Anda di halaman 1dari 9

DUPLIK

ATAS SURAT TUNTUTAN PIDANA

Nomor Reg. Perkara : PDM-67/MLG/Eku.2/06/2021

ATAS NAMA TERDAKWA

GADING PRAMUDA

Diajukan oleh Penasehat Hukum:

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim Yang Mulia,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, serta
Para Hadirin Pengunjung sidang yang kami hormati.

Suatu preseden yang dapat menghambat laju dan proses mencari keadilan
adalah subyektifitas orang-orang yang memandang bahwa setiap orang
yang diajukan ke persidangan perkara pidana adalah orang yang pasti
bersalah dan harus dihukum. Preseden tersebut harus disingkirkan karena
bertentangan dengan asas praduga tak bersalah sebagaimana tertuang
dalam Pasal 8 Undang-Undang Kekuasaan kehakiman yang menyatakan
bahwa:
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, dan/atau dihadapkan di
persidangan, wajib dianggap TIDAK BERSALAH sebelum adanya putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan berkekuatan hukum tetap.”

Duplik ini merupakan kesempatan yang diberikan oleh KUHAP kepada kami
sebagai Penasihat Hukum untuk membela TERDAKWA GADING
PRAMUDA dalam mencari keadilan dan mempertahankan derajat,
martabat, dan kehormatannya. Persoalan ini penting karena apabila
TERDAKWA tidak terbukti bersalah, maka derajat, martabat, dan
kehormatannya harus dikembalikan seperti sebelum terjadinya Surat
Dakwaan yang mencemarkannama baiknya.

Dalam proses peradilan ini, tentu pandangan Jaksa Penuntut Umum dan
Penasihat Hukum berbeda. Akan tetapi, kami sebagai alat penegak hukum
harus mengingat kembali tujuan utama kita adalah untuk menegakkan
keadilan sehingga jangan sampai perbedaan pandangan dan pemikiran
subyektif yang ada membuat timbul kecacatan pada keadilan.
Selain itu, kami juga yakin dan percaya bahwa Majelis Hakim Yang
Terhormat dengan didukung oleh berbagai keterangan dan bukti yang ada
dapat memberikan putusan yang sesuai dengan rasa keadilan hukum dan
masyarakat dengan tetap berpegang teguh pada prinsip hukum DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA sehingga putusan
yang akan dijatuhkan nanti sesuai dengan Pasal 183 KUHAP yang
menyatakan bahwa:
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
Terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

II. MATERI POKOK PEMBELAAN

Majelis Hakim Yang Mulia,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, serta
Para Hadirin Pengunjung sidang yang kami hormati.

Setelah kami pelajari secara seksama uraian Nota Replik dari Jaksa Penuntut
Umum yang pada intinya menyampaikan permohonan kepada Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Malang yang memeriksa serta mengadili perkara ini
untukmemberikan putusan:
1. Menyatakan Terdakwa GADING PRAMUDA terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan pembunuhan berencana terhadap
Korban AGUNG PUTRA. Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 340 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;
2. Menolak Pledoi (pembelaan) Penasihat Hukum terdakwa yang diajukan
pada tanggal 06 Juli 2021 No Reg. Perkara: PDM
13/M.5.34/Eku.2/10/2021;
3. Menetapkan agar TERDAKWA tetap ditahan;
4. Menangguhkan biaya perkara hingga putusan akhir.

III. TANGGAPAN PENASIHAT HUKUM

Majelis Hakim Yang Mulia,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, serta
Para Hadirin Pengunjung sidang yang kami hormati.

Adapun penjabaran unsur yang kami lakukan akan mengikuti sistematika


Tanggapan Penuntut Umum atas Tindak Pidana sebagaimana diatur dalam
Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) tentang Tindak Pidana Pembunuhan
Berencana yang dilakukan secara Bersama-sama.
Mencermati uraian Replik yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum
tersebut, menurut kami terdapat beberapa hal yang memerlukan tanggapan
Penasihat Hukum TERDAKWA:
1. Tanggapan Pertama

• Unsur “Dengan sengaja”


“Bahwa berdasarkan kronologi peristiwa, GADING PRAMUDA
secara sadar dan memiliki kehendak untuk berencana melakukan
pemukulan korban serta juga melakukan pemukulan kepala dan
wajah korban sehingga tindakan yang dilakukan oleh GADING
PRAMUDA beserta Saksi BENNY TIRTA dan Saksi SISKA PRIYA
menyadari bahwa tindakan atau perbuatan yang dilakukannya
dilarang dan/atau dapat dipidana sehingga kesadaran akan
perbuatan yang dilakukan telah nyata disadari dari sebab hingga
akibatnya. Dengan begitu, pembelaan pada unsur “Dengan
Sengaja” dari Pensihat Hukum adalah tidak benar, maka unsur
tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan.”

Tanggapan yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut


TIDAK CERMAT dalam menafsirkan unsur dan telah
mengurangi fakta-fakta yang muncul dalam persidangan.

Menurut penjelasan MvT (Memorie van Toelechting) unsur


dengan sengaja atau yang dapat disebut juga dengan willens en
wetens mengandung pengertian menghendaki dan mengetahui.
Artinya, seseorang yang melakukan suatu perbuatan “dengan
sengaja” haruslah memenuhi rumusan willens, yaitu
menghendaki apa yang diperbuat dan memenuhi unsur wettens,
yaitu mengetahui akibat dari apa yang ia perbuat. Selain itu jika
dihubungkan dengan teori kehendak yang dirumuskan oleh Von
Hippel, maka yang dimaksud sebagai unsur “dengan sengaja”
adalah kehendak untuk berbuat suatu perbuatan dan kehendak
untuk menimbulkan akibat dari perbuatan itu.

Menurut fakta-fakta di persidangan, diketahui dari keterangan


saksi bahwa Terdakwa GADING PRAMUDA melakukan
pemukulan
terhadap korban AGUNG PUTRA karena diajak dan dipaksa
oleh saksi BENNY TIRTA sehingga Terdakwa GADING
PRAMUDA tidak dapat dikatakan untuk memiliki kehendak
melakukan pembunuhan secara berencana. Selain itu,
berdasarkan keterangan saksi, diketahui pula bahwa setelah
melakukan pemukulan, Terdakwa GADING PRAMUDA masih
sempat mengingatkan teman Terdakwa untuk berhenti karena
takut terjadi hal yang melewati batas. Dengan ini dapat diketahui
bahwa Terdakwa sudah berhenti melakukan pemukulan karena
takut apabila muncul akibat-akibat yang tidak diinginkan yang
salah satunya merupakan kematian. Dengan demikian, maka
perbuatanyang dilakukan oleh Terdakwa GADING PRAMUDA
tidak memenuhi unsur “dengan sengaja”
2. Tanggapan Kedua

• Unsur “Dengan rencana terlebih dahulu”

“Bahwa berdasarkan kronologi peristiwa, saat melakukan


perencanaan pembunuhan, Terdakwa GADING PRAMUDA, Saksi
BENNY TIRTA, dan Saksi SISKA PRIYA tidak dalam keadaan
tergesa- gesa, panik, dan tidak terencana. Hal tersebut dapat
dijelaskan melalui waktu perencanaan pada tanggal 1 Maret 2021
dan waktu eksekusi tanggal 7 Maret 2021 yang berjarak cukup
lama, dalam kurun waktu 6 hari tersebut, sepatutnya Terdakwa
GADING PRAMUDA dapat berpikir dengan jernih terkait
perencanaan pembunuhan tersebut. Dengan begitu, pembelaan
unsur “DenganRencana Terlebih Dahulu” dari Penasihat Hukum
adalah tidak benar, maka unsur tersebut telah terbukti secara sah
dan meyakinkan.”

Tanggapan Jaksa Penuntut Umum tersebut TIDAK CERMAT


karena telah mengubah fakta hukum yang terdapat dalam surat
tuntutan.

Dalam tanggapannya, Jaksa Penuntut Umum menguraikan bahwa


TERDAKWA GADING PRAMUDA, Saksi BENNY TIRTA, dan
Saksi
SISKA PRIYA telah melakukan perencanaan pembunuhan pada
tanggal 1 Maret 2021, sedangkan dalam Surat Tuntutan, Jaksa
Penuntut Umum menguraikan bahwa perencanaan pembunuhan
baru dilakukan pada tanggal 7 Maret 2021 sekitar pukul 21.30
WIB yang hanya dilakukan oleh Saksi BENNY TIRTA dan
Saksi SISKA PRIYA di depan kos saat sedang menunggu
angkot danselanjutnya baru memberitahu Terdakwa GADING
PRAMUDA terkait rencana tersebut.

Diketahui dari keterangan saksi-saksi, bahwa dimulainya rencana


adalah pada tanggal 7 Maret 2021 sekitar pukul 22.00 WIB,
dengan ini dapat diketahui bahwa Terdakwa GADING
PRAMUDA hanya memiliki waktu yang cukup singkat, yaitu
selama 30 menituntuk memikirkan niatnya tersebut.

Sementara yang dimaksud sebagai unsur “dengan rencana


terlebih dahulu” menurut MvT (Memorie van Toelechting), yaitu
suatu perbuatan yang menunjuk pada suatu saat untuk
menimbang dengan tenang. Lebih jelasnya lagi, menurut R.
Soesilo dalam bukunya Hukum Acara Pidana (Prosedur
Penyelesaian Perkara Pidana bagi Penegak Hukum), saat antara
timbulnya kehendak dengan pelaksanaannya tidak boleh terlalu
sempit, dan juga tidak boleh terlalu lama, yang terpenting adalah
apakah di dalam tempo itu pelaku sudah memiliki kesempatan
untuk berubah pikiran dan tidak jadi melakukan perbuatannya.

Jika kemudian dihubungkan antara fakta-fakta hukum yang sudah


diuraikan di atas dengan penjelasan mengenai maksud unsur
“dengan rencana terlebih dahulu”, maka perbuatan yang
dilakukan Terdakwa GADING PRAMUDA tidak memenuhi
unsur “dengan rencana terlebih dahulu” karena waktu antara
pemberitahuan rencana dan pelaksanaan rencana terlalu singkat
untuk Terdakwa dapat menentukan kehendaknya sendiri.
3. Tanggapan Ketiga

• Unsur “Merampas nyawa orang lain”


“Bahwa berdasarkan dalil Penasihat Hukum Terdakwa GADING
PRAMUDA, unsur “Merampas Nyawa Orang Lain” tidak terpenuhi
karena Korban AGUNG PUTRA tidak kehilangan nyawa saat
dipukuli melainkan setelah tiba di Rumah Sakit.”

Berdasarkan kutipan di atas, Jaksa Penuntut Umum memberikan


tanggapan sebagai berikut.
“Berdasarkan visum tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penyebab kematian Korban AGUNG PUTRA yakni pendarahan di
rongga kepala merupakan penyebab dari tindakan pemukulan
oleh Terdakwa GADING PRAMUDA. Dengan begitu, dalil-dalil
yang disampaikan oleh Penasihat Hukum terkait unsur ini
tidaklah benar bahwa penyebab kematian AGUNG PUTRA bukan
berasal dari aksi Terdakwa GADING PRAMUDA.”

Tanggapan yang diberikan Jaksa Penuntut Umum TIDAK


CERMAT dalam menguraikan tindak pidana dan menunjukkan
bahwa pandangan subjektif Jaksa Penuntut Umum telah
menghalangi proses keadilan untuk Terdakwa.

Dalam Surat Tuntutan, Jaksa Penuntut Umum menguraikan


bahwa tindak pidana pembunuhan berencana yang diatur dalam
Pasal 340 KUHP merupakan tindak pidana materiil sehingga
tindak pidana tersebut baru dapat dianggap sebagai telah selesai
dilakukan oleh pelakunya jika akibat dari tindakan pembunuhan,
yaitu kematian dari korban benar-benar telah terjadi.

Oleh karena itu, perbuatan Terdakwa GADING PRAMUDA tidak


memenuhi unsur tersebut karena dapat diketahui dari keterangan
saksi-saksi abhwa setelah Terdakwa GADING PRAMUDA
melakukan pemukulan kepada Korban AGUNG PUTRA,
korbanmasih dalam kondisi hidup. Hal ini juga didukung oleh
keterangan Visum Et Repertum No.
05/III/2021/RS.HerminaTangkubanprahu tanggal 8 Maret 2021 an.
AGUNG PUTRA yang ditandatangani oleh dr. Kirana Handayani,
Sp.FM(K)
Selain itu, tanggapan yang diberikan Jaksa Penuntut Umum yang
menyatakan bahwa penyebab kematian Korban AGUNG PUTRA
adalah pendarahan di rongga kepala sebagai akibat dari
pemukulan yang dilakukan oleh Terdakwa GADING
PRAMUDA. Pernyataan tersebut tidak dapat dipastikan
kebenarannya, karenasebelum dan setelah Terdakwa GADING
PRAMUDA melakukan pemukulan terhadap Korban AGUNG
PUTRA, masih ada tindakan lain yang dilakukan oleh Saksi
BENNY TIRTA terhadap korban, yaitu pemukulan dengan
menggunakan batu.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah kami kemukakan di atas, kami memohon
agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang yang memeriksa dan
mengadili perkara atas nama TERDAKWA GADING PRAMUDA berkenan
untuk memutuskan:
1. Menerima duplik Penasihat Hukum untuk seluruhnya;
2. Menyatakan TERDAKWA GADING PRAMUDA tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana
dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum;
3. Membebaskan TERDAKWA GADING PRAMUDA dari segala dakwaan
(vrijspraak) atau dilepaskan dari segala tuntutan hukum (onslag van
allerechtsvervolging) dikarenakan Surat Dakwaan Penuntut Umum tidak
cermat dan tidak jelas (obscuur libel);
4. Memulihkan nama baik TERDAKWA GADING PRAMUDA dalam segala
kemampuan, kedudukan, serta harkat dan martabatnya di masyarakat;
5. Membebankan biaya perkara kepada negara.

Atau:

Apabila Majelis Hakim Yang Terhormat berpendapat lain, mohon putusan


yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

V. PENUTUP
Demikian Tanggapan atau Duplik Penasihat Hukum terhadap Tanggapan
atau Replik Penuntu Umum kami bacakan dan diserahkan pada persidangan
hari ini. Selanjutnya, kami serahkan penilaian kepada Yang Mulia Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Malang yang memeriksan dan mengadili atas
TERDAKWA dengan harapan dapat memberikan putusan yang tepat dan
seadil-adilnya.
Malang, 13 Juli 2021

TIM PENASEHAT HUKUM TERDAKWA,

Anda mungkin juga menyukai