Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Analisis Kasus Penangkapan Kapal Tanker Iran dan Panama di Wilayah


Perairan Indonesia Ditinjau dari UNCLOS 1982

Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur 2

Yang dibina oleh Ibu Dr. Adi Kusumaningrum, S.H., M.H.

Oleh:

Amira Zahra Afianita

215010107111028 (29)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2023
DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................. 2


BAB I
Pendahuluan ............................................................................................................ 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3
B. Topik Pembahasan ................................................................................................ 4
C. Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II
Pembahasan............................................................................................................. 5
A. Pengaturan Hukum Mengenai Kapal Berbendera Asing yang Melakukan Pelanggaran
saat Melintasi Wilayah Indonesia .......................................................................... 5
B. Analisis penyelesaian Kasus Kapal Iran dan Panama di Perairan Kalimantan .............. 6
BAB III
Kesimpulan .............................................................................................................. 8
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hak lintas damai dan laut teritorial Indonesia adalah hak-hak yang diakui dan
dilindungi oleh hukum internasional. Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas
wilayah lautnya, yang meliputi laut territorial, zona ekonomi eksklusif (ZEE), dan
landas kontinen. Laut territorial Indonesia adalah wilayah laut yang terletak di sekitar
garis pantai dan membentang sejauh 12 mil laut (sekitar 22,2 kilometer) dari garis
pangkal. Indonesia memiliki hak berdaulat penuh atas laut territorial ini, termasuk hak
untuk mengatur, melaksanakan yurisdiksi, dan melindungi sumber daya alam di
dalamnya. Hak lintas damai di laut territorial Indonesia mengacu pada hak-hak kapal-
kapal asing untuk melintasi laut territorial tersebut dalam keadaan damai dan tak
berbahaya. Prinsip ini diakui dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut tahun 1982 (UNCLOS 1982). Kapal-kapal asing yang melintasi laut
territorial Indonesia harus mematuhi peraturan dan tata tertib yang ditetapkan oleh
Indonesia, termasuk mematuhi aturan navigasi, keamanan, dan perlindungan
lingkungan. Selain laut territorial, Indonesia juga memiliki zona ekonomi eksklusif
(ZEE) yang meluas hingga 200 mil laut (sekitar 370,4 kilometer) dari garis pangkal. Di
dalam ZEE, Indonesia memiliki hak eksklusif untuk mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam, baik hayati maupun nonhayati, di perairan dan dasar laut. Dalam
menjaga kedaulatan dan melindungi hak-hak tersebut, Indonesia memiliki hukum
nasional dan internasional yang mengatur pengelolaan wilayah lautnya, termasuk
penegakan hukum terhadap pelanggaran seperti penangkapan ikan ilegal, pencurian
sumber daya alam, dan pelanggaran keamanan.
Seperti contohnya yang terjadi pada kasus penangkapan kapal berbendera
asing dari Iran dan Panama. Pada tanggal 24 Januari 2021, Badan Keamanan Laut
Republik Indonesia (Bakamla RI) melakukan penindakan atas dua kapal tanker asing,
MT Horse yang berbendera Iran dan MT Frea yang berbendera Panama. Diketahui
bahwa kapal MT Frea ini dikelola oleh perusahaan logistik asal Shanghai, Cina. Kedua
kapal asing ini diduga kuat telah melakukan pelanggaran aturan navigasi dan kegiatan
ilegal alih-muat muatan minyak di wilayah perairan Indonesia.
Indonesia mendapati bahwa kapal tanker Iran melanggar hak lintas hukum
internasional dengan memasuki wilayah Indonesia, tepatnya di perairan Kalimantan

3
untuk melakukan pemindahan minyak secara ilegal bersamaan dengan Panama.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang saat itu menduga kapal tanker
minyak (MT) Freya berbendera Iran langsung disita oleh Badan Keamanan Laut
Republik Indonesia (Bakamla) karena melanggar hukum internasional. Kedua kapal
super tanker tersebut telah melakukan sejumlah pelanggaran diantaranya sengaja
menutup nama kapal, mematikan Automatic Identification System (AIS) atau Sistem
Identifikasi Otomatis, dan masuk tanpa izin ke teritori Indonesia. Selain itu, dua kapal
tersebut juga melakukan ship to ship transfer BBM ilegal, dan membuang zat yang
mencemari laut Indonesia. Sehingga proses penanganan perkara dua kapal super
tanker melibatkan penyidik dari Bareskrim, KSOP Batam dan Kementerian Lingkugan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.1 Saat diperiksa, kedua supertanker itu masing-
masing membawa 2 juta barel minyak. Sementara menurut data perkapalan Refinitiv
Eikon, kedua kapal tersebut terakhir terlihat di lepas pantai Singapura pada awal
Januari lalu dengan kondisi MT Horse (milik National Iranian Tanker Company) hampir
terisi penuh dengan minyak, sedangkan kondisi MT Freya (dikelola Shanghai Future
Ship Management Co) belum terisi oleh minyak. Berdasarkan kasus tersebut maka
menegakkan di wilayah laut sama dengan mempertahankan kedaulatan negara pantai.
Masalah ini perlu dibahas karena berkaitan dengan sikap pemerintah Indonesia dalam
menegakkan hukum terkait pelanggaran hak lintas damai oleh kapal tanker MT Freya
dan MT Horse.

B. Topik Pembahasan
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan topik bahasan berupa:
1. Bagaimana pengaturan hukum Indonesia mengenai kapal berbendera asing yang
melakukan pelanggaran saat melintasi wilayah Indonesia?
2. Bagaimana analisis penyelesaian kasus kapal Iran di Perairan Kalimantan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum mengenai kapal berbendera asing yang
melakukan pelanggaran saat melintasi wilayah Indonesia.
2. Untuk menganalisis penyelesaian kasus kapal Iran di Perairan Kalimantan

1
https://www.bakamla.go.id/publication/detail_news/tangkapan-dua-kapal-super-tanker-oleh-bakamla-ri-
dibahas-di-dpr

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaturan Hukum Indonesia Mengenai Kapal Berbendera Asing yang


Melakukan Pelanggaran saat Melintasi Wilayah Indonesia
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982) yang
disahkan pada 10 Desember 1982 pada awalnya dibentuk karena didorong oleh
banyaknya permasalahan yang timbul di laut namun belum dapat terselesaikan karena
tidak adanya hukum yang mengatur tentang permasalahan tersebut, seperti tidak
adanya kejelasnya mengenai hak lintas damai dilaut teritorial, kebebasan di laut bebas,
asas negara kepulauan dan kriteria landas kontinen.2 Setiap kapal asing yang akan
transit melalui wilayah Negara pantai, selain wajib menunjukkan bendera negaranya,
juga wajib memperhatikan dan menghormati peraturan dan Perundang-undangan
nasional Negara pantai yang dilaluinya. Hal ini sesuai dengan kebijakan UNCLOS 1982
yang memuat hak dan kewajiban yang berkenaan dengan hak lintas damai dan hak
lintas transit di wilayah laut Negara pantai.
The United Nations Conference on Trade and Development atau Konferensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdangangan dan Pembangunan (selanjutnya
disebut UNCTAD) memperkirakan bahwa sekitar 80 persen perdagangan internasional
diangkut melalui laut. Pada Pasal 38 UNCLOS 1982 yang menentukan bahwa kapal
semua negara menikmati hak lintas transit damai melalui laut territorial, atau lalu lintas
transit melalui selat yang digunakan untuk navigasi internasional dan kapal yang
sedang melakukan hak lintas transit harus melakukan perjalanan atau pelayaran yang
tidak terhambatkan, selama kapal yang bersangkutan tidak melanggar hukum nasional
negara pantai dan regulasi kemaritiman internasional seperti ketentuan Pasal 39 Ayat
1 dan 2 UNCLOS 1982.
Hukum nasional di negara-negara pantai yang dilintasi, misalnya adalah negara
Indonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan yang berdaulat, yang
dituangkan kedalam undang-undang yaitu Undang-Undang No. 6 Tahun 1996 tentang
Perairan, Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.

2
United nation Division for Ocean Affairs and the Law of the Sea, “The United Nations Convention on the Law
of the Sea (A Historical Perspective)”, https://www.un.org/Depts/los/convention_agreements/convention-
historical-perspective.htm, 1998

5
Indonesia memiliki peraturan tentang akses navigasi bagi kapal asing yang
melintas. Aturan ini tertuang dalam dua peraturan pemerintah yaitu PP No. 36 Tahun
2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal Asing dalam melaksanakan Lintas Damai
melalui Perairan Indonesia (PP 36/2002) dan PP No. 37 Tahun 2002 perihal Hak
serta Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur
Laut Kepulauan Melalui Alur Laut Kepulauan Yang Ditetapkan (PP 37/2002).3
Oleh karena itu, sebuah pengaturan penting ada untuk mengatasi sebuah
pelanggaran yang terjadi didalam wilayah yurisdiksi suatu negara. Dalam kasus ini,
kapal berbendera asing negara Iran dan Panama telah melanggar ketentuan undang-
undang yang berlaku di Indonesia sehingga perlu ada upaya penindakan berupa
menyita kedua kapal tersebut.

B. Analisis Penyelesaian Kasus Kapal Iran di Perairan Kalimantan


Mengenai penyelesaian kasus pada kapal berbendera asing Iran dan Panama
tersebut telah melaui proses hukum, Indonesia telah melepas kapal tanker Iran dan
kapal Panama yang disita pada awal tahun karena dicurigai melakukan transfer minyak
ilegal. Setelah proses hukum, kapal tanker minyak mentah - MT Horse berbendera
Iran dan MT Freya berbendera Panama - meninggalkan Indonesia.
Dari hasil penyelidikan oleh Bakamla ada 4 pelanggaran yang dilakukan oleh
kedua kapal tanker tersebut yaitu:
1. Melanggar hak lintas ALKI serta pula melakukan lego jangkar
2. Melakukan transfer minyak mentah (crude oil).
3. Mematikan Automatic Identification System (selanjutnya disebut AIS)
selama berada di perairan Indonesia.
4. Membawa senjata api dengan melanggar Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Darurat Republik Indonesia No. 12 Tahun 1951.
5. Menumpahkan minyak, tidak menunjukkan bendera kapal ketika berlabuh,
tidak menanggapi panggilan radio dari kapal penjaga pantai dan menutupi
identitas di lambung kapal dengan kain dengan melanggar UU No. 17/2008
tentang pelayaran.

Menurut Iran, penangkapan Kapal Tanker MT Horse milik Iran dan Kapal
Tanker milik Panama, sebagaimana disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri

3
Arie Afriansyah, Law UI, Penegakkan Kedaulatan di Laut dan Navigasi Kapal Asing, Universitas
Indonesia.

6
Iran Saeed Khatibzadeh, dalam siaran pers tertanggal 25 Januari 2021, terjadi kerena
“masalah teknis” dan mengisyaratkan bahwa insiden itu hal biasa terjadi di sektor
pelayaran di perairan dan merupakan legal transfer antara kapal tanker mereka
dengan pembeli dari China. Pejabat China sendiri telah mengakui bahwa memang
benar kapal mereka sedang dalam proses penyelidikan terkait penangkapan kapal
tersebut, tetapi belum menanggapi pertanyaan tentang aktivitas kapal tersebut.

Kapten kedua kapal tanker tersebut telah dinyatakan bersalah karena


memasuki wilayah Indonesia tanpa izin. Kapten MT Horse Iran Mehdi
Monghasemjahromi dan kapten MT Freya China Chen Yo Qun masing-masing dijatuhi
hukuman penjara yang ditangguhkan selama satu tahun dengan masa percobaan dua
tahun. Adapun pengadilan juga memerintahkan Chen untuk membayar denda Rp 2
miliar (US$ 140.000) karena membuang minyak secara ilegal di perairan Indonesia.
Kedua kapten dibebaskan dari tahanan dan diyakini telah meninggalkan Indonesia
bersama kru lainnya pada hari Jumat meskipun mereka dijatuhi hukuman. Pada bulan
Januari 2021 lalu, kapal tanker itu terlihat di lepas pantai Kalimantan, bagian Indonesia
dari pulau Kalimantan, dan kemudian ditangkap setelah awak kapal tidak menanggapi
panggilan radio. Kapal MT Horse telah dibebaskan (pada hari Jumat) setelah 125 hari
setelah proses hukum berhasil diselesaikan.
Kantor imigrasi Kota Batam telah mengeluarkan surat perintah deportasi yang
dikeluarkan oleh Bakamla pada 28 Mei 2021. Penjaga pantai mengangkut para
nahkoda kembali ke kapal masing-masing dan mengawal kapal keluar dari perairan
Indonesia

7
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Hak dan kewajiban kapal asing yang berlayar di perairan suatu negara telah
diatur melalui beberapa instrument Perundang-undangan yaitu UNCLOS 1982
dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun
2002. Undang-undang ini memuat tentang ketentuan yang berkaitan dengan hak
lintas damai di laut territorial Indonesia dengan memberikan hak kepada semua
kapal dari semua negara, baik negara berpantai maupun negara tak berpantai
untuk dapat menikmati hak lintas damai melalui laut territorial dan perairan
kepulauan Indonesia. Pada Pasal 12 ayat 1 PP No. 36 tahun 2002 memberikan
wewenang kepada pemerintah untuk menerapkan skema pemisah lalu lintas dalam
alur-alur laut untuk keselamatan pelayaran. Ayat 2 mewajibkan kepada kapal asing
yang melaksanakan pelayaran dalam alur laut dimana telah ditetapkan skema
pemisah lalu lintas tersebut untuk mematuhi penggunaan skema pemisah lalu
lintas tersebut.
Penangkapan kapal tanker MT Horse Iran dan MT Freya Panama terjadi karena
pelanggaran atas hak lintas transit pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI I)
karena telah mematikan sistem identifikasi Automatic Identification System (AIS)
dan peraturan nasional Indonesia tentang kegiatan STS Transhipment tanpa izin
dan di luar area yang diatur menurut undang-undang Indonesia, dan dua kapal
tanker tersebut melakukan pemindahan minyak secara illegal dengan melanggar
UU No. 17 tahun 2006 tentang Kepebeanan dan UU No. 22 tahun 2001 tentang
Migas. Selain itu dua kapal tanker tersebut juga menyembunyikan identitas kapal
yang ditutup dengan kain dan jarring serta tidak mengibarkan bendera negaranya
dengan melanggar UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran.

8
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Afriansyah, Arie. (2021). Penegakkan Kedaulatandi Laut dan Navigasi Kapal Asing. Depok:
Universitas Indonesia

Agoes, Etty R. (1991). Konvensi Hukum Laut 1982 (Masalah Pengaturan Hak Lintas Kapal
Asing). Bandung: Abardin.

Jurnal

Siti Merida Hutagalung, “PENETAPAN ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI):


MANFAATNYA DAN ANCAMAN BAGI KEAMANAN PELAYARAN DI WILAYAH PERAIRAN
INDONESIA”, Jurnal Asia Pacific Studies. Vol. 1 No. 1. Jakarta Timur, 2017, hal. 77

Artikel Internet

BBC Indonesia, Kapal Tanker Iran dan Panama Disita di Perairan Kalimantan, (Indonesia,
2021), diakses pada https://www.bbc.com/indonesia/dunia-55761108 , 6 Juni 2023.

United nation Division for Ocean Affairs and the Law of the Sea, “The United Nations
Convention on the Law of the Sea (A Historical Perspective)”,
https://www.un.org/Depts/los/convention_agreements/convention-historical-
perspective.htm, 1998

Bakamala RI. (2021). Tangkapan Dua Kapal super Tanker Oleh Bakamala RI. Diakses dari
https://www.bakamla.go.id/publication/detail_news/tangkapan-dua-kapal-super-
tanker-oleh-bakamla-ri-dibahas-di-dpr

Anda mungkin juga menyukai