Anda di halaman 1dari 10

URGENSI MELINDUNGI POTENSI DAN KETAHANAN

PERBATASAN LAUT PULAU TERLUAR

KELOMPOK IV

Siti Khoziah A24170044

Hasnah Niaty B04170033

Alvin Kurniawan S B04170124

Dwi Ayu Octaviani G34170030

PROGRAM PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Wilayah perbatasan merupakan kawasan tertentu yang mempunyai
dampak penting dan peran strategis bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pertahanan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di dalam
ataupun di luar wilayah memiliki keterkaitan yang kuat dengan kegiatan
diwilayah lain yang berbatasan, baik dalam lingkup nasional maupun regional
(antarnegara), serta mempunyai dampak politis dan fungsi pertahanan dan
keamanan nasional.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sekitar 17.504 pulau dan
memiliki laut yang banyak berbatasan langsung dengan negara lain. Ada sekitar
10 negara tetangga yang lautnya berbatasan langsung dengan Indonesia yaitu,
Australia, Filipina, India, Malaysia, Papua Nugini, Republik Palau, Singapura,
Thailand, Timor Leste serta Vietnam. Pelanggaran perbatasan seringkali
menimbulkan masalah perselisihan antar kedua negara menjadi permasalahan
internasional. Permasalahan batas laut merupakan hal mendasar yang seharusnya
segera di selesaikan dan disepakati oleh kedua negara. Bukan dengan saling
menangkap kapal atau saling klaim wilayah perairan. Sebagai negara kepulauan,
Indonesia seharunya lebih proaktif dalam penyelesaian batas laut dengan negara
tetangga, dengan demikian adanya keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai
negara maritim yang kuat dapat terwujud.
Permasalahan perbatasan laut yang mengganggu Indonesia saat ini dapat
mengancam kedaulatan wilayah dan batas teritorial negara Indonesia. Masalah
tersebut dilatarbelakangi oleh penambangan pasir laut di perairan sekitar
Kepulauan Riau yakni wilayah yang berbatasan langsung dengan Singapura telah
berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir
setiap hari dan mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup
parah. Hal tersebut dapat memicu perubahan pada kondisi geografis pantai dan
akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura di kemudian
hari serta berdampak pada batas perairan Indonesia yang dapat berubah.
Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengetahui permasalahan yang


menyangkut perbatasan, menemukan solusi atau upaya dalam penyelesaian
masalah yang menyangkut ancaman kedaulatan nasional dalam konteks
perbatasan wilayah laut Indonesia dengan negara lain.

Definisi
United Nation Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982),
kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1985.
Berdasar-kan UNCLOS 1982, total luas wilayah laut Indonesia menjadi 5,9 juta
km², terdiri atas 3,2 juta km² perairan terito-rial dan 2,7 km² perairan Zona
Ekonomi Eksklusif, luas perairan ini belum termasuk landas kontinen (continental
shelf). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
(the biggest Archipelago in the World).
Khusus bagi negara pantai, dalam menjalankan kegiatan di laut, maka
perlu adanya pengawasan yang dilakukan secara bersama oleh negara-negara
pantai melalui konvensi untuk menjaga kebebasan di laut lepas atau
kepentingankepentingan khusus negara pantai (Mauna 2005).
Setelah rezim negara kepulauan diatur dalam United Nations Convention
on the Law of the Sea, 1982 (UNCLOS 1982). Perairan yang tunduk dibawah
kedaulatan Indonesia terdiri dari 0,3 juta km2 laut teritorial dan 2,8 juta km2
perairan kepulauan. UNCLOS 1982, membagi laut ke dalam zona-zona yaitu:
a. Wilayah laut yang berada di bawah yurisdiksi suatu Negara adalah :
1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)
2. Perairan Kepulauan (Archipelagic Waters)
3. Laut Wilayah (Territorial Sea)
4. Zona Tambahan (Contiguous Zone)
5. Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone)
6. Landas Kontinen (Continental Shelf)
b. Wilayah laut yang berada di luar yurisdiksi suatu Negara adalah:
1. Laut Lepas (High Seas)
2. Dasar Laut Dalam/kawasan (Area/Deep Sea Bed)
Wilayah pesisir (coastal zone) belum didefiniskan secara baku, namun
terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah
peralihan antara daratan dan lautan (Dahuri et al. 2001). Dalam penentuan batas
wilayah pesisir dan laut dalam United Nations Convention on the Law of the Sea,
1982 (UNCLOS 1982), tidak disebutkan dan tidak disampaikan cara
pengukurannya. Dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP-PK
disebutkan bahwa, ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi
kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut di ukur dari garis pantai.”
Indonesia memiliki banyak pulau-pulau kecil terluar yang merupakan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berbatasan dengan
negara tetangga sehingga keberadaannya mempunyai arti yang strategis dalam
proses pembangunan. Menurut (Dahuri 1998), potensi pulau-pulau perbatasan
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) potensi sumberdaya alam dan jasa
lingkungan, (2) potensi ekonomi, dan (3) potensi sebagai bisnis pertahanan negara
(Mauna 2005).
Lebih lanjut Dahuri (1998) menyatakan bahwa potensi sumber daya alam
dan jasa lingkungan di pulau-pulau kecil terluar terdiri dari sumber daya hayati
(padang lamun, terumbu karang, dan hutan mangrove), yang sangat berperan
dalam mengendalikan keseimbangan ekosistem termasuk kelestarian biota-biota
perairan. Sementara itu, potensi sumber daya non-hayati seperti bahan tambang,
energi laut dan jasa lingkungan (terutama pariwisata) dapat dimanfaatkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya
batas-batas wilayah Indonesia yang perlu dijaga dan dilindungi sebagai kedaulatan
negara, begitu pula pulau-pulau kecil yang berbatasan langsung dengan negara
lain, terdapat begitu banyak kekayaan alam yang begitu melimpah bagi Indonesia.
Kedaulatan atas batas wilayah dan keberadaan pulau kecil di Indonesia memiliki
nilai yang besar dan perlu dilindungi agar tidak diakui atau diambil begitu saja
oleh negara lain.
PERMASALAHAN

Makalah ini memiliki permasalahan sesuai dengan latar belakang.


Permasalahan yang dicetuskan dalam makalah ini adalah masalah yang
ditimbulkan oleh negara lain tentang masalah maritim akibat pengerukan pasir
yang merugikan bangsa Indonesia sehingga kehilangan wilayah berupa pulau-
pulau terluar yang berbatasan dengan negara jiran.
PEMBAHASAN

Perbatasan Indonesia-Singapura merupakan batas maritim di Selat


Singapura antara Kepulauan Riau di Indonesia yang terletak di sebelah selatan
perbatasan, dan pulau-pulau Singapura yang terletak di utara. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Towards Environmental Sustainability, State of the
Environment 2005, Ministry of the Environment and Water Resources Singapore,
Singapura memiliki banyak proyek reklamasi tanah, dengan tanah diperoleh dari
bukit, dasar laut, dari negara tetangga. Hasilnya, daratan Singapura meluas dari
581,5 km² (224,5 sq mi) pada 1960-an menjadi 704 km² (271,8 sq mi) pada hari
ini, dan akan meluas lagi hingga 100 km² (38,6 sq mi) pada 2030. Ini terjadi
karena Singapura membeli pasir laut dari negara lain bahkan yang diselundupkan
dari Indonesia. Dampak yang ditimbulkan oleh Singapura bagi Indonesia adalah
semakin tergerusnya wilayah Indonesia sebesar 6 km sedangkan wilayah
Singapura bertambah 12 km. Dampak yang lain adalah banyaknya pulau-pulau
terluar Indonesia tenggelam akibat eksplorasi Singapura untuk kebutuhan
pasirnya. Selain itu, banyaknya kerusakan di bawah laut akibat yang dilakukan
Singapura.
Solusi dari masalah tersebut, dapat dilakukan upaya seperti mendirikan
sekolah dari donatur yang siap untuk membantu menjaga negeri di wilayah pulau
terluar Indonesia agar anak-anak bangsa tidak sekolah di luar negeri, menciptakan
perpustakaan berjalan di pulau terluar serta memberikan wawasan terhadap
masyarakat sekitar pentingnya menjaga wilayah negeri dengan mengadakan
seminar pemahaman tentang wawasan kemaritiman diisi masyarakat akademisi
khususnya para mahasiswa atau generasi penerus bangsa. Apabila diperlukan, ikut
angkat senjata melindungi wilayah Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 3.
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Permasalahan yang ditimbulkan oleh negara lain adalah pengerukan pasir
yang merugikan wilayah bangsa Indonesia. Kerugian tersebut dapat diatasi
dengan mendirikan sekolah terluar agar masyarakat Indonesia tidak sekolah di
lintas wilayah Indonesia dengan negara lain. Kerugian tersebut juga dapat diatasi
dengan menciptakan perpustakaan berjalan dan seminar wawasan kemaritiman
agar masyarakat sekitar yang berada di pulau terluar sadar akan pentingnya
wilayah kemaritiman yang dimiliki Indonesia serta melindungi wilayah Indonesia.
Saran
Diharapkan pemerintah dan mampu menjaga keutuhan wilayah dengan
membuat atau menyepakati perjanjian dengan negara tetangga untuk menentukan
batas- batas kedua negara. Pemerintah juga harus memperhatikan dan mengawasi
pulau-pulau terluar agar tidak menimbulkan konflik serta pemerintah seharusnya
melarang siapapun untuk mengekspor pasir laut ke luar negeri, dilakukan strategi
pengamanan jalur masuk wilayah perbatasan laut di pulau terluar, langkah-
langkah nyata khususnya di wilayah perbatasan berupa penetapan batas maritim
dalam peraturan perundang-undangan dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri R. 1998. Penyusunan konsep pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan
yang berakar dari masyarakat kerjasama ditjen bangda dengan pusat kajian
sumber daya pesisir dan lautan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Dahuri R, et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Peisisir dan Lautan
Secara Terpadu. Jakarta (ID): PT. Pradnya Paramita.
Mauna B. 2005. Hukum Internasional Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam
Era Dinamika Global. Bandung (ID): Alumni.
HASIL NOTULENSI

Moderator : Hasnah Niaty (B04170033)

Penyaji : Alvin Kurniawan Saputra (B04170124)

Notulen : Siti Khoziah (A24170044)

Pertanyaan :

1. Pertanyaan : Dalam diskusi dijelaskan melarang siapapun untuk


mengekspor pasir laut, step untuk melarangnya seperti apa? Jika ada yang
melakukan apa hukumannya? (Liska Nurjanah/I14170027)
Jawaban : Stepnya pemerintah melakukan penyuluhan, pemerintah
mengawasi orang-orang yang sekiranya melakukan ekspor pasir laut.
Pemerintah telah melarang siapapun untuk melakukan hal itu, bila ada
yang melakukanya maka akan dijebloskan ke penjara. (Alvin Kurniawan S
/ B04170124)

2. Pertanyaan : Menurut kalian sampai saat ini partisipasi pemerintah apakah


sudah relevan? Apa solusi kalian agar pulau terluar Indonesia bisa tetap
bertahan? (lutpi abdul latip/A2417015)
Jawaban : Pemerintah melakukan penegasan peraturan dan pemerintah
juga harus lebih konsen ke masalah Singapura yang belum terselesaikan.
Dan meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia agar masyarakatnya
bisa menjaga pulau terluar Indonesia. Memberikan penyuluhan bahwa
batasan-batasan pulau belum pasti. ( Dwi Ayu Octaviani/G34170030)
Tanggapan : Batasan kemaritiman sudah jelas, karena jarak 12 mil itu
sempit maka banyak kapal asing masuk (dahulu). Setelah adanya deklarasi
juanda sudah tidak, karena batas Negara sudah jelas, jika masih ada kapal
yang melewati batas maka kapal itu adalah kapal illegal.(Dio Andika/
asisten dosen)

3. Pertanyaan : Pulau terluar Indonesia itu kan lama-lama tenggelam.


Bagaimana solusinya agar tidak tenggelam? (Nerlileng Purba/
A24170114)
Jawaban : Karena pulau itu berada di wilayah Indonesia, jika tenggelam
itu juga kesalahan Indonesia. Sebelum Indonesia mendaftarkan pulau
tersebut ke PBB berarti Singapura bebas mengeruk pasir pulau tersebut
karena berpikir pulau tersebut belum terdaftar di PBB, dan Singapura
mengklaim bahwa pulau itu milik Singapura. (Alvin Kurniawan S/
B04170124)
4. Pertanyaan : Mendaftarkan ke PBB menurut saya kurang efektif karena
sudah berada di wilayah Indonesia. Karena masyarakat pulau setempat
miskin maka mereka menjual pasir untuk meningkatkan kebutuhan
ekonomi mereka. Bisakah kalian merealisasikan program untuk membantu
mereka ? ( Brilla Widya Witri/ B04170103)
Jawaban : Mendaftarkan ke PBB itu penting, seperti pada kasus Malaysia
karena Indonesia tidak mendaftarkan ke PBB maka diklaim oleh Malaysia.
Program tergantung pada pemerataan ekonomi, bahkan yang tidak terluar
saja masih banyak yang terbengkalai. Bisa dilakukan program
peningkatan rasa cinta kepada masyarakat terluar agar mereka tetap
merasa bagian dari Indonesia.(Alvin Kurniawan S/B041170124 dan Dwi
Ayu O/ G3417030)

5. Pertanyaan : Merujuk pada solusi nomor 3 yaitu mendaftarkan pulau ke


PBB. Yang berhak mendaftarkan adalah pemerintah. Bagaimana peran
kalian agar pemerintah mendaftarkan ke PBB? (Widiyanti Muadz/
A24170191)
Jawaban : Karena mahasiswa hanya sebagian kecil dalam masyarakat ,
maka hanya bisa melakukannya dalam kegiatan kampus seperti seminar,
akan lebih baik jika mahasiswa turun langsung sosialisasi ke masyarakat.
(Dwi Ayu Octaviani/G34170030)

Anda mungkin juga menyukai