = 992 = 12.675

Berdasarkan Hasil Perhitungan Tahun 1985


Jumlah Jumlah Pulau Besar Jumlah Pulau Kecil Jumlah Pulau bernama Julah Pulau tak bernama Luas Pulau terbesar Luas pulau terkecil

= 17.508 = 55 = 17.453 = 11.807 = 5.707 = 539.160 km2 = 5 m2

Hukum Laut Nasional

Lampiran Data Negara Indonesia


(Sumber : SUBDISRAPLINGLA Seksi Geografi Maritim DISHIDROS (Jakarta, 25 September 1992)

Daratan

Luas Daratan Panjang Garis Pantai

= 2.027.087 km2 = 80.791 km


= 0,3 juta km2

Perairan Laut Teritorial


Perairan Nusantara Perairan Wilayah Kedaulatan ZEE Perairan Wilayah Yurisdiksi ZEE Daratan / Kepulauan Perairan Kedaulatan Indonesia Luas Wilayah Kedaulatan indonesia

= 2,8 juta km2 = 3.166.163 km2 = 2,7 km2 = 5.866.163 km2 = 2.027.087 km2 = 3.166.163 km2 = 5.193.250 km2

Wilayah Kedaulatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai