PENDAHULUAN
Latar Belakang
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau disintesa
pada sel dan group taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan atau stress tertentu.
Metabolit sekunder tidak digunakan untuk pertumbuhan dan dibentuk dari metabolit
primer pada kondisi stress. Contoh metabolit sekunder adalah antibiotik, pigmen,
toksin, efektor kompetisi ekologi dan simbiosis, feromon, inhibitor enzim, agen
immunomodulasi, reseptor antagonis dan agonis, pestisida, agen antitumor, dan
promotor pertumbuhan binatang dan tumbuhan. Ada beberapa hipotesis tentang fungsi
metabolit sekunder bagi produsen metabolit sekunder, misalnya dalam mempertahankan
hidup dari bakteri, fungi, insekta, dan binatang melalui produksi antibiotik dan anti
kotor (antifouling). Selain itu, metabolit sekunder berperan juga dalam memperbaiki
kehidupan mikroba penghasil metabolit sekunder ketika berkompetisi dengan spesies
lain (Nofiani 2008). cendawan endofit telah banyak dilakukan pada daerah subtropis
terutama untuk tanaman rumut-rumputan, akan tetapi informasi tentang cendawan
endofit di daerah tropis masih sangat terbatas (Azevedo et al. 2000). Banyak kelompok
cendawan endofit yang mampu memproduksi senyawa antibiotik yang aktif melawan
bakteri maupun cendawan patogenik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan terutama
dari genus Coniothirumdan Microsphaeropsis. Cendawan endofit banyak dieksplorasi
sebagai alternatif senyawa bioaktif karena kemampuannya menghasilkan metabolit yang
potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku obat (Sinaga et al. 2009).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengukur kadar IAA hasil metabolism sekunder pada
isolat.
Alat dan bahan (isolat) Dipipet rasio IAA dan air Ditambahkan 2 ml larutan
disiapkan steril sesuai dengan yang Salkowski
telah ditentukan aquades
Dimasukan kedalam Nilai OD dihitung dengan Diamati pergerakan
media , isolate yang akan spektrofotometer konsentrasi IAA masing-
diuji produktifitas IAA nya masing media
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 Hasil pengukuran OD IAA murni dalam berbagai konsentrasi
Konsentrasi IAA murni (ppm) OD terukur
0 0
10 0.343
20 0.756
30 1.087
40 1.161
50 1.299
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi IAA Murni
SIMPULAN
Semakin tinggi kandungan IAA pada media maka seharusnya nilai OD
terhitungnya pun akan semakin besar. Percobaan gagal mendapatkan hal itu karena
beberapa dugaan kesalahan. Nilai R2 yang didapat juga sangat rendah sehingga data ini
tidak bisa dijadikan acuan.
DAFTAR PUSTAKA
Azevedo JL, Maccheroni JR, Pereira JO, Araujo WL. 2000. Endophytic microorganism:
a review in insect control and recent advances on tropical plants. J.
Biotechnol.3(1):40-66.
Mohite B. 2013. Isolation and characterization of indole acetic acid (IAA) producing
bacteria from rhizospheric soil and its effect on plant growth. J Soil Sci
Plant Nutr.13 (3): 638-649
Nofiani R. 2008. Urgensi dan mekanisme biosintesis Metabolit sekunder mikroba laut. Jurnal
Nature Indonesia. 10 (2): 120-125.
Pattern CL, Glick BR. 2002. Role of Pseudomonas Putida Indole Acetic Acid in
Development of the Host Plant Root System. Appl Environ Microbiol. 68
(8): 3795-3801.
Sinaga E, Noverita, Fitria D. 2009. Daya Antibakteri Jamur Endofit yang diisolasi dari
daun dan rimpang Lengkuas (Alpinia galangal Sw.). Jurnal Farmasi
Indonesia. 4 (4): 161-170.