Anda di halaman 1dari 3

KANTOR ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM

INDA LESTARI SARDJI & REKAN


SK. MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA RI NO.
D.201.KP.02.13.TH.2010
Jl. Kecubung,NO.12 kelurahan Tanah Tinggi,Kec. Ternate Selatan,Kode Pos
(97712).Telp(081242650566)
“UNTUK KEADILAN”

DUPLIK (JAWABAN/TANGGAPAN ATAS REPLIK)

JAKSA PENUNTUT UMUM

Dalam Perkara Pidana Nomor : PDM-07/TALIABU/04/2021

Untuk dan atas nama Terdakwa

Nama : Muhammad Aryo Goin


Tempat Lahir : Ternate
Umur/Tanggal Lahir : 21 Tahun /28 Juli 1985
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Kelurahan Tabam Jl. Batu Angus Rt. 04 Rw. 02, Kota Ternate Utara
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Belum Bekerja

Yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Inda Lestari Sardji, S.H., M.H.


2. Rafli Ruray, S.H., M.H.
3. Asnawaty, S.H., M.H.

Kesemuanya adalah advokat pada kantor pengacara Inda Lestari & Rekan, yang berkantor di Jl.
Kecubung,NO.12 kelurahan Tanah Tinggi,Kec. Ternate Selatan Kota Ternate, dalam hal ini berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tanggal ... dengan ini menyampaikan Duplik di Pengadilan Negeri Ternate pada
tanggal ...

Majelis Hakim yang terhormat,

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,

Sebelumnya kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa mengucapkan terima kasih kepada semua
yang hadir di persidangan ini, terutama pada Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini, karena kami
masih diberi kesempatan untuk mengajukan tanggapan atas Replik Jaksa Penuntut Umum. Dengan
tanggapan atas tanggapan ini, kami sama sekali tidak bermaksud memperlambat atau mempersulit
jalannya persidangan, namun kesempatan yang disediakan oleh prosedur Hukum Acara Pidana ini kami
tujukan semata-mata untuk mencari kebenaran sejati untuk menegakkan hukum dan keadilan dalam
perkara ini.
Bahwa setelah mempelajari point-point Replik dari Jaksa Penuntut Umum, maka berikut ini kami akan
memberikan tanggapan point demi point sebagai berikut:

Bahwa Tim Penasihat Hukum tidak sependapat dengan Jaksa Penuntut Umum berkaitan dengan
pembuktian fakta-fakta di persidangan atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahwa unsur “setiap orang” bukan merupakan delik inti tetapi hanya sebagai elemen delik yang
menunjukan subjek hukum yang didakwa melakukan tindak pidana yang pembuktiannya
bergantung kepada pembuktian unsur delik lainnya.
Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 951-K/Pid/1982 tertanggal 10
Agustus 1983 dengan nama Terdakwa Yojiro Kitajama, yang antara lain menerangkan bahwa
unsur “barang siapa” hanya merupakan kata ganti orang di mana unsur ini harus mempunyai
makna jika dikaitkan dengan unsur-unsur pidana lainnya. Oleh karena itu, haruslah unsur
“barangsiapa” dibuktikan dengan unsur-unsur delik lainnyadalam delik yang didakwakan.
Dengan demikian, hadirnya terdakwa dalam persidangan tidaklah berarti unsur “barangsiapa”
langsung terbukti, tanpa dibuktikannya juga unsur-unsur lainnya barulah Jaksa Penuntut Umum
dapat menyatakan bahwa unsur “barangsiapa” telah terbukti.
Berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dan visum et repertum, tidak dijelaskan bagian tubuh mana
yang terkena tusukan. Tidak dijelaskan secara jelas dan rinci apakah penusukan terjadi di sekitar
dada atau di perut.
2. Bahwa persetubuhan dengan saksi korban dilakukan terdakwa tidak dengan cara membujuk saksi
korban dengan mengatakan “dari pada kita putarputar saja mending kita ke rumah saja”, karena
“melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain” merupakan bagian dari satu unsur dalam pasal
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sehingga “tipu muslihat”, “serangkaian kebohongan”, dan
“membujuk” harus dilakukan terdakwa dengan niat dan maksud untuk “melakukan persetubuhan
dengannya atau orang lain”. Sedangkan berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan
terdakwa, niat untuk menyetubuhi saksi korban timbul saat terdakwa membuka pakaian yang
dikenakan anak korban hingga mengenakan BH dan celana dalam.

Berdasarkan pada kedua tanggapan yang telah diuraikan di atas, maka persoalan apakah terdakwa
telah melakukan tindak pidana “melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain” adalah menjadi tidak relevan.

Majelis Hakim yang terhormat,

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,

Berkaitan dengan hal tersebut, kami tetap berkesimpulan bahwa dakwaan Pasal 81 ayat (2)
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang, tidak dapat dibuktikan pada diri terdakwa, sehingga
menurut hemat kami, terdakwa hanya dapat dipersalahkan dengan dakwaan Pasal 81 ayat (2) Undang-
Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang. Sekalipun tidak ada alasan pemaaf dan pembenar bagi
terdakwa, namun kami memandang bahwa sesuai dengan kondisi yang menyertai terdakwa, maka
terdakwa harus dihindarkan dari penjatuhan sanksi pidana sebagaimana yang telah disebutkan.

Bahwa dengan demikian maka kami menyatakan tetap pada pembelaan sebagaimana telah kami bacakan
pada sidang tanggal ...

Akhirnya pertimbangan selanjutnya kami serahkan sepenuhnya kepada Majelis Hakim yang memeriksa
dan mengadili perkara ini dan harapan kami adalah terwujudnya hukum pidana yang adil dan manusiawi
dalam perkara ini.

Ternate, ...

Hormat Kami,
Penasihat Hukum Terdakwa
Inda Lestari Sardji & Rekan

Rafli Ruray, S.H., M.H. Asnawaty, S.H., M.H.

Inda Lestari Sardji, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai