Disusun Oleh :
Nursyam
R011211035
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga paper dengan judul “Visi pembangunan nasional berbasis maritim” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi nilai tugas dalam Mata Kuliah wawasan sosial dan maritim.
Selain itu, pembuatan paper ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman maka saya yakin masih banyak kekurangan dalam paper ini. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempuraan paper ini. Akhir kata, semoga paper ini dapat berguna
bagi para pembaca.
Penulis
1
A. DEFINISI DAN MAKNA PEMBANGUNAN NASIONAL DIDALAM
NEGARA MARITIM
2
mendayagunakan sumberdaya dan fungsi laut secara berkelanjutan untuk
kemakmuran bangsa. Visi Kelautan tersebut digunakan untuk menyatukan
pembangunan yang berwawasan kedalam (inward looking) yakni
mengembangkan kemajuan nusantara dan negara kepulauan dan wawasan
keluar (outward looking) yakni mengembangkan berbagai kemampuan
bangsa untuk menguasai potensi laut secara global sesuai peraturan
internasional untuk kemakmuran bangsa Indonesia.
Poros maritim dapat dipahami dalam tiga makna atau unsur. Pertama,
poros maritim dapat dilihat sebagai sebuah visi atau cita-cita mengenai
Indonesia yang ingin dibangun. Dalam konteks ini, gagasan poros maritim
merupakan sebuah seruan besar untuk kembali ke jati diri Indonesia atau
identitas nasional sebagai sebuah Negara kepulauan, yang diharapkan akan
mewujudkan dalam bentuk Indonesia berbagi kekuatan maritim yang
bersatu (unity), sejahtera (prosperity), dan berwibawa (dignity).
Kedua, poros maritim juga dapat dipahami sebagai sebuah doktrin, yang
memberi arahan mengenai tujuan bersama (a sense of common purpose).
Sebagai doktrin, Jokowi mengajak bangsa Indonesia melihat dirinya sebagai
”Poros Maritim Dunia, Kekuatan di Antara Dua Samudra”. Doktrin ini
menekankan realitas geografis, geostrategis, dan geoekonomi Indonesia
yang masa depannya tergantung, dan pada saat yang bersamaan ikut
3
memengaruhi, dinamika di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Ketiga, gagasan poros maritim Jokowi tidak berhenti pada level abstraksi
dan konseptualisasi. Gagasan itu menjadi operasional ketika platform
Jokowi juga memuat sejumlah agenda konkret yang ingin diwujudkan dalam
pemerintahannya ke depan. Misalnya, rencana pembangunan ”tol laut”
untuk menjamin konektivitas antarpulau, pengembangan industri perkapalan
dan perikanan, pembangunan pelabuhan, perbaikan transportasi laut, serta
fokus pada keamanan maritim, mencerminkan keseriusan dalam
mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dengan kata lain,
gagasan poros maritim juga bagian penting dari agenda pembangunan
nasional.
4
potensi ekonomi maritim dengan memberdayakan nelayan dan
masyarakat pesisir pantai dengan berbagai kebijakan dan stimulus agar
supaya mereka berdaya di laut dalam mencari mata pencaharian di
wilayah pesisir, laut, peraiaran dan maritim. Pengelolaan perikanan
harus dikembangkan, pemberdayaan nelayan, sarana prasarana
penangkapan ikan, pemasaran hasil laut, pelabuhan, tempat pelelangan
ikan, dan penguatan sumber daya manusia kelauatan agar supaya
mendukung eksploitasi yang optimal terhadap hasil-hasil laut, sehingga
akan menjadikan aspek maritim sebagai potensi ekonomi rakyat yang
mensejahterakan. Ujung tombak nya adalah SKPD yang membidangi
masalah kelautan dan perikanan, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi maupunkabupaten / kota.
2. Pariwisata maritim. Pemerintah daerah harus mampu menjadikan
wilayah perairan, lautan, kepulauan dan pesisir pantai sebagai potensi
pariwisata yang menjanjikan keuntungan potensial. Melalui maritime
tourism, maka harus dirancang berbagai infrastruktur kemaritiman
berupa kapal, jalan menuju pantai, jembatan antar penghubung pulau,
dan berbagai fasilitas pendukung lainnya agar supaya daya tarik kepada
wilayah kemaritiman menjadi tinggi dan mendatangan wisatawan
mancanegara dan wisatawan domestik. Wisata bahari, wisata maritim
dan wisata laut harus menjadi unggulan dan prioritas dalam
membangun pariwisata dengan berbagai infrastruktur pendukungnya
agra supaya memadai.
3. Ketenagakerjaan maritim. Ekonomi maritim yang maju dan pariwisata
maritim yang pesat tentunya akan mempengaruhi pada peningkatan
kesempatan kerja dan lowongan pekerjaan di berbagai sektor karena
ekonomi di wilayah pesisir dan perairan akan menggeliat, yang
tentunya harus dimanfaatkan oleh berbagai masyarakat kepulauan,
masyarakat pesisir dan anak-anak nelayan untuk bekerja di berbagai
lini dan sektor di pelabuhan, pelayaran, perkapalan, dan berbagai
kegiatan pariwisata maritim lainnya. Pembukaan lapangan kerja di
5
sektor kemaritiman merupakan efek bergulir yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat.
6
lebar 40 mil di sisi Selatan dan 155 mil di bagian Utara (Cleary & Chuan,
2000). Masuknya Indonesia sebagai littoral states (negara penjaga selat)
karena secara geografis sebagian wilayah Selat Malaka merupakan wilayah
teritori NKRI menjadi paradoks bahwa visi PMD dapat menjadi sebuah
tantangan maupun kesempatan.
Studi terdahulu terkait keamanan tradisional secara rinci belum
mengulas persoalan regionalisme dan keamanan kolektif yang terfokus pada
kajian kemaritiman. Apabila ditinjau secara historis, laut Indonesia juga
merupakan sebuah entry point para kolonial dalam melakukan pelayaran,
perdagangan, dan pengambilan sumber daya Indonesia yang lebih dikenal
dengan jalur rempah. Kapal-kapal Portugis mulai berlayar di Selat Malaka
sekitar tahun 1509. Kolonialisme ini kemudian tidak hanya berupa
perampasan hak dan intervensi secara politik ekonomi saja, akan tetapi juga
upaya perubahan pola pikir dan perubahan identitas. Adanya kepentingan
Belanda dalam agraris melalui cultuur stelsel membuat pemerintah dan
masyarakat berfokus pada hal-hal yang sifatnya land base oriented. Prioritas
terkait keamanan pada saat itu belum menjadi hal yang penting mengingat
laut adalah jalur yang efektif dalam aktivitas ekonomi. Pasca Kemerdekaan
Indonesia pada tahum 1945, Presiden Soekarno mengatakan bahwa
geopolitical destiny dari Indonesia adalah maritim (Susanto et.al. 2015:69).
Akan tetapi narasi ini belum kuat dikarenakan konsepsi pembangunan yang
sama sekali tidak melihat laut dan pemanfaatan laut cenderung kurang.
Melihat realitas yang membuat Indonesia tertidur panjang, kontestasi
pilpres 2014memunculkan visi segar dan reinventing semangat kemaritiman.
Pada saat ini, adanya upaya pembangunan tol laut menjadi titik awal visi
kemaritiman Indonesia. Konsep ini memuat paradigma konektivitas dan
ships promote trade (Susanto et.al. 2015:80). Kebijakan Kelautan Nasional
melalui UU Kelautan No. 32 Tahun 2014 telah mencakup pokok-pokok
pikiran utama peta-peta pembangunan kelautan untuk memanfaatkan ruang
nusantara. Hal ini hendaknya menjadi langkah yang cukup baik dalam
realisasi visi PMD dan secara otomatis dapat melakukan pengamanan baik
7
secara kolektif regional maupun pengamanan internal.
Secara komprehensif banyak studi yang menggambarkan mengenai
power projection yang dilakukan oleh Inggris sebagai dominant regional
player di Eropa dalam Traflagar battle. Selain itu, gagasan One Belt One
Road yang dicanangkan oleh China melihat keamanan kolektif sebagai
manifestasi strategi yang asertif dan syarat akan kepentingan nasional
(national interest). Riset gap yang ditemukan disini adalah berupa penjelasan
strategi aktual yang mencoba diterapkan oleh Indonesia dalam rangka
membentuk keamanan kolektif yang tidak hanya merujuk peran militer
sebagai reference point. Kurniawan (2016) mencoba menuliskan pertautan
antara visi PMD dengan proyeksi kekuatan regional dan kerjasama
keamanan, tetapi belum merujuk pada suatu kasus dan penjelasan aktual
telaah strategi yang diimplementasikan. Oleh sebab itu, adanya kasus
kejahatan aktual yang terjadi di Selat Malaka dapat menjadi upaya analisis
strategi aktual yang diterapkan oleh Indonesia dalam merealisasikan visi
PMD. Tulisan ini akan membahas mengenai perwujudan strategi keluar oleh
Indonesia dalam kerjasama keamanan regional secara kolektif (collective
security) dalam upaya realisasi visi PMD.
8
KESIMPULAN
9
Indonesia sebelum visi PMD menjadi modal untuk melakukan proyeksi dan
sinkronisasi secara efektif melalui diplomasimaritim dan penguatan kebijakan
domestik dan regional agar keamanan kolektif dapat mewujudkan stabilitas
antar-negara serta kawasan.
10
DAFTAR PUSTAKA
11