Anda di halaman 1dari 6

KEBERATAN

TERHADAP

DAKWAAN PENUNTUT UMUM

NO. REG. PERKARA : PDM-38/TBNAN/08/2014


ATAS NAMA TERDAKWA

Nama Lengkap            : DOMINIKA MASU Als UMIK


Tempat Lahir              : Kefamenanu
Umur/Tanggal Lahir    : 32 tahun/ 03 Desember 1981
Jenis Kelamin              : Perempuan
Kebangsaan                 : Indonesia
Alamat        : Kampung Unab, RT 008 RW 004, Desa Manuain, Kecamatan
Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT.
Tempat Tinggal : Banjar Batan Duren, Desa Cepaka, Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan
Agama                         : Katolik
Pekerjaan                     : Karyawan Toko
Pendidikan                  : SMA
Untuk kemudian sebagai Terdakwa dalam perkara pidana dengan Nomor Reg.Perkara Nomor.
85/Pid.B/2014/PN.Tab tanggal  29 Agustus 2014.

DAKWAAN:

Pertama : Pasal 362 KUHP Tentang Pencurian


ATAU
Kedua : Pasal 372 KUHP Tentang Penggelapan

Nomor. 2154/ANPLAW.XII/2014Malang,

Kepada
YTH. Majelis Hakim Yang Memeriksa dan Mengadili
Perkara Nomor. 85/Pid.B/2014/PN.Tab
Pengadilan Negeri Tabanan
JL. Pahlawan No.6 Tabanan – Bali

PENDAHULUAN

Kita semua sependapat dengan Jaksa Penuntut Umum yang mempunyai tugas dan wewenang
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 butir 6 KUHAP, bahwa setiap perbuatan kejahatan yang
dilakukan oleh siapapun tidak boleh dibiarkan dan haruslah dilakukan penyidikan serta
pelaksanaan hukumnya tidak boleh ditawar-tawar. Kegagalan dalam penegakan keadilan
(miscarriage of justice) adalah merupakan persoalan universal dan actual yang dihadapi oleh
semua bangsa dalam menegakan sistem peradilan pidananya (criminal justice system).
Persoalan ini merupakan issue penting ditengah upaya menegakan hak asasi manusia dan
demokrasi yang merupakan pilar penting dari penegakan pemerintah yang baik (good
governance). Kegagalan penegakan keadilan dalam sistem peradilan pidana dibahas oleh Civil
Walker : “Dijelaskan suatu penghukuman yang lahir dari ketidak jujuran atau penipuan atau
tidak berdasarkan hukum dan keadilan bersifat korotif atau klaim legitimasi negara yang
berbasis nilai-nilai sistem peradilan pidana yang menghormati hak-hak individu.”

Bahwa dihadapan majelis hakim yaitu sebagai “Dominus Litis” yang tidak berpihak, saat ini ada
dua pihak yang beperkara yaitu : Jaksa Penuntut Umum sebagai penuntut dan Terdakwa Taufiq
Akbar Kadir yang didampingi oleh kami sebagai penasehat hukumnya dengan menggunakan
pandangan yang berlainan dengan Penuntut Umum, dan selanjutnya majelis Hakim memandang
kedua belah pihak sama tinggi dan sama rendah, Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini
tanpa mempunyai kepentingan pribadi didalamnya.

Bahwa pada kesempatan kali ini tepat sekali sekiranya Majelis Hakim menyoroti kualitas
dakwaan yang telah disampaikan pada Jaksa Penuntut Umum, apakah tindakan hukum yang
dilakukan, rumusan delik dan penerapan ketentuan perundang-undangan dalam perkara ini
apakah sudah tepat dan benar serta apakah telah sesuai dengan norma-norma hukum, fakta dan
bukti kejadian yang sebenarnya, ataukah rumusan delik dalam dakwaan itu hanya merupakan
suatu “imaginer” yang sengaja dikedepankan sehingga membentuk suatu “kontruksi hukum”
yang dapat menyudutkan terdakwa secara yuridis.

Memperhatikan bunyi pasal 143 ayat (2) KUHAP terdapat 2 unsur yang harus dipenuhi dalam
surat dakwaan, yaitu:

Syarat Formil Pasal 143 ayat (2) huruf a.

Maksudnya adalah suatu surat dakwaan harus memuat tanggal, ditandatangani oleh penuntut
umum serta memuat nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa.

Syarat Materiil Pasal 143 ayat (2) huruf b

Maksudnya adalah suatu surat dakwaan haruf memuat uraian cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan.

Selanjutnya Pasal 143 ayat (3) buruf b secara tegas menyebutkan bahwa tidak dipenuhinya
syarat-syarat materiil ; surat dakwaan menjadi batal demi hukum atau “null and void” yang
berarti semula tidak ada tindak pidana yang seperti digambarkan dalam surat dakwaan tersebut.

Yang dimaksud cermat adalah:


Ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan kepada
undang-undang yang berlaku, serta tidak terdapat kekurangan atau kekeliruan yang dapat
mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau tidak dapat dibuktikan, antara lain sebagai berikut:

o Apakah ada aduan dalam delik pengaduan.

o Apakah penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat.

o Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan tindak pidana tersebut.

o Apakah tindak pidana belum atau sudah kadaluarsa.

o Apakah tindak pidana tidak nebis in idem.

Yang dimaksud jelas adalah:

Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur delik pidana yang didakwakan
sekaligus memadukan dengan uraian perbuatan materiil

Yang dimaksud lengkap adalah:

Uaraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan dalam undang-
undang secara lengkap. Jangan sampai terjadinya adanya unsur delik yang dirumuskan secara
lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materiilnya secara tegas dalam dakwaan, sehingga
berakibat perbuatan itu merupakan tindak pidana menurut undang-undang.

Kami, RAMADANI,S.H.. dan Fina Nur Adila, S.H. Advokat & Konsultan Hukum pada Kantor
ALAROS & PARTNERS, Beralamat Jl. Cikampek No.13 Malang, Berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Nomor. 211/SK.XI/2014 tertanggal 18 Oktober 2014 dalam hal ini bertindak selaku
Penasihat Hukum dari Dominika Masu Als Umik, dengan ini mengajukan keberatan. Keberatan
yang kami susun merupakan sebuah langkah ambil bagian dalam mengawal keadilan, karena
pada dasarnya setiap orang yang disangkakan melakukan sebuah tindak pidana tidak dapat
dijatuhi pidana tanpa adanya putusan hakim yang mengikat (asas presumption of innosence).
Nota keberatan yang kami ajukan ini bukan hanya sekedar formalitas belaka dan asal-asalan
diajukan, akan tetapi memang didasarkan kepada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
maupun segala ketentuan Perundang-Undangan dan hukum terkait, oleh karena itu sekali lagi
perlu kami pertegas bahwa Nota Keberatan ini beserta pokok materi yang nantinya akan diajukan
adalah sah dan mempunyai dasar hukum.

Majelis Hakim Yang Kami Hormati,


Adapun inti-inti keberatan kami adalah sebagai berikut:

I. DAKWAAN PENUNTUT UMUM TIDAK CERMAT KARENA PREMATUR


(EXCEPTIO LITIS PETENDIS)

Setelah mencermati surat dakwaan Penuntut Umum, kami dapat menyatakan bahwasanya
Penuntut Umum seolah ingin menerapkan peribahasa “sekali mendayuh, dua tiga pulau
terlampaui”. Secara lebih konkretnya, kami menyatakan bahwa dakwaan yang telah
dituduhkan terhadap Terdakwa Dominika Masu Als Umik disusun tanpa pertimbangan
yang matang, tergesa-gesa, dan tanpa memperhatikan perbuatan pelaku materiilnya.
Argumen kami ini beralasan secara Hukum mengingat permasalahan dapat timbul
mengenai keabsahan alat bukti yang mendasari terbentuknya Surat Dakwaan Penuntut
Umum, dalam hal ini dengan jelas KUHAP menginginkan sebuah peradilan yang
berimbang (fair trial) seperti yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP yaitu:
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.”
Dari bagian Pasal 183 KUHAP yang kami cetak tebal tersebut terdapat ketentuan bahwa
untuk menyatakan Terdakwa bersalah diperlukan dua alat bukti yang sah, sedangkan
dalam Dakwaan Penuntut Umum tidak menyertakan alat bukti sebagaimana yang
diperlukan. Di dalam surat dakwaan Penuntut Umum hanya memaparkan kronologis
perkara dan dengan cepat menyimpulkan adanya sebuah tindak pidana yang dilakukan
terdakwa. Kami jelas mempertanyakan kualitas dari Jaksa Penuntut Umum yang
menangani perkara ini. Sebagai aparat penegak keadilan, tidak seharusnya Jaksa Penuntut
Umum dengan tergesa-gesa menyusun surat dakwaan karena hal ini bersentuhan dengan
rasa keadilan yang ada di masyarakat. Seperti diketahui bersama, surat dakwaan
dianugerahi gelar litis contestatie, yang nantinya menjadi pemandu awal dalam
pemeriksaan sebuah perkara. Surat dakwaan juga turut memberikan batasan-batasan
mengenai pemeriksaan yang dapat dilakukan terhadap suatu perkara selama proses
persidangan berlangsung, dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi pertimbangan
majelis hakim dalam menjatuhkan putusan.1 Berdarkan pentingnya keberadaan surat
dakwaan dalam proses mengadili perkara, maka kami sangat kecewa apabila sebuah surat
dakwaan disusun dengan tidak cermat dan tergesa-gesa. Adakah lebih bijak apabila
majelis hakim memperhatikan kualitas surat dakwaan dan substansi dalam eksepsi kami
ini. Karena sejauh kami mencermati surat dakwaan yang disusun Penuntut Umum, kami
tidak menemukan kebenaran materiil yang dikedepankan dengan minimnya alat bukti
yang dikedepankan. Justru yang ada, Jaksa Penuntut Umum seolah seperti orang sakti
yang dengan mudah menyudutkan dan menyebutkan Terdakwa memenuhi unsusr Tindak

1
Pidana dalam Pasal 372 KUHP. Sehingga, dari uraian diatas sudah sepatutnya Majelis
Hakim yang mengadili perkara ini menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum BATAL
DEMI HUKUM.

III. DAKWAAN ALTERNATIF PENUNTUT UMUM TIDAK JELAS (OBSCUR LIBEL)


TENTANG SALAH SATU UNSUR TINDAK PIDANA TIDAK DAPAT DIKORELASIKAN PADA
FAKTA YANG ADA DALAM PERISTIWA KONKRITNYA

Dalam membaca dan mencermati surat dakwaan yang disusun oleh Penuntut Umum,
lagi-lagi kami selaku penasehat hukum menemukan inkonsistensi dalam surat dakwaan yang
disusun Penuntut Umum. Penuntut Umum dalam merumuskan bentuk Dakwaan dalam perkara
ini terkesan ingin “gebyah uyah” atau ingin memaksakan memasukkan segala pasal. Kami
selaku penasehat hukum yang juga memiliki peran dalam mengawal keadilan yang seadil-adilnya
bagi segenap Warga Negara Indonesia hendak mengajukan koreksi yuridis pada bentuk Dakwaan
Penuntut Umum. Yang kami maksud sebagai inkonsistensi Penuntut Umum dalam dakwaan atas
nama terdakwa Dominika Masu Als Umik adalah menerapkan pasal 372 KUHP yang bunyinya
adalah sebagai berikut:

Pasal 372

Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

Dengan menerapkan pasal 372 KUHP sebagaimana dimuat dalam Dakwaan Penuntut
Umum tentu menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kami selaku penasehat hukum terdakwa,
karena Penuntut Umum tidak dapat membuktikan dan mengkorelasikan tindakan terdakwa
sebagai tindak pidana penggelapan seperti yang telah di dakwakan.

V. PERMOHONAN

Ada kemungkinan Jaksa Penuntut Umum memang tidak memahami kronologis kasus
secara cermat, sehingga surat dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum kabur dan tidak jelas seperti
ini. Berdasarkan hal-hal dan alasan-alasan tersebut diatas, kami Penasehat Hukum Terdakwa
Dominika Masu Als Umik memohon kepada Majelis Hakim memutus tentang eksepsi ini
sebagai berikut:
1. Menerima Eksepsi Tim Penasehat Hukum terdakwa beserta alasan-alasannya.
2. Menyatakan bahwa peristiwa yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam
surat dakwaan adalah TIDAK JELAS (OBSCUR LIBEL) TENTANG SALAH
SATU UNSUR TINDAK PIDANA TIDAK DAPAT DIKORELASIKAN PADA
FAKTA YANG ADA DALAM PERISTIWA KONKRITNYA

3. Menyatakan bahwa surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor Register Perkara
: PDM-38/TBNAN/08/2014, yang dibacakan dihadapan persidangan Pengadilan
Negeri Sleman pada tanggal 29 Agustus 2014 adalah BATAL DEMI HUKUM
4. Atau setidak-tidaknya membatalkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Register Perkara PDM-38/TBNAN/08/2014, yang dibacakan dihadapan
persidangan Pengadilan Negeri Sleman pada tanggal tanggal 29 Agustus 2014.
5. Mengembalikan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum.

Demikian keberatan terdakwa Dominika Masu Als Umik , atas perhatian dan perkenaan
Bapak Ketua dan Para Anggota Majelis Hakim dalam memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara ini, kami mengucapkan terima kasih.

Malang, Tanggal 18 Oktober 2014

Hormat Kami

Tim Penasehat Hukum

RAMADANI, S.H. Fina Nur Adila, S.H.

Anda mungkin juga menyukai