Anda di halaman 1dari 9

URGENSI MELINDUNGI POTENSI DAN KETAHANAN

PERBATASAN LAUT PULAU TERLUAR

KELOMPOK IV

Siti Khoziah A24170044

Hasnah Niaty B04170033

Alvin Kurniawan S B04170124

Dwi Ayu Octaviani G34170030

PROGRAM PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Wilayah perbatasan merupakan kawasan yang memiliki peran penting bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pertahanan peningkatan kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat di dalam ataupun di luar wilayah memiliki keterkaitan
yang kuat dengan kegiatan di wilayah lain yang berbatasan, baik dalam lingkup
nasional maupun regional (antarnegara), serta mempunyai dampak politis dan
fungsi pertahanan dan keamanan nasional.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sekitar 17.504 pulau dan
memiliki laut yang banyak berbatasan langsung dengan negara lain. Ada sekitar
10 negara tetangga yang lautnya berbatasan langsung dengan Indonesia yaitu,
Australia, Filipina, India, Malaysia, Papua Nugini, Republik Palau, Singapura,
Thailand, Timor Leste serta Vietnam (Dahuri et al 2005). United Nation
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, kemudian diratifikasi oleh
Indonesia dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1985. Total luas wilayah laut
Indonesia menjadi 5,9 juta km², terdiri atas 3,2 juta km² perairan teritorial dan 2,7
km² perairan Zona Ekonomi Eksklusif, luas perairan ini belum termasuk landas
kontinen (continental shelf). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia (The Biggest Archipelago in The World) (Mauna
2005).
Pelanggaran perbatasan seringkali menimbulkan masalah perselisihan
antara kedua negara dan menjadi permasalahan internasional. Permasalahan batas
laut merupakan hal mendasar yang seharusnya segera di selesaikan dan disepakati
oleh kedua negara. Bukan dengan saling menangkap kapal atau saling klaim
wilayah perairan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia seharunya lebih proaktif
dalam penyelesaian batas laut dengan negara tetangga, dan dengan adanya
keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang kuat dapat
terwujud.
Permasalahan perbatasan laut yang mengganggu Indonesia saat ini dapat
mengancam kedaulatan wilayah dan batas teritorial negara Indonesia. Masalah
tersebut dilatarbelakangi oleh penambangan pasir laut di perairan sekitar
Kepulauan Riau yakni wilayah yang berbatasan langsung dengan Singapura telah
berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir
setiap hari dan mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup
parah. Hal tersebut dapat memicu perubahan pada kondisi geografis pantai dan
akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura di kemudian
hari serta berdampak pada batas perairan Indonesia yang dapat berubah.

Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengidentifikasi permasalahan yang
menyangkut perbatasan, menemukan solusi atau upaya dalam penyelesaian
masalah yang menyangkut ancaman kedaulatan nasional dalam konteks
perbatasan wilayah laut Indonesia dengan negara lain.
PERMASALAHAN

Makalah ini membahas permasalahan sesuai dengan latar belakang.


Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah masalah yang ditimbulkan
oleh negara lain tentang masalah maritim akibat pengerukan pasir yang merugikan
bangsa Indonesia sehingga kehilangan wilayah berupa pulau-pulau terluar yang
berbatasan dengan negara tetangga.
PEMBAHASAN

Perbatasan Indonesia-Singapura merupakan batas maritim di Selat


Singapura antara Kepulauan Riau di Indonesia yang terletak di sebelah selatan
perbatasan, dan pulau-pulau Singapura yang terletak di utara. Singapura memiliki
banyak proyek reklamasi pantai, dengan pasir yang diperoleh negara tetangga.
Hasilnya, daratan Singapura meluas, dengan cara Singapura membeli pasir laut
dari negara lain bahkan yang diselundupkan dari Indonesia. Dampak yang
ditimbulkan oleh Singapura bagi Indonesia adalah semakin tergerusnya wilayah
Indonesia sedangkan wilayah Singapura bertambah.
Solusi dari masalah tersebut yaitu dapat dilakukan upaya seperti membuat
asosiasi mahasiswa Gita Laut (generasi cinta laut) yang turun langsung
memberikan wawasan terhadap masyarakat pulau kecil atau perbatasan sekitar
tentang pentingnya menjaga wilayah negeri, program wawasan kemaritiman yang
dilakukan berupa kegiatan seminar bagi penduduk pulau, membantu
meningkatkan pendidikan di pulau mendirikan sekolah dengan mencari dana dari
donatur yang siap untuk membantu menjaga negeri di wilayah pulau terluar
Indonesia agar anak-anak bangsa tidak sekolah di luar negeri, dan menciptakan
perpustakaan berjalan di pulau terluar untuk anak-anak pulau setempat agar
timbul rasa cinta pada warisan wilayah Indonesia . Apabila diperlukan, ikut
angkat senjata melindungi wilayah Indonesia sesuai dengan.
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Masalahan pengerukan pasir di pulau terluar yang merugikan bagi Bangsa
Indonesia dapat diatasi dengan membuat asosiasi mahasiswa Gita Laut (generasi
cinta laut), program wawasan kemaritiman, mendirikan sekolah di pulau terluar
agar masyarakat Indonesia tidak sekolah di lintas wilayah Indonesia dengan
negara lain, dan menciptakan perpustakaan berjalan agar masyarakat sekitar yang
berada di pulau terluar sadar akan pentingnya wilayah kemaritiman yang dimiliki
Indonesia serta melindungi wilayah Indonesia.
Saran
Diharapkan pemerintah dan mampu menjaga keutuhan wilayah dengan
membuat atau menyepakati perjanjian dengan negara tetangga untuk menentukan
batas- batas kedua negara. Pemerintah juga harus memperhatikan dan mengawasi
pulau-pulau terluar agar tidak menimbulkan konflik serta pemerintah seharusnya
melarang siapapun untuk mengekspor pasir laut ke luar negeri, dilakukan strategi
pengamanan jalur masuk wilayah perbatasan laut di pulau terluar, langkah-
langkah nyata khususnya di wilayah perbatasan berupa penetapan batas maritim
dalam peraturan perundang-undangan dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri R, et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Peisisir dan Lautan

Secara Terpadu. Jakarta (ID): PT. Pradnya Paramita.

Mauna B. 2005. Hukum Internasional Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam

Era Dinamika Global. Bandung (ID): Alumni

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 3.


HASIL NOTULENSI

Moderator : Hasnah Niaty (B04170033)

Penyaji : Alvin Kurniawan Saputra (B04170124)

Notulen : Siti Khoziah (A24170044)

Pertanyaan :

1. Pertanyaan : Dalam diskusi dijelaskan melarang siapapun untuk


mengekspor pasir laut, langkah untuk melarangnya seperti apa? Jika ada
yang melakukan apa hukumannya? (Liska Nurjanah/I14170027)
Jawaban : Stepnya pemerintah melakukan penyuluhan, pemerintah
mengawasi orang-orang yang sekiranya melakukan ekspor pasir laut.
Pemerintah telah melarang siapapun untuk melakukan hal itu, bila ada
yang melakukanya maka akan dijebloskan ke penjara. (Alvin Kurniawan S
/ B04170124)

2. Pertanyaan : Menurut kalian sampai saat ini partisipasi pemerintah apakah


sudah relevan? Apa solusi kalian agar pulau terluar Indonesia bisa tetap
bertahan? (lutpi abdul latip/A2417015)
Jawaban : Pemerintah melakukan penegasan peraturan dan pemerintah
juga harus lebih konsen ke masalah Singapura yang belum terselesaikan.
Dan meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia agar masyarakatnya
bisa menjaga pulau terluar Indonesia. Memberikan penyuluhan bahwa
batasan-batasan pulau belum pasti. ( Dwi Ayu Octaviani/G34170030)
Tanggapan : Batasan kemaritiman sudah jelas, karena jarak 12 mil itu
sempit maka banyak kapal asing masuk (dahulu). Setelah adanya deklarasi
juanda sudah tidak, karena batas Negara sudah jelas, jika masih ada kapal
yang melewati batas maka kapal itu adalah kapal illegal.(Dio Andika/
asisten dosen)

3. Pertanyaan : Pulau terluar Indonesia itu kan lama-lama tenggelam.


Bagaimana solusinya agar tidak tenggelam? (Nerlileng Purba/
A24170114)
Jawaban : Karena pulau itu berada di wilayah Indonesia, jika tenggelam
itu juga kesalahan Indonesia. Sebelum Indonesia mendaftarkan pulau
tersebut ke PBB berarti Singapura bebas mengeruk pasir pulau tersebut
karena berpikir pulau tersebut belum terdaftar di PBB, dan Singapura
mengklaim bahwa pulau itu milik Singapura. (Alvin Kurniawan S/
B04170124)
4. Pertanyaan : Mendaftarkan ke PBB menurut saya kurang efektif karena
sudah berada di wilayah Indonesia. Karena masyarakat pulau setempat
miskin maka mereka menjual pasir untuk meningkatkan kebutuhan
ekonomi mereka. Bisakah kalian merealisasikan program untuk membantu
mereka ? ( Brilla Widya Witri/ B04170103)
Jawaban : Mendaftarkan ke PBB itu penting, seperti pada kasus Malaysia
karena Indonesia tidak mendaftarkan ke PBB maka diklaim oleh Malaysia.
Program tergantung pada pemerataan ekonomi, bahkan yang tidak terluar
saja masih banyak yang terbengkalai. Bisa dilakukan program
peningkatan rasa cinta kepada masyarakat terluar agar mereka tetap
merasa bagian dari Indonesia.(Alvin Kurniawan S/B041170124 dan Dwi
Ayu O/ G3417030)

5. Pertanyaan : Merujuk pada solusi nomor 3 yaitu mendaftarkan pulau ke


PBB. Yang berhak mendaftarkan adalah pemerintah. Bagaimana peran
kalian agar pemerintah mendaftarkan ke PBB? (Widiyanti Muadz/
A24170191)
Jawaban : Karena mahasiswa hanya sebagian kecil dalam masyarakat ,
maka hanya bisa melakukannya dalam kegiatan kampus seperti seminar,
akan lebih baik jika mahasiswa turun langsung sosialisasi ke masyarakat.
(Dwi Ayu Octaviani/G34170030)

Anda mungkin juga menyukai