Anda di halaman 1dari 14

Wawasan Sosial Budaya Dan Maritim

Nama : Fritz Yehezkiel Maruli


Prodi : Ilmu Hukum
Kelas : 2/C
NPM : 221150037
Kata Pengantar
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena masih di beri kesempatan
untuk menyelesaikan tugas yang di percayakan kepada saya, Makalah yang
berjudul “Wawasan Budaya dan Kemaritiman” bertujuan untuk memberikan
informasi serta pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu bagi kita semua
Saya menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena
ketidaksempurnaan makalah ini saya mengharapkan kritik serta saran yang
membangun untuk memperbaiki kekurangan makalah ini.
Selamat Membaca
Negara Maritim adalah
negara yang berdaulat,
menguasai, mampu
mengelola dan memanfaatkan
secara berkelanjutan dan
memperoleh
kemakmuran dari laut.
Dengan demikian apabila
membicarakan negara
kepulauan seperti Indonesia
kita dapat menggunakan
istilah Negara Maritim
karena penggunaan lautnya
selalu untuk kejayaan
negaranya. Sedangkan
kelautan adalah yang terkait
dengan artian fisik dan
properti (physical property)
yakni terkait dengan
sumberdaya kelautan dan
fungsi laut yang digunakan
untuk
mencapai Negara Maritim.
Visi kelautan adalah visi
dalam mendayagunakan
sumberdaya dan fungsi laut
secara berkelanjutan untuk
kemakmuran bangsa.
Visi Kelautan tersebut
digunakan untuk menyatukan
pembangunan yang
berwawasan kedalam (inward
looking) yakni
mengembangkan kemajuan
nusantara dan negara
kepulauan dan wawasan keluar
(outward looking) yakni
mengembangkan berbagai
kemampuan bangsa untuk
menguasai potensi laut
secara global sesuai
peraturan internasional untuk
kemakmuran bangsa
Indonesia
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Latar
Belakang…………………………………………………………………….2
Rumusan Masalah…………………………………………………………..1
BAB II
Pembahasan
Kemaritiman Indonesia…………………………………………….3
Mewujudkan Maritim Indonesia Di Poros
Dunia………………………………………..4
BAB III
KESIMPULAN……………………………………………………………..5
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………..5
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kemaritiman Indonesia?
2. Bagaimana Mewujudkan Maritim Indonesia Menjadi Poros Dunia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan


dan dirgantara, serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu
konsep pengembangan sehingga hal ini merupakan salah satu wujud
aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang
bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Undang–undang Dasar 1945. Ditambah
lagi dengan adanya PJP II Pembangunan Maritim Indonesia yang
rencananya dilakukan secara bertahap, dengan waktu yang masih
tersisa 4 pelita (20 tahun), serta diperkuat juga dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (UU RPJPN) disebutkan bahwa pembangunan adalah
untuk mewujudkan “INDONESIA YANG 15 MANDIRI, MAJU,
ADIL”, melalui “Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”.

3
keamaman. Dengan
demikian, laut nusantara
pada hakekatnya merupakan
ruang lingkup dan wahana
perjuangan bangsa Indonesia
dalam mencapai tujuan
dan cita-cita nas
3
keamaman. Dengan
demikian, laut nusantara
pada hakekatnya merupakan
ruang lingkup dan wahana
perjuangan bangsa Indonesia
dalam mencapai tujuan
dan cita-cita nas
3
keamaman. Dengan
demikian, laut nusantara
pada hakekatnya merupakan
ruang lingkup dan wahana
perjuangan bangsa Indonesia
dalam mencapai tujuan
dan cita-cita nasional
3
keamaman. Dengan
demikian, laut nusantara
pada hakekatnya merupakan
ruang lingkup dan wahana
perjuangan bangsa Indonesia
dalam mencapai tujuan
dan cita-cita nasiona
BAB II
PEMBAHASAN

A. MARITIM INDONESIA

Secara geografis Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki


kepulauan yang lebih luas dibandingkan dengan daratannya. Hal ini
dibuktikan dengan Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia, sekitar dua per tiga wilayah Indonesia merupakan wilayah lautan.
Sebagai negara kepulauan yang utuh sesuai dengan ketetapan Konvensi
Hukum Laut PBB, dengan luas laut yang begitu besar terdiri dari luas
perairan nusantara 3,1 juta kilometer persegi. Luas tersebut belum termasuk
luas kawasan Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta kilometer persegi.
Sehingga, luas total perairannya menjadi sekitar 5,8 km2. Memiliki panjang
garis pantai kurang lebih sekitar 81.000 km, serta gugusan pulau sebanyak
17.508 pulau. Baca juga: Letak dan Luas Indonesia Sebagai negara bahari,
Indonesia tidak hanya mempunyai heart of sea atau satu laut utama, tetapi
terdapat tiga laut utama yang membentuk Indonesia sebagai sea system yaitu
laut jawa, laut flores, dan juga laut banda. Laut Jawa merupakan sebuah
kawan jantung perdagangan laut Indonesia dan telah diintegrasi oleh
jaringan pelayaran dan perdagangan sebelum datangnya bangsa dari bagian
Barat.
B. Mewujudkan Maritim Indonesia Menjadi Poros Dunia
Wilayah perairan (laut, sungai, danau) yang menempati 72 % dari luas
permukaan bumi menunjukan peranan dan potensi SDA untuk pembangunan
suatu bangsa yang terintegrasi dengan wilayah tersebut. Keberadaan wilayah ini
mendukung aktifitas jalur perdagangan nasional dan internasional. Sedangkan,
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki potensi
untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Poros Maritim Dunia bertujuan
menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur.
Dalam mewujudkan hal ini, Presiden Joko Widodo mencetuskan lima pilar :
Pembangunan kembali budaya maritim Indonesia. Berkomitmen dalam menjaga
dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan
laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan
sebagai pilar utama. Komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan
konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan
industri perkapalan, serta pariwisata maritim. Diplomasi maritim yang
mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan.
Membangun kekuatan pertahanan maritim. Namun, ada beberapa hal yang
membatasi pergerakan Indonesia dalam menjadi Poros Maritim Dunia, salah
satunya adalah kebijakan nasional yang harus disesuaikan dengan hukum
internasional. Hal ini menjadikan kebijakan perbatasan maritime perlu disusun
ulang sedemikian rupa sehingga dengan kondisi spesifik Indonesia dengan
Negara sekitarnya. Perhatian terhadap aspek hak-hak tradisional dan peran
pengetahuan tradisional terkait pengelolaan sumber daya laut lebih dibutuhkan
karena secara tidak langsung hukum yang lebih dulu dicanangkan adalah hukum
tradisional itu sendiri. Indonesia juga dikenal dengan negara maritim karena dua
pertiganya adalah lautan dengan luas perairan lautan 5,8 kilo meter persegi,
luas perairan kepulauan 2,95 juta kilometer persegi dan luas ZEE (Zona
Ekonomi Eksklusif) 2,55 juta kilo meter persegi. Jika dilihat panjang garis
pantai Indonesia ialah 95,181 kilometer yang terdapat 17.504 pulau. Di
dalamnya terdapat sekitar 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950
spesies biota terumbu karang. Selain itu, pengembangan industri maritim di
Indonesia juga perlu ditindaklanjuti lebih lanjut karena harus menyesuaikan
juga dengan revolusi industri 4.0 yang berkonsep pada implementasi operasi
industri sebagai upaya peningkatan produktifitas dan kualitas. Sistem
operasional kapal atau industri ekonomi maritim tidak terlepas dari lingkungan
laut yang membahayakan. Oleh karena itu, harus dilakukan uji standart untuk
menjamin operasional kapal agar dapat menjalin kerjasama dengan laut itu
sendiri. Permasalahan lain datang pada lumbung ikan nasional yang sedang
marak diperbincangkan namun belum juga kunjung diimplementasikan.
Sayangnya, peningkatan jumlah kapal patroli bukanlah solusi satu-satunya yang
tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Akibatnya, overcatching dan
banyaknya kapal patroli yang menganggur karena terlalu banyak armada.
Optimalisasi alat tangkap, penanganan hasil tangkapan yang jelas dan tepat,
jaringan pemasaran, penggunaan alat tangkap ganda merupakan solusi yang
dapat diberikan pada saat ini. Kita sebagai generasi muda perlu adanya
kesadaran nasional terutama sektor kelautan dan perikanan. Salah satunya
dengan memberikan penyadaran, pemahaman dan pembinaan bagi nelayan yang
saat ini masih melakukan cara-cara yang dilarang dalam menangkap ikan
dengan lebih edukatif . Sebagai contoh dengan melakukan pemahaman tentang
pentingnya lautan untuk masa kini dan juga masa yang akan datang. Jangan
sampai masyarakat merasakan kerugikan akibat nelayan kita merusak ataupun
melakukan penyelundupan ikan ke negara lain. Nelayan melakukan tindakan
perusakan sama artinya biota atau terumbu karang akan rusak dan spesies ikan
yang ada lautan di negeri ini seiring berjalannya waktu akan punah. Begitu
halnya penyelundupan ikan, jumlah ikan menjadi semakin menipis dan
masyarakat yang awalnya suka mengonsumsi ikan beralih dengan mengonsumsi
protein hewani lainnya. Selain itu peraturan hukum yang ada harus dapat
diterapkan secara tegas bagi perusak ataupun penyelundup ikan jika cara
penegakan hukum secara edukatif dan persuasif sudah tidak efektif.
BAB III
KESIMPULAN
Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada hakekatnya adalah
pembangunan nasional yang lebih menekankan pemanfaatan unsur
maritim dan dirgantara. Pengertian ini lahir Tahun 1966 setelah
dicanangkan sebagai Tahun Bahari dan Dirgantara oleh Presiden
Republik Indonesia. Pembangunan Maritim Indonesia pada dasarnya
adalah bagian Integral dari pembangunan Nasional dalam
pendayagunaan dan pemanfaatan lautan Indonesia untuk mencapai cita–
cita nasional.
Daftar isi
1. Sosial Budaya Kemaritiman Indonesia : H. Sulaiman Amar
2. https://umg.ac.id/opini/mewujudkan-indonesia-menjadi-poros-maritim-di-dunia

Anda mungkin juga menyukai