Anda di halaman 1dari 12

NOTA KEBERATAN

(EKSEPSI)
Dalam Perkara Pidana No. 356/Pid.Sus/2019/PN-Pms
Atas Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
No.Reg : PDM-184/PSian/Euh.2/12./2019

Atas Nama Terdakwa


1. SABAR M. SIAHAAN
2. FRANS ZAGARINO SIAHAAN
Disampaikan pada
Sidang Pengadilan Negeri Kota Pematangsiantar
Hari Senin, 12 Januari 2020

Kepada Yth,
Majelis Hakim Perkara Pidana
Nomor : 356/Pid.Sus/2019/PN-Pms
An. Para Terdakwa SABAR M. SIAHAAN &
FRANS ZAGARINO SIAHAAN
Di
Jalan Sudirman No. 15, Kota Pematangsiantar

Hal : Keberatan (Eksepsi) terhadap Surat Dakwaan JPU

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati
Saudara Terdakwa dan hadirin yang kami hormati
Serta Sidang yang kami muliakan.

Yang bertanda-tangan berikut ini:

1. BESAR BANJARNAHOR, S.H 3. HANDIKA ARIAMSYAH, S.H


2. DAME JONGGI GULTOM, S.H 4. RUTH NAOLA PURBA, S.H

Advokat/Penasehat Hukum dari Kantor LEMBAGA BANTUAN HUKUM SIANTAR


SIMALUNGUN (LBH S-S), yang beralamat di Jln. Pahlawan/S.Parman, No.25, Kota
Pematangsiantar. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 213/SK.PID/LBH S-
S/XII/2019 tertanggal 30 Desember 2019. Dalam hal ini bertindak berdasarkan Surat
Kuasa Khusus, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri, bertindak untuk
dan atas nama Klien kami.

1
1. Nama : SABAR M. SIAHAAN
Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar/13 April 1973
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Wahidin Gang Karya Islam, Kel. Melayu, Kec.
Siantar Barat, Kota Pematangsiantar.

2. Nama : FRANS ZAGARINO SIAHAAN


Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar/27 November 1990
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jl. Wahidin Gang Karya Islam, Kel. Melayu, Kec.
Siantar Barat, Kota Pematangsiantar.

Yang Didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum;


Pertama
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 112 ayat (2) Undang-Undang
R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang Undang
R.I. Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Kedua
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 112 ayat (2) Undang-Undang
R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang Undang
R.I. Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati
Saudara Terdakwa dan hadirin yang kami hormati
Serta Sidang yang kami muliakan.

Bahwa dengan ini, kami selaku Kuasa Hukum dari para Terdakwa FRANS
ZAGARINO SIAHAAN mengajukan EKSEPSI atas Surat Dakwaan yang dibuat oleh
Jaksa Penuntut Umum terhadap diri Terdakwa. Eksepsi atau keberatan
ini juga didasarkan pada hak Terdakwa sebagaimana diatur dalam pasal 156 ayat
(1) KUHAP yang mengatur sebagai berikut :

"Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan bahwa


Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima

2
atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan oleh Jaksa
Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya Hakim mempertimbangkan
keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan "

M. Yahya Harahap mengatakan bahwa “pada dasarnya alasan yang dapat dijadikan
dasar hukum mengajukan keberatan agar surat dakwaan dibatalkan, apabila surat
dakwaan tidak memenuhi ketentuan pasal 143 atau melanggar ketentuan pasal 144
ayat (2) dan (3) KUHAP”. (Pembahasan dan penerapan KUHAP, pustaka Kartini,
Jakarta, 1985, hlm. 663-664).

Bahwa terlebih dahulu perkenankan kami selaku Tim Penasehat Hukum para
Terdakwa SABAR M. SIAHAAN dan FRANS ZAGARINO SIAHAAN pada
kesempatan ini memanjatkan segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmatNya. Selanjutnya kami selaku tim penasehat hukum terdakwa
menyampaikan terimakasih kepada Majelis Hakim atas kesempatan yang diberikan
untuk mengajukan nota keberatan (Eksepsi) terhadap Surat Dakwaan Penuntut
Umum dalam perkara atas nama para terdakwa SABAR M. SIAHAAN dan FRANS
ZAGARINO SIAHAAN.

Bahwa Eksepsi ini kami ajukan dengan pertimbangan ada hal-hal yang prinsipal
yang perlu kami sampaikan berkaitan demi tegaknya hukum, kebenaran dan
keadilan dan demi memastikan terpenuhinya keadilan yang menjadi hak asasi tiap
manusia, sebagaimana tercantum dalam pasal 7 Deklarasi Universal HAM, pasal 14
( 1 ) Konvenan Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi menjadi Undang-undang
No. 12 Tahun 2005 tentang pengesahan Internasional Convenant on Civel and
Political Rights (Konvenan Internasional Tentang Hak-hak Sipil dan Politik), pasal 27
(1), pasal 28 D (1) UUD 1945, pasal 7 dan pasal 8 TAP MPR No. XVII Tahun 1998
Tentang HAM, pasal 17 UU no 39 tahun 1999 tentang HAM, dimana semua orang
adalah sama dimuka hukum dan tanpa diskriminasi apapun serta berhak atas
perlindungan hukum yang sama.

Bahwa pengajuan eksepsi yang kami buat ini, sama sekali tidak mengurangi rasa
hormat kami kepada Penuntut Umum yang sedang melaksanakan fungsi dan juga
tugasnya, serta juga pengajuan eksepsi ini tidak semata – mata mencari kesalahan
dari dakwaan Penuntut Umum ataupun menyanggah secara apriori dari materi
ataupun formal dakwaan yang dibuat oleh penutut umum. Namun ada hal yang
sangat fundamental untuk dapat diketahui Majelis Hakim dan saudara Penuntut
Umum demi tegaknya keadilan sebagaimana semboyan yang kita selalu kita elu –
elukan bersama dan kita junjung bersama selaku penegak hukum yakni fiat justitia
ruat caelum.

Bahwa pembuatan dari eksepsi ini mempunyai makna serta tujuan sebagai
penyeimbang dari surat dakwaan yang disusun dan dibacakan secara panjang lebar
oleh Jaksa Penuntut Umum dalam sidang pada hari Senin, 6 Januari

3
2020. Kami selaku Penasihat Hukum terdakwa percaya bahwa Majelis Hakim Yang
Mulia akan mempertimbangkan dan mencermati segala masalah hukum tersebut,
sehingga dalam keberatan ini mencoba untuk menggugah nurani Majelis Hakim agar
tidak semata – mata melihat permasalahan ini dari kacamata atau sudut pandang
yuridis yang sempit atau hukum positif yang ada semata.

Bahwa sebelum melangkah pada proses yang lebih jauh lagi maka perkenankan
saya untuk memberikan suatu adagium yang mungkin bisa dijadikan salah satu
pertimbangan majelis hakim, “ dakwaan merupakan unsur penting hukum acara
pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu hakim akan
memeriksa surat itu “. ( Andi Hamzah)

Bahwa dalam penyusunan surat dakwaan, maka Penuntut Umum selaku penyusun
Surat Dakwaan harus mengetahui dan memahami benar kronologi peristiwa yang
menjadi fakta bagi dakwaan, apakah sudah cukup berdasar untuk dapat dilanjutkan
ke tahap pengadilan ataukah fakta tersebut tidak seharusnya diteruskan karena
memang secara materiil bukan merupakan tindak pidana. Salah satu fungsi hukum
adalah menjamin agar tugas Negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat bisa
terlaksana dengan baik. Adalah suatu paradoks dan kerugian hakiki ketika
penegakan hukum justru menyebabkan Negara tidak bisa menjalankan tugas
sebagaimana mestinya. Melalui uraian ini kami mengajak majelis hakim yang
terhormat dan penunutut umum bisa melihat permasalahan secara menyeluruh
(komprehensif) dan tidak terburu-buru serta bijak, agar dapat sepenuhnya menilai
ulang dalam mendudukkan para Terdakwa SABAR M. SIAHAAN dan FRANS
ZAGARINO SIAHAAN sebagai terdakwa dalam perkara ini.

Berdasarkan uraian di atas kami selaku Penasehat Hukum para Terdakwa ingin
mengajukan keberatan terhadap Surat Dakwaan yang telah didakwakan oleh
Penuntut Umum dengan alasan sebagai berikut :

1. PEMERIKSAAN YANG CACAT HUKUM

Bahwa dalam hubungan dengan proses penerapan hukum (pemeriksaan) guna


pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang menyangkut Terdakwa SABAR
M. SIAHAAN dan FRANS ZAGARINO SIAHAAN, kami menilai bahwa pemeriksaan
tingkat penyidik banyak terjadi tindakan-tindakan diskriminatif dan cacat hukum.

Bahwa di dalam tingkat Penyidikan pertama kali yang dilakukan oleh PENYIDIK
SAT NARKOBA RESOR PEMATANGSIANTAR dalam Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) Perkara atas dugaan Tindak Pidana Narkotika tersebut besar dugaan bila
terdapat unsur-unsur rekayasa dimana di dalam BAP yang dibuat oleh Penyidik Sat
Narkoba Resor Pematangsiantar yang sudah ditandatangani oleh Terdakwa SABAR
M. SIAHAAN dan FRANS ZAGARINO SIAHAAN pada tanggal 14 Agustus 2019,
tidak pernah dibaca oleh para Terdakwa. Penandatanganan Berita Acara
4
Pemeriksaan (BAP) tersebut dilakukan karena adanya ancaman dan siksaan yang
dilakukan oleh Penyidik kepada para terdakwa agar mau menandatangani BAP
tersebut.

Bahwa Anggota Kepolisian Reserse Sat Narkoba Resor Pematangsiantar saat


melakukan penangkapan terhadap para Terdakwa SABAR M. SIAHAAN dan
FRANS ZAGARINO SIAHAAN, mengatakan kepada Ibu (orang tua) dari Frans
Zagarino Siahaan yaitu …… SIMAMORA dan Ketua Rukun Tetangga (RT) Gang
Karya Islam, Kel Melayu akan membawa FRANS ZAGARINO SIAHAAN ke kantor
Polisi Sat Narkoba Resor Pematangsiantar hanya untuk dimintai keterangan
sebagai saksi atas Terdakwa SABAR M.SIAHAAN yang merupakan orang tua
dari terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN.

Bahwa Anggota Kepolisian yang melakukan penangkapan terhadap terdakwa


SABAR M. SIAHAAN yaitu ABIDEN MANURUNG dkk mengatakan kepada boru
SIMAMORA dan ketua Rukun Tetangga (RT) Gang Karya Islam, Kel Melayu,
Pematangsiantar bahwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN akan dipulangkan paling
lama jam 3 sore pada hari itu juga yaitu Rabu, 14 Agustus 2019, akan tetapi
terdakwa SABAR M. SIAHAAN dan FRANS ZAGARINO SIAHAAN tidak langsung
dibawa ke Kantor Polisi melainkan dibawa ke daerah Tanjung Pinggir, Kota
Pematangsiantar, untuk berkeliling. Dan saat berkeliling di Tanjung Pinggir, Kota
Kematangsiantar, Anggota Kepolisian ABIDEN MANURUNG meminta uang dengan
jumlah Rp. 200.000.000,00 juta kepada terdakwa SABAR M. SIAHAAN untuk
memulangkan terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN ke rumah, akan tetapi ditolak
oleh terdakwa SABAR M. SIAHAAN karena tidak mempunyai uang untuk
menyanggupi permintaan ABIDEN MANURUNG tersebut.

Bahwa kemudian Terdakwa SABAR M. SIAHAAN dan FRANS ZAGARINO


SIAHAAN dibawa ke Kantor Polisi Sat Narkoba Resor Pematangsiantar untuk
dilakukan Penyidikan , dan di Kantor Polisi Sat Narkoba Resor Pematangsiantar ,
ABIDEN MANURUNG meminta kembali uang dengan jumlah Rp. 50.000.000,00
kepada terdakwa SABAR M. SIAHAAN untuk memulangkan terdakwa FRANS
ZAGARINO SIAHAAN kembali ke rumahnya. Yang kemudian ditolak oleh SABAR M.
SIAHAAN karena tidak mempunyai uang untuk menyanggupi permintaan ABIDEN
MANURUNG tersebut. Karena tidak dapat menyanggupi permintaan anggota
Kepolisian tersebut, maka terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN dimasukkan ke
dalam Sel Penjara pada hari kejadian tersebut yaitu Rabu, 14 Agustus 2019.

Bahwa terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN dalam Penyidikan di Kantor Polisi


Sat Narkoba Resor Pematangsiantar diminta oleh Penyidik ARITONANG untuk
menandatangani BAP (Berita Acara Pemeriksaan) tanpa dibaca terlebih dahulu oleh
Terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN. Bahwa kemudian Terdakwa FRANS
ZAGARINO SIAHAAN menandatangani BAP tersebut karena dipaksa dan disiksa
Penyidik Aritonang. Berdasarkan Penyelenggaraan Tugas Kepolisian terdapat Pasal

5
11 ayat (1) huruf b Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi
Prinsip dan Standard HAM , yang menegaskan bahwa setiap petugas/anggota Polri
dilarang melakukan penyiksaan terhadap orang yang disangka terlibat melakukan
kejahatan.

Sesuai pengaturan Bab III angka 8.3.d jo. angka 8.3.a Juklak dan Juknis Penyidikan,
hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Mengenai
BAP ini M Yahya Harahap dalam bukunya “Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan” menjabarkan (dalam halaman 137)
sesuai dengan BAP adalah hasil penekanan, maka BAP yang diperoleh dengan cara
menggunakan hal tersebut tidak sah. Bahwa tindakan Penyidikan yang dilakukan
oleh Penyidik Sat Narkoba Resor Pematangsiantar tersebut merupakan bentuk-
bentuk tindakan Penyidikan yang bertentangan dengan hukum.

Bahwa di dalam penyidikan perkara pidana yang menimpa terdakwa SABAR


M.SIAHAAN dan FRANS ZAGARINO SIAHAAN saat dilakukan Penyidikan tersebut
pada hari Rabu, tanggal 14 Agustus 2019 tidak didampingi oleh Penasehat Hukum,
hal ini bertentangan dengan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 367 K/Pid/1998
tertanggal 29 Mei 1998 yang pada pokoknya menyatakan bahwa :

“Bila tak didampingi oleh Penasehat Hukum di tingkat Penyidikan maka


bertentangan dengan Pasal 56 KUHAP, hingga BAP Penyidikan dan Penuntut
Umum batal demi hukum dan karenanya tuntutan Penuntut Umum tidak dapat
diterima, walaupun pemeriksaan di sidang pengadilan didampingi Penasehat
Hukum.”

Bahwa terkait Surat Dakwaan Penuntut Umum tersebut dibuat berdasarkan berkas
perkara Penyidikan yang tidak sah karena Terdakwa tidak didampingi Penasehat
Hukum. Maka hal tersebut bertentangan dengan Pasal 56 Ayat (1) KUHAP yaitu :

“Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun
atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima
belas tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat
yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk penasehat hukum bagi mereka.”

Pada akhir kalimat pasal tersebut, kata wajib menunjuk Penasehat Hukum bagi
mereka, jelas penunjukan Penasehat Hukum untuk mendampingi terdakwa SABAR
M.SIAHAAN dan FRANS ZAGARINO SIAHAAN dalam tingkat Penyidikan adalah
merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan oleh Penyidik. Karena
dakwaan yang dibacakan oleh Penuntut Umum dalam persidangan sebelumnya
adalah berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan dan Penyidikan yang dibuat oleh
Penyidik Sat Narkoba Resor Pematangsiantar yang melakukan penangkapan dan

6
penahanan terhadap FRANS ZAGARINO SIAHAAN dengan menggunakan Pasal
114 Ayat (2) Subs. Pasal 112 Ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
yang hukumannya pidana penjara seumur hidup, atau pidana paling singkat 6
(enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Yang mana dugaan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika yang hukumannya


minimal lima tahun, wajib didampingi Pengacara/Penasehat Hukum, yang mana
tindak pidana Narkotika yang didakwakan untuk Terdakwa SABAR M. SIAHAAN dan
FRANS ZAGARINO SIAHAAN diancam dengan maksimal hukuman 12 tahun
penjara. Bantuan hukum bagi Terdakwa sangat diperlukan untuk mengukur
keabsahan dalam tingkat Penyidikan.

Oleh karena penyidikan terhadap terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN tidak sah
karena tidak didampingi Penasehat Hukum, sesuai dengan Pasal 56 ayat (1)
KUHAP maka Surat Dakwaan Penuntut Umum yang dibuat berdasarkan Berita
Acara Pemeriksaan tidak sah dan dan haruslah ditolak.

Bahwa Terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN saat dilakukan Penyidikan kembali


pada hari Selasa, tanggal 29 Oktober 2019, terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN
dan SABAR M. SIAHAAN dibawa dari Lembaga Permasyarakatan Kelas II
Kabupaten Simalungun ke kantor Polisi Sat Narkoba Kota Pematangsiantar untuk
Pemeriksaan lanjutan dan terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN mengalami
tindakan penyiksaan selama pemeriksaan agar Terdakwa mengakui kesalahan yang
tidak dilakukannya dengan cara dipukul dadanya, ditendang badannya, menginjak
kepala Terdakwa sampai 2 (dua) kali yang dilakukan oleh Penyidik Polisi
ARITONANG, dan sembari ditodongkan dengan pistol kearah kepala Terdakwa,
supaya Terdakwa dipaksa untuk mengakui pernyataannya di dalam BAP yang
dibuat pertama kali oleh Penyidik Kepolisian Sat Narkoba Polres Pematangsiantar
pada hari Rabu, tanggal 14 Agustus 2019.

Bahwa Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan oleh Penyidik Kepolisian tersebut


sangatlah janggal dan aneh. Dimana Pemeriksaan lanjutan pertama kali akan
dilakukan di Lembaga Permasyarakatan (LP) Kelas II Kabupaten Simalungun, pada
hari Senin, 28 Oktober 2019, namun ditolak oleh Terdakwa SABAR M. SIAHAAN
dengan alasan terdakwa SABAR M. SIAHAAN meminta didampingi oleh Penasehat
Hukum. Sehingga Pemeriksaan Lanjutan tersebut batal dilakukan. Namun sangat
mengherankan ketika kedua Terdakwa dibawa kembali ke Kantor Polisi Sat Narkoba
Resor Pematangsiantar pada hari Selasa, 29 Oktober 2019 yang semakin
menguatkan dugaan adanya penyiksaan, intimidasi dan kekerasan yang dilakukan
oleh Penyidik dalam memeriksa atau mengambil keterangan dari para Terdakwa.

Alasan Terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN menolak isi dari Berita Acara
Pemeriksaan yang dilakukan pertama kali oleh Penyidik adalah dikarenakan
terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN tidak mengetahui apapun yang dilakukan

7
oleh terdakwa SABAR SIAHAAN, dan tidak pernah menyerahkan 1 (satu) paket
narkotika jenis shabu kepada Petugas/Anggota Kepolisian Sat Narkoba Resor
Pematangsiantar ALWIN SIHOMBING. Bahwa kemudian terdakwa FRANS
ZAGARINO SIAHAAN yang sudah menangis di hadapan Penyidik ARITONANG,
akan tetapi masih dipukul berkali-kali oleh Penyidik ARITONANG, dan tidak lama
kemudian Penyidik Siallagan datang, sehingga pemukulan terhadap terhadap
FRANS ZAGARINO SIAHAAN dihentikan. Bahwa Penyidikan ke 2 (dua) kalinya
yang dilakukan oleh Sat Narkoba Resor Pematangsiantar terhadap Terdakwa
FRANS ZAGARINO SIAHAAN tidak didampingi oleh Penasehat Hukum.

Bahwa Penyidik Sat Narkoba Polres Kota Pematangsiantar yang menyiksa FRANS
ZAGARINO SIAHAAN agar ia mengakui kesalahan yang tidak dilakukannya tersebut
sangat bertentangan dengan Pasal 7 UU No.11 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) yang
menyangkut tentang Hak-Hak Sipil dan Politik yang menjamin :

“Bahwa siapapun tidak dapat dikenakan penyiksaan atau hukuman kejam lain yang
tidak manusiawi, dan siapapun tidak boleh dijadikan objek eksperimen atas dasar
apapun tanpa persetujuan yang bersangkutan.”

Bahwa dengan demikian menurut kami, surat dakwaan terhadap Saudara FRANS
ZAGARINO SIAHAAN mengandung cacat hukum, sebab surat dakwaan tersebut
disusun berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan dan Penyidikan yang cacat hukum
dan penuh dengan tindakan-tindakan yang diskriminatif atas diri Terdakwa.

2. SURAT DAKWAAN TIDAK (KURANG) CERMAT

Bahwa apabila Penuntut Umum tidak cermat atau keliru dalam membuat Surat
Dakwaan, maka akibatnya sidang Pengadilan akan dituntun memasuki ruangan atau
bangunan hukum yang keliru.

Bahwa dalam Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah
ditentukan hal-hal sebagai berikut :

Pasal 143 ayat 2b:


Bahwa surat dakwaan Penuntut Umum harus diuraikan secara cermat, jelas dan
lengkap, mengenai tindak pidana yang didakwakan.

Pasal 143 ayat 3:


Bahwa surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2 huruf b, batal demi hukum.

8
Bahwa yang dimaksud dengan cermat, jelas dan lengkap, tidak saja menyebut
seluruh unsur beserta dasar hukum (pasal) dari peraturan perundang-undangan
pidana yang di dakwakan, melainkan juga menyebut secara cermat, jelas, dan
lengkap tentang unsur-unsur tindak pidana pasal yang di dakwakan yang harus
jelas pula kaitannya atau hubungannya dengan peristiwa atau kejadian nyata
yang didakwakan.

Bahwa dengan didasari pemikiran dan ketentuan perundang-undangan tersebut di


atas dan setelah mempelajari dengan seksama surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum yang dibacakan pada persidangan pada hari Senin, tanggal 6 Januari 2020,
dengan tidak mengurangi penghargaan kami atas segala usaha dan jerih payah
Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan, maka eksepsi ini kami ajukan
karena kami menemukan adanya hal-hal yang prinsipil dalam dakwaan.

Bahwa dakwaan yang dibuat oleh Saudara Penuntut Umum kepada Terdakwa
SABAR SIAHAAN dan FRANS ZAGARINO SIAHAAN sudah bertentangan dengan
fakta-fakta yang terjadi di lapangan dan juga bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan dan asas-asas hukum pidana. Bahwa berdasarkan BAP yang dibuat oleh
Kepolisian Sat Narkoba Resor Pematangsiantar, dalam kenyataan yang terjadi di
tempat kejadian perkara yakni di rumah Terdakwa SABAR SIAHAAN tidak ada
tindakan sebenarnya Terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN yang memenuhi
unsur pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam dakwaan yang dibacakankan oleh
saudara Penuntut Umum.

Bahwa dikarenakan Terdakwa adalah anak dari SABAR SIAHAAN yang memang
tinggal di dalam rumah tersebut bersama saudara-saudara perempuannya dan
kedua orang tuanya, sehingga saat dilakukan penggerebekan/penggeledahan di
dalam rumah sudah tentu terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN di dalam rumah,
bahwa pada saat Penyidik Kepolisian datang ke rumah dan melakukan
penggeledahan di rumah Terdakwa Siahaan melalui pintu belakang, terdakwa
FRANS ZAGARINO SIAHAAN sedang menutup pintu rumahnya dan sedang
bermain Game Online Mobile Legend di Handphone yang saat itu masih dipegang
oleh Terdakwa.

Bahwa pada hari Selasa, 29 Oktober 2019, saat dilakukan Pemeriksaan Lanjutan
terhadap terdakwa SABAR M. SIAHAAN di Kantor Polisi Sat Narkoba Kota
Pematangsiantar, ada Perubahan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
mengenai tidak adanya peran terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN dalam tindak
pidana yang disangkakan oleh Penyidik terhadap terdakwa FRANS ZAGARINO
SIAHAAN.

Bahwa atas diri Terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN yang diduga melakukan
tindak pidana sesuai dengan dakwaan pertama dan kedua Penuntut Umum yaitu
Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang R.I No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika dan

9
Pasal 112 ayat (2) Undang-Undang R.I No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika yang
frasa kalimatnya menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi
perantara, menukar, dan menyerahkan, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman ringan tidak sepantasnya
disematkan kepada diri terdakwa. Dimana menurut kami Penasehat Hukum
Terdakwa, dalam penanganan perkara para terdakwa telah terjadi tindakan
kriminalisasi ketidakobjektifan Penyidik Sat Narkoba Polres Kota Pematangsiantar,
yang mana selama proses penyidikan tersebut nyata-nyata bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengakibatkan Hak
Asasi Hukum Terdakwa terabaikan.

Bahwa sebenarnya Terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN adalah korban


Kriminalisasi dalam Penanganan Perkara di tingkat Kepolisian oleh Sat Narkoba
Resor Pematangsiantar yang memaksakan untuk menjadikan Terdakwa FRANS
ZAGARINO SIAHAAN menjadi Tersangka di tingkat Penyidikan Kepolisian.

Bahwa adanya dugaan rekayasa kasus terhadap FRANS ZAGARINO SIAHAAN


sudah dimulai dari tingkat penyidikan dalam pembuatan BAP pertama kali yang
ditandatangani oleh terdakwa, yang sudah dibantah oleh FRANS ZAGARINO
SIAHAAN saat dilakukan Penyidikan/Pemeriksaan kembali pada hari Selasa,
tanggal 29 Oktober 2019, dimana saat dilakukan Penyidikan/Pemeriksaan tersebut
Terdakwa tidak pernah bertemu dengan kami Penasehat Hukum terdakwa di Kantor
Kepolisian Sat Narkoba Resor Pematangsiantar, hingga saat dilakukan pelimpahan
berkas perkara atas nama terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN ke Kantor
Kejaksaan Kota Pematangsiantar, dimana terdakwa menolak seluruh isi BAP yang
ditandatangani oleh Terdakwa pada hari Rabu, tanggal 14 Agustus 2019, akan tetapi
Penuntut Umum tetap mengajukan perkara atas nama FRANS ZAGARINO
SIAHAAN untuk disidangkan di Pengadilan Negeri Kota Pematangsiantar.

Bahwa diajukannya Eksepsi ini yaitu dengan maksud agar Jaksa Penuntut Umum
dapat menampilkan suatu Surat Dakwaan yang dapat dijadikan dasar bagi Majelis
Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara ini dengan sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya, serta memungkinkan bagi kami selaku penasehat hukum Terdakwa
untuk membela kepentingan hukum dari Terdakwa dengan wajar dan benar,
sehingga dengan demikian eksepsi ini bukan dimaksud untuk sekedar membela
kepentingan individu Terdakwa saja.

Bahwa dengan demikian akibat ketidak cermatan Jaksa Penuntut Umum dalam
membuat surat dakwaannya tersebut jelas tidak memenuhi syarat sebagaimana
diamanatkan pasal 143 ayat (2) point b KUHP. Dengan demikian, sesuai dengan
pasal 143 ayat (2) KUHP, surat dakwaan tersebut adalah batal demi hukum.
Bahwa berdasarkan seluruh uraian kami diatas, kiranya dapat disimpulkan sebagai
berikut:

10
1. Bahwa seluruh dakwaan Jaksa Penuntut Umum kepada Terdakwa, tidak
memenuhi syarat-syarat materiil sebuah surat dakwaan, karena tidak diuraikan
secara cermat, jelas dan lengkap sebagaimana ketentuan Pasal 143 ayat 2
KUHAP.

2. Bahwa Surat Dakwaan yang tidak jelas dan tidak lengkap tersebut akan
menyulitkan Terdakwa membela diri dan surat dakwaan demikian juga akan sulit
untuk dijadikan dasar bagi Majelis dalam memeriksa dan mengadili perkara ini.

3. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, surat dakwaan
Penuntut Umum dimaksud batal demi hukum.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka saya mohon Majelis Hakim yang
memeriksa perkara pidana Terdakwa FRANS ZAGARINO SIAHAAN, berkenan
memberikan putusan serbagai berikut:

1. Menerima eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa dengan alasan-alasannya;

2. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor Reg :


PDM-184/PSian/Euh.2/12./2019, yang dibacakan dalam persidangan hari
Senin, tanggal 6 Januari 2020 adalah batal demi hukum atau tidak dapat
diterima;

3. Menyatakan Perkara Aquo tidak diperiksa lebih lanjut;

4. Memulihkan Harkat, Martabat, dan nama baik Terdakwa FRANS ZAGARINO


SIAHAAN;

5. Membebankan biaya perkara kepada negara.

Demikian Nota Keberatan (Eksepsi) Terdakwa SABAR M. SIAHAAN dan FRANS


ZAGARINO SIAHAAN kami sampaikan kepada Majelis Hakim yang Mulia sehingga
dapat memutus perkara ini dengan seadil-adilnya.

Hormat kami,
LEMBAGA BANTUAN HUKUM SIANTAR-SIMALUNGUN

11
(LBH S-S)
Kuasa Hukum
Terdakwa SABAR M.SIAHAAN, dan
FRANS ZAGARINO SIAHAAN

BESAR BANJARNAHOR, S.H HANDIKA ARIAMSYAH, S.H

DAME JONGGI GULTOM,S.H RUTH NAOLA PURBA, S.H

12

Anda mungkin juga menyukai