Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rizkia Afriani Asisten:

NIM : G34170010 1. Amelia (G34160024)


Kelompok :1 2. Dinda Hikmah T (G34160038)
Lab : Lab BIO 6 3. Ismail Maulana T (G34160083)

PENGUKURAN INDOL ACETIC ACID (IAA) CENDAWAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau disintesa
pada sel dan group taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan atau stress tertentu.
Metabolit sekunder tidak digunakan untuk pertumbuhan dan dibentuk dari metabolit
primer pada kondisi stress. Contoh metabolit sekunder adalah antibiotik, pigmen,
toksin, efektor kompetisi ekologi dan simbiosis, feromon, inhibitor enzim, agen
immunomodulasi, reseptor antagonis dan agonis, pestisida, agen antitumor, dan
promotor pertumbuhan binatang dan tumbuhan. Ada beberapa hipotesis tentang fungsi
metabolit sekunder bagi produsen metabolit sekunder, misalnya dalam mempertahankan
hidup dari bakteri, fungi, insekta, dan binatang melalui produksi antibiotik dan anti
kotor (antifouling). Selain itu, metabolit sekunder berperan juga dalam memperbaiki
kehidupan mikroba penghasil metabolit sekunder ketika berkompetisi dengan spesies
lain (Nofiani 2008). cendawan endofit telah banyak dilakukan pada daerah subtropis
terutama untuk tanaman rumut-rumputan, akan tetapi informasi tentang cendawan
endofit di daerah tropis masih sangat terbatas (Azevedo et al. 2000). Banyak kelompok
cendawan endofit yang mampu memproduksi senyawa antibiotik yang aktif melawan
bakteri maupun cendawan patogenik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan terutama
dari genus Coniothirumdan Microsphaeropsis. Cendawan endofit banyak dieksplorasi
sebagai alternatif senyawa bioaktif karena kemampuannya menghasilkan metabolit yang
potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku obat (Sinaga et al. 2009).

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengukur kadar IAA hasil metabolism sekunder pada
isolat.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain bunsen, lup, tabung
reaksi, pipet ukur, bulb, tabung durex untuk spektrofotometer. Bahan yang
digunakan dalam praktikum adalah Salkowvaki, isolat cendawan, alkhohol dan
larutan standar.
Metode

Alat dan bahan (isolat) Dipipet rasio IAA dan air Ditambahkan 2 ml larutan
disiapkan steril sesuai dengan yang Salkowski
telah ditentukan aquades
Dimasukan kedalam Nilai OD dihitung dengan Diamati pergerakan
media , isolate yang akan spektrofotometer konsentrasi IAA masing-
diuji produktifitas IAA nya masing media

*o ppm (air steril


10 ppm (0.5 ml air steril + 4.5 ml air steril)
20 ppm (1 ml IAA + 4 ml air steril)
30 ppm (1,5 ml IAA + 3,5 ml air steril)
40 ppm (2 ml IAA + 3 ml air steril)
50 ppm (2.5 IAA ml + 2.5 ml air steril)

HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 Hasil pengukuran OD IAA murni dalam berbagai konsentrasi
Konsentrasi IAA murni (ppm) OD terukur
0 0
10 0.343
20 0.756
30 1.087
40 1.161
50 1.299

Kurva Standar IAA


1.4
f(x) = 0.27 x − 0.42
1.2 R² = 0.94
1
OD Terukur

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi IAA Murni

Gambar 1 Grafik kurva standar IAA murni

Tabel 2 Hasil pengukuran konsentrasi IAA berbagai isolat cendawan


Kode isolat cendawan OD terukur (A) Konsentrasi IAA (ppm)
1 0.080 -1.189
2 0.050 -2.321
3 0.124 0.472
4 0.154 1.604
5 - -
6 0.268 5.906
7 0.317 7.755
8 0.093 -0.698
PEMBAHASAN
Pembuatan kurva standar IAA dilakukan dengan metode Pattern dan Glick
(2002) yang bertujuan untuk mendapatkan persamaan dalam menghitung nilai
konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh isolat. Hasil dari proses uji konsentrasi larutan
standar larutan yang diperoleh hasil IAA dalam spektrofotometer ditunjukkan oleh hasil
OD. Nilai OD tersebut berbanding lurus dengan konsentrasi IAA yang terdapat di dalam
campuran, hal tersebut dikarenakan prinsip kerja dari spektrofotometer yang menyerap
cahaya yang diterimanya. Sehingga semakin tinggi tingkat kekeruhan maka nilai
absorasinya akan semakin tinggi sehingga berbanding lurus dengan nilai IAA yang
dihasilkan. Selain nilai absorbansi, nilai IAA dapat diketahui secara kualitatif dengan
pengamatan perubaha warna yang dihasilkan saat ditambahkan larutan Salkowski.
Mohite (2013) mengatakan bahwa warna merah muda yang dihasilkan dari uji IAA
secara kualitatif akan semakin pekat seiring dengan bertambah tingginya konsentrasi
IAA yang terdapat di dalam larutan yang diuji (yang direaksikan dengan reagen
Salkowski). Kepekatan warna merah berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi
IAA yang dihasilkan. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori dan sangat jauh
dari harapan, hal ini mungkin disebabkan kesalahan pratikan yang kurang teliti seperti
pemindahan isolat yang tidak sempurna dan juga pada kesalahan pada penggunaan
spektrofotometer. Nilai R2 ytang sangat rendah pun menunjukkan data percobaan ini
tidak dapat digunakan sebagi patokan untuk pengamatan dan penelitian lebih lanjut
(akan salah interpretasi jika dipakai).

SIMPULAN
Semakin tinggi kandungan IAA pada media maka seharusnya nilai OD
terhitungnya pun akan semakin besar. Percobaan gagal mendapatkan hal itu karena
beberapa dugaan kesalahan. Nilai R2 yang didapat juga sangat rendah sehingga data ini
tidak bisa dijadikan acuan.

DAFTAR PUSTAKA
Azevedo JL, Maccheroni JR, Pereira JO, Araujo WL. 2000. Endophytic microorganism:
a review in insect control and recent advances on tropical plants. J.
Biotechnol.3(1):40-66.
Mohite B. 2013. Isolation and characterization of indole acetic acid (IAA) producing
bacteria from rhizospheric soil and its effect on plant growth. J Soil Sci
Plant Nutr.13 (3): 638-649
Nofiani R. 2008. Urgensi dan mekanisme biosintesis Metabolit sekunder mikroba laut. Jurnal
Nature Indonesia. 10 (2): 120-125.
Pattern CL, Glick BR. 2002. Role of Pseudomonas Putida Indole Acetic Acid in
Development of the Host Plant Root System. Appl Environ Microbiol. 68
(8): 3795-3801.
Sinaga E, Noverita, Fitria D. 2009. Daya Antibakteri Jamur Endofit yang diisolasi dari
daun dan rimpang Lengkuas (Alpinia galangal Sw.). Jurnal Farmasi
Indonesia. 4 (4): 161-170.

Anda mungkin juga menyukai