OLEH
Alur Laut Kepulauan Indonesia atau ALKI adalah alur laut yang ditetapkan
sebagai alur untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan berdasarkan
konvensi hukum laut internasionak. Alur ini merupakan alur untuk pelayaran dan
penerbangan yang dapat dimanfaatkan oleh kapal atau pesawat udara asing diatas laut
tersebut dilaksanakan pelayaran dan penerbangan damai dengan cara normal.
Penetapan ALKI dimaksudkan agar pelayaran dan penerbangan Internasional dapat
terselenggara swcara terus-menerus, langsung dan secepat ungkin serta tidak trhalang
oleh perairan dan ruang udara territorial Indonesia. Alki ditetapkan untuk
menghubungkan dua perairan bebas, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Semua kapal dan pesawat udara asing yang mau melintas ke utara atau ke selatan
harus melalui ALKI.
Konvensi ini disebut sebagai the Law of the Sea Convention atau the Law of
the Sea treaty, sebagai perjanjian internasional yang menggantikan perjanjian
internasional quad-treaty 1958 Convention on the High Seas. Tahun 1996,
Pemerintah Indonesia mengajukan usulan kepada Organisasi Maritim Internasional
Perserikatan Bangsa-Bangsa (IMO) tentang penetapan Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) di wilayah teritorial perairan Indonesia. Usulan tersebut disetujui
oleh IMO, dan Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang Undang
Nomor 6 Tentang Perairan Indonesia. Adapun manfaat ALKI bagi pemerintahan
Indonesia ialah:
Menjadi bagian penting dari terwujudnya sebuah peradaban yang
berhubungan dengan lautan.
Menjadi penghubung penting dari Eurasian Blue Belt.
Memegang peranan sangat besar dalam Global Logistic Support
System, yang khususnya terkait dengan SLOCS (Sea Lanes Of
Communications) dan COWOC (Comsolidated Ocean Web Of
Comuunication).
Menjadi penghubung penting dalam HASA (Highly Accessed Sea
Areas), yaitu Samudra Hindia, Laut Tiongkok Selatan, dan Samudra
Pasifik.
Terkait dengan perdagangn laut dunia (World shipping) yang melintasi
Alki. Dengan adanya ALKI, diharapkan Indonesia dapat
meningkatkan produktivitas, daya saing, dan keuntungan ekonomi
kelautan nasional secara berkelanjutan.
Batas pertama adalah laut territorial yang diukur sepanjang 12 mil laut dari
garis pangkal pulau. Di area ini, Indonesia berdaulat penuh (sovereignty) atas
segala sumber daya alam. Indonesia memiliki batas territorial yang
berbatasana langsung dengan Malaysia dan Singapura.
Selanjutnya, landas kontinen. Area ini berupa dasar laut dan tanah
dibawahnya, lanjutan dari laut territorial hingga 200 mil laut dari garis
pangkal pulau. Indonesia hanya memiliki hak berdaulat (Sovereign right)
untuk eksploitasi sumber mineral di area ini. Meski begitu, pemanfaatan
landas kontinen oleh negara lain harus sesuai izin Indonesia. Negara yang
memiliki batas laut ini dengan Indonesia adalah India, Thailand, Malaysia,
Vietnam, Australia, dan Papua Nugini.
Kategori ketiga adalah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), diukur sejauh 200 mil
laut dari garis pangkal pulau. Seperti landas kontinen, Indonesia hanya punya
hak berdaukat di area ini untuk eksplorasi, eksploitasi, dan konservasi sumber
daya alam, terutama perikanan. Filipina dan Australia memiliki batas ZEE
denan Indonesia.
Ilegal fishing