Anda di halaman 1dari 11

HUKUM ATAS KEKAYAAN

INTELEKTUAL
DOSEN: HABIBULLAH,S.H.,M.H.

DONA SYAHRANI PUTRI


WULAN YURIS RAMADHONNA
PELANGGARAN RAHASIA DAGANG
PENGERTIAN RAHASIA DAGANG

Menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang


Rahasia Dagang (UURD), khususnya pasal 1 ayat 1
menyatakan bahwa “Rahasia Dagang adalah informasi yang
tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/ atau
bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
Rahasia Dagang.”
Berbeda dengan paten yang lahir karena pendaftaran, rahasia
dagang dianggap lahir pada saat seseorang menemukan suatu
penemuan baru berupa informasi yang mempunyai nilai ekonomis,
yang karena pertimbangan tertentu oleh penemunya, sengaja
disimpan sendiri dan dipertahankan sebagai informasi yang bersifat
rahasia. Terdapat kemungkinan bahwa rahasia dagang itu suatu saat
akan berubah menjadi paten, misalnya ketika oleh penemunya
informasi tersebut didaftarkan sebagai paten. Dalam hal suatu
informasi yang semula diperlakukan sebagai rahasia dagang telah
diungkapkan dalam suatu spesifikasi paten atau permintaan paten
maka informasi tersebut dianggap tidak merupakan rahasia dagang
lagi.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa Rahasia Dagang adalah sebuah informasi yang sangat
berharga untuk perusahaan, karenannya harus dijaga
kerahasiaannya. Keberhargaan informasi ini timbul karena
informasi tersebut dapat mendatangkan keuntungan
ekonomis kepada perusahaan.
HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK
RAHASIA DAGANG
Pasal 4 UU Rahasia Dagang mengatur tentang
kewenangan atau hak yang dimiliki oleh pemilik rahasia
dagang terhadap rahasia dagangnya untuk :
1. Menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya;
2. Memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk
menggunakan rahasia dagang atau mengungkapkan
rahasia dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan
yang bersifat komersial.

Di samping hak-hak tersebut dalam UU Rahasia Dagang


disebutkan pula bahwa pemilik rahasia dagang juga memiliki
kewajiban, yaitu harus bersedia mengungkapkan setiap
bagian dari rahasia dagang serta proses penggunaannya
secara lengkap untuk kepentingan pembuktian di hadapan
pengadilan
SUBYEK HUKUM RAHASIA
DAGANG
Dalam UU Rahasia Dagang
Dalam Rancangan Undang-Undang
sama sekali tidak disinggung
Rahasia Dagang sebelumnya, yang
masalah subyek hukum dianggap sebagai pemilik rahasia
rahasia dagang, padahal dagang adalah penemu yang secara
masalah ini penting karena teknis menguasai rahasia dagang
menyangkut siapa yang tersebut. Apabila dalam suatu kedaan
berhak atas informasi tertentu informasi tersebut ditemukan
tersebut.. oleh lebih dari satu orang maka yang
dianggap sebagai pemilik ialah orang
Dalam kasus tertentu di mana yang memimpin serta mengawasi
suatu rahasia dagang dirancang kegiatan yang menghasilkan rahasia
seseorang dan diselesaikan oleh dagang itu, atau jika tidak ada orang
orang lain di bawah pimpinan dan itu, orang yang
pengawasan orang yang menghimpunnya,dengan tidak
merancang, maka pemiliknya mengurangi hak masing-masing atas
adalah orang yang merancang bagian rahasia dagangnya.
rahasia dagang itu.
PELANGGARAN RAHASIA
DAGANG
Berdasarkan ketentuan tersebut , maka
pelanggaran rahasia dagang dianggap telah
terjadi jika terdapat seseorang dengan
Ketentuan tentang pelanggaran
sengaja mengungkapkan informasi atau
rahasia dagang diatur dalam Bab
mengingkari kesepakatan atau mengingkari
VII Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal kewajiban (wanprestasi) atas perikatan yang
15 UU Rahasia Dagang. Pasal 13 telah dibuatnya baik tersurat maupun tersirat
menyatakan : “Pelanggaran untuk menjaga rahasia dagang dimaksud
rahasia dagang dapat juga Seseorang pun dianggap telah melanggar
terjadi apabila seseorang rahasia dagang orang lain jika ia
dengan sengaja mengungkapkan memperoleh atau menguasai rahasia dagang
rahasia dagang, mengingkari tersebut dengan cara yang bertentangan
kesepakatan atau mengingkari dengan peraturan perundang-undangan yang
kewajiban tertulis atau tidak berlaku,kecuali pengungkapan atau
tertulis untuk menjaga rahasia penggunaan rahasia dagang yang didasarkan
untuk kepentingan pertahanan keamanan,
dagang yang bersangkutan.”
kesehatan, dan keselamatan masyarakat.
PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP RAHASIA DAGANG
Kebutuhan akan perlindungan hukum terhadap Rahasia
Dagang sesuai pula dengan salah satu ketentuan dalam
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (Persetujuan TRIPs) yang merupakan lampiran dari
Agreement Establishing the World Trade Organization on
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia), sebagaimana telah diratifikasi oleh
Indonesia dengan UU No. 7 Tahun 1994.

Adanya perlindungan tersebut akan mendorong lahirnya


temuan atau invensi baru yang meskipun diperlakukan secara
rahasia, tetap mendapat perlindungan hukum, baik dalam
rangka kepemilikan, penguasaan, maupun pemanfaatan oleh
penemunya.
Perlindungan atas rahasia dagang diatur dalam Undang-undang Nomor
30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD) dan mulai berlaku
sejak tanggal 20 Desember 2000. Undang-Undang Rahasia Dagang
No. 30 Tahun 2000 memberikan lingkup perlindungan Rahasia Dagang
yaitu meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan,
atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki
nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.
Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan perlindungan apabila
informasi tersebut bersifat :
 Bersifat rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut hanya
diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh
masyarakat.
 Mempunyai nilai ekonomi, maksudnya bahwa sifat kerahasiaan
informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan
usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan
secara ekonomi.
 Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau
para pihak yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah
yang layak dan patut.
APAKAH PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN SUDAH DAPAT MENGAKOMODASI
KEPENTINGAN PEMILIK MAUPUN PENGGUNA
RAHASIA DAGANG??

 Dalam beberapa hal, ketentuan dalam perundang – undangan memang


telah cukup mengakomodasi, seperti contohnya pasal mengenai
pemidanaan. Akan tetapi beberapa ketentuan lain tampak dibuat secara
kurang jelas sehingga membingungkan masyarakat.

 Salah satunya adalah Ketentuan tentang pengecualian terhadap


pelanggaran rahasia dagang tersebut seharusnya juga dilengkapi dengan
ketentuan yang secara tegas mengatur tentang pengungkapan rahasia
dagang oleh seseorang di depan sidang pengadilan atas perintah hakim.

 Ketentuan Pasal 18 tentang dimungkinkannya sidang pengadilan berkaitan


dengan rahasia dagang bersifat tertutup (atas permintaan para pihak yang
bersengketa) juga tidak secara tegas maupun tersirat bermaksud mengatur
pengecualian di atas.
SEKIAN....TERIMA KASIH!!!!!

Anda mungkin juga menyukai