KELOMPOK IV
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah perbatasan merupakan kawasan tertentu yang mempunyai
dampak penting dan peran strategis bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pertahanan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di dalam
ataupun di luar wilayah memiliki keterkaitan yang kuat dengan kegiatan
diwilayah lain yang berbatasan, baik dalam lingkup nasional maupun regional
(antarnegara), serta mempunyai dampak politis dan fungsi pertahanan dan
keamanan nasional.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sekitar 17.504 pulau dan
memiliki laut yang banyak berbatasan langsung dengan negara lain. Ada sekitar
10 negara tetangga yang lautnya berbatasan langsung dengan Indonesia yaitu,
Australia, Filipina, India, Malaysia, Papua Nugini, Republik Palau, Singapura,
Thailand, Timor Leste serta Vietnam. Pelanggaran perbatasan seringkali
menimbulkan masalah perselisihan antar kedua negara menjadi permasalahan
internasional. Permasalahan batas laut merupakan hal mendasar yang seharusnya
segera di selesaikan dan disepakati oleh kedua negara. Bukan dengan saling
menangkap kapal atau saling klaim wilayah perairan. Sebagai negara kepulauan,
Indonesia seharunya lebih proaktif dalam penyelesaian batas laut dengan negara
tetangga, dengan demikian adanya keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai
negara maritim yang kuat dapat terwujud.
Permasalahan perbatasan laut yang mengganggu Indonesia saat ini dapat
mengancam kedaulatan wilayah dan batas teritorial negara Indonesia. Masalah
tersebut dilatarbelakangi oleh penambangan pasir laut di perairan sekitar
Kepulauan Riau yakni wilayah yang berbatasan langsung dengan Singapura telah
berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir
setiap hari dan mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup
parah. Hal tersebut dapat memicu perubahan pada kondisi geografis pantai dan
akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura di kemudian
hari serta berdampak pada batas perairan Indonesia yang dapat berubah.
Tujuan
Definisi
United Nation Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982),
kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1985.
Berdasar-kan UNCLOS 1982, total luas wilayah laut Indonesia menjadi 5,9 juta
km², terdiri atas 3,2 juta km² perairan terito-rial dan 2,7 km² perairan Zona
Ekonomi Eksklusif, luas perairan ini belum termasuk landas kontinen (continental
shelf). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
(the biggest Archipelago in the World).
Khusus bagi negara pantai, dalam menjalankan kegiatan di laut, maka
perlu adanya pengawasan yang dilakukan secara bersama oleh negara-negara
pantai melalui konvensi untuk menjaga kebebasan di laut lepas atau
kepentingankepentingan khusus negara pantai (Mauna 2005).
Setelah rezim negara kepulauan diatur dalam United Nations Convention
on the Law of the Sea, 1982 (UNCLOS 1982). Perairan yang tunduk dibawah
kedaulatan Indonesia terdiri dari 0,3 juta km2 laut teritorial dan 2,8 juta km2
perairan kepulauan. UNCLOS 1982, membagi laut ke dalam zona-zona yaitu:
a. Wilayah laut yang berada di bawah yurisdiksi suatu Negara adalah :
1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)
2. Perairan Kepulauan (Archipelagic Waters)
3. Laut Wilayah (Territorial Sea)
4. Zona Tambahan (Contiguous Zone)
5. Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone)
6. Landas Kontinen (Continental Shelf)
b. Wilayah laut yang berada di luar yurisdiksi suatu Negara adalah:
1. Laut Lepas (High Seas)
2. Dasar Laut Dalam/kawasan (Area/Deep Sea Bed)
Wilayah pesisir (coastal zone) belum didefiniskan secara baku, namun
terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah
peralihan antara daratan dan lautan (Dahuri et al. 2001). Dalam penentuan batas
wilayah pesisir dan laut dalam United Nations Convention on the Law of the Sea,
1982 (UNCLOS 1982), tidak disebutkan dan tidak disampaikan cara
pengukurannya. Dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP-PK
disebutkan bahwa, ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi
kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut di ukur dari garis pantai.”
Indonesia memiliki banyak pulau-pulau kecil terluar yang merupakan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berbatasan dengan
negara tetangga sehingga keberadaannya mempunyai arti yang strategis dalam
proses pembangunan. Menurut (Dahuri 1998), potensi pulau-pulau perbatasan
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) potensi sumberdaya alam dan jasa
lingkungan, (2) potensi ekonomi, dan (3) potensi sebagai bisnis pertahanan negara
(Mauna 2005).
Lebih lanjut Dahuri (1998) menyatakan bahwa potensi sumber daya alam
dan jasa lingkungan di pulau-pulau kecil terluar terdiri dari sumber daya hayati
(padang lamun, terumbu karang, dan hutan mangrove), yang sangat berperan
dalam mengendalikan keseimbangan ekosistem termasuk kelestarian biota-biota
perairan. Sementara itu, potensi sumber daya non-hayati seperti bahan tambang,
energi laut dan jasa lingkungan (terutama pariwisata) dapat dimanfaatkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya
batas-batas wilayah Indonesia yang perlu dijaga dan dilindungi sebagai kedaulatan
negara, begitu pula pulau-pulau kecil yang berbatasan langsung dengan negara
lain, terdapat begitu banyak kekayaan alam yang begitu melimpah bagi Indonesia.
Kedaulatan atas batas wilayah dan keberadaan pulau kecil di Indonesia memiliki
nilai yang besar dan perlu dilindungi agar tidak diakui atau diambil begitu saja
oleh negara lain.
PERMASALAHAN
Simpulan
Permasalahan yang ditimbulkan oleh negara lain adalah pengerukan pasir
yang merugikan wilayah bangsa Indonesia. Kerugian tersebut dapat diatasi
dengan mendirikan sekolah terluar agar masyarakat Indonesia tidak sekolah di
lintas wilayah Indonesia dengan negara lain. Kerugian tersebut juga dapat diatasi
dengan menciptakan perpustakaan berjalan dan seminar wawasan kemaritiman
agar masyarakat sekitar yang berada di pulau terluar sadar akan pentingnya
wilayah kemaritiman yang dimiliki Indonesia serta melindungi wilayah Indonesia.
Saran
Diharapkan pemerintah dan mampu menjaga keutuhan wilayah dengan
membuat atau menyepakati perjanjian dengan negara tetangga untuk menentukan
batas- batas kedua negara. Pemerintah juga harus memperhatikan dan mengawasi
pulau-pulau terluar agar tidak menimbulkan konflik serta pemerintah seharusnya
melarang siapapun untuk mengekspor pasir laut ke luar negeri, dilakukan strategi
pengamanan jalur masuk wilayah perbatasan laut di pulau terluar, langkah-
langkah nyata khususnya di wilayah perbatasan berupa penetapan batas maritim
dalam peraturan perundang-undangan dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri R. 1998. Penyusunan konsep pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan
yang berakar dari masyarakat kerjasama ditjen bangda dengan pusat kajian
sumber daya pesisir dan lautan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Dahuri R, et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Peisisir dan Lautan
Secara Terpadu. Jakarta (ID): PT. Pradnya Paramita.
Mauna B. 2005. Hukum Internasional Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam
Era Dinamika Global. Bandung (ID): Alumni.
HASIL NOTULENSI
Pertanyaan :