Anda di halaman 1dari 15

SATRIO & JO

LAWFIRM
Jl. Gubernur Suryo No. 23, Kel. Babatan Kec. Genteng,
SURABAYA 60227
Telp : (031) 991223 Fax : (031) 9912233
Email : joandsatrioLawFirm@gmail.com

EKSEPSI
(NOTA KEBERATAN)
ATAS DAKWAAN PENUNTUT UMUM

JUSTITIAE NON EST NEGANDA, NON DIFFERENDA


“Keadilan tidak dapat disangkal atau ditunda”

Nomor: PDM-122/SBY/II/2020

Atas Nama Terdakwa

FARHAN ADIN bin SUNARSO


Diajukan Oleh Penasihat Hukum:

1.Filbert Jonathan, S.H., M.H. NIA. 06. 3560

2. Satrio Budhi Aristo, S.H., M.H. NIA. 05. 3090

DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

No. Reg. Perkara:101/Pid.B/2019/PN.SBY


IDENTITAS TERDAKWA

Nama : FARHAN ADIN bin SUNARSO

Tempat Lahir : Banyuwangi

Tanggal Lahir : 01 Januari 2000

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jalan Blimbingsari Nomor 20, Kel. Rogojampi

Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Pendidikan : SMA

STATUS PENAHANAN

- Penahanan oleh Penyidik tanggal 21 Februari 2020 s/d 12 Maret 2020


- Perpanjangan penahanan oleh Penuntut Umum tanggal 13 Maret 2020 s/d 21
April 2020

Kepada Yth,

2
Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Pidana

Register Perkara Nomor 101/Pid.B/2020/PN.SBY

Pengadilan Negeri Surabaya

Jalan Arjuno No.16-18, Kel. Sawahan, Kec. Sawahan, Surabaya 60251

di Surabaya

Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1.Filbert Jonathan, S.H., M.H. NIA. 06.3560

2. Satrio Budhi Aristo, S.H., M.H. NIA. 05.3090

Para Advokat dari kantor Advokat dan Konsultan Hukum “Satrio & Jo Law Firm.”
yang beralamat di Jalan Gubernur Suryo Nomor 23, Kel. Babatan, Kec. Genteng, Kota
Surabaya, berdasarkan Surat Kuasa Khusus dan bermaterai cukup Nomor: 131/SK/III/2020
tertanggal 23 Februari 2020 yang dalam hal ini bertindak sebagai Penasihat Hukum atas
nama Terdakwa FARHAN ADIN bin SUNARSO yang berkedudukan di Jalan Blimbingsari
Nomor 20, Kel. Rogojampi, Kec. Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Setelah mempelajari dengan
seksama Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor PDM-122/SBY/II/2020 atas nama
FARHAN ADIN bin SUNARSO. Dengan ini kami sampaikan Nota Keberatan (EKSEPSI)
sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim Yang Mulia,

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,

Saudara Terdakwa dan hadirin sidang yang kami hormati

Serta sidang yang kami muliakan

Terlebih dahulu, perkenankan kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa atas


nama FARHAN ADIN BIN SUNARSO. Mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas kesempatan yang diberikan oleh Yang Kuasa untuk menyampaikan Nota
Keberatan (Eksepsi) kami terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum. Kami selaku
Penasihat Hukum Terdakwa juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Majelis
Hakim Yang Mulia atas kesempatan yang diberikan kepada kami selaku Penasihat
Hukum Terdakwa untuk mengajukan Nota Keberatan (Eksepsi) terhadap Surat Dakwaan
Penuntut Umum Nomor PDM-122/SBY/II/2020 nama Terdakwa FARHAN ADIN BIN

3
SUNARSO, Eksepsi ini kami ajukan dengan pertimbangan bahwasannya terdapat hal-hal
prinsipal yang perlu kami sampaikan demi tegaknya hukum, kebenaran, dan keadilan dan
demi memastikan terpenuhinya keadilan yang menjadi Hak Asasi Manusia, sebagaimana
tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi Universal HAM (DUHAM), Pasal 14 ayat (1)
Konvenan Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi menjadi Undang-Undang Nomor
12 tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant on Civil and Political Rights
(Konvenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28
D ayat (1) UUD 1945, Pasal 7 dan Pasal 8 TAP MPR No. XVII Tahun 1998 Tentang Hak
Asasi Manusia, Pasal 17 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, dimana semua orang adalah sama dimuka hukum dan tanpa diskriminasi
apapun serta berhak atas perlindungan hukum yang sama.

Pengajuan Eksepsi atau keberatan ini juga didasarkan pada hak Terdakwa
sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP yang mengatur sebagai berikut:

“Dalam hal Terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa Pengadilan
tidak berwenang mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat
dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan oleh Jaksa Penuntut Umum
untuk menyatakan pendapatnya Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk
selanjutnya mengambil keputusan".

Pengajuan eksepsi yang kami buat ini, sama sekali tidak mengurangi rasa hormat
kami kepada Jaksa Penuntut Umum yang sedang melaksanakan fungsi dan juga
profesinya, serta juga pengajuan eksepsi ini tidak semata–mata mencari kesalahan dari
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum ataupun menyanggah secara apriori dari materi ataupun
hal-hal formal dalam dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum. Namun ada hal
yang sangat fundamental untuk dapat diketahui Majelis Hakim dan saudara Jaksa
Penuntut Umum demi tegaknya keadilan sebagaimana semboyan yang selalu kita
junjung bersama selaku penegak hukum yakni Fiat Justitia Ruat Caelum.

Pengajuan eksepsi ini bukan untuk memperlambat jalanya proses peradilan ini,
sebagaimana disebutkan dalam Asas Trilogi peradilan. Namun sebagaimana disebutkan
diatas, bahwa pembuatan dari eksepsi ini mempunyai makna serta tujuan sebagai
Penyeimbang dari Surat Dakwaan yang disusun dan dibacakan dalam sidang. Kami
selaku Penasihat Hukum Terdakwa percaya bahwa Majelis Hakim akan
mempertimbangkan dan mencermati segala masalah hukum tersebut, sehingga dalam
keberatan ini kami mencoba untuk menggugah hati nurani Majelis Hakim agar tidak
semata –mata melihat permasalahan ini dari kacamata atau sudut pandang yuridis
atau hukum positif yang ada semata, namun menekankan nilai nilai keadilan yang
hidup didalam masyarakat yang tentunya dapat meringankan hukuman terdakwa.

Sebelum melangkah pada proses yang lebih jauh lagi maka perkenankan kami
selaku kuasa hukum untuk memberikan suatu adagium yang mungkin bisa dijadikan
salah satu pertimbanganmajelis hakim yaitu “ dakwaan merupakan unsur penting

4
hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu hakim
akan memeriksa surat itu “.( Prof. Andi Hamzah, S.H ).

Terhadap hal tersebut, maka Jaksa Penuntut Umum sebagai penyusun Surat
Dakwaan harus mengetahui dan memahami benar kronologi peristiwa yang menjadi
fakta dakwaan, apakah sudah cukup berdasar untuk dapat dilanjutkan ke tahap
pengadilan ataukah fakta tersebut tidak seharusnya diteruskan karena memang secara
materiil bukan merupakan tindak pidana. Salah satu fungsi hukum adalah menjamin agar
tugas Negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat bisa terlaksana dengan baik dan
mewujudkan keadilan yang seadil adilnya dan hukum menjadi panglima untuk
mewujudkan sebuah kebenaran dan keadilan. Melalui uraian ini kami mengajak Majelis
Hakim yang terhormat dan Jaksa Penuntut Umum bisa melihat permasalahan secara
menyeluruh (komprehensif) dan tidak terburu-buru serta bijak, agar dapat sepenuhnya
menilai ulang FARHAN ADIN bin SUNARSO sebagai terdakwa dalam perkara ini dan
kami selaku kuasa hukum juga memohon kepada Majelis Hakim dalam perkara ini untuk
memberikan keadilan hukum yang seadil-adilnya.

II. URAIAN DAKWAN

KESATU

PRIMAIR

Bahwa ia terdakwa FARHAN ADIN pada hari Sabtu 15 Februari 2020 atau setidak-
tidaknya pada waktu-waktu lain dalam bulan Februari 2020 yang bertempat di Jalan Kalidami
No. 11C, Surabaya atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam
daerah hukum pengadilan negeri Surabaya, telah melakukan tindak pidana dengan sengaja
dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain Yang dilakukan dengan
cara sebagai berikut:

● Bahwa pada tanggal 7 Januari 2020, FARHAN ADIN ditolak oleh AZMIL
MUFTAKHOR dengan kasar sehingga menimbulkan rasa dendam dalam diri
FARHAN ADIN;
● Bahwa pada tanggal 4 Februari 2020, Ketika FARHAN ADIN, ANANTHA
WIKRAMA, DANIEL GLORI ingin pulang, tiba - tiba FARHAN ADIN
menghampiri GHEA AURELLIA untuk mengajak mengobrol berdua.
FARHAN ADIN mengungkapkan kebenciannya terhadap AZMIL
MUFTAKHOR. Kemudian, FARHAN ADIN menceritakan terkait di hari
hilangnya motor GHEA AURELLIA, PUTU SANDHYA menginap di
kontrakan GHEA berdua saja. Setelah memastikan kebencian GHEA
AURELLIA terhadap AZMIL MUFTAKHOR, FARHAN ADIN mengajak
GHEA AURELLIA untuk bersekongkol dalam merencanakan pembunuhan
terhadap AZMIL MUFTAKHOR. GHEA AURELLIA yang tidak ingin
terlibat secara langsung dalam rencana pembunuhan, menawarkan bantuan
pasif kepada FARHAN ADIN. GHEA AURELLIA memberikan informasi

5
mengenai tata letak kontrakan guna mempermudah jalannya pembunuhan.
Mereka berdua menetapkan tanggal 15 Februari 2020 sebagai hari
pembunuhan AZMIL MUFTAKHOR;
● Bahwa pada tanggal 14 Februari 2020, FARHAN ADIN pergi membeli obat
bius chloroform di pasar gelap secara online sebanyak satu botol (25 ml)
dengan harga Rp 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) dengan bukti chat
kepada nomor ter-enkripsi;
● Bahwa pada tanggal 15 Februari 2020, Untuk mempermudah jalannya
pembunuhan, GHEA AURELLIA beralasan pergi bersama PUTU SANDHYA
untuk merayakan valentine di Batu dengan menginap di Hotel Singosari
sehingga meninggalkan AZMIL MUFTAKHOR sendiri di kontrakan.
FARHAN ADIN datang ke kontrakan AZMIL MUFTAKHOR dengan dalih
ingin berbincang-bincang mengenai perkuliahan hingga UKM Badminton.
FARHAN ADIN meminta AZMIL MUFTAKHOR untuk menyediakan
makanan dan minuman. Akhirnya, AZMIL MUFTAKHOR mengambil
makanan dan minuman di dapur. Ketika AZMIL MUFTAKHOR kembali dari
dapur, ia kaget karena tidak ditemukan keberadaan FARHAN ADIN di ruang
tamu. Tiba - tiba dari belakang AZMIL MUFTAKHOR, FARHAN ADIN
membekap mulut dan hidung AZMIL dengan kuat sehingga AZMIL
MUFTAKHOR tidak berdaya, mengingat perbandingan postur tubuh antara
FARHAN ADIN dan AZMIL MUFTAKHOR yang sangat berbeda jauh. Hal
itu menyebabkan AZMIL MUFTAKHOR pingsan kurang selang 5 menit
kemudian. Setelah memastikan AZMIL MUFTAKHOR telah tak sadarkan
diri, FARHAN ADIN mengambil pisau yang biasa digunakan untuk
memotong daging di dapur sesuai rencana dan informasi yang diberikan
GHEA AURELLIA. FARHAN ADIN menusuk bagian ulu hati AZMIL
MUFTAKHOR dengan menggunakan pisau yang diambilnya dari dapur.
FARHAN ADIN menyalakan keran air di bak mandi hingga penuh demi
menghilangkan bau busuk dari mayat dan selanjutnya menaruh mayat AZMIL
MUFTAKHOR disana. FARHAN ADIN mengambil beberapa peralatan untuk
menghilangkan bercak dan bau darah di lantai seperti, kain pel, karbol, dan air
bersih. Lalu FARHAN ADIN menggunakan campuran air dan karbol untuk
mengepel sisa-sisa bercak darah. FARHAN ADIN, DANIEL GLORI,
ANANTHA WIKRAMA melarikan diri ke rumah FARHAN ADIN di
Banyuwangi menggunakan mobil FARHAN ADIN;
● Aparat kepolisian lalu masuk dan memborgol FARHAN ADIN, DANIEL
GLORI, ANANTHA WIKRAMA. Lalu membawa mereka bertiga beserta
barang bukti ke dalam mobil untuk dibawa ke Polres Banyuwangi.

Bahwa berdasarkan surat keterangan pemeriksaan jenazah atas nama AZMIL


MUFTAKHOR dari Rumah Sakit Hayam Wuruk Nomor: 003/VRJ/II/2020 tanggal 25
Februari 2020 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.WIDYA FEBRIANI, dengan
hasil pemeriksaan sebagai berikut :

6
● Dada : Terdapat sebuah luka terbuka di dada kiri. Titik pusat luka lima
sentimeter dari tulang dada dan seratus tiga puluh sentimeter dari tumit.
Luka terdiri dari satu bagian, lebar luka tiga koma lima sentimeter, bagian
dalam berupa lubang mengerucut, kedalaman sepuluh sentimeter.
● Kepala: terdapat luka terbuka pada bagian belakang kiri kepala, enam
sentimeter di atas batas tumbuh rambut bawah, tepi tidak rata, dasar tulang
kepala, terdapat jembatan jaringan, bila dirapatkan berbentuk garis
sepanjang sebelas sentimeter.
● Paru-paru kanan: terdiri dari tiga bagian tiap bagian tidak ada perlekatan,
warna merah kecoklatan, konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan licin,
ukuran 8x5x2,8 cm, berat 46 gram, pada pengirisan: terindikasi senyawa
CHCl3 (Kloroform) 3ml
● Paru-paru kiri: terdiri dari dua bagian, tiap-tiap bagian tidak ada perlekatan,
warna merah kecoklatan, tepi tajam, permukaan licin ukuran 8,5x5x2 cm,
berat 39 gram pada pengirisan: terindikasi senyawa CHCl3 (Kloroform)
5ml.

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan atas jenazah


tersebut maka dapat simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah adalah seorang
perempuan, umur kurang lebih dua puluh tahun, warna kulit sawo matang, kesan gizi
cukup. Pada pemeriksaan luar dan dalam ditemukan luka tusukan sedalam sepuluh
sentimeter. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan lainnya. Sebab kematian
pendarahan berat akibat luka tusuk pada paru-paru yang menembus jantung sehingga
menyebabkan kebocoran sirkulasi darah.

Perbuatan Terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana dalam Pasal


340 KUHP

SUBSIDAIR

Bahwa ia terdakwa FARHAN ADIN pada hari Sabtu 15 Februari atau


setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam bulan Februari 2020 yang bertempat di
Jalan Kalidami No. 11C, Surabaya atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang
masih termasuk dalam daerah hukum pengadilan negeri Surabaya, telah melakukan
tindak pidana dengan sengaja merampas nyawa orang lain. Yang dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
● Bahwa pada tanggal 7 Januari 2020, FARHAN ADIN ditolak oleh AZMIL
MUFTAKHOR dengan kasar sehingga menimbulkan rasa dendam dalam diri
FARHAN ADIN;
● Bahwa pada tanggal 4 Februari 2020, Ketika FARHAN ADIN, ANANTHA
WIKRAMA, DANIEL GLORI ingin pulang, tiba - tiba FARHAN ADIN
menghampiri GHEA AURELLIA untuk mengajak mengobrol berdua.
FARHAN ADIN mengungkapkan kebenciannya terhadap AZMIL
MUFTAKHOR. Kemudian, FARHAN ADIN menceritakan terkait di hari

7
hilangnya motor GHEA AURELLIA, PUTU SANDHYA menginap di
kontrakan GHEA berdua saja. Setelah memastikan kebencian GHEA
AURELLIA terhadap AZMIL MUFTAKHOR, FARHAN ADIN mengajak
GHEA AURELLIA untuk bersekongkol dalam merencanakan pembunuhan
terhadap AZMIL MUFTAKHOR. GHEA AURELLIA yang tidak ingin
terlibat secara langsung dalam rencana pembunuhan, menawarkan bantuan
pasif kepada FARHAN ADIN. GHEA AURELLIA memberikan informasi
mengenai tata letak kontrakan guna mempermudah jalannya pembunuhan.
Mereka berdua menetapkan tanggal 15 Februari 2020 sebagai hari
pembunuhan AZMIL MUFTAKHOR;
● Bahwa pada tanggal 14 Februari 2020, FARHAN ADIN pergi membeli obat
bius chloroform di pasar gelap secara online sebanyak satu botol (25 ml)
dengan harga Rp 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) dengan bukti chat
kepada nomor ter-enkripsi;
● Bahwa pada tanggal 15 Februari 2020, Untuk mempermudah jalannya
pembunuhan, GHEA AURELLIA beralasan pergi bersama PUTU SANDHYA
untuk merayakan valentine di Batu dengan menginap di Hotel Singosari
sehingga meninggalkan AZMIL MUFTAKHOR sendiri di kontrakan.
FARHAN ADIN datang ke kontrakan AZMIL MUFTAKHOR dengan dalih
ingin berbincang-bincang mengenai perkuliahan hingga UKM Badminton.
FARHAN ADIN meminta AZMIL MUFTAKHOR untuk menyediakan
makanan dan minuman. Akhirnya, AZMIL MUFTAKHOR mengambil
makanan dan minuman di dapur. Ketika AZMIL MUFTAKHOR kembali dari
dapur, ia kaget karena tidak ditemukan keberadaan FARHAN ADIN di ruang
tamu. Tiba - tiba dari belakang AZMIL MUFTAKHOR, FARHAN ADIN
membekap mulut dan hidung AZMIL dengan kuat sehingga AZMIL
MUFTAKHOR tidak berdaya, mengingat perbandingan postur tubuh antara
FARHAN ADIN dan AZMIL MUFTAKHOR yang sangat berbeda jauh. Hal
itu menyebabkan AZMIL MUFTAKHOR pingsan kurang selang 5 menit
kemudian. Setelah memastikan AZMIL MUFTAKHOR telah tak sadarkan
diri, FARHAN ADIN mengambil pisau yang biasa digunakan untuk
memotong daging di dapur sesuai rencana dan informasi yang diberikan
GHEA AURELLIA. FARHAN ADIN menusuk bagian ulu hati AZMIL
MUFTAKHOR dengan menggunakan pisau yang diambilnya dari dapur.
FARHAN ADIN menyalakan keran air di bak mandi hingga penuh demi
menghilangkan bau busuk dari mayat dan selanjutnya menaruh mayat AZMIL
MUFTAKHOR disana. FARHAN ADIN mengambil beberapa peralatan untuk
menghilangkan bercak dan bau darah di lantai seperti, kain pel, karbol, dan air
bersih. Lalu FARHAN ADIN menggunakan campuran air dan karbol untuk
mengepel sisa-sisa bercak darah. FARHAN ADIN, DANIEL GLORI,
ANANTHA WIKRAMA melarikan diri ke rumah FARHAN ADIN di
Banyuwangi menggunakan mobil FARHAN ADIN;

8
● Aparat kepolisian lalu masuk dan memborgol FARHAN ADIN, DANIEL
GLORI, ANANTHA WIKRAMA. Lalu membawa mereka bertiga beserta
barang bukti ke dalam mobil untuk dibawa ke Polres Banyuwangi.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 338 KUHP;

DAN

KEDUA

PRIMAIR

Bahwa ia terdakwa FARHAN ADIN pada hari Sabtu 15 Februari 2020 atau
setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam bulan Februari 2020 yang bertempat di
Jalan Kalidami No. 11C, Surabaya atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang
masih termasuk dalam daerah hukum pengadilan negeri Surabaya, telah melakukan
tindak pidana pencurian, yang didahului, disertai, atau diikuti dengan ancaman
kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap tangan untuk memungkinkan
melarikan diri sendiri atau peserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang
yang dicuri dimana perbuatan tersebut mengakibatkan kematian. Yang dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

● Bahwa pada tanggal 7 Januari 2020, FARHAN ADIN ditolak oleh AZMIL
MUFTAKHOR dengan kasar sehingga menimbulkan rasa dendam dalam diri
FARHAN ADIN. Mengingat FARHAN ADIN membutuhkan uang untuk
membiayai gaya hidupnya yang tinggi sehingga ia ingin mencuri uang AZMIL
yang berada di kontrakan AZMIL MUFTAKHOR;
● Bahwa pada tanggal 4 Februari 2020, Ketika FARHAN ADIN, ANANTHA
WIKRAMA, DANIEL GLORI ingin pulang, tiba - tiba FARHAN ADIN
menghampiri GHEA AURELLIA untuk mengajak mengobrol berdua.
FARHAN ADIN mengungkapkan kebenciannya terhadap AZMIL
MUFTAKHOR. Kemudian, FARHAN ADIN menceritakan terkait di hari
hilangnya motor GHEA AURELLIA, PUTU SANDHYA menginap di
kontrakan GHEA berdua saja. Setelah memastikan kebencian GHEA
AURELLIA terhadap AZMIL MUFTAKHOR, FARHAN ADIN mengajak
GHEA AURELLIA untuk bersekongkol dalam merencanakan pembunuhan
dan pencurian terhadap AZMIL MUFTAKHOR. GHEA AURELLIA yang
tidak ingin terlibat secara langsung dalam rencana pembunuhan, menawarkan
bantuan pasif kepada FARHAN ADIN. GHEA AURELLIA memberikan
informasi mengenai tata letak kontrakan guna mempermudah jalannya
pembunuhan dan pencurian. Mereka berdua menetapkan tanggal 15 Februari
2020 sebagai hari pembunuhan AZMIL MUFTAKHOR;

9
● Bahwa pada tanggal 15 Februari 2020, FARHAN ADIN menelpon DANIEL
GLORI dan ANANTHA WIKRAMA dengan maksud untuk membantu
jalannya pencurian dengan peran sebagai pembawa karung untuk menampung
hasil curian FARHAN ADIN. FARHAN ADIN langsung menuju kamar
AZMIL MUFTAKHOR lalu mengambil laptop, uang tunai sejumlah 25 juta
rupiah, dan perhiasan. Sesampainya ANANTHA WIKRAMA dan DANIEL
GLORI sampai di kontrakan GHEA AURELLIA dan langsung membantu
FARHAN ADIN mengambil sisa-sisa perhiasan dengan karung yang sudah
disiapkan Setelah proses pencurian selesai, mereka bertiga bergegas keluar
dari kontrakan dengan barang - barang yang telah diambilnya. FARHAN
ADIN, DANIEL GLORI, ANANTHA WIKRAMA melarikan diri ke rumah
FARHAN ADIN di Banyuwangi menggunakan mobil FARHAN ADIN;
● Bahwa pada 21 Februari 2020, aparat kepolisian lalu masuk dan memborgol
FARHAN ADIN, DANIEL GLORI, ANANTHA WIKRAMA. Lalu
membawa mereka bertiga beserta barang bukti ke dalam mobil untuk dibawa
ke Polres Banyuwangi.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 365 ayat (3) jo.
pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

SUBSIDAIR

Bahwa ia terdakwa FARHAN ADIN pada hari Sabtu 15 Februari 2020 atau
setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam bulan Februari 2020 yang bertempat di
Jalan Kalidami No. 11C, Surabaya atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang
masih termasuk dalam daerah hukum pengadilan negeri Surabaya, telah melakukan
tindak pidana pencurian, diwaktu malam di sebuah rumah atau perkarangan
tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak
diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak Yang dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

● Bahwa pada tanggal 7 Januari 2020, FARHAN ADIN ditolak oleh AZMIL
MUFTAKHOR dengan kasar sehingga menimbulkan rasa dendam dalam diri
FARHAN ADIN. Mengingat FARHAN ADIN membutuhkan uang untuk
membiayai gaya hidupnya yang tinggi sehingga ia ingin mencuri uang AZMIL
yang berada di kontrakan AZMIL MUFTAKHOR;
● Bahwa pada tanggal 4 Februari 2020, Ketika FARHAN ADIN, ANANTHA
WIKRAMA, DANIEL GLORI ingin pulang, tiba - tiba FARHAN ADIN
menghampiri GHEA AURELLIA untuk mengajak mengobrol berdua.
FARHAN ADIN mengungkapkan kebenciannya terhadap AZMIL
MUFTAKHOR. Kemudian, FARHAN ADIN menceritakan terkait di hari
hilangnya motor GHEA AURELLIA, PUTU SANDHYA menginap di
kontrakan GHEA berdua saja. Setelah memastikan kebencian GHEA

10
AURELLIA terhadap AZMIL MUFTAKHOR, FARHAN ADIN mengajak
GHEA AURELLIA untuk bersekongkol dalam merencanakan pembunuhan
dan pencurian terhadap AZMIL MUFTAKHOR. GHEA AURELLIA yang
tidak ingin terlibat secara langsung dalam rencana pembunuhan, menawarkan
bantuan pasif kepada FARHAN ADIN. GHEA AURELLIA memberikan
informasi mengenai tata letak kontrakan guna mempermudah jalannya
pembunuhan dan pencurian. Mereka berdua menetapkan tanggal 15 Februari
2020 sebagai hari pembunuhan AZMIL MUFTAKHOR;
● Bahwa pada tanggal 15 Februari 2020, FARHAN ADIN menelpon DANIEL
GLORI dan ANANTHA WIKRAMA dengan maksud untuk membantu
jalannya pencurian dengan peran sebagai pembawa karung untuk menampung
hasil curian FARHAN ADIN. FARHAN ADIN langsung menuju kamar
AZMIL MUFTAKHOR lalu mengambil laptop, uang tunai sejumlah 25 juta
rupiah, dan perhiasan. Sesampainya ANANTHA WIKRAMA dan DANIEL
GLORI sampai di kontrakan GHEA AURELLIA dan langsung membantu
FARHAN ADIN mengambil sisa-sisa perhiasan dengan karung yang sudah
disiapkan Setelah proses pencurian selesai, mereka bertiga bergegas keluar
dari kontrakan dengan barang - barang yang telah diambilnya. FARHAN
ADIN, DANIEL GLORI, ANANTHA WIKRAMA melarikan diri ke rumah
FARHAN ADIN di Banyuwangi menggunakan mobil FARHAN ADIN;
● Bahwa pada 21 Februari 2020, aparat kepolisian lalu masuk dan memborgol
FARHAN ADIN, DANIEL GLORI, ANANTHA WIKRAMA. Lalu
membawa mereka bertiga beserta barang bukti ke dalam mobil untuk dibawa
ke Polres Banyuwangi.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 363 ayat (1) ke-
3 jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

LEBIH SUBSIDAIR

Bahwa ia terdakwa FARHAN ADIN pada hari Sabtu 15 Februari 2020 atau
setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam bulan Februari 2020 yang bertempat di
Jalan Kalidami No. 11C, Surabaya atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang
masih termasuk dalam daerah hukum pengadilan negeri Surabaya, telah melakukan
tindak pidana pencurian, mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki dengan secara
melawan hukum, Yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

● Bahwa pada tanggal 7 Januari 2020, FARHAN ADIN ditolak oleh AZMIL
MUFTAKHOR dengan kasar sehingga menimbulkan rasa dendam dalam diri
FARHAN ADIN. Mengingat FARHAN ADIN membutuhkan uang untuk
membiayai gaya hidupnya yang tinggi sehingga ia ingin mencuri uang AZMIL
yang berada di kontrakan AZMIL MUFTAKHOR;

11
● Bahwa pada tanggal 4 Februari 2020, Ketika FARHAN ADIN, ANANTHA
WIKRAMA, DANIEL GLORI ingin pulang, tiba-tiba FARHAN ADIN
menghampiri GHEA AURELLIA untuk mengajak mengobrol berdua.
FARHAN ADIN mengungkapkan kebenciannya terhadap AZMIL
MUFTAKHOR. Kemudian, FARHAN ADIN menceritakan terkait di hari
hilangnya motor GHEA AURELLIA, PUTU SANDHAYA menginap di
kontrakan GHEA AURELLIA berdua saja. Setelah memastikan kebencian
GHEA AURELLIA terhadap AZMIL MUFTAKHOR, FARHAN ADIN
mengajak GHEA AURELLIA untuk bersekongkol dalam merencanakan
pembunuhan dan pencurian terhadap AZMIL MUFTAKHOR. GHEA
AURELLIA yang tidak ingin terlibat secara langsung dalam rencana
pembunuhan, menawarkan bantuan pasif kepada FARHAN ADIN. GHEA
AURELLIA memberikan informasi mengenai tata letak kontrakan guna
mempermudah jalannya pembunuhan dan pencurian. Mereka berdua
menetapkan tanggal 15 Februari 2020 sebagai hari pembunuhan AZMIL
MUFTAKHOR;
● Bahwa pada tanggal 15 Februari 2020, FARHAN ADIN menelpon DANIEL
GLORI dan ANANTHA WIKRAMA dengan maksud untuk membantu
jalannya pencurian dengan peran sebagai pembawakan karung untuk
menampung hasil curian FARHAN ADIN. FARHAN ADIN langsung menuju
kamar AZMIL MUFTAKHOR lalu mengambil laptop, uang tunai sejumlah 25
juta rupiah, dan perhiasan. Sesampainya ANANTHA WIKRAMA dan
DANIEL GLORI sampai di kontrakan GHEA AURELLIA dan langsung
membantu FARHAN ADIN mengambil sisa-sisa perhiasan dengan karung
yang sudah disiapkan Setelah proses pencurian selesai, mereka bertiga
bergegas keluar dari kontrakan dengan barang - barang yang telah diambilnya.
FARHAN ADIN, DANIEL GLORI, ANANTHA WIKRAMA melarikan diri
ke rumah FARHAN ADIN di Banyuwangi menggunakan mobil FARHAN
ADIN;
● Bahwa pada 21 Februari 2020, aparat kepolisian lalu masuk dan memborgol
FARHAN ADIN, DANIEL GLORI, ANANTHA WIKRAMA. Lalu
membawa mereka bertiga beserta barang bukti ke dalam mobil untuk dibawa
ke Polres Banyuwangi.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 362


jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

III. DALAM EKSEPSI

Merujuk pada ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, yang intinya menyatakan
bahwa setelah mendapatkan Salinan Surat Dakwaan dari Penuntut Umum tertanggal
01 April 2020, maka Terdakwa atau Penasihat Hukumnya berhak mengajukan

12
keberatan. Oleh karena itu, kami selaku Tim Penasihat Hukum dari Terdakwa,
mengajukan Nota Keberatan sebagai berikut:

1. PROSES PENANGKAPAN DAN PENGGELEDAHAN TIDAK


MENJUNJUNG TINGGI HAK ASASI MANUSIA DARI
FARHAN ADIN SEBAGAI TERDAKWA
Bahwa sebagaimana yang diuraikan oleh Jaksa Penuntut
Umum di dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum menyatakan
bahwa proses penangkapan dan penggeledahan Terdakwa tidak
menjunjung tinggi hak-hak yang dimiliki oleh Terdakwa
sebagaimana yang diatur dalam :

1) Pasal 28I ayat (4) Undang-Undang Dasar Republik


Indonesia Tahun 1945, “Perlindungan, pemajuan,
penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab Negara terutama pemerintahan”.
2) Pasal 28J ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 , “Setiap orang wajib menghormati
hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”

Dalam hal ini apa yang dilakukan pihak kepolisan untuk


menangkap FARHAN ADIN dan menggeledah rumah FARHAN
ADIN guna mencari barang bukti tidak memperlihatkan sikap yang
menghargai hak asasi manusia orang lain. Sudah sepatutnya privasi
yang tergolong hak asasi manusia dijadikan acuan dasar dalam
proses penggeledahan rumah FARHAN ADIN. Hak atas privasi
memang tidak dicantumkan secara eksplisit di dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Namun, secara
implisit hak atas privasi terkandung di dalam Pasal 28G ayat (1)
UUD NRI 1945 sebagai berikut:

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,


kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi”.
Namun apa yang dilakukan oleh pihak kepolisian justru langsung
mengarah ke pemaksaan, yaitu dengan cepat memborgol tangan
FARHAN ADIN dan selanjutnya menggeledah rumah FARHAN
ADIN untuk mencari barang bukti.

13
2. TERDAKWA TIDAK DIDAMPINGI OLEH PENASIHAT
HUKUM

Bahwa sebagaimana yang diuraikan oleh Jaksa Penuntut Umum


bahwa apa yang dilakukan oleh Terdakwa adalah tindak pidana yang
diancam dengan ancaman paling lama 5 tahun penjara, maka sudah
sepatunya Terdakwa harus didamping oleh Penasihat Hukum
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang
menyatakan:
Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atu
ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang
tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih
yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka.
Namun apa yang dilakukan oleh Pihak Kepolisian dan
Kejaksaan justru melakukan hal yang berbeda karena pada semua
tingkat pemeriksaan yang harusnya didampingi oleh Penasehat Hukum
justru tidak dilakukan oleh Terdakwa dan artinya bahwa pada semua
tingkat Pemeriksaan yang dilakukan oleh Pihak Kepolisian dan
Kejaksaan adalah pemeriksaan yang tidak berdasarkan Hukum dan
Hukum Acara didalam KUHAP sebagaimana yang diatur dalam Pasal
56 KUHAP artinya Pemeriksaan yang dilakukan adalah Pemeriksaan
yang tidak sah dan berdasarkan hukum.

IV. PERMOHONAN
Berdasarkan hal tersebut di atas, kami memohon kepada Majelis Hakim untuk
berkenan memberi amar putusan sebagai berikut:
1. Menerima Nota Keberatan (Eksepsi) dari Penasihat Hukum FARHAN ADIN BIN
SUNARSO untuk seluruhnya.
2. Menghentikan sementara perkara pidana.
3. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register Perkara:
PDM-122/SBY/II/2020 Batal Demi Hukum.
Atau setidak-tidaknya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara
ini menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya.

Demikian Nota Keberatan ini kami ajukan selaku Tim Penasihat Hukum
Terdakwa untuk dikabulkan seluruhnya oleh Majelis Hakim Yang Mulia. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

NEMO PUNITUR SINE INJURIA, FACTO, SEU DEFALTA

14
(Tidak ada seorang pun dapat dihukum tanpa ada kesalahan)

Surabaya, 08 April 2020

Hormat kami,

Tim Penasihat Hukum Terdakwa

Filbert Jonathan, S.H., M.H. Satrio Budhi Aristo, S.H., M.H.

15

Anda mungkin juga menyukai