KELOMPOK IV
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah perbatasan merupakan kawasan yang memiliki peran penting bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pertahanan peningkatan kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat di dalam ataupun di luar wilayah memiliki keterkaitan
yang kuat dengan kegiatan di wilayah lain yang berbatasan, baik dalam lingkup
nasional maupun regional (antarnegara), serta mempunyai dampak politis dan
fungsi pertahanan dan keamanan nasional.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sekitar 17.504 pulau dan
memiliki laut yang banyak berbatasan langsung dengan negara lain. Ada sekitar
10 negara tetangga yang lautnya berbatasan langsung dengan Indonesia yaitu,
Australia, Filipina, India, Malaysia, Papua Nugini, Republik Palau, Singapura,
Thailand, Timor Leste serta Vietnam (Dahuri et al 2005). United Nation
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, kemudian diratifikasi oleh
Indonesia dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1985. Total luas wilayah laut
Indonesia menjadi 5,9 juta km², terdiri atas 3,2 juta km² perairan teritorial dan 2,7
km² perairan Zona Ekonomi Eksklusif, luas perairan ini belum termasuk landas
kontinen (continental shelf). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia (The Biggest Archipelago in The World) (Mauna
2005).
Pelanggaran perbatasan seringkali menimbulkan masalah perselisihan
antara kedua negara dan menjadi permasalahan internasional. Permasalahan batas
laut merupakan hal mendasar yang seharusnya segera di selesaikan dan disepakati
oleh kedua negara. Bukan dengan saling menangkap kapal atau saling klaim
wilayah perairan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia seharunya lebih proaktif
dalam penyelesaian batas laut dengan negara tetangga, dan dengan adanya
keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang kuat dapat
terwujud.
Permasalahan perbatasan laut yang mengganggu Indonesia saat ini dapat
mengancam kedaulatan wilayah dan batas teritorial negara Indonesia. Masalah
tersebut dilatarbelakangi oleh penambangan pasir laut di perairan sekitar
Kepulauan Riau yakni wilayah yang berbatasan langsung dengan Singapura telah
berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir
setiap hari dan mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup
parah. Hal tersebut dapat memicu perubahan pada kondisi geografis pantai dan
akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura di kemudian
hari serta berdampak pada batas perairan Indonesia yang dapat berubah.
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengidentifikasi permasalahan yang
menyangkut perbatasan, menemukan solusi atau upaya dalam penyelesaian
masalah yang menyangkut ancaman kedaulatan nasional dalam konteks
perbatasan wilayah laut Indonesia dengan negara lain.
PERMASALAHAN
Simpulan
Masalahan pengerukan pasir di pulau terluar yang merugikan bagi Bangsa
Indonesia dapat diatasi dengan membuat asosiasi mahasiswa Gita Laut (generasi
cinta laut), program wawasan kemaritiman, mendirikan sekolah di pulau terluar
agar masyarakat Indonesia tidak sekolah di lintas wilayah Indonesia dengan
negara lain, dan menciptakan perpustakaan berjalan agar masyarakat sekitar yang
berada di pulau terluar sadar akan pentingnya wilayah kemaritiman yang dimiliki
Indonesia serta melindungi wilayah Indonesia.
Saran
Diharapkan pemerintah dan mampu menjaga keutuhan wilayah dengan
membuat atau menyepakati perjanjian dengan negara tetangga untuk menentukan
batas- batas kedua negara. Pemerintah juga harus memperhatikan dan mengawasi
pulau-pulau terluar agar tidak menimbulkan konflik serta pemerintah seharusnya
melarang siapapun untuk mengekspor pasir laut ke luar negeri, dilakukan strategi
pengamanan jalur masuk wilayah perbatasan laut di pulau terluar, langkah-
langkah nyata khususnya di wilayah perbatasan berupa penetapan batas maritim
dalam peraturan perundang-undangan dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri R, et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Peisisir dan Lautan
Pertanyaan :