Anda di halaman 1dari 33

NOTAKEBERATAN

Terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum Dalam Perkara Pidana

Nomor : 967/Pid.Sus/2016/PN.SEMU.FH.UMSU.MDN

Di

Pengadilan Negeri Semu Fh Umsu Medan

Medan, 30 November 2016

Kepada Yang Mulia,

Majelis Hakim Dalam Perkara Pidana

Nomor : 967/Pid.Sus/2016/PN.SEMU.FH.UMSU.MDN

Di

Pengadilan Negeri Semu Fh Umsu Medan

Perihal : EKSEPSI / NOTA KEBERATAN TIM PENASIHAT HUKUM M.


SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ Bin BINSAR
HALOMOAN RITONGA ATAS SURAT DAKWAAN
PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA
UTARA NO. REG. PERKARA: PDM-819 / Euh.2 / Mdn / Mdn / 07
/ 2016TERTANGGAL 12 NOVEMBER 2016.
Untuk dan atas nama :

Nama Lengkap : M. SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ.---


Tempat Lahir : Pematang Siantar.---------------------------------------

Umur/Tgl. Lahir : 42 Tahun / 07 Januari 1974.---------------------------

Jenis Kelamin : Laki-laki.-------------------------------------------------

Kebangsaan : Indonesia.-------------------------------------------------

Alamat : Jalan Setia Budi Gg Sehati No : 26, Desa Tanjung


Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.-----

Agama : Islam.------------------------------------------------------

Pekerjaan : Wiraswasta.----------------------------------------------

Pendidikan : D-3 (Diploma-3).----------------------------------------

Dengan hormat,

I. PENDAHULUAN

MAJELIS HAKIM YANG MULIA,

Sdr. PENUNTUT UMUM dan HADIRIN yang kami hormati,

Kami yang bertandatangan di bawah ini, TIM PENASIHAT HUKUM


SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ (“TIM PENASIHAT
HUKUM”), para Advokat baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta membela kepentingan
hukum M. SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 20 September 2016 sebagaimana telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Semu Fh Umsu Medan (fotokopi Surat Kuasa
Khusus terlampir), dengan ini mengajukan Eksepsi/Nota Keberatan terhadap
Surat Dakwaan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Semu Fh Umsu No.
Reg. Perkara: PDM-819 / Euh.2 / Mdn / Mdn / 07 / 2016 TERTANGGAL
12 NOVEMBER 2016 (“Surat Dakwaan”).-----------------------------------------

Assalaamu’alaikum.wr.wb

Pertama-tama, marilah kita mengucapkan Puji dan Syukur kepada


ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan lindungan-Nya,
kita dapat berkumpul pada hari ini dalam persidangan yang mulia ini.---------------

Ijinkan kami selaku TIM PENASIHAT HUKUM, menyampaikan


penghargaan dan rasa terima kasih yang sungguh besar kepada MAJELIS
HAKIM YANG MULIA, yang memimpin persidangan, yang kami percaya akan
dilakukan dengan penuh keadilan, kearifan, ketelitian, kewibawaan, dan terlihat
jelas wujud nyata suatu penghormatan serta jaminan terhadap hak asasi M.
SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ, baik sebagai pribadi maupun dalam
kapasitasnya sebagai anak bangsa. Dengan demikian, pada persidangan ini
tercerminlah penghormatan terhadap asas praduga tidak bersalah / presumption of
innocence, yang sekaligus akan menempatkan MAJELIS HAKIM YANG
MULIA pada tempat yang terhomat, berwibawa dan mulia, dimana banyak pihak
yang bersama-sama mengamati dengan penuh harap, terutama para pencari
keadilan, agar di pengadilan yang mulia inilah keadilan dapat terwujud bagi
semua pihak. Selanjutnya, ijinkan TIM PENASIHAT HUKUM juga
menyampaikan penghargaan kepada Sdr. PENUNTUT UMUM atas kegigihan
dan kecepatannya dalam menjalankan tugasnya, dimana dalam hitungan hari dari
pelimpahan berkas P-21 sampai pembuatan dakwaan dan pendaftararan perkara
ini di Pengadilan.-----

Kepada Sdr. PANITERA PENGGANTI, terima kasih atas bantuan


dalam pelaksanaan proses terselenggaranya pemeriksaan persidangan perkara ini
sehingga dapat berjalan dengan tertib, aman dan lancar.--------------------------------

Dan kepada PARA PENGUNJUNG SIDANG dan seluruh Masyarakat


Indonesia yang menyaksikan Persidangan yang Mulia ini marilah kita bersama-
sama menyaksikan dan mengawal jalannya persidangan agar persidangan ini
dapat menemukan citra sejatinya bahwa Pengadilan bukanlah semata-mata tempat
untuk menghukum orang yang bersalah akan tetapi Pengadilan juga adalah tempat
untuk ditegakkannya keadilan dan kebenaran, karena orang yang diajukan ke
Pengadilan belum tentu adalah orang yang bersalah (asas praduga tak bersalah /
presumption of innocence).------------------------------------------------------------------

Perlu pula TIM PENASIHAT HUKUM kemukakan, bahwa Eksepsi /


Nota Keberatan terhadap Surat Dakwaan ini, bukan dan tidak dimaksudkan untuk
mengulur waktu, akan tetapi merupakan bagian dari pelaksanaan penegakan
hukum yang antara lain mencari dan menemukan kejujuran, keadilan,
pengayoman, ketertiban dan kepastian hukum, mencari dan menemukan
kebenaran materiil / kebenaran sejati, sebagai asas yang harus dijunjung tinggi
dalam hukum acara pidana, serta menjamin dan melindungi Hak-Hak Asasi
Manusia (HAM) sebagaimana dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 28 D ayat (1),
Pasal 28 I ayat (1) dan Penjelasan Umum angka 3 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”).-------------------------------

Martin Luther King, Jr mengatakan bahwa, "Hukum dan peraturan


bertujuan mewujudkan keadilan, dan ketika mereka gagal dalam tujuan ini,
mereka menjadi sebuah bendungan yang berbahaya yang menghalangi kemajuan
sosial." (Law and order exist for the purpose of establishing justice and when they
fail in this purpose they become the dangerously structure dams that block the
flow of social progress).----------------------------------------------------------------------

Mengutip pemikiran Martin Luther King, Jr tersebut, kami meyakini


bahwa tujuan dari proses hukum adalah untuk mencari keadilan, bukan sebagai
alat penghukuman semata yang didasarkan atas anggapan-anggapan, atau karena
adanya target tertentu dalam penanganan perkara Tindak Pidana Perdagangan
orang yang sedang giat-giatnya untuk diberantas di bumi pertiwi ini. Karena
apabila hal tersebut dilakukan, maka hal itu sangat berbahaya bagi perkembangan
dalam kehidupan sosial, bukan hanya untuk M. SUTAN ARFAIZ RITONGA
ALIAS FAIZ secara pribadi tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia.--------

MAJELIS HAKIM YANG MULIA,

Nota Keberatan ini kami berikan judul :

===============“BERSALAH SEBELUM VONIS”================

Dalam hal ini baik Pihak Kepolisian Daerah Semu Fh Umsu Sumatera Utara
maupun Kejaksaan Negeri Semu Fh Umsu Medan ketika merilis berita Tindak
Pidana Perdagangan Orang dengan terdakwa M. SUTAN ARFAIZ RITONGA
Alias FAIZ menggunakan “Stereotying” (prasangka subjektif) dan “labelling”
(pemberian cap) kepada terdakwa.---------------------------------------------------------

Pihak Kepolisian Daerah Semu Fh Umsu Sumatera Utara maupun


Kejaksaan Negeri Semu Fh Umsu Medan sudah membuat kerangka opini
terhadap kasus yang sedang ditangani yaitu kasus Tindak Pidana Perdagangan
Orang dengan terdakwa M. SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ. “Hal itu
jika benar terjadi, sungguh sangat berbahaya karena merupakan Peradilan Opini
di luar proses penegakan hukum dengan menggunakan kekuatan pengaruh media
massa atau trial by the press”. Perkara ini sebenarnya hayanlah berangkat dari
secuil fakta yang dibesar-besarkan oleh Sdr. PENUNTUT UMUM seolah
menjadi pemberitaan dan drama yang luar biasa. Kunci yang digunakan oleh Sdr.
PENUNTUT UMUM adalah dengan menonjolkan unsur anak perempuan dalam
kasus ini. Kemudian dengan cepat berita soal mafia perdagangan perempuan dan
anak menjadi drama yang luar biasa. Kesan pembunuhn karakter menjadi nyata
sebagai rencana dan / atau skenario. Akhirnya M. SUTAN ARFAIZ RITONGA
Alias FAIZ dicitrakan sebagai sosok Mafia besar perdagangan perempuan dan
anak. “inilah festivalisasi penegakan hukum. Menonjolkan suatu tontonan
murahan supaya masyarakat atau publik tertarik pada perkara ini.--------------------
MAJELIS HAKIM YANG MULIA,

Kita telah mendengarkan sendiri Nota Keberatan M. SUTAN ARFAIZ


RITONGA Alias FAIZ yang ditulis tangan sendiri oleh terdakwa. Yang pada
intinyi menyampaikan bahwa Dakwaan yang di Dakwakan kepada beliau M.
SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ sungguhlah tidak adil karena tidak
berdasarkan fakta namun Asumsi belaka dari Sdr. PNUNTUT UMUM. Dalam
kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan sepenggal hukum yang artinya:---

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat


kebijakan, memberi kepada kerabat kamu, dan Allah melarang
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” An-Nahl
ayat 90.--------------------------------------------------------------------------------

YANG MULIA MAJELIS HAKIM, dalam ayat ini digambarkan


hubungan manusia dan sosial kaum mukmin di dunia yang berlandaskan pada
keadilan, kebaikan dan menjauhi dari segala kezaliman dan arogansi. Bahkan hal
itu hal itu disebut sebagai nasehat ilahi yang harus dijaga oleh semua orang. Adil
dan keadilan merupakan landasan ajaran islam dan syariat Agama ini. Allah SWT
tidak berbuat zalim kepada siapapun dan tidak memperbolehkan seseorang
berbuat zalim kepada orang lain dan menginjakn orang lain. Menjaga keadilan
dan menjauhi segala perilaku eksrim kanan dan kiri menyebabkan keseimbangan
diri manusia dlam perilaku individu dan sosial.------------------------------------------

Tentu dengan Ayat ini terdakwa dan TIM PENASIHAT HUKUM


berharap agar Majelis Hakim dapat adil dalam memeriksa dan mengadili perkara
Tindak Pidana Perdagangan Orang ini agar terciptanya Pengadilan Yang
Berkeadilan.------------------------------------------------------------------------------------
MAJELIS HAKIM YANG MULIA,

Itu sebabnya, tadi setelah mendengar langsung dan mencermati


pembacaan Surat Dakwaan dari Saudara Penuntut Umum dengan seksama, dan
dengan maksud agar timbangan keadilan tidak berat sebelah, kami langsung
membacakan Nota Keberatan, agar persidangan yang mulia ini dapat melihat
posisi perkara ini secara utuh dan menyeluruh, sesuai dengan fakta yang
sebenarnya.-------------------------------------------------------------------------------------

Dengan demikian, apakah kita rela membiarkan kebencian mendorong kita


untuk berlaku tidak adil? Padahal adil itu lebih dekat kepada takwa.------------------

Sebagaimana Allah berfirman: -------------------------------------------------------------

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang


selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-
Ma’idah: 8).--------------------------------------------------------------------------

Apakah kita rela sendi-sendi hukum kita dikoyakkan, pilar-pilar keadilan


dirobohkan dengan menutup mata bahwa ada anak bangsa yang sedang berjuang
untuk keadilan sosial hanya karena dia manusia biasa yang tidak luput dari segala
kekurangan dan kelemahan, demi ambisi Sdr. PENUNTUT UMUM, hukum
tidak lagi menjadi panglima?. Semua proses hukum diabaikan. Equality before the
law hilang. Hak asasi dan hak konstitusi diabaikan begitu saja.------------------------

MAJELIS HAKIM YANG MULIA,

Izinkan kami kembali mengutip ayat Al qur’an Surat Annisa Ayat 58 yang
berbunyi:---------------------------------------------------------------------------------------
Artinya :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”--------

Maka kami selaku penasihat hukum hanya bisa mengingatkan kepada


Majelis Hakim sebagai orang-orang yang dipercaya untuk memegang amanah
hukum agar menjalankan perintah tuhan tersebut, karena sungguh Tuhan
mengetahui apa yang kita semua perbuat di dunia ini, maka KEADILAN
ADALAH HARGA MATI.----------------------------------------------------------------

SEBAGAI PENUTUP DARI BAGIAN PENDAHULUAN INI, SEKALI


LAGI KAMI SAMPAIKAN BAHWA ADALAH MUSTAHIL APABILA
SEORANG M. SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ, YANG TELAH
MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG.----------------
II. PENGERTIAN, DASAR HUKUM DAN PEDOMAN PERUMUSAN
SURAT DAKWAAN

MAJELIS HAKIM YANG MULIA,

Sebelum TIM PENASIHAT HUKUM mengemukakan dan membahas


alasan-alasan Eksepsi/Nota Keberatan atas Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT
UMUM, terlebih dahulu TIM PENASIHAT HUKUM kutip beberapa
pendapat para Ahli tentang Surat Dakwaan, antara lain pada pokoknya adalah
sebagaimana berikut:--------------------------------------------------------------------

A. PENGERTIAN SURAT DAKWAAN

1. A. Karim Nasution, S.H. (Masalah Surat Tuduhan Dalam Proses Pidana,


Jakarta: P.N. Percetakan Negara RI, 1972), antara lain menyatakan:-----------

“Surat tuduhan (acte van beschuldiging) adalah dasar pemeriksaan di


persidangan.” (halaman 27).---------------------------------------------------------

“Tuduhan adalah suatu surat atau acte yang memuat suatu perumusan
dari tindak pidana yang dituduhkan, yang sementara dapat disimpulkan
dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan yang merupakan dasar bagi
Hakim untuk melakukan pemeriksaan, yang bila ternyata cukup terbukti
terdakwa dapat dijatuhi hukuman.” (halaman 75).------------------------------

“Ia harus merupakan dasar yang lengkap dan jelas bagi Hakim dalam
memeriksa dan menilai perbuatan yang dituduhkan.” (halaman 97).--------

2. DR. Andi Hamzah, S.H. (Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia,


Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Pertama, 1984); dengan mengutip
pendapat J. E. Jonkers, menyatakan:-----------------------------------------------

“Surat dakwaan harus memuat, selain dari perbuatan yang sungguh-


sungguh dilakukan yang bertentangan dengan hukum pidana, juga harus
memuat unsur-unsur yuridis kejahatan yang bersangkutan.” (halaman
169).-------------------------------------------------------------------------------------
3. M. Yahya Harahap, S.H. (Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan
KUHAP, Jakarta: Pustaka Kartini, Jilid I), antara lain menyatakan:------------

“Surat dakwaan diartikan sebagai:-------------------------------------------------

 surat akte,----------------------------------------------------------------------
 yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada
terdakwa,-----------------------------------------------------------------------
 perumusan mana ditarik dan disimpulkan dari hasil pemeriksaan
penyidikan dihubungkan dengan rumusan pasal tindak pidana yang
dilanggar dan didakwakan pada terdakwa,-------------------------------
 dan surat dakwaan tersebutlah yang menjadi dasar pemeriksaaan
bagi hakim dalam sidang pengadilan.------------------------------------

Atau surat dakwaan adalah surat atau akte yang memuat rumusan tindak
pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik
dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan
bagi hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan.” (halaman
414 s.d. 415). ---------------------------------------------------------------------------

4. Ramelan, S.H., M.H. (Hukum Acara Pidana, Teori dan Implementasi,


Jakarta: Sumber Ilmu Jaya, Cetakan Pertama, 2006, halaman 162), antara
lain menyatakan:-----------------------------------------------------------------------

“Surat Dakwaan adalah suatu surat atau akte (dalam bahasa Belanda acte
van verwijzing) yang memuat perbuatan atau fakta-fakta yang terjadi,
uraian mana akan menggambarkan atau menjelaskan unsur-unsur yuridis
dari pasal-pasal tindak pidana (delik) yang dilanggar”.------------------------

Berdasarkan uraian pendapat para Ahli tersebut di atas, surat dakwaan yang
memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang
disimpulkan dari hasil penyidikan dan satu-satunya dasar serta landasan bagi
hakim dalam melakukan pemeriksaan di muka persidangan.-----------------------
B. DASAR HUKUM DAN PEDOMAN PERUMUSAN SURAT DAKWAAN

Dari sumber-sumber hukum pendapat para Ahli tersebut di atas,


sangatlah tepat apa yang diatur dan ditentukan dalam Pasal 143 KUHAP, yang
menegaskan:-------------------------------------------------------------------------------

Ayat (1) : “Penuntut umum melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri


dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai dengan
surat dakwaan.”---------------------------------------------------------------------------

Ayat (2) : “Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal
dan ditandatangani serta berisi:--------------------------------------------------------

a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis


kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan
tersangka.--------------------------------------------------------------------
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap, mengenai tindak
pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat
tindak pidana itu dilakukan.”--------------------------------------------

Ayat (3) : “Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum.”-----------------------------

Sehubungan dengan Pasal 143 ayat (2), (3) KUHAP, beberapa Ahli, Arrest
Hoge Raad dan Putusan-Putusan Mahkamah Agung R.I. menyatakan, antara
lain:------------------------------------------------------------------------------------------

1. M. Yahya Harahap, S.H. (Op. Cit.) menyatakan:--------------------------------

“Surat dakwaan yang tidak memenuhi syarat yaitu:------------------------------

a. Surat dakwaan tidak terang adalah kalau unsur-unsur tindak pidana


yang didakwakan tidak dijelaskan secara keseluruhan, berarti
terdapat kekaburan dalam surat dakwaan.----------------------------------
Surat dakwaan yang tidak jelas dan tidak terang, sudah pasti
merugikan kepentingan terdakwa mempersiapkan pembelaannya. Oleh
karena itu, setiap surat dakwaan yang jelas-jelas merugikan
kepentingan terdakwa dalam melakukan pembelaan, dianggap batal
demi hukum.----------------------------------------------------------------------

Akibat dari ketidaktegasan surat dakwaan, mengakibatkan terdakwa


tidak dapat mempersiapkan pembelaan dirinya.”(halaman 421).---------

b. “Surat dakwaan yang berisi pertentangan antara satu dengan yang


lain.---------------------------------------------------------------------------------
Pertentangan isi dalam surat dakwaan akan menimbulkan “keraguan”
bagi terdakwa tentang perbuatan atau tindakan mana yang didakwakan
kepadanya.-------------------------------------------------------------------------
Oleh karena itu, surat dakwaan yang berisi perumusan yang
bertentangan isinya, dan yang jelas-jelas menimbulkan keraguan
terutama si terdakwa, surat dakwaan yang demikian harus
dinyatakan batal demi hukum. Setiap surat dakwaan tidak boleh kabur
atau “obscuur libel”. Surat dakwaan harus memuat semua unsur
tindak pidana yang didakwakan (voldoende en duidelijke opgave van
het feit). Di samping itu surat dakwaan harus memerinci secara jelas:

- Bagaimana cara tindak pidana itu dilakukan terdakwa. Tidak hanya


menguraikan secara umum. Tetapi harus diperinci dengan jelas
bagaimana terdakwa melakukan tindak pidana.---------------------------

- Juga menyebutkan dengan terang saat atau waktu dan tempat tindak
pidana dilakukan (tempus delicti dan locus delicti).” (halaman 422 s.d.
423).--------------------------------------------------------------------------------

2. Drs. Adami Chazawi, S.H. (Kemahiran dan Keterampilan Praktik Hukum


Pidana, Malang: Bayumedia Publishing, Cetakan Kedua, 2007, halaman 30
s.d. 32), dalam memberikan ulasan tentang syarat-syarat surat Dakwaan,
antara lain menyatakan:---------------------------------------------------------------
“Artinya lengkap, yakni dalam surat dakwaan harus:---------------------------

- Memuat/menyebut semua unsur tindak pidana yang didakwakan,----------

- Mengurai setiap unsur dengan menghubungkannya dengan (fakta-fakta)


jalannya peristiwa yang didakwakan,-------------------------------------------

- Menyebutkan waktu dan tempat diwujudkannya tindak pidana yang


didakwakan, dan--------------------------------------------------------------------

- Menyebutkan pasal peraturan perundang-undangan tindak pidana yang


didakwakan. ------------------------------------------------------------------------

Artinya cermat dan jelas adalah sebagai berikut:--------------------------------

- Cermat dan jelas dalam hal;-------------------------------------------------------

a) tindak pidana yang didakwakan,-----------------------------------------------

b) kualifikasinya (jika ada),---------------------------------------------------------

c) unsur-unsurnya (subyektif dan obyektif),------------------------------------

d) dalam hal hubungan setiap unsur dengan (jalannya) peristiwa yang


menjadi pokok dakwaan.------------------------------------------------------------

- Apabila dakwaan disusun tidak bentuk tunggal, maka pada uraian


peristiwa tindak pidana dalam setiap bentuk dakwaan tidak boleh
sama. Alasannya, setiap uraian peristiwa dalam tiap bentuk dakwaan
harus menggambarkan unsur masing-masing tindak pidana yang
didakwakan. Setiap tindak pidana mengandung unsur yang berbeda.
Uraian peristiwa harus menyesuaikan dengan unsur-unsur tindak pidana
yang didakwakan. Tidak dibenarkan membuat surat dakwaan yang
pada uraian peristiwanya dibuat sama pada setiap bentuk dakwaan.
Surat dakwaan yang demikian dianggap tidak jelas (obscuur
libel).Mahkamah AgungRI dalam pertimbangan suatu putusannya
dapat disimpulkan bahwa melarang mengenai uraian pada dakwaan
subsidair hanya menunjuk pada uraian pada dakwaan primair.”
(Nomor: 74K/Kr/1973: 10-12-1974).------------------------------------------

3. Beberapa Arrest Hoge Raad (H.R.), abstrak hukumnya menyatakan:

a. Hoge Raad dengan arrest-nya tanggal 6 Desember 1943, N. J. 1944


Nomor: 243, telah menguatkan Putusan Rechtbank dan Hof
di‘sGravenhage yang telah menyatakan:----------------------------------------

“Surat dakwaan dari penuntut umum sebagai batal, karena uraian


mengenai tindak pidana yang didakwakan, yakni memberikan
keterangan palsu di bawah sumpah, dianggap tidak lengkap. Dalam
surat dakwaannya itu penuntut umum telah mendakwa terdakwa
memberikan dua keterangan yang saling bertentangan sebagai saksi,
tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang keterangan yang mana adalah
yang palsu.”-------------------------------------------------------------------------

b. Menurut pendapat Hoge Raad dalam Arrest-nya tanggal 1 Oktober 1839,


adalah: “Tidak cukup apabila di dalam surat dakwaan hanya disebutkan
secara umum tentang undang-undang atau peraturan-peraturan yang
telah dilanggar oleh terdakwa, tanpa sesuatu uraian mengenai tindak
pidana tertentu yang telah dilakukan oleh terdakwa.”------------------------

(Drs. P.A.F. Lamintang, S.H., Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana


Dengan Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan Ilmu
Pengetahuan Hukum Pidana, Bandung: Sinar Baru, Cetakan Pertama, 1984,
halaman 321 s.d. 322).--------------------------------------------------------------------

4. Beberapa Putusan-Putusan Mahkamah Agung R.I. abstrak hukumnya


antara lain menyatakan:------------------------------------------------------------

a. Nomor: 492.K/Kr/1983 tanggal 31 Januari 1983 (Y.I. Tahun 1983, Jilid I,


halaman 41 s.d. 45):----------------------------------------------------------------
“Dakwaan tidak cermat, jelas dan lengkap sehingga harus dinyatakan
batal demi hukum.”-----------------------------------------------------------------

b. Nomor: 808.K/Pid/1984 tanggal 29 Juni 1985 (Y.I. Tahun 1985, Jilid I,


halaman 74 s.d. 81): ---------------------------------------------------------------

“Dakwaan tidak cermat, jelas dan lengkap sehingga harus dinyatakan


batal demi hukum.”-----------------------------------------------------------------

Dari uraian di atas, maka suatu surat dakwaan haruslah cermat, jelas dan
lengkap. Apabila suatu surat dakwaan tidak cermat, tidak jelas dan tidak
lengkap, maka surat dakwaan tersebut adalah batal demi hukum.------------------

III. ALASAN-ALASAN EKSEPSI / NOTA KEBERATAN

MAJELIS HAKIM YANG MULIA,

Bahwa dasar Eksepsi/Nota Keberatan TIM PENASIHAT HUKUM


atas Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT UMUM adalah Pasal 156 ayat (1)
KUHAP yang bunyi lengkapnya sebagai berikut:----------------------------------

“Dalam hal terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan


bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan
tidak diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi
kesempatan kepada penuntut umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan.” ------------------------------------------------------------------------------

H.B. Tedjopurnomo, S.H. (Teori-Teori Pembelaan Perkara Pidana


Dalam Praktek, Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981,
Surabaya: Pos Terdepan Bantuan Hukum Indonesia, Cetakan Kedua, 1990,
halaman 90 s.d. 91), antara lain menyatakan:----------------------------------------

“Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 156 KUHAP bahwa


Terdakwa dan penasihat hukumnya dapat mengajukan keberatan atau
eksepsi terhadap surat dakwaan. Istilah keberatan yang digunakan di dalam
Pasal156 KUHAP tersebut adalah sinonim dari eksepsi, sebagaimana juga
istilah pembelaan dengan pleidooi dan tuntutan dengan requisitoir, yang
semuanya mempunyai arti yang sama”. --------------------------------------------

Pokoknya terdapat 3 (tiga) hal yang dapat dinyatakan keberatan atas


Surat Dakwaan berdasarkan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, yaitu :-----------------

1. Keberatan mengenai Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara yang


bersangkutan;-------------------------------------------------------------------------

2. Keberatan mengenai dakwaan tidak dapat diterima; dan------------------------

3. Keberatan mengenai surat dakwaan harus dibatalkan.--------------------------

Dalam Eksepsi / Nota Keberatan ini, TIM PENASIHAT HUKUM


mengajukan dan membahas keberatan atas Surat Dakwaan dengan alasan
Surat Dakwaan pengadilan tidak berwenang mengadili perkara yang
bersangkutan tidak dapat diterima, serta alasan ketidakjelasan,
ketidakcermatan dan/atau ketidaklengkapan yang terdapat dalam Surat
Dakwaan yang menyebabkan Surat Dakwaan harus dibatalkan, yaitu
kaitannya dengan:------------------------------------------------------------------------

A. MENGENAI PENGADILAN TIDAK BERWENANG MENGADILI


PERKARA YANG BERSANGKUTAN;
1. Sdr. PENUNTUT UMUM KELIRU DALAM MENENTUKAN
KEWENANGAN RELATIF PENGADILAN NEGERI YANG
BERWENANG MEMERIKSA DAN MENGADILI PERKARA A
QUO

Bahwa dalam hal ini Sdr. PENUNTUT UMUM keliru dalam


menentukan kewenangan relatif Pengadilan Negeri yang berwenang
memeriksa dan mengadili perkara atas nama terdakwa M. SUTAN ARFAIZ
Alias FAIZ. Pada poin eksepsi ini izinkan TIM PENASIHAT HUKUM
mengutip isi Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT UMUM sebagai berikut:-----
“-------Bahwa ia terdakwa M. SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ,
secara bersama-sama atau bertindak secara sendiri-sendiri dengan Lilis
Suganda Alias Lilis (yang diajukan dalam berkas perkara terpisah) pada
hari Minggu tanggal 14 Agustus, hari Senin tanggal 15 Agustus 2016, hari
Selasa tanggal 16 Agustus 2016 dan hari Rabu tanggal 17 Agustus 2016
atau setidak-tidaknya pada waktu tertentu yang masih dalam bulan
Agustus 2016, bertempat di Immigrant Cafe Jalan Dr, Wahidin,
Kecamatan Medan Aera atau setidak-tidaknya di tempat lain yang
termasuk wilayah hukum Pengadilan Negeri Semu Fh Umsu Medan yang
berwenang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa,”

Sdr. PENUNTUT UMUM menyebutkan bahwa yang berwenang


mengadili perkara a quo ialah PENGADILAN NEGERI SEMU FH UMSU
MEDAN, jika demikian maka Sdr. PENUNTUT UMUM telah melanggar
ketentuan Pasal 84 ayat (2) KUHAP. M. Yahya Harahap (hal. 99-100)
menjelaskan bahwa Pasal 84 Ayat (2) KUHAP menentukan kewenangan
relatif berdasar tempat tinggal sebagian besar saksi. Jika saksi yang hendak
dipanggil sebagian besar bertempat tinggal atau lebih dekat dengan suatu
Pengadilan Negeri maka Pengadilan Negeri tersebut yang paling berwenang
memeriksa dan mengadili. Asas ini diatur dalam Pasal 84 ayat (2) “(dan
sekaligus mengecualikan atau menyingkirkan asas locus delicti)” yang
berbunyi :---------------------------------------------------------------------------------

“Pengadilan negeri yang di dalam daerah hukumnya terdakwa bertempat


tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau ditahan, hanya
berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut, apabila tempat
kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat
pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan pengadilan negeri yang
di dalam daerahnya tindak pidana itu dilakukan.”-----------------------------

Lebih lanjut, M. Yahya Harahap menjelaskan bahwa penerapan asas


tempat kediaman, dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut:-------------------
1) Apabila terdakwa bertempat tinggal di daerah hukum Pengadilan Negeri
di mana sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal.----
Agar asas ini dapat diterapkan, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi:--

a) Terdakwa bertempat tinggal di daerah hukum Pengadilan Negeri yang


bersangkutan.--------------------------------------------------------------------

b) Sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal di


daerah hukum pengadilan negeri tersebut.----------------------------------

Dengan dipenuhinya kedua syarat tersebut, kewenangan relatif mengadili


terdakwa atau memeriksa perkara, beralih dari Pengadilan Negeri tempat
di mana peristiwa pidana terjadi ke Pengadilan Negeri tempat di mana
terdakwa bertempat tinggal.--------------------------------------------------------

2) Tempat kediaman terakhir terdakwa.---------------------------------------------

Syarat yang harus dipenuhi:--------------------------------------------------------

a) Terdakwa berkediaman terakhir di daerah hukum suatu Pengadilan


Negeri.----------------------------------------------------------------------------

b) Sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal di


daerah hukum Pengadilan Negeri tersebut.----------------------------------

Jadi, apabila terdakwa melakukan tindak pidana di suatu daerah hukum


Pengadilan Negeri, akan tetapi ternyata terdakwa berkediaman terakhir di
daerah hukum Pengadilan Negeri yang lain. Demikian pula, saksi-saksi
yang hendak dipanggil sebagian besar bertempat tinggal atau lebih dekat
dengan daerah hukum Pengadilan Negeri tempat kediaman terakhir
terdakwa, asas locus delicti dapat dikesampingkan, dan yang berwenang
mengadili ialah Pengadilan Negeri tempat kediaman terakhir terdakwa.----

3) Di tempat terdakwa diketemukan.-----------------------------------------------


Di samping itu, tempat terdakwa diketemukan dapat dijadikan asas
menentukan kewenangan relatif Penagdilan Negeri dengan jalan
menyampingkan locus delicti dengan syarat:-----------------------------------

a) Terdakwa diketemukan di suatu daerah hukum Pengadilan Negeri,


serta.----------------------------------------------------------------------------

b) Saksi-saksi yang hendak dipanggil kebanyakan bertempat tinggal


atau lebih dekat dengan Pengadilan Negeri tempat di mana terdakwa
diketemukan.-------------------------------------------------------------------

Tempat terdakwa diketemukan dapat mengesampingkan asas locus


delicti apabila sebagian besar saksi yang akan dipanggil bertempat
tinggal atau lebih dekat dengan Pengadilan Negeri tempat di mana
terdakwa diketemukan.------------------------------------------------------------

4) Di tempat terdakwa ditahan.-----------------------------------------------------

Syarat-syaratnya adalah:-----------------------------------------------------------

a) Tempat penahanan terdakwa.------------------------------------------------

b) Saksi-saksi yang hendak diperiksa sebagian besar bertempat tinggal


atau lebih dekat ke Pengadilan Negeri tempat di mana terdakwa
ditahan.-------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan Pasal tersebut, maka jelas bahwa Pengadilan Negeri


Semu Fh Umsu Medan tempat Sdr. PENUNTUT UMUM mengajukan
Surat Dakwaan tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara
ini, karena meskipun Sdr. PENUNTUT UMUM mendalilkan bahwa
terdakwa M. SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ Jalan Setia Budi Gg
Sehati No : 26, Desa Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota
Medan, akan tetapi pada faktanya terdakwa M. SUTAN ARFAIZ
RITONGA Alias FAIZ berdiam terakhir di rumah istri keduanya di Jalan
Mesjid Perumahan Citra Graha Blok J 5, Desa Bandar Klippa, Kecamatan
Percut Sei Tua, Kabupaten Deli Serdang. Selain itu berdasarkan data yang
kami peroleh bahwa saksi-saksi yang diajukan sebagian besar bertempat
tinggal yang berdekatan pada wilayah Pengadilan Negeri Semu Fh Umsu
Lubuk Pakam. Hal ini dikuatkan dengan bukti Kartu Tanda Penuduk para
saksi.(Bukti : T-1;T-2;T-3;T-4;T-5;T-6).------------------------------------------

Sehingga dalam hal ini Pengadilan yang berwenang secara relatif


adalah Pengadilan Negeri Semu Fh Umsu Lubuk Pakam karena asas
Locus Delicti harus di kesampingkan atau di singkirkan atas adanya asas
tempat kediaman sesuai dengan pendapat M. Yahya Harahap.-----------------

Dari uraian di atas, sudah jelas jika Pengadilan Negeri Semu Fh


Umsu Medan tidak berwenang untuk mengadili tindak pidana yang di
dakwakan terhadap terdakwa M. SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ,
sehingga dengan ini kami nyatakan Surat Dakwaan Batal Demi Hukum.----

B. MENGENAI DAKWAAN PENUNTUT UMUM TIDAK DAPAT


DITERIMA.

Undang-undang memang tidak menjelaskan apa yang dimaksud


Dakwaan Tidak Dapat Diterima. Akan tetapi dari Jurisprudensi dan praktik
Hukum Acara Pidana yang dijalankan sejak berlakunya KUHAP sebagai
masterpiece dari Hukum Acara Pidana Indonesia, maka yang termasuk
kategori Dakwaan Tidak Dapat Diterima, adalah apabila Surat Dakwaan yang
diajukan mengandung “cacat formal” atau mengandung “kekeliruan
beracara” (error in procedure), salah satu diantaranya adalah pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana terdapat pasa pasal 56 ayat (1) KUHAP
Yang Disebutkan di buku Dr. Ramelan, SH (Mantan Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus), Diktat Teknik Menyusun Eksepsi, April 2007, yang
menjadi bahan kuliah Praktik Hukum Acara Pidana Universitas Trisakti.------
Untuk itu, dengan ini TIM PENASIHAT HUKUM akan
menyampaikan Eksepsi bahwa Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT UMUM
seharusnya dinyatakan Tidak Dapat Diterima (De Officier Van Justitie Is Niet
Onvankelijk), dengan argumentasi hukum (legal reasoning) sebagai berikut:--

1. PELANGGARAN TERHADAP KETENTUAN SEBAGAIMANA


TERDAPAT PASA PASAL 56 AYAT (1) KUHAP OLEH PENYIDIK
KEPOLISIAN ATAU “PELANGGARAN MIRANDA RULE”

Bahwa dalam perkara yang kita hadapi saat ini, poin kedua eksepsi
yang akan kami ajukan selaku TIM PENASIHAT HUKUM terdakwa M.
SUTAN ARFAIZ Alias FAIZ adalah eksepsi atas dilakukannya pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana terdapat pasa Pasal 56 ayat (1) KUHAP oleh
penyidik kepolisian dalam perkara ini, yang lebih dikenal dengan
“Pelanggaran Miranda Rule” dalam proses peradilan, dengan alasan sebagai
berikut :------------------------------------------------------------------------------------

 Tersangka diancam dengan pidana penjara masksimal 15 Tahun penjara.---

 Dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP, penyidik WAJIB menunjuk Penasihat


Hukum bagi Tersangka/Terdakwa.------------------------------------------------

 Fakta hukum menunjukkan ternyata penyidik Polri dalam perkara ini telah
melalaikan kewajibannya dalam menunjuk penasihat hukum bagi
tersangka / terdakwa.----------------------------------------------------------------

Dalam “due process of law” sekalipun pihak Kepolisian dalam


menjalankan fungsi penyelidikan dan penyidikan telah diberi hak istimewa
oleh undang-undang atau hak privillege berupa : memanggil, memeriksa,
menahan, menangkap, menggeledah, menyita terhadap dan dari diri tersangka,
akan tetapi di dalam melaksanakan hak-haknya tersebut pihak kepolisian
harus taat dan tunduk kepada prinsip The Right of Due Process, yaitu
tersangka berhak diselidik dan/atau disidik atas landasan “sesuai dengan
hukum acara”.-----------------------------------------------------------------------------
Bertitik tolak dari asas ini, Polri dalam melaksanakan fungsi dan
kewenangan “penyidikan”, harus berpatokan dan berpegang teguh pada
ketentuan khusus yang telah diatur dan dituangkan pada Hukum Acara Pidana
(Criminal Procedure) sebagaimana terdapat pada Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 atau dikenal dengan istilah KUHAP.----------------------------------

Konsep due process merupakan bagian integral dari upaya


menjunjung tinggi supremasi hukum dalam menangani suatu tindak pidana
yang pelaksanaannya harus berpedoman dan menghormati doktrin
inkorporasi yang memuat berbagai hak yang antara lain telah dirumuskan
pada BAB VI KUHAP, yang salah satunya adalah hak untuk mendapatkan
bantuan hukum seperti termaktub pada Pasal 54 KUHAP.------------------------

Namun, khusus untuk sangkaan/dugaan/dakwaan yang diancam


dengan hukuman pidana penjara maksimal 15 tahun atau lebih, sebagaimana
yang sekarang didakwakan kepada terdakwa M. SUTAN ARFAIZ Alias
FAIZ, tersangka seharusnya bukan hanya sekedar diberitahu belaka tentang
haknya untuk mendapat bantuan hukum seperti tersebut pada Pasal 54 Jo
Pasal 114 KUHAP. Lebih dari itu, tersangka harus menerima haknya untuk
mendapatkan bantuan hukum sejak dari awal proses penyidikan seperti
ditegaskan dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menegaskan :-----------------

“Pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam


proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka”.--------

Kewajiban untuk menunjuk penasihat hukum sebagaimana terdapat


pada Pasal 56 ayat (1) KUHAP ini adalah suatu kewajiban yang bersifat
imperative, dan apa yang terdapat pada Pasal 56 ayat (1) KUHAP ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari asas “presumption of
innocence” dan hak-hak asasi serta berkaitan dengan pengembangan Miranda
Rule yang juga telah diadaptasi dalam KUHAP, seperti :--------------------------

 Melarang penyidik melakukan praktik pemaksaan yang kejam untuk


memperoleh “pengakuan” (brutality to coerce confession).-------------------
 Melarang penyidik melakukan intimidasi kejiwaan (psychological
intimidation).-------------------------------------------------------------------------

Berbarengan dengan larangan dimaksud, tersangka diberikan hak


untuk diperingatkan “hak konstitusionalnya” yang disebut dengan Miranda
Warning antara lain :--------------------------------------------------------------------

 Hak untuk tidak menjawab ( a right to remain silent).-------------------------

 Hak didampingi penasihat hukum (a right to the presence of an attorney).-

Namun, khusus untuk ketentuan sebagaimana diatur pada Pasal 56


ayat (1) KUHAP, sekali lagi kami tegaskan bahwa penyidik tidak hanya
wajib memberitahukan akan hak tersangka untuk mendapatkan bantuan
hukum, namun dalam hal ini penyidik wajib untuk menunjuk penasihat
hukum bagi tersangka. Dan, apabila terjadi setelah adanya penunjukan
penasihat hukum oleh penyidik, tersangka menolak untuk didampingi
penasihat hukum, guna menciptakan penegakan hukum yang transparan,
maka hal penolakan oleh tersangka ini seharusnya terjadi setelah penyidik
melaksanakan kewajibannya untuk menunjuk penasihat hukum. Sedangkan,
bila memang ada penolakan ini dari tersangka, demi terciptanya suatu
kejujuran dalam proses penegakan hukum (law enforcement), penolakan oleh
tersangka ini seharusnya dilakukan dan/atau diketahui langsung di hadapan
penasihat hukum yang telah ditunjuk oleh penyidik tersebut dengan terlebih
dahulu penyidik kepolisian menghadapkan penasihat hukum tersebut kepada
tersangka/terdakwa bukan hanya dengan memberikan surat pernyataan tidak
menginginkan seorang penasihat hukum sebagaimana banyak kita temui
dalam praktek peradilan pidana selama ini.------------------------------------------

Adapun yang menjadi kebiasaan dalam praktek selama ini, ternyata


penyidik hanya berusaha untuk membuat dan mendapatkan “Surat Pernyataan
Tersangka Yang Isinya Tidak Bersedia Didampingi Penasihat Hukum”.
Padahal, sekalipun surat pernyataan dari tersangka ini ada, seharusnya tidak
dapat melumpuhkan dan/atau menghilangkan ketentuan undang-undang yang
mewajibkan pejabat yang bersangkutan untuk menunjuk penasihat hukum
bagi tersangka sebagaimana ditegaskan Pasal 56 ayat (1) KUHAP.--------------

Dari segi pendekatan formalistic legal thingking, ketentuan Pasal 56


ayat (1) KUHAP, sebagaimana dijelaskan dalam buku M. Yahya Harapah,
SH, berjudul “Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP” hal. 327,
Penerbit Sinar Grafika, Tahun 2000, menerangkan Pasal 56 ayat (1) KUHAP
mengandung berbagai aspek permasalahan hukum yaitu :-------------------------

1. Mengandung aspek nilai HAM, sesuai dengan deklarasi “universal” HAM


yang menegaskan bahwa hadirnya penasihat hukum mendampingi
tersangka atau terdakwa merupakan nilai yang inheren pada diri manusia.
Dengan demikian mengabaikan hak ini bertentangan dengan nilai HAM;--

2. Pemenuhan hak ini dalam proses peradilan pada semua tingkat


pemeriksaan, menjadi kewajiban bagi pejabat yang bersangkutan,
sehingga mengabaikan ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP ini
mengakibatkan hasil pemeriksaan tidak syah dan batal demi hukum;--------

3. Bahwa Pasal 56 ayat (1) KUHAP sebagai ketentuan yang bernilai HAM
telah diangkat menjadi salah satu patokan MIRANDA RULE atau
MIRANDA PRINCIPLE, yang menegaskan apabila pemeriksaan
penyidikan, penuntutan, atau persidangan, tersangkat atau terdakwa tidak
didampingi penasihat hukum, maka sesuai dengan MIRANDA RULE,
pemeriksaan adalah tidak syah atau batal demi hukum (null and void).-----

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan;

Dakwaan Jaksa Penunut Umum dalam perkara ini yang pada


Dakwaan Kesatu telah menjerat terdakwa dengan Pasal 2 ayat (2) UU RI
No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang jo Pasal 7 ayat (2) UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang jo Pasal 17 UU RI
No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana dengan ancaman pidana
maksimal seumur hidup dan Pasal 2 ayat (1) UU RI No. 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang jo Pasal 17
UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana dengan
ancaman pidana maksimal penjara seumur hidup mengharuskan penyidik
memerhatikan dan melaksanakan ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP dalam
melakukan proses penyidikan pada diri terdakwa.----------------------------------

Dalam tahap konsultasi penyidik dengan Sdr. PENUNTUT UMUM


dalam menangani perkara ini, Sdr. PENUNTUT UMUM sudah seharusnya
dapat mengingatkan penyidik tentang hak tersangka sebagaimana dimaksud
pasal 56 ayat (1) KUHAP, namun hal ini diduga kuat tidak dilakukan Jaksa
Penuntut Umum, oleh karena itu Jaksa Penuntut Umum tidak bisa
melepaskan tanggung jawabnya begitu saja terhadap pelanggaran Miranda
Rule seperti dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Dengan tidak
ditunjuknya penasihat hukum oleh pejabat penyidik terhadap
tersangka/terdakwa, maka penyidik telah melakukan pelanggaran terhadap
KUHAP dalam proses penyidikan terhadap tersangka/terdakwa, khususnya
pelanggaran terhadap Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Pelanggaran yang dilakukan
pejabat penyidik dalam perkara ini merupakan suatu pelanggaran yang
prinsipil dalam Hukum Acara Pidana yang merupakan rule of the game
penegakan hukum pidana, sehingga dengan demikian hasil BAP penyidik
yang dijadikan dasar penyusunan surat dakwaan oleh Jaksa Penuntut
Umum adalah tidak berdasarkan hukum.------------------------------------------

Bahwa, mengingat Miranda Rule yang diatur dalam Pasal 56 ayat (1)
KUHAP bersifat imperative, maka mengabaikan ketentuan ini mengakibatkan
Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT UMUM Tidak Dapat Diterima serta
mengakibatkan “hasil penyidikan tidak syah atau illegal”. Hal mana,
pendirian dan penerapan yang seperti ini telah dikukuhkan dalam salah satu
Putusan Peradilan Mahkamah Agung RI, yaitu Putusan MARI Nomor : 1565
K / Pid/1991 tanggal 16 September 1993, dalam kasus ini proses pemeriksaan
penyidikan melanggar ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP yaitu penyidikan
berlanjut terhadap tersangka tanpa didampingi TIM PENASIHAT
HUKUM.---------------------------------------------------------------------------------

Bahwa atas dasar hal-hal yang kami sampaikan diatas selaku TIM
PENASIHAT HUKUM terdakwa, dapatlah kiranya disimpulkan bahwa
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari penyidik Polri dalam perkara ini
terhadap terdakwa M. SUTAN ARFAIZ Alias FAIZ Bin BINSAR
HALOMOAN RITONGA adalah illegal karena proses penyidikan tanpa
didampingi penasihat hukum, dan oleh karenanya Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum terhadap diri terdakwa yang dibuat atas dasar BAP tesebut
adalah cacat hukum.--------------------------------------------------------------------

B. MENGENAI SURAT DAKWAAN HARUS DIBATALKAN

MAJELIS HAKIM YANG MULIA,

Pada bagian ini, perkenankanlah TIM PENASIHAT HUKUM untuk


mengurai dan memperlihatkan bahwa Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT
UMUM merupakan surat dakwaan yang tidak cermat, tidak jelas dan tidak
lengkap sehingga wajib dan harus dinyatakan batal demi hukum.----------

1. TIDAK JELAS DAN KABUR TENTANG DAKWAAN "BERSAMA-


SAMA" MELAKUKAN, MENYURUH METAKUKAN, DAN TURUT
SERTA MElAKUKAN

Dakwaan PRIMAIR Sdr. PENUNTUT UMUM alenia pertama


berbunyi “-------Bahwa ia terdakwa M. SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias
FAIZ, secara bersama-sama atau bertindak secara sendiri-sendiri dengan
Lilis Suganda Alias Lilis (yang diajukan dalam berkas perkara terpisah)
pada hari Minggu tanggal 14 Agustus, hari Senin tanggal 15 Agustus 2016,
hari Selasa tanggal 16 Agustus 2016 dan hari Rabu tanggal 17 Agustus 2016
atau setidak-tidaknya pada waktu tertentu yang masih dalam bulan Agustus
2016, bertempat di Immigrant Cafe Jalan Dr, Wahidin, Kecamatan Medan
Aera atau setidak-tidaknya di tempat lain yang termasuk wilayah hukum
Pengadilan Negeri Semu Fh Umsu Medan yang berwenang memeriksa dan
mengadili perkara terdakwa,, baik orang yang melakukan, yang menyuruh
melakukan atau turut serta melakukan perbuatan......dst”

Kemudian Dakwaan SUBSIDIAIR alinea pertama berbunyi “-----


--Bahwa ia terdakwa M. SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ, secara
bersama-sama atau bertindak secara sendiri-sendiri dengan Lilis Suganda
Alias Lilis (yang diajukan dalam berkas perkara terpisah) pada hari Minggu
tanggal 14 Agustus, hari Senin tanggal 15 Agustus 2016, hari Selasa tanggal
16 Agustus 2016 dan hari Rabu tanggal 17 Agustus 2016 atau setidak-
tidaknya pada waktu tertentu yang masih dalam bulan Agustus 2016,
bertempat di Immigrant Cafe Jalan Dr, Wahidin, Kecamatan Medan Aera
atau setidak-tidaknya di tempat lain yang termasuk wilayah hukum
Pengadilan Negeri Semu Fh Umsu Medan yang berwenang memeriksa dan
mengadili perkara terdakwa, baik orang yang melakukan, yang menyuruh
melakukan atau turut serta melakukan perbuatan perekrutan......dst”

Dakwaan tersebut adalah tidak jelas dan kabur berdasarkan analisis


yuridis sebagai berikut: Pada dakwaan baik PRIMAIR maupun SUBSIDIAIR
tersebut, Terdakwa didakwa melakukan perbuatan pidana secara bersama-
sama dengan Lilis Suganda Alias Lilis, akan tetapi dalam kalimat yang sama
Terdakwa sekaligus juga didakwa sebagai telah melakukan, menyuruh
lakukan, atau turut melakukan, yang pada dasarnya hanyalah pengutipan
bunyi pasal-pasal yang didakwakan saja. Rangkaian kalimat yang disusun
JPU membingungkan (kabur/tidak jelas) sehingga adalah tidak jelas apakah:--

A. Apakah Terdakwa, dan Lilis Suganda Alias Lilis u bersama-sama melakukan


tindak pidana? Atau--------------------------------------------------------------------
B. Apakah Terdakwa dan Lilis Suganda Alias Lilis h itu bersama-sama
menyuruh lakukan? Atau-------------------------------------------------------------
C. Apakah Terdakwa. Lilis Suganda Alias Lilis itu bersama-sama turut serta
lakukan? Atau---------------------------------------------------------------------------
D. Terdakwa melakukan, sedangkan Lilis Suganda Alias Lilis turut serta
melakukan? Ataukah-------------------------------------------------------------------
E. Terdakwa yang menyuruh Lilis Suganda Alias Lilis melakukan?---------------

Sdr. PENUNTUT UMUM dalam membuat Surat Dakwaan baik


PRIMAIR maupun SUBSIDIAIR telah mencampur-adukan berbagai bentuk
penyertaan (deelneming) pada satu orang terdakwa sehingga dakwaan
menjadi kabur dan tidak jelas. Dengan mendasarkan pada rumusan
dakwaan Sdr. PENUNTUT UMUM diatas maka Terdakwa adalah sebagai
orang yang melakukan (pleger) dan sekaligus menyuruh melakukan (doen
pleger), serta sebagai orang yang turut serta melakukan (medepleger).------

Susunan dakwaan Sdr. PENUNTUT UMUM juga dapat berarti


bahwa Terdakwa dan Lilis Suganda Alias Lilis Binti Junaedi Abdullah
bersama-sama menyuruh lakukan. Hal ini menjadikan dakwaan tidak jelas,
"siapa yang disuruh" bila keduanya adalah sebagai orang yang menyuruh?--

Ketidakjelasan dan kekaburan yang lain adalah mengenai tempus


delicti. Antara orang yang menyuruh melakukan (doen pleger) dengan
orang yang melakukan (pleger) dapat mempunyai tempus delicti tersendiri.
Menyuruh melakukan (doen pleger), tempus delicti-nya tentu lebih dahulu
dari yang melakukan (pleger), namun karena hal ini tidak diuraikan oleh
Sdr. PENUNTUTUMUM, maka perihal tempus ini adalah tidak jelas. Sdr.
PENUNTUTUMUM dalam dakwaan PRIMAIR mendakwakan bahwa
Terdakwa dan Lilis Suganda Alias Lilis Binti Junaedi Abdullah telah
bersama-sama melakukan tindak pidana, namun keadaan "bersama-sama"
sebagai unsur tindak pidana hanya disebutkan begitu saja dalam surat
dakwaan tanpa penjelasan lebih lanjut, sehingga adalah tidak jelas bersama-
sama yang bagaimana yang dimaksud Sdr. PENUNTUT UMUM. Apakah
Terdakwa dan Lilis Suganda Alias Lilis Binti Abdullah bersama-sama
melakukan (pleger)? Atau apakah Terdakwa bersama-sama dengan Lilis
Suganda Alias Lilis Binti Abdullah sebagai orang yang turut melakukan
(mede-pleger), Jika yang terakhir yang dimaksud maka ketidakjelasan yang
lain akan muncul, yaitu siapakah "pleger"-nya jika sama-sama sebagai orang
yang turut melakukan (mede pleger)?----------------------------------------------

Berpijak pada alasan yuridis tersebut maka sudah selayaknya


MAJELIS HAKIM YANG MULIA membatalkan Surat Dakwaan Sdr.
PENUNTUT UMUM.-----------------------------------------------------------------

2. SURAT DAKWAAN Sdr. PENUNTUT UMUM TIDAK BERDASAR


"BAP"

3. SURAT DAKWAAN Sdr. PENUNTUT UMUM PREMATUR

Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) seyogyanya


mudah dibuktikan apabila adanya saksi korban dalam perkara tersebut,
namun halnya beda dengan perkara yang sedang dialami oleh Terdakwa,
dikarena Soraya Sakinah yang diduga menjadi korban Tindak Pidana
Perdagangan Orang telah meninggal dunia. Sehingga si korban tidak dapat
dimintai keterangangannya dalam hal ini. Baik dari Tahap Penyelidikan,
Penyidikan dan Penuntutan dilakukan dengan sangat cepat, padahal kita
ketahui di dalam berkas perkara tidak ada satupun saksi yang mengetahui
peristiwa secara utuh. Berdasarkan hal tersebut sudah selayaknya tahap
Penyelidikan, Penyidikan dan Penuntutan tidak dilakukan secepat ini dan
harusnya diperpanjang. Oleh karena itu Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT
UMUM selayaknya belum diajukan, karena nyata-nyata tidak ada saksi fakta
yang mengetahui peristiwa ini secara utuh sehingga dalam perkara ini
semakin rumit dalam menemukan kebenaran sejati.--------------------------------
Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT UMUM seperti ini adalah Surat
Dakwaan premature, karena nyata nyata tidak lengkap dan selayaknya untuk
dinyatakan dibatalkan oleh MAJELIS HAKIM Pemeriksa Perkara.---------

4. URAIAN SURAT DAKWAAN Sdr. PENUNTUT UMUM YANG


“SPEKULATIF”
MAJELIS HAKIM YANG MULIA, pada poin Nota Keberatan /
Eksepsi kami yang terakhir ini, izinkanlah kami TIM PENASIHAT
HUKUM untuk kembali mengutip isi Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT
UMUM yang menyatakan bahwa “...... Selanjutnya sekitar Pukul 16.00 WIB
Soraya Sakinah pulang dari rumah Lilis Suganda, Lalu Lilis Suganda yang
sebelumnya disuruh oleh Bosnya yaitu terdakwa untuk mencari pekerja
langsung menghubungi terdakwa via SMS (Short Message Service) “Bos, ini
ada pekerja” lalu terdakwa membalas “oke, mantap. Bawak saja ke tempat
biasa ya!. . . .dst”

Surat Dakwaan Sdr. PENUNTUT UMUM tersebut merupakan


dakwaan yang kabur, tidak jelas, dan spekulatif, karena penyusunan Surat
Dakwaan tersebut hanya didasarkan anggapan dari Sdr. PENUNTUT
UMUM saja, tanpa didasarkan pada suatu hasil pemeriksaan maupun uraian
yang yang melatar belakangi keadaan yang dinyatakan oleh Sdr
PENUNTUT UMUM. Tanpa dasar dan alasan yang jelas, secara spekulatif
telah menyatakan bahwa Lilis Suganda telah disuruh oleh Terdakwa untuk
mencari atau merekrut orang tetapi Sdr. PENUNTUT UMUM tidak
menguraikan kapan terdakwa menyuruh Lilis Suganda, dan Jika memang
Lilis Suganda disuruh oleh terdakwa apakah ada Lilis Suganda mendapat
imbalan? Jawabnya adalah TIDAK. Sdr. PENUNTUT UMUM tidak
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kemudian SMS (Short
Message Service) yang dikirim oleh Lilis Suganda ke terdakwa tidak sama
sekali menunjukan bahwa terdakwa yang menyuruh Lilis Suganda untuk
merekrut orang. Melainkan SMS (Short Message Service) tersebut
menunjukan Lilis Suganda lah yang menawarkan seorang pekerja yaitu
Soraya Sakinah.--------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan uraian-uraian TIM PENASIHAT HUKUM tersebut


sudah cukup membuktikan bahwa Surat Dakwaan yang disusun oleh Jaksa
Penuntut Umum dinyatakan Batal Demi Hukum.---------------------------------

V. PERMOHONAN

MAJELIS HAKIM YANG MULIA,

Berdasar uraian dan berpijak pada peraturan perundang-undangan,


Arrest-Arrest Hoge Raad, Putusan-Putusan Mahkamah Agung R.I. dan
pendapat para Ahli tersebut di atas, dengan kerendahan hati dan penuh rasa
hormat ijinkan TIM PENASIHAT HUKUM M. SUTAN ARFAIZ
RITONGA Alias FAIZ Bin BINSAR HALOMOAN RITONGA.------------

MEMOHON

Agar MAJELIS HAKIM YANG MULIA yang memeriksa, mengadili dan


memutus perkara ini.--------------------------------------------------------------------

MEMUTUSKAN

PRIMAIR

1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi / Nota Keberatan TIM PENASIHAT


HUKUM terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Semu Fh Umsu Medan No. Reg. Perk : PDM-819 / Euh.2 / Mdn / Mdn / 07 /
2016 tertanggal 12 November 2016 untuk seluruhnya;----------------------------

2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Semu


Fh Umsu Medan No. Reg. Perk : PDM-819 / Euh.2 / Mdn / Mdn / 07 / 2016
tertanggal 12 November 2016 tidak dapat diterima (De officier is niet
onvankelijk) atau setidak-tidaknya batal demi hukum;---------------------------

3. Mengembalikan hak-hak, kemampuan, kedudukan, harkat dan martabat M.


SUTAN ARFAIZ RITONGA Alias FAIZ;----------------------------------------

4. Menyatakan membebankan biaya perkara ini kepada Negara.--------------------

SUBSIDIAIR

Atau apabila Majelis Hakim Yang Mulia atas dasar pertimbangannya


berpendapat lain, Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa memohon
Putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).-----------------------------------

Demikian Eksepsi / Nota Keberatan terhadap Surat Dakwaan Sdr.


PENUNTUT UMUM ini, dengan hormat TIM PENASIHAT HUKUM
ajukan dan serahkan kepada MAJELIS HAKIM YANG MULIA pada hari
ini Rabu , 30 November 2017 untuk mendapatkan Putusan yang jujur,
obyektif, adil dan pasti.-----------------------------------------------------------------

Medan, 30 November 2016

TIM PENASIHAT HUKUM

TOMMY AULYA TARIGAN, SH, MH


TOHA SATRIA NEGARA, SH, MH

Anda mungkin juga menyukai