Anda di halaman 1dari 8

Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.

3, Juli 2019, Halaman 241-248 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

KONSEP NEGARA KEPULAUAN DALAM UPAYA PERLINDUNGAN


WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN INDONESIA

Amiek Soemarmi*, Erlyn Indarti, Pujiyono, Amalia Diamantina


Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, S.H, Tembalang Semarang
amiek_hk@yahoo.com

Abstract

Indonesia is an archipelago characterized by the archipelago with territories whose rights and
rights are regulated by law. The implementation of the concept of an archipelago in the effort to
protect fisheries in Indonesia is a problem in this article. The purpose of this study was to
determine the implementation of the concept of the archipelago of the Republic of Indonesia in
regulating fisheries management areas where there were foreign fishing vessels entering
Indonesian fisheries causing losses to fishing vessels. The method of normative and descriptive
analytical juridical approach used in the study was supported by case studies of capture area
conflicts both in Indonesian fisheries catchment areas which bordered fisheries management
areas in other countries. The results of the study obtained that the Indonesian state regulates
through regulation of fishing areas nationally and internationally through agreements or
cooperation with other countries as an effort to protect Indonesian fishermen.
Keywords: Archipelagic State; Indonesian Territory; Fisheries Management Areas

Abstrak

Indonesia adalah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas dan
haknya diatur dengan Undang–undang. Implementasi konsep negara kepulauan dalam upaya
perlindungan perikanan di Indonesia yang menjadi permasalahan dalam artikel ini. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui implementasi konsep negara kepulauan Republik Indonesia
dalam mengatur wilayah pengelolaan perikanan dimana terdapat kapal-kapal ikan asing yang
masuk di wilayah perikanan Indonesia mengakibatkan kerugian bagi kapal ikan. Metode
pendekatan yuridis normatif dan deskriptif analisis digunakan dalam penelitian didukung studi
kasus konflik wilayah tangkap baik di wilayah tangkap perikanan Indonesia yang berbatasan
dengan wilayah pengelolaan perikanan negara lain. Hasil penelitian diperoleh bahwa negara
Indonesia mengatur melalui regulasi wilayah penangkapan ikan secara nasional dan internasional
melalui perjanjian atau kerjasama dengan negara lain sebagai upaya perlindungan nelayan
Indonesia.
Kata kunci: Negara Kepulauan; Wilayah Negara; Wilayah Pengelolaan Perikanan

A. Pendahuluan merupakan salah satu negara yang memiliki


Indonesia sebagai negara kepulauan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah
terbesar didunia memiliki dua pertiga dari Kanada yaitu 99.093 (Sembilan puluh
wilayahnya berupalautan Indonesia yaitu 6,32 Sembilan ribu semilan puluh tiga kilometer
(enam koma tiga puluh dua) juta kilometer persegi (km2) (Pudjiastuti, 2016b, p. 4). Di
persegi (km2) (Pudjiastuti, 2016b, p. 4), samping itu secara geografis Indonesia terletak
17.504 (tujuh belas ribu lima ratus empat) di antara dua benua yaitu Benua Asia dan
pulau-pulau (Pudjiastuti, 2016b, p. 4), dan Benua Australia dan dua samudera yaitu
241
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 241-248 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang Indonesia Bapak H. Joko Widodo telah
merupakan kawasan paling dinamis dalam menegaskan bahwa masa depan bangsa
percaturan, baik secara ekonomis maupun Indonesia ada di lautan, dan hal ini dinyatakan
politik. Letak geografis yang strategis tersebut dalam komitmennya pada pidato kenegaraan
menjadikan Indonesia memiliki keunggulan tanggal 20 Oktober 2014 (Pudjiastuti, 2016b,
serta sekaligus serta ketergantungan yang p. 5).
tinggi terhadap kelautan. Sebagaimana diketahui bahwa tanggal 7
Indonesia sebagai negara kepulauan yang April 2011 Kapal Hiu 001 milik petugas
sebagian besar wilayahnya perairan banyak patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan
terdapat selat-selat.Salah satu selat di (KKP) mengidentifikasikan ada dua kapal
Indonesia yang juga merupakan selat yang berbendera Malaysia sedang menangkap ikan
terkenal di dunia internasional yaitu Selat di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif
Malaka. Selat Malaka adalah sebuah selat (selanjutnya disingkat ZEE) Indonesia di Selat
yang terletak diantara Semenanjung Malaysia Malaka. Setelah kedua kapal ditangkap dan
(Thailand, Malaysia, Singapore) dan Pulau digiring ke pelabuhan Belawan, di tengah jalan
Sumatera (Indonesia). Selat Malaka ada tiga helikopter Malaysia yang
mempunyai peranan penting bagi dunia menghalangi kapal milik petugas patroli
internasional karena letaknya stategis. Selat Indonesia.Petugas di dalam Helikopter
Malaka merupakan salah satu jalur pelayaran Malaysia itu meminta supaya kedua kapal
terpenting didunia, sama pentingnya Terusan dilepas karena menurut kapal itu masih berada
Suez atau terusan Panama. di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif
Di samping keunggulan yang bersifat (selanjutnya disebut ZEE) Malaysia.Adanya
komparatif berdasarkan letak geografis, peristiwa tersebut yang telah terjadi yaitu
potensi sumber daya alam di wilayah laut ditangkapnya dua kapal berbendera Malaysia
mengandung sumber daya hayati atau non sedang menangkap ikan di ZEE Indonesia di
hayati yang sangat bermanfaat bagi Selat Malaka, merupakan masalah yang harus
kelangsungan hidup masyarakat. Potensi segera diselesaikan. Hal ini dikarenakan
tersebut dapat diperoleh dari dasar laut dan negara Indonesia dengan negara Malaysia
tanah dibawahnya, kolom air dan permukaan adalah negara tetangga dimana seharusnya
laut, termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulau terjalin hubungan kerja sama yang baik antar
kecil sangat logis jika ekonomi kelautan kedua negara ini. Selama belum ada
dijadikan tumpuan bagi pembangunan kesepakatan mengenai batas ZEE diantara
ekonomi nasional. Oleh karena itu laut kedua pihak. Undang-undang Nomor 45 tahun
Indonesia harus dikelola, dijaga dan 2009 tentang perubahan atas undang-undang
dimanfaatkan serta dilestarikan oleh nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan
masyarakat Indonesia sesuai dengan yang disebutkan pada pasal 69 bahwa kapal
diamanatkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar pengawas perikanan berfungsi melaksanakan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. pengawasan dan penegakan hukum di bidang
Komitmen Presiden Indonesia menjadikan perikanan dalam wilayah pengelolaan
Indonesia sebagai poros maritim dunia tentu perikanan negara Republik Indonesia. Kapal
saja harus dimulai dengan menjadikan pengawas perikanan dapat menghentikan,
Indonesia sebagai negara yang dapat memeriksa, membawa dan menahan kapal
memanfaatkan laut secara mandiri dan yang diduga atau patut diduga melakukan
bertanggung jawab. Salah satu diantaranya pelanggaran di wilayah pengelolaan perikanan
adalah membuat sektor kelautan dan perikanan negara Indonesia. Dalam melaksanakan fungsi
menjadi salah satu prioritas pembangunan tersebut pengawas perikanan dapat melakukan
Indonesia , demi tercapainya salah satu pilar tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau
sebagai poros maritim dunia yaitu tercapainya penenggelaman kapal perikanan yang
kedaulatan pangan laut (Pudjiastuti, 2016b, p. berbendera asing berdasarkan bukti permulaan
5). Sejak dilantik sebagai Presiden Republik yang cukup (Adhitama, 2017).

242
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 241-248 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

Selain itu, wewenang Penyidik Pegawai B. Pembahasan


Negeri Sipil (PPNS) yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang dapat melakukan 1. Lahirnya Konsep Negara Kepulauan
penyidikan tindak pidana di wilayah perairan Dalam Ensiklopedia Umum yang
laut juga secara tegas diatur dalam berbagai dimaksud dengan wilayah negara adalah
peraturan perundangan baik mengenai wilayah bagian muka bumi daerah tempat tinggal,
perairan laut Indonesia maupun mengenai tempat hidup dan sumber-sumber hidup
tindak pidana tertentu di wilayah perairan laut warrganegara dari negara tersebut.Wilayah
(Gibran, 2017). negara terdiri tanah, air (sungai dan laut) dan
Negara Indonesia dan negara Malaysia udara.Pada dasarnya semua sungai dan danau
sama-sama memiliki klaim sendiri mengenai dibagian wilayah tanahnya termasuk wilayah
garis batas ZEE negara masing- negara (Ensiklopedia Umum, 1973).
masing.Indonesia mengklaim garis tengah Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
antara Indonesia (Sumatera) dan semenanjung 1945, merupakan pernyataan kehendak untuk
Malaysia sebagai garis batas ZEE, sedangkan merdeka juga merupakan pernyataan tegaknya
Malaysia menggunakan garis batas landasan eksistensi Indonesia sebagai suatu negara
kontinen 1969, sebagai garis ZEE. Adanya berdasar fakta alamiah dan dikuatkan oleh
perbedaan klaim yang menjadi dasar dasar kenyataan sejarah yang mempunyai tata
mengenai batas wilayah bagi masing-masing gambaran wilayah sebagai satu gugusan
negara, maka masalah tumpang kepulauan atau satu kawasan Nusantara.
tindih/Overlapping claim area belum dapat Faktor wilayah merupakan salah satu
terselesaikan. sendi eksistensi yang esensial bagi negara,
Berdasarkan pasal 5 ayat (1) UU Nomor walaupun dalam naskah Undang-Undang
31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Wilayah Dasar 1945 itu sendiri tidak tertuang secara
Pengelolaan Perikanan meliputi : Perairan terperinci masalah wilayah negara, namun hal
Indonesia ; Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ini mendapat penegasan dalam Pembukaan
(ZEEI) dan sungai, danau, waduk, rawa dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
genangan air lainnya yang dapat diusahakan “mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
serta lahan pembudidayaan ikan yang pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia
potensial di wilayah Republik Indonesia. yang merdeka, bersatu, berdaulat” dan ”yang
Selanjutnya di dalam pasal 5 ayat (2) melindungi segenap bangsa Indonesia dan
disebutkan bahwa pengelolaan perikanan di seluruh tumpah darah Indonesia”. Kemudian
luar wilayah pengelolaan perikanan Republik dalam UUDNRI Tahun 1945 barulah diatur
Indonesia, sebagaimana dimaksud pada ayat dalam Bab IX A mengenai Wilayah Negara,
(1) diselenggarakan berdasarkan peraturan- pada pasal 25 A dinyatakan bahwa Negara
peraturan perundang-undangan, persyaratan Republik Indonesia adalah sebuah negara
dan atau standar internasional yang diterima kepulauan yang berciri Nusantara dengan
secara umum baik melalui Konvensi I Hukum wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
Laut Jenewa 1958, Undang-Undang Nomor 4 ditetapkan dengan Undang-undang.
PRP. Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia Menurut Pasal 1 Konvensi Montevideo
yang sekarang menjadi Undang-Undang 1933, sebagai negara yang utuh harus
Nomor 6 Tahun 1996 dan pengesahan mempunyai empat unsur konstitutif sebagai
Konvensi PBB melalui Undang-Undang berikut (Samidjo, 1977); harus ada penghuni
Nomor 17 Tahun 1985 maka Negara Indonesia (rakyat, penduduk, warga atau negara) (a
berubah statusnya menjadi negara kepulauan permanent population), harus ada wilayah atau
(Tahar, 2015). Berdasarkan latar belakang lingkungan kekuasaan (a defined territory),
tersebut , penulis ingin mengkaji bagaimana harus ada kekuasaan tertinggi (penguasa yang
implementasi Konsep Negara Kepulauan berdaulat), pemerintah yang berdaulat (a
Indonesia dalam perlindungan Wilayah government), kesanggupan berhubungan
Pengelolaan Perikanan (WPP)? dengan negara- negara lainnya (a capacity to

243
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 241-248 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

enterinto relation with other states ); dan geografis sebagai negara kepulauan yang
adanya pengakuan (deklaratif). terdiri beribu-ribu pulau mempunyai sifat dan
Jika melihat pemahaman dansyarat-syarat corak tersendiri memerlukan pengaturan
berdirinya sebuah negara, sudah pasti negara tersendiri.
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah Deklarasi Djuanda yang memuat Konsep
negara yang utuh, dalam hal ini M.Yamin Negara Kepulauan, pada tanggal 18 Pebruari
berpendapat bahwa keempat syarat konstitutif 1960 dituangkan dalam bentuk Peraturan
telah dipenuhi oleh Indonesia sebagaimana Pemerintah Pengganti Undang-Undang
tercantum dalam kata-kata Pembukaan UUD (Perpu) dan selanjutnya ditingkatkan dalam
RI yang disalin dari Piagam Djakarta 22 Juni bentuk Undang-Undang yaitu Undang-Undang
1945 yaitu : (1) bangsa Indonesia (2) tumpah Nomor 4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan
darah Indonesia; (3) pemerintah negara Indonesia, selanjutnya diubah dengan Undang-
Indonesia; (4) tujuan negara untuk Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan
kebahagiaan Indonesia dan dunia (Yamin, Indonesia. Undang-Undang tersebut pada
n.d.). hakikatnya merubah cara penetapan laut
Cita-cita kemerdekaan negara Indonesia wilayah selebar 3 mil laut diukur dari garis air
diawali dengan Proklamasi serta dipertegas surut atau garis air rendah menjadi laut
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar wilayah selebar 12 mil laut diukur dari garis
(UUD) 1945 untuk membentuk suatu negara pangkal lurus yang ditarik dari ujung ke ujung,
merdeka yang bersatu merupakan suatu dengan demikian garis pangkal lurus tersebut
peneguhan konstitusinal tentang cita-cita akan melingkari negara Kepulauan Indonesia.
mendirikan negara.Penggunaan istilah Laut yang terdapat diantara pulau-pulau yang
“bersatu” menunjuk pada pengertian tidak terdapat di dalam garis pangkal lurus tersebut
terpecah-pecahnya atau terpisah-pisahnya tidak sebagai laut bebas, tetapi telah berubah
unsur negara yang merupakan eksistensi menjadi perairan kepulauan dan perairan
Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya pedalaman yang berada di bawah kedaulatan
secara yuridis wilayah Negara Indonesia Indonesia.Penarikan garis pangkal lurus
sebagai salah satu unsur“state hood” yang tersebut merupakan penerapan prinsip Negara
esensial bagi bagi terjaminnya kelangsungan Kepulauan yang telah diakui oleh Hukum
hidup menjadi satu kesatuan yang tidak dapat Internasional melalui Putusan Mahkamah
dipisahkan, sebagai satu negara yang memiliki Internasional (Juwana, 2003).
trimatra, yaitu matra darat, laut dan udara, Berlakunya peraturan mengenai wilayah
maka tidak tepat apabila bagian-bagian perairan Indonesia melalui “Deklarasi
wilayah negara yang demikian itu Djuanda” maka dengan tegas bahwa Pasal 1
“dipisahkan” satu dengan yang lain, karena hal ayat (1) tentang penentuan batas laut territorial
itu bukan yang dimaksud oleh Proklamasi berdasarkan Territoriale Zee en Maritieme
Kemerdekaan Negara Indonesia pada 17 Kringen Ordonannantie 1939/ TZMKO sudah
Agustus 1945. tidak berlaku lagi, dimana pengaturan tentang
Indonesia dalam upaya menjamin laut territorial Indonesia selebar 3 (tiga) mil
kepentingan rakyat, dengan berpendirian laut yang tertuang dalam Territorial Zee
bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan Maritieme Kringen Ordonantie 1939 /
(unit) dan lautan di antara pulau-pulau TZMKO (Ordonansi Territorial dan
merupakan bagian yang tidak terpisah dari Lingkungan Maritim 1939) tentang wilayah
bagian darat Indonesia, melalui Deklarasi Perairan Indonesia dirasakan tidak cukup lagi
Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957, untuk menjamin kepentingan rakyat dengan
dimaksudkan untuk menyatukan wilayah sebaik-baiknya (Kusumaatmadja, 1978).
daratan yang terpisah-pisah, segala perairan Deklarasi Djuanda melalui rumusan
diantara dan di sekitar pulau-pulau bagian dari “Penentuan batas laut territorial yang lebarnya
wilayah nasional yang merupakan satu diukur dengan garis yang menghubungkan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bentuk titik-titik ujung terluar pada pulau-pulau

244
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 241-248 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

Negara Indonesia. Ketentuan tersebut di atas namun tidak berhasil mendapatkan pengakuan
akan diaturselekasnya dengan Undang- internasional, untuk itu Indonesia kembali
Undang” (Alinea ke-5 Pengumuman melakukan ”unilateral action” dengan
Pemerintah Mengenai Wilayah Perairan membuat Peraturan Pemerintah Pengganti
Negara Republik Indonesia tahun 1957, 1957). Undang-undang Nomor 4 Tahun 1960 tentang
Selanjutnya menurut Mochtar Kusumaatmaja, Perairan Indonesia yang menegaskan Konsep
hanya terdapat satu sarana hukum untuk Negara Kepulauan, sampai akhirnya diplomasi
memenuhi kebutuhan Indonesia dalam Indonesia diakui dalam United Nations
memperluas kedaulatannya dan menyatukan Convention on the Law oftheSea (UNCLOS
wilayah yang semula bercerai berai, yaitu 1982) (Ariadno, 2015).
dengan menerapkan prinsip negara kepulauan Berlakunya UNCLOS (United Nations
(archipelago stateprinciple). Convention on The Law Of The Sea) yang
Pengertian “negara kepulauan” dalam merupakan Konvensi Perserikatan Bangsa-
konsepsi negara kepulauan Indonesia berasal Bangsa tentang Hukum Laut yang telah
dari pengertian Nusantara. Nusantara berasal diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 17
dari kata “nusa” yang berarti kumpulan Tahun 1985 dan berlakunya Undang-Undang
(gugusan) pulau, dan “antara” diartikan suatu Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
tempat yang terletak benua dan di antara merupakan salah satu landasanbagi upaya
diartikan suatu tempat yang terletak atau diapit pemerintah untuk menegakkan kedaulatan
oleh tempat yang lain. Berdasarkan pengertian wilayahIndonesia. Setiap negara memiliki hak
tersebut, maka arti “nusantara” yaitu untuk menegakkan hukum dan wilayah
kepulauan yang terletak diantara benua dan negaranya, begitupula dengan Indonesia,
diantara samudera. Yang dimaksud dengan sebagai negara yang memiliki perairan yang
benua padawaktu adalah India dan China (The luas yang mengelilingi negaranya. Hal ini
realm of India and the realm of China) merupakan tantangan bagi Indonesia yang
(Danusaputra, 1980). sejak tanggal 13 Desember 1957 melalui
Dalam pengertian sekarang, arti nusantara Pengumuman Pemerintah telah ditandatangani
yaitu kepulauan yang terletak di antara dua Perdana Menteri Djuanda yang dikenal dengan
benua yaitu Asia dan Australia, serta diantara “Deklarasi Djuanda”.
samudera yaitu Samudera Hindia dan Selanjutnya Pasal 1 angka 1 Undang-
Pasifik.Pengertian negara kepulauan berasal Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang
dari pengertian nusantara yang berarti negara Wilayah Negara mendefinisikan wilayah
yang terdiri dari gugusan pulau. Oleh karena negara sebagai salah satu unsurnegara yang
itu, pengertian nusantara sudah menunjukkan merupakan satu kesatuan wilayah daratan,
konsepsi Negara Kepulauan (Archipelagic perairan pedalaman, perairan kepulauan dan
State Conception) (Hasbullah, 2001). laut territorial beserta dasar laut dan tanah di
Perjuangan untuk menjaga kesatuan wilayah bawahnya, serta ruang udara di atasnya,
Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) termasuk seluruh sumber kekayaan yang
telah dilakukan sejak tahun 1957 melalui terkandung didalamnya. Berdasarkan definisi
Deklarasi Djuanda yang menyatakan wilayah tersebut, dapat disimpulkan bahwa wilayah
negara Republik Indonesia menggunakan asas negara adalah tempat tinggal, tempat hidup
negara kepulauan (archipelagic state dan sumber kehidupan warga negara yang
principle) (Kusumaatmadja, 2015). Deklarasi meliputi daratan, lautan dan ruang udara,
Djuanda berhasil mengedepankan konsep dimana suatu negara memiliki kedaulatan
kesatuan wilayah pulau-pulau dan perairan penuh atas wilayah negaranya. Bentuk wilayah
Indonesia dengan menghubungkan titik-titik negara Indonesia berdasarkan teorinya
terluar dari wilayah Indonesia, serta termasuk divided or separated, yaitu negara
meletakkan kedaulatan seluruh wilayah yang terpisah oleh wilayah yang dipisah-
nusantara. Konsep ini kemudian diperjuangkan pisahkan / daratan-daratannya dipisah-pisah
dalam Konferensi Hukum Laut Jenewa 1958 oleh perairan laut) (Hayati & Yani, 2007).

245
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 241-248 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

2. Upaya pengaturan Wilayah Perubahan peraturan di bidang perikanan


Pengelolaan Perikanan pada tahun 2004 dan 2009membuat aktivitas
Wilayah negara yang tumbuh berdasarkan kapal-kapal ikan asing di wilayah Indonesia
pendekatan sumber daya alam merupakan semakin marak, khususnya di ZEE Indonesia,
suatu konsepsi fungsional, karena wilayah bahkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
yang berkembang menjadi “wilayah” negara Perikanan No.30 Tahun 2012 tentang Usaha
tersebut bukan berasal dari kewenangan Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan
territorial tetapi berasal dari kewenangan Perikanan – Negara Republik Indonesia, kapal
untuk memanfaatkan sumber daya alam di penangkap ikan berukuran di atas 1.000 GT
wilayah tersebut. (Gross Ton) dapat langsung membawa
Banyaknya pulau yang dimiliki oleh ikannya ke luar negeri (Pasal 88 Peraturan
Negara Indonesia membuat sulitnya koneksi Menteri Kelautan dan Perikanan No.30 Tahun
ke pulau yang jauh dari pusat pemerintahan. 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di
Pulau-pulau yang berada dekat dengan negara Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
tetangga akan lebih mudah dan lebih Republik Indonesia yang dicabut dengan
diperhatikan oleh negara tetangga akan lebih Peraturan Menteri No.26 Tahun 2013 tentang
mudah dan diperhatikan oleh negara tersebut, perubahan atas Peraturan Menteri K, n.d.).
sehingga adanya hal ini makin membuat celah Maraknya ekploitasi sumber daya perikanan
antara Indonesia dengan Singapura akan oleh kapal ikan asing dan kapal ikan eks –
memanfaatkan hal tersebut dan memperluas asing di Indonesia telah menganggu
wilayahnya. Hal ini termasuk pulau-pulau kedaulatan, keberlanjutan ekosistem dan
yang berbatasan dengan negara-negara menurunkan kesejahteraan nelayan Indonesia
lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, yang seharusnya menjadi tuan di negeri sendiri
Philipina, Palau, Papua Nugini, Australia dan (Pudjiastuti, 2016a).
Timorleste. Dalam Bab III Pasal 5 Ayat (1) Undang-
Secara historis, masuknya kapal asing Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
pada sektor perikanan dimulai tahun 1960 saat Perikanan telahdiatur mengenai Wilayah
Indonesia memberlakukan Undang-Undang Pengelolaan Perikanan (WPP) bahwa Wilayah
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
Modal Asing. Hal ini diperkuat dengan untuk penangkapan ikan dan/atau
penandatanganan Banda Agreement I, II dan pembudidayaan ikan meliputi: 1) Perairan
III antara Pemerintah Indonesia dengan Indonesia (Perairan Pedalaman, Perairan
Pemerintah Jepang pada tahun 1968 – 1979. Kepulauan dan Perairan Teritorial yang diatur
Memasuki tahun 1980–an, operasi kapal ikan dalam UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan
asing di Indonesia semakin diperkuat dengan Indonesia), 2) ZEEI (diatur dalam UU No.5
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif),
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 3) Sungai,danau ,waduk, rawa dan genangan
dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 air lainnya yang dapat diusahakanserta lahan
tentang Perikanan (sekarang menjadi UU pembudidayaan ikan yang potensialdi wilayah
No.31 Tahun 2004 dengan perubahannya UU Republik Indonesia.Selanjutnya disebutkan
No.45 Tahun 2009 tentang Perikanan), dimana bahwa wilayah pengelolaan perikanan
pada waktu itu (saat berlakunya UU No.9 Republik Indonesia, sebagaimana dimaksud
tahun 1985) memperbolehkan badan hukum pasal tersebut di atas , diselenggarakan
asing untuk melakukan usaha perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
tangkap sepanjang diperbolehkan oleh persyaratan, dan/atau standar internasional
persetujuan atau hukum internasional yang yang diterima secara umum. Berdasarkan data
berlaku. Penafsiran UNCLOS 1982, dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
khususnya mengenai keharusan memberikan terdapat 14 (empat belas) Zona fishing ground
hak akses kepada negara lain atas surplus di dunia, saat ini hanya 2 (dua) Zona yang
sumber daya ikan di Indonesia.

246
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 241-248 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

masih potensial, dan salah satunya adalah di berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
Perairan Indonesia. (Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan Negara Republik Indonesia tahun 1945, n.d.).
dan Perikanan No 18 Tahun 2014 Wilayah Selama ini pembangunan konvensional
Pengelolaan Perikanan Negara Republik meletakkan ekonomi pada pertumbuhan
Indonesia adalah wilayah pengelolaan untuk (growth), dan menempatkan faktor lingkungan
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, hidup atau ekosistem pada posisi yang kurang
konservasi, penelitian, dan pengembangan diperhitungkan (Salim, 2010).
perikanan yang yang meliputi perairan
pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, C. Simpulan
zona tambahan , dan zona ekonomi eklusif Implementasi konsep negara kepulauan
Indonesia. Penetapan Wilayah Pengelolaan yang berciri Nusantara diselenggarakan
Perikanan Negara Republik Indonesia, berdasarkan prinsip berkelanjutan dan
selanjutnya disebut WPPNRI, dilakukan berwawasan lingkungan, dengan menegakkan
dalam rangka optimalisasi pengelolaan pilar kedaulatan negara kepulauan, dalam
perikanan. WPPNRI meliputi 11 WPPNRI perlindungan wilayah pengelolaan perikanan
yaitu: 1). WPPNRI 571 meliputi perairan Selat Republik Indonesia dilandaskan pada Pasal 25
Malaka dan Laut Andaman,2). WPPNRI 572 A dan Pasal 33 ayat (3) UUDNRI Tahun 1945,
meliputi perairan Samudera Hindia sebelah yang diatur lebih lanjut dengan berbagai aturan
Barat Sumatera dan Selat Sunda, 3). WPPNRI pelaksanaan yang terdiri dari beberapa undang
573 meliputi perairan Samudera Hindia –undang dan perubahannya serta pasang surut
sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan perlindungan WPPNRI.
Nusa Tenggara, Laut dan Laut Timor bagian
Barat, 4). WPPNRI 711, meliputi perairan DAFTAR PUSTAKA
Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina
Selatan, 5). WPPNRI 712 meliputi perairan Adhitama, I. (2017). Impelentasi kebijakan
Laut Jawa, 6). WPPNRI 713 meliputi perairan pelarangan penggunaan alat penangkapan
Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik
Laut Bali, 7). WPPNRI 714 meliputi perairan (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan
Teluk Tolo, dan Laut Banda, 8). WPPNRI 715 Perikanan Negara Indonesia. Jurnal
meliputi perairan Teluk Tomini, Laut maluku, Pembangunan Dan Kebijakan Publik,
Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau, 8(2), 15.
9). WPPNRI 716 meliputi perairan Laut Alinea ke-5 Pengumuman Pemerintah
Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera, Mengenai Wilayah Perairan Negara
10). WPPNRI 717 meliputi perairan Teluk Republik Indonesia tahun 1957 (1957).
Cendrawasih dan Samudra Pasific, 11). Indonesia.
WPPNRI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Ariadno, M. K. (2015). Tantangan Indonesia
Arafuru, Laut Timor Bagian Timur, nama sebagai Negara Kepulauan Terbesar
perairan yang tidak tersebut dalam pembagian untuk menjadi Poros Maritim Dunia”,
WPPNRI tetapi berada di dalam suatu dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar.
WPPNRI merupakan bagian dari WPPNRI Jakarta: Universitas Indonesia.
tersebut. Danusaputra, M. (1980). Tata lautan
Optimalisasi pengelolaan perikanan Nusantara Dalam Hukum dan
seperti dimaksud dalam Permen KP diatas Sejarahnya. Bandung: Binacipta.
tentunya harus didasarkan pada kedaulatan Ensiklopedia Umum. (1973). Jakarta: Jajaran
wilayah negara dan mengacu pada paradigma Kanisius.
pembangunan berkelanjutan dinyatakan dalam Gibran, M. (2017). Penegakan Hukum Pidana
pasal 33 UUDNRI Tahun 1945, yang Terhadap Penggunaan Alat Tangkap Ikan
mengamanatkan agar perekonomian Ilegal (Studi Pada Ditpol Air Polda
diselenggarakan berdasarkan prinsip Lampung). Jurnal Ilmu Hukum, 1(2), 5.
Hasbullah, F. S. (2001). Negara Kepulauan
247
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 241-248 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

Indonesia dan Hukum Laut Internasional. Pudjiastuti, S. (2016b). “Surat Badan


Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Reformasi Geospasial No:B-
Hayati, S., & Yani, A. (2007). Geografi 3.4/SESMA/IGD/07/2004 Direktorat
Politik. Bandung: Refika Aditama. Jendral PUM Kementerian Dalam Negeri
Juwana, H. (2003). Penyelesaian Sengketa Republik Indonesia”, dalam Pidato
Kepemilikan Pulau Sipadan Dan Ligitan. Penganugerahan Gelar Doktor Honoris
Jurnal Hukum & Pembangunan, 33(1), Causa di Bidang Pembangunan Kelautan
111. dan Perikanan. Semarang: Universitas
Kusumaatmadja, M. (1978). Bunga Rampai Diponegoro.
Hukum Laut. Bandung: Bina Cipta. Salim, E. (2010). Ekonomi dan Pembangunan
Kusumaatmadja, M. (2015). Rekam Jejak Berkelanjutan dalam Pembangunan
Kebangsaan. Jakarta: Kompas. Berkelanjutan. Jakarta: Kepustakaan
Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Populer Gramedia.
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Samidjo, S. (1977). Ilmu Negara. Bandung:
Pasal 88 Peraturan Menteri Kelautan dan Armico.
Perikanan No.30 Tahun 2012 tentang Tahar, A. M. (2015). Penegakan Hukum di
Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Perairan Indonesia. Hukum Laut
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Internasional Dalam Perkembangan,
Indonesia yang dicabut dengan Peraturan Serie Monograf, 3(1), 1.
Menteri No.26 Tahun 2013 tentang Yamin, M. (n.d.). Tata Negara Madjapahit.
perubahan atas Peraturan Menteri K.
Indonesia.
Pudjiastuti, S. (2016a). “Pemberantasan
Illegal, Unreported, and Unregulated
fishing : Menegakkan Kedaulatan dan
Menjaga Keberlanjutan untuk
kesejahteraan Bangsa Indonesia”, dalam
Pidato Penganugerahan Gelar Doktor
Honoris Causa dibidang Pembangunan
Kelautan dan Perikanan. Semarang:
Universitas Diponegoro.

248

Anda mungkin juga menyukai