Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

“ Hukum Laut “

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pertemuan 7 Mata Kuliah Hukum Dan Peradilan
Internasional

Disusun Oleh :

Anib Ginasti (20052003)

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

 Prof.Dr.Azawar ananda,MA.

Kode Seksi :

202220520051

DEPARTEMEN ILMU SOSIAL POLITIK

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga pemyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam selalu
tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pertemuan 7 Mata Kuliah Hukum
Dan Peradilan Internasional yaitu mengenai hukum laut. Keberhasilan dalam penyusunan
makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu tak lupa penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr.Azawar ananda,MA selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Dan
Peradilan Internasional
2. Orang tua yang telah memberikan bantuan moril dan materiil.
3. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Februari 2023

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Makalah
Laut sepanjang sejarah merupakan salah satu akses perdagangan dunia dimana
lalu lintas kapal dari berbagai Negara. Sejak Zaman kerajaan – Kerajaan Jawa hingga
saat ini Laut menjadi Akses penting Pelayaran maupun Perdagangan dunia serta
sumber daya alam hayati dan non hayati yang terkandung di dalamnya. Laut
cenderung tidak lagi dipandang sebagai pemersatu wilayah, tetapi kepanjangan
wilayah kekuasaan daerah untuk menarik retribusinya, Hal ini demikian itu rawan
terhadap konflik antardaerah dalam perikanan, pertambangan dan pariwisata, selain
meningkatkan biaya perdagangan antarpulau, bahkan para nelayan berkelahi di laut
dan saling bakar kapal-kapal penangkap ikannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian laut?
2. Apa itu Pengertian hukum laut?
3. Apa itu Manfaat laut bagi negara?
4. Apa itu Laut teritorial, laut bebas,  Zona Ekonomi Eklusive (ZEE), laut 
pedalaman?
5. Apa itu selat dan landas kontinen?
6. Apa itu Konsep negara kepulauan?
7. Apa itu Laut bebas dan udara di atasnya?
C. Tujuan Makalah
1. Memahami Pengertian laut.
2. Memahami Pengertian hukum laut.
3. Memahami Manfaat laut bagi negara.
4. Memahami Laut teritorial, laut bebas,  Zona Ekonomi Eklusive (ZEE), laut 
pedalaman.
5. Memahami selat dan landas kontinen.
6. Memahami Konsep negara kepulauan.
7. Memahami Laut bebas dan udara di atasnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian laut.
Laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas yang memisahkan benua yang
satu dengan benua yang lainnya, dan juga memisahkan pulau yang satu dengan yang
lainnya.Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang
menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Lautan yang merupakan
wilayah air pada dasarnya dapat dibagi dalam 3 bagian :
a. Permukaan lautan
b. Dalam lautan
c. Dasar lautan

Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan yang berada pada satu
pengawasan, berdasarkan kedaulatan suatu negara atau hukum internasional.Bagi
wilayah perairan teritorial suatu negara, berarti segala pengelolaan kepentingan
pemeliharaan dan pengawasan pada prinsipnya tanggung jawab ada pada negara tersebut
dalam pelaksanaannya tetapmemperhatikan hukum kebiasaan maupun konvensi
internasional yang berlaku.
2. Pengertian hukum laut.

Hukum Laut dalam arti the Law of the Sea sebagaimana tercantum dalam The


United Nation Convention On The Law Of The Sea 1982 , bahwa laut beserta potensi
yang terkandung didalamnya sebagai milik bersama umat manusia (common heritage of
mankind) dimana laut sebagai obyek yang ditaur oleh negara-nagara termasuk negara
tidak berpantai (landlock countries).
Hukum Laut dalam arti luas adalah hukum yang mengatur mengenai dunia
pelayaran dan ketentuan ketentuan yang mengatur laut dalam berbagai aspek dan fungsi
baik ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Buku II KUHD maupun ketentuan-
ketentuan hukum yang terkait dengan beberapa konvensi Hukum Laut International.
Seperti yang tercantum didalam UNCLOS yang ditanda tangani di Montego Bay tahun
1982.
Hukum Laut Dalam arti sempit yaitu yang terbatas pada ketentuan ketentuan
yang tercantum dalam Buku II KUHD dengan judul Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban
yang terbit dari pelayaran , dengan penekanan dalam hukum yang mengatur mengenai

4
pengangkutan barang dan orang melalui laut. Jadi hukum laut ini adalah hukum laut yang
termasuk bidang hukum dagang sebagai lex spesialist yang merupakan bagian dari
hukum perdata sebagai lex generalist.
Hukum Laut  adalah hukum yang mengatur laut sebagai obyek yang diatur
dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan dan kepentingan seluruh negara
termasuk negara yang tidak berbatasan dengan laut secara fisik (Landlock Countries)
guna pemanfaatan laut dengan seluruh potensi yang terkandung didalamnya bagi umat
manusia sebagaimana yang tercantum dalam UNCLOS 1982, beserta konvensi-konvensi
Internatioanal yang terkait langsung dengan nya.
3. Manfaat laut bagi negara
a. Laut sebagai Wilayah
Salah satu persyaratan mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah negara adalah
wilayah kedaulatan, di samping rakyat dan pemerintahan yang diakui. Konsep dasar
wilayah negara kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember
1957. Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa Indonesia karena
telah melahirkan konsep Wawasan Nusantara yang menyatukan wilayah Indonesia.
Laut nusantara bukan lagi sebagai pemisah, akan tetapi sebagai pemersatu bangsa
Indonesia yang disikapi sebagai wilayah kedaulatan mutlak Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Diakuinya konsep dasar wilayah negara kepulauan oleh dunia
internasional, seperti yang tercantum pada UNCLOS (United Nations on the Law of
the Sea) 1982, memberikan tanggung jawab besar bagi Indonesia dalam mengelola
laut. Pengelolaan tersebut berlandaskan pada beberapa kepentingan, di antaranya
meliputi (a) untuk kepentingan nasional sebagai sumber perekonomian negara, (b)
secara regional berbatasan dengan negaranegara tetangga yang juga memiliki
kepentingan mengelola laut, dan (c) secara internasional perairan Indonesia
merupakan perairan vital yang dapat berpengaruh pada perdagangan, kepentingan
pertahanan global maupun keseimbangan ekosistem laut global. Dalam mengelola
laut sebagai wilayah, ada dua hal pokok yang harus diselesaikan. Pertama, secara
eksternal adalah menata batas-batas maritim dengan negara-negara tetangga sesuai
dengan ketentuan internasional yang berlaku. Kedua, secara internal adalah menata
wilayah laut khususnya batasbatas peruntukan lahan laut sebagai suatu pengaturan
pemanfaatan lahan laut yang dapat mengakomodasi semua kepentingan.

5
b. Laut sebagai Sumber Daya dan Ekosistem
Laut merupakan fenomena alam yang tersusun sebagai suatu sistem yang
kompleks, dan terdiri atas komponen-komponen sumber daya hayati dan nonhayati
dengan keragaman serta nilai ekonomi yang tinggi. Setiap sumber daya laut tersusun
sebagai suatu sistem dengan karakteristik tertentu. Interaksi antarsistem ini
membentuk suatu keseimbangan lingkungan laut. Ekosistem laut beraksi relatif
sensitif dan selalu berupaya mencari keseimbangan baru sebagai reaksi terhadap
adanya perubahan. Perubahan ataupun upaya pencapaian keseimbangan baru suatu
ekosistem di laut dapat berdampak pada kawasan perairan lokal. Namun, dikarenakan
sifat perairan laut yang saling berhubungan, dampak ini dapat berpengaruh pada
perairan yang lebih luas atau bahkan global. Indonesia sebagai negara yang mengelola
laut dan perairan laut nusantara yang menghubungkan antarlaut secara global, perlu
secara serius bukan hanya memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan di wilayah
laut Indonesia, namun juga mempunyai kepentingan untuk memantau kualitas
ekosistem laut secara global.
c. Laut sebagai Media Kontak Sosial dan Budaya
Seiring dengan pemanfaatan laut sebagai media transportasi, terbukalah hubungan
antarmasyarakat, baik melalui perdagangan maupun kegiatan lainnya. Hubungan
antarmasyarakat ini secara langsung dan tidak langsung telah membuka adanya
pertukaran budaya. Namun, aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat di laut perlu
diwaspadai sebagai peluang timbulnya tindakan negatif atau bahkan cenderung pada
tindakan kriminal. Perompakan kapal, pengambilan sumber daya yang tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku atau tindak kejahatan lainnya, merupakan dampak
negatif aktivitas sosial ekonomi di laut.
d. Laut sebagai Sumber dan Media Penyebar Bencana Alam

6
Sifat laut sebagai media pengantar energi yang baik, perlu dicermati sebagai
faktor ancaman terhadap kehidupan manusia. Bencana tsunami menunjukkan salah satu
bukti bahwa laut meneruskan dengan baik energi yang terlepas secara mendadak akibat
gempa tektonik bawah air. Bencana tumpahan minyak di laut secara cepat akan
dipindahkan dan disebarkan pada area yang cukup luas. Media air menyebarkan
tumpahan minyak sesuai dengan arah dan besaran tenaga dominan yang bekerja pada
permukaan air laut. Mengingat laut sebagai sumber dan media penyebar bencana alam
maka sifat ini merupakan aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
pola pemanfaatan laut.
4. Laut teritorial, laut bebas,  Zona Ekonomi Eklusive (ZEE), laut  pedalaman.
a. laut teritorial
Batas laut teritorial atau (Territorial Sea) adalah garis batas laut di perairan
sepanjang 12 mil laut atau 22,224 kilometer yang ditarik dari garis dasar. Garis dasar
merupakan sebuah garis khayal yang ditarik pada pantai ketika air laut sedang
mengalami surut, serta menghubungkan berbagai titik yang ada pada ujung pulau. Di
dalam batas laut teritorial, Indonesia mempunyai kedaulatan mutlak atas wilayah laut,
dasar laut, subsoil, dan udara yang berada di dalam wilayahnya. Selain berhak atas
apa yang ada di dalamnya, Indonesia juga berkewajiban untuk menjamin hak lintas
damai, baik melalui alur kepulauan maupun tradisional untuk pelayaran internasional.

b. laut bebas
laut bebas adalah wilayah perairan laut yang bukan termasuk laut teritorial
maupun perairan pedalaman dari suatu negara. Pemanfaatan laut bebas dilaksanakan
menurut prinsip “warisan bersama umat manusia”. Sehingga manfaat laut bebas baik
dari sisi sumber daya alam yang dikandungnya maupun dari sisi navigasinya, harus
dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia, serta tidak boleh
dimonopoli oleh satu atau segelintir negara yang kuat saja. Prinsip inilah yang
melahirkan hak dan kewajiban umum tiap negara terhadap laut bebas. Juga hak dan
kewajiban khusus seperti menyediakan sarana pencarian dan penyelamatan “SAR”
yang memadai serta pelestarian lingkungan laut. Konvensi Hukum Laut
mengingatkan bahwa laut bebas hanya boleh digunakan untuk keperluan damai.
Dengan demikian, suatu negara tidak bisa mengklaim setiap bagian laut bebas
menjadi kedaulatannya / menjadi miliknya.

7
c. zona ekonomi eklusive(ZEE)
Konsep tentang Landas Kontinen maupun konsep Zona Ekonomi Eksklusif
pertama kali berasal dari Proklamasi Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman
tahun 1945. Dasar pemikiran dicetuskannya konsep itu adalah adanya keinginan
Amerika Serikat untuk memanfaatkan sumber daya alam di luar wilayah negaranya
namun masih berdekatan dengan laut teritorial.30 Ketentuan mengenai Zona
Ekonomi Ekskusif (ZEE) dimuat dalam ketentuan Pasal 55 UNCLOS III, yaitu suatu
daerah di luar dan berdampingan dengan laut teritorial, yang tunduk pada rezim
hukum khusus yang ditetapkan dalam bab ini berdasarkan mana hak-hak dan
yurisdiksi negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-kebebasan negara lain, diatur
oleh ketentuanketentuan yang relevan konvensi ini.31 Dari rumusan ketentuan Pasal
55 UNCLOS III, kiranya dapat dirinci unsur-unsur pengertian Zona Ekonomi
Eksklusif antara lain:
a. Zona Ekonomi Eksklusif itu adalah bagian laut yang terletak di luar Laut
Teritorial.
b. Keberadaan Zona Ekonomi Eksklusif di luar laut teritorial tidak diselingi
oleh bagian laut lain tetapi langsung berdampingan dengan Laut Teritorial
itu sendiri.
c. Bahwa Zona Ekonomi Eksklusif itu diatur oleh rezim hukum khusus (sui
generis) yang dituangkan dalam Bab V, yaitu bab yang mengatur Zona
Ekonomi Eksklusif.
d. Bahwa disebut rezim khusus oleh karena pada Zona Ekonomi Ekslusif
oleh UNCLOS III hak-hak dan yurisdiksi negara pantai dan sekaligus juga
diakui adanya hak-hak serta kebebasan-kebebasan negara lain.
Zona Ekonomi Ekslusif yang terletak di luar laut teritorial lebarnya ditentukan
200 mil diukur dari garis pangkal, sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal
57 UNCLOS III, ditentukan berdasarkan dua jenis, yaitu garis pangkal biasa (normal
base line) dan garis pangkal lurus (straight base line). Garis pangkal biasa adalah garis
yang ditarik pada saat air surut terjauh dari pantai, sedangkan garis pangkal lurus
adalah garis yang ditarik dengan menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau
terluar. Arah luar garis pangkal tersebut, suatu negara dapat menetapkan lebar laut
teritorial maksimum 12 mil. Berkenaan dengan hal itu, dikaitkan dengan ketentuan
Pasal 57, maka lebar Zona Ekonomi Eksklusif sesungguhnya adalah 188 mil (200 mil
dikurangi 12 mil. Penetapan batas Zona Ekonomi Eksklusif antara satu negara yang

8
pantainya berhadapan atau berdampingan dengan negara lain harus diatur dengan
suatu perjanjian internasional. Apabila kesepakatan tidak tercapai maka penyelesaian
sengketa harus ditempuh sesuai Bab XV yang pada pokoknya mengisyaratkan
penyelesaian dengan jalan damai.

e. laut pedalaman

Laut pedalaman merupakan laut yang sebagian besar wilayahnya berada di


antara daratan. Laut pedalaman ini biasanya tidak mengalami pasang surut
( baca: manfaat pasang surut air laut) seperti laut- laut pada umumnya dan juga tidak
bisa dipengaruhi oleh kekuatan arus air di samudera. Laut pedalaman ini biasanya
airnya lebih asin daripada laut lepas. Hal ini karena kadar garam laut pedalaman lebih
banyak daripada laut lainnya. Di dunia ini kita dapat menemukan beberapa laut
pedalaman. Beberapa laut pedalaman yang ada di dunia ini contohnya adalah Laut
Baltik, Laut Kaspia, Laut Mati, dan juga Laut Hitam.

5. selat dan landas kontinen.


a. selat

Status hukum selat yang dipergunakan untuk pelayaran internasional adalah


tetap sama dengan status kedaulatan atas perairan selat, ruang udara diatasnya, dasar
laut dan tanah di bawahnya. Selat yang dipergunakan untuk pelayaran internasional,
yaitu semua kapal dan pesawat udara menikmati hak lintas lewat “transit passage”
yang tidak bisa dihambat apabila memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Negara Selat mempunyai hak untuk menyediakan alur laut dan menentukan jalur
pemisah lalu lintas bagi navigasi di selat tersebut guna meningkatkan keselamatan
lintas kapal. Negara Selat berhak untuk membuat peraturan perundang-undangan
menegenai “lintas lewat” melalui selat. Dalam hal ini Negara Selat tidak boleh
melakukan diskriminasi dalam bentuk maupun fakta diantara kapal-kapal asing
sehingga menghilangkan, menghambat, atau mengurangi hak “lintas lewat”. Negara
Selat berkewajiban untuk mengumumkan sebagaimana mestinya peraturan
perundang-undangan mengenai “lintas lewat” tersebut. Selat yang dipergunakan
untuk pelayaran internasional terbuka kemungkinan atas rezim lintas damai.

b. landas kontinen

9
Batas laut kedua yang ada di negara Indonesia adalah batas landas kontinen.
Penentuan batas landas kontinen diatur di dalam Konvensi Hukum Laut pada tahun
1982 pasal 78 hingga 85. Landas Kontinen adalah wilayah yang dikuasai terdiri dari
dasar laut serta tanah di bawahnya yang berada di luar laut teritorialnya sepanjang
adanya kelanjutan ilmiah pada wilayah daratannya hingga pinggiran tepi kontinen,
maupun dasar laut serta tanah yang berada di bawahnya hingga jarak 200 mil laut
yang dimulai dari garis pangkal dimana laut teritorial tersebut diukur. Selanjutnya,
konvensi tersebut menentukan pengukuran landas kontinen dengan kriteria:

1. jarak sampai 200 mil laut jika tepian luar kontinen tidak mencapai jarak 200
mil laut;
2. kelanjutan alamiah wilayah daratan di bawah laut hingga tepian luar kontinen
yang lebarnya tidak boleh melebihi 350 mil laut yang diukur dari garis dasar
Laut Teritorial jika di luar 200 mil laut masih terdapat daerah dasar laut yang
merupakan kelanjutan alamiah dari wilayah daratan dan jika memenuhi
kriteria kedalaman sedimentasi yang ditetapkan dalam konvensi;
3. atau tidak boleh melebihi l00 mil laut dari garis kedalaman (isobath) 2500
meter

Bila kelanjutan alamiah bersifat landai, maka batas terluar landas kontinen
ditandai dengan continental slope atau continental rise. Namun, jika kelanjutan
alamiah bersifat curam tidak jauh dari letak garis pangkal kepulauan, maka batas
terluar landas kontinen berimpit dengan batas luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Konsep ini dikenal dengan Co-extensive Principle.

6. Konsep negara kepulauan.

Konsep negara kepulauan diterima masyarakat internasional dan di masukan


kedalam UNCLOS III 1982, utamanya pada pasal 46. Dalam pasal tersebut,
disebutkan bahwa “Negara Kepulauan” berarti suatu negara yang seluruhnya terdiri
dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau – pulau lain. Sedangkan
pengertian “kepulauan” berarti suatu yang terdiri dari suatu gugusan pulau, termasuk
bagian pulau, perairan diantaranyadan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya
satu sama lainnya sama erat sehingga pulau – pulau, perairan dan wujud alamiah
lainnya itu merupakan suatu kesatuan geografi, ekonomi dan politk yang hakiki, atau
yang secara historis dianggap sebagai demikian. Dalam UNCLOS di sebutkan

10
“Negara kepulauan” berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.

11
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa laut adalah adalah kumpulan air asin dalam
jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua
atau pulau. Dimana laut ini memiliki aturan sendiri yang biasa dikenal dengan hukum
laut. Di laut juga memiliki batasan-batasan yang membatasi kepemilikan laut oleh
suatu negara. Batas-batas itu juga dapat dikenal sebagai laut teritorial, landas
kontinen, zona ekonomi eklusif, laut pedalaman, laut bebas dan lain-lain.

b. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sehingga untuk kedepannya dapat menjadi motivasi dan pembelajaran
bagi penulis untuk membuat makalah selanjutnya

12
REFERENSI
I Made Pasek Diantha, 2002, Zona Ekonomi Eksklusif, Cetakan Kesatu, Mandar Maju,
Bandung, hlm. 1

Lihat ketentuan Pasal 55 Konvensi Hukum Laut 1982 (UNCLOS III)

Mochtar Kusumaatmadja, 1983, Hukum Laut Internasional, Angkasa Offset, Bandung,


hlm. 1.

UNCLOS 1982; BAB IV; Pasal 46(a) 4

https://en.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_on_the_Law_of_the_Sea di
akses 16 Juni 2017

Kusumo w s. 2009; Indonesia Negara Maritim. Cetakan II. Teraju. Jakarta

https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-pengertian-hukum-laut

13

Anda mungkin juga menyukai