Nomor : 01/DSP/PLD/XII/2021
Lampiran :-
Kepada Yth.
Majelis Hakim Pemeriksa perkara pidana
Nomor Perkara: 116/Pid.B/2021/PN.Sbh
Pengadilan Negeri Sibuhuan
Jl. Kihajar Dewantara, Sibuhuan, Kec. Barumun, Kab. Padang Lawas
Dalam Perkara Tindak Pidana Umum, dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Sibuhuan. Atas Klien
kami:
Nama : SRI DINA WATY
Tempat Lahir : Sibuhuan
Tanggal Lahir : 02 Juni 1970
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat Tinggal : Desa Hasahatan Julu, Kecamatan Barumun Baru. Kabupaten Padang Lawas
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Dengan Hormat,
Perkenankan kami, yang bertandatangan di bawah ini:
DONNA SIREGAR, SH. Advokat/Pengacara/Penasehat Hukum pada Kantor Advokat DONNA
SIREGAR, SH & PARTNERS (DSP), yang beralamat di Jl. Kihajar Dewantara, Pasar Sibuhuan, Kec.
Barumun, Kab. Padang Lawas, Kode Pos 22763, email: donnasiregar.ds@gmail.com
1. PENDAHULUAN
Majelis Hakim yang kami muliakan
Rekan Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penguasa
seluruh alam semesta, karena berkat rahmat Nya persidangan pada hari ini dengan agenda
pembacaan Nota Pembelaan oleh Penasihat Hukum atas Terdakwa Sri Dina Waty (untuk selanjutnya
disebut “Terdakwa”) bisa berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya sesuai dengan yang
dijadwalkan sebelumnya, meskipun Terdakwa dalam keadaan yang sangat rapuh dan payah karena
sakit yang diderita selama ini pada usia senjanya, akan tetapi Terdakwa selalu berusaha tegar dalam
mengikuti persidangan dengan semangat dan senantiasa menebarkan aura positif yang seakan-akan
berbicara bahwa “saya akan memberikan keterangan yang jujur sesuai dengan kenyataannya, maka
beranilah”. Hal tersebut membuat kami, Penasihat Hukum Terdakwa menjadi lebih yakin untuk mencari
siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap perkara ini. Semangat seperti itu juga dirasakan
oleh isteri dan keluarga Terdakwa, yang selalu setia mendampingi Terdakwa dengan penuh kesabaran
dan penuh keyakinan bahwa Terdakwa akan berusaha memberikan keterangan yang jujur dan apa
adanya sesuai dengan yang dialami Terdakwa. Nuansa seperti ini membuat kami, Penasihat Hukum
Terdakwa menjadi kagum akan sikap dan spirit serta keyakinan Terdakwa.
Sekali lagi, kami sebagai Penasihat Hukum benar-benar bangga dan menaruh hormat setinggi-
tingginya kepada Terdakwa, tentang ketegarannya, tentang kesabarannya, tentang bagaimana
Terdakwa tetap menegakkan martabatnya meski sedang didakwa dengan kejahatan yang luar
biasa yaitu dugaan penipuan dan penggelapan. Kesabaran dan ketegaran Terdakwa benar-benar
mengajarkan kita semua di persidangan ini, bahwa ketika Tuhan berkehendak maka manusia haruslah
pasrah, tetap berusaha, menunduk serendah debu dan tetap berdoa setinggi langit.
Bahwa tuntutan pidana dan pledoi (pembelaan) pada dasarnya merupakan suatu rangkaian yang tidak
terpisahkan dalam suatu proses pemeriksaan perkara pidana dan sebenarnya dapatlah dikatakan
bahwa keberadaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, saling berkaitan
dengan Nota Pembelaan yang diajukan oleh Terdakwa atau Penasihat Hukum Terdakwa yang pada
hakekatnya merupakan proses dialogis jawab menjawab terakhir dalam suatu proses pemeriksaan
suatu perkara pidana. Pada kesempatan ini juga perlu kami tegaskan, karena pada hakikatnya
pengajuan Nota Pembelaan ini bukanlah bertujuan untuk melumpuhkan dakwaan dan tuntutan pidana
yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, akan tetapi perbedaan argumentasi, prinsip dan
pandanganlah yang menimbulkan kesenjangan di antara kedua misi yang diemban, namun
kesemuanya itu bermuara pada kesamaan tujuan yaitu usaha dan upaya melakukan penegakkan
hukum serta keinginan untuk menemukan kebenaran hukum.
Bahwa persidangan ini pada akhirnya akan berakhir dengan putusan yang MENGATAS-NAMAKAN
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, tentu merupakan putusan yang sangat
diharapkan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran dengan sumpah kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang menurut Bismar Siregar (Hukum Acara Pidana, Bina Cipta Bandung 1983) merupakan
doa hakim, hal ini tentu saja memberi arti bahwa Yang Mulia Majelis Hakim akan menghadirkan
Keadilan Tuhan penguasa seluruh alam di pengadilan ini, di dalam ruang persidangan ini.
Akhirnya, melalui persidangan yang terbuka untuk umum ini, kita tentu dapat menjawab pertanyaan
yang paling mendasar atas perkara ini, yaitu apakah benar Terdakwa, telah melakukan perbuatan
sebagaimana yang didakwakan, yaitu melakukan tindak pidana Penipuan dan/atau Penggelapan?
Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita semua perlu meluruskan dahulu niat dan
menjernihkan pikiran agar dapat menemukan pencerahan dari Yang Maha Kuasa untuk mendapatkan
kebenaran materil atas perkara ini.
Bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) sesuai dengan surat dakwaan dengan nomor register
perkara: PDM-42/L.2.36/Eoh.2/10/2021, tanggal 27 Oktober 2021, yang telah dibacakan pada
persidangan tanggal 03 November 2021, adalah sebagai berikut:
KESATU :
Terdakwa didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam Pasal 378 KUHP,
dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hak, baik dengan
ATAU
KEDUA :
Terdakwa didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam Pasal 372 KUHP,
dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan.
Bahwa sebelum kami membahas mengenai fakta-fakta yang muncul di persidangan dan analisa yuridis
serta penutup pada bagian akhir nota pembelaan ini, kami ingin terlebih dahulu membedah secara
kritis mengenai surat dakwaan dan surat tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum, yaitu:
2. DALAM DAKWAAN
Bahwa di dalam dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum telah mencoba menggambarkan suatu peristiwa
pidana yang diduga dilakukan oleh Terdakwa, yang seakan-akan bahwa memang benar Terdakwalah
yang melakukan semua tindak pidana sebagaimana yang tercantum dalam surat dakwaan.
Yang telah terurai dalam Surat Dakwaan Kesatu atau Kedua Jaksa Penutut Umum dan telah
dibacakan pada persidangan sebelumnya pada tangga 03 November 2021.
3. DALAM TUNTUTAN
Bahwa rekan Jaksa Penuntut Umum berkeyakinan Terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana
penipuan sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dan menuntut agar Terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan dikurangi masa
penangkapan dan penahanan yang telah dijalani, menetapkan Terdakwa membayar biaya perkara
sebesar Rp. 5.000 (lima ribu rupiah).
4. FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN
A. Keterangan saksi-saksi:
Bahwa saksi pada tanggal 19 Mei 2016 memberikan keterangan di bawah sumpah menurut agamanya
dan akan memberikan keterangan yang benar tidak lain dari pada yang sebenarnya, dengan ini saksi
menerangkan sebagai berikut :
1. Aldi Amron Martua Nasution., Jenis kelamin laki-laki, Tempat tanggal lahir di : Sibuhuan tanggal 17
Juni 1987, Agama Islam, Pekerjaan Wiraswasta, Pendidikan terakhir S-1, Alamat Jl. Karya No.34
Lingkungan VII Medan, Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Memberikan
keterangan / kesaksiannya di depan persidangan dengan mengangkat sumpah terhadap
keterangan yang diberikannya pada hari Selasa, 30 November 2021, yang pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
Saksi menerangkan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia diperiksa dan
dimintai keterangan dan akan memberikan keterangan dengan sebenarnya.;
Saksi menerangkan yang menjadi korban perihal penipuan dan atau penggelapan tersebut
adalah Alm. Hj Mintana Marida Hasibuan yang mana merupakan ibu kandung saksi;
Saksi menjelaskan perihal penipuan dan atau penggelapan yang saksi maksudkan tersebut
adalah perihal Pengurusan saksi selaku Aldi Amron Martua Nasution untuk Menjadi Aparatur
Sipil Negara pada tahun Penerimaan CPNS tahun 2013 di Kabupaten Padang Lawas
kemudian Ibu Saksi Hj. Marida Hasibuan memberikan uang kepada Sri Dina Waty sebesar Rp.
Bantahan Terdakwa
Terdakwa tidak pemah menjanjikan bahwa Aldi Amron Nasution akan lulus CPNS. Melainkan
memnjembatani ke Saksi Wiskan yang menjabat sebagai Kabid Penram pada saat itu.
Bahwa barang bukti berupa 1 (satu) Lembar Surat Perjanjian Titipan Uang antara Sri Dina Wati
dengan Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan pada tanggal 14 November 2013. 1 (satu) Lembar
Kwitansi antara Sri Dina Wati dan Alm. Hj. Mintana Hasibuan pada tanggal 18 Maret 2014.
Bukan merupakan tanda terima uang dari Alm Hj. Mintana Hasibuan yakni Sejumlah
Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) dan berikutnya Rp. 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah).
2. Saksi Amelia Roitona, Jenis Kelamin Perempuan, Lahir di Sibuhuan, tanggal 19 September 1979,
Agama Islam, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, Pendidikan terakhir S1, Kewarganegaraan
Indonesia, Alamat Desa Bangun Raya, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas.
Memberikan keterangan/ kesaksiannya di depan persidangan dengan mengangkat Sumpah
terhadap keterangan yang diberikannya pada hari Selasa, 30 November 2021, yang pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
Saksi menerangkan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia diperiksa dan
dimintai keterangan dan akan memberikan keterangan dengan sebenarnya.
Saksi menerangkan saksi kenal dengan Aldi Amron Martua Nasution dan Aldi Amron Martua
Nasution merupakan adek kandung saksi dari Ayah Kandung saksi bemama Aim. H. Abdul
Rifai Nasution dan ibu kandung saksi bemama Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan.
Saksi menerangkan dugaan penipuan dan atau penggelapan yang saksi maksudkan tersebut
adalah penipuan dan atau penggelapan terhadap pengurusan Aldi Amron Martua Nasution
sebagai ASN (Aparatur Sippil Negara) pada penerimaan CPNS tahun 2013 di Kabupaten
Padang Lawas.
Saksi menerangkan dugaan Penipuan dan atau Penggelapan tersebut adalah yang menjadi
korbannya Aldi Amron Martua Nasution dimana Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan yang
merupakan Ibu kandung saksi sudah menguasakan permasalahan tersebut kepada Aldi Amron
Martua Nasution.
Saksi menerangkan bahwa saksi dan saksi Aldi belum ditetapkan sebagai ahli waris Alm. Hj.
Mintana Marida Hasibuan dari Pengadilan Agama Sibuhuan;
Saksi menerangkan bahwa mengenal Terdakwa Sri Dina Waty, karena Terdakwa sering
bertemu dengan Ibu saksi di Pasar Sibuhuan;
Saksi menerangkan pada sekira bulan Agustus tahun 2013, sekira pukul 14.00 wib Sri Dina
Waty mendatangi Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan di rumah Amelia Roitona Nasution di
Lingkungan IV Kei. Pasar Sibuhuan, Kec. Barumun, Kab. Padang Lawas, dan kemudian Enni
Rezekinta Nasution bersama dengan Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan, Amelia Roitona
Hasibuan dan saksi berjumpa dengan Sri Dina Waty kemudian Alm. Hj. Mintana Marida
Hasibuan memberikan uang kepada Sri Dina Waty sejumlah Rp. 150.000.000,(seratus lima
puluh juta rupiah) dengan membuat 1 (satu) lembar surat perjanjian pada tanggal 14
November 2013, kemudian Sri Dina Waty mengatakan apabila sudah di terima uang tersebut
maka Aldi Amron Martua Nasution akan lulus menjadi ASN pada penerimaan CPNS tahun
2013 di Kabupaten Padang Lawas, dan pada saat Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan
Bantahan Terdakwa
Terdakwa tidak pernah menjanjikan bahwa Aldi Amron Nasution akan tulus CPNS.
Bahwa barang bukti berupa 1 (satu) Lembar Surat Perjanjian Titipan Uang antara Sri Dina Wati
dengan Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan pada tanggal 14 November 2013. 1 (satu) Lembar
Kwitansi antara Sri Dina Wati dan Alm. Hj. Mintana Hasibuan pada tanggal 18 Maret 2014.
Bukan merupakan tanda terima uang dari Alm Hj. Mintana Hasibuan yakni Sejumlah
Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) dan berikutnya Rp. 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah).
Bahwa Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan yang menghubungi terdakwa terkait pengurusan
CPNS bukan inisiatif terdakwa sendiri.
Bahwa uang untuk pengurusan CPNS yakni sejumlah Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan berikutnya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) seluruhnya sudah
berada pada Wiskan, bukan pada Terdakwa.
3. Saksi Enni Rezekinta Nasution, Jenis Kelamin Perempuan, Tempat tanggal lahir di Padang
Sidempuan, Pada tanggal 31 Maret 1975, Umur 47 Tahun, Agama Islam, Pekerjaan Wiraswasta,
Pendiidkan SMA terakhir, Alamat Lingkungan I, Kelurahan Pasar Sibuhuan, Kecamatan Barumun
Kabupaten Padang Lawas. Memberikan keterangan / kesaksiannya di depan persidangan dengan
mengangkat Sumpah terhadap keterangan yang diberikannya pada hari Selasa, 30 November
2021, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Bantahan Terdakwa
Terdakwa tidak pernah menjanjikan bahwa Aldi Amron Nasution akan tulus CPNS.
Bahwa barang bukti berupa 1 (satu) Lembar Surat Perjanjian Titipan Uang antara Sri Dina Wati
dengan Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan pada tanggal 14 November 2013. 1 (satu) Lembar
Kwitansi antara Sri Dina Wati dan Alm. Hj. Mintana Hasibuan pada tanggal 18 Maret 2014.
Bukan merupakan tanda terima uang dari Alm Hj. Mintana Hasibuan yakni Sejumlah
Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) dan berikutnya Rp. 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah).
Bahwa Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan yang menghubungi terdakwa terkait pengurusan
CPNS bukan inisiatif terdakwa sendiri.
Bahwa uang untuk pengurusan CPNS yakni sejumlah Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan berikutnya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Saksi menerangkan total seluruhnya Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sudah berada
pada Wiskan, bukan pada Terdakwa.
Bahwa terdakwa tidak penah bertemu dengan saksi dan saksi juga tidak ada ketika
penyerahan uang tersebut.
Terdakwa hanya pernah bertemu dengan Alm Hj. Mintana Hasibuan dan Amelia Roitona.
4. Saksi Desni Roma Putra Nasution, Jenis Kelamin Perempuan, Tempat tanggal lahir di Sibuhuan,
Umur 41 Tahun tanggal 25 Juli 1983, Agama Islam, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, Pendidikan
terakhir 31, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl Prof. HM. Yamin Kelurahan Pasar Sibuhuan,
Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Memberikan keterangan / kesaksiannya di depan
persidangan dengan mengangkat sumpah terhadap keterangan yang diberikannya pada hari
Selasa, 30 November 2021, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Saksi menerangkan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia diperiksa dan
dimintai keterangan dan akan memberikan keterangan dengan sebenarnya.
Saksi menerangkan dugaan penipuan dan atau penggelapan yang saksi maksudkan tersebut
adalah penipuan dan atau penggelapan terhadap pengurusan Aldi Amron Martua Nasution
sebagai ASN (Aparatur Sippil Negara) peda penerimaan CPNS tahun 2013 di Kabupaten
Padang Lawas.
Saksi juga menerangkan bahwa saksi lah yang membuat surat Perjanjian antara Terdakwa
dengan Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan.
Bantahan Terdakwa
Terdakwa tidak pernah menjanjikan bahwa Aldi Amron Nasution akan tulus CPNS.
Bahwa barang bukti berupa 1 (satu) Lembar Surat Perjanjian Titipan Uang antara Sri Dina Wati
dengan Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan pada tanggal 14 November 2013. 1 (satu) Lembar
Kwitansi antara Sri Dina Wati dan Alm. Hj. Mintana Hasibuan pada tanggal 18 Maret 2014.
Bukan merupakan tanda terima uang dari Alm Hj. Mintana Hasibuan yakni Sejumlah
Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) dan berikutnya Rp. 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah).
Bahwa Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan yang menghubungi terdakwa terkait pengurusan
CPNS bukan inisiatif terdakwa sendiri.
Bahwa uang untuk pengurusan CPNS yakni sejumlah Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan berikutnya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) seluruhnya sudah
berada pada Wiskan, bukan pada Terdakwa.
Bahwa terdakwa tidak penah bertemu dengan saksi Desni Romaputra Nasution ketika
penyerahan uang tersebut.
Terdakwa hanya pernah bertemu dengan Alm Hj. Mintana Hasibuan dan Amelia Roitona
5. Saksi Wiskan Wardana Hasibuan, Jenis Kelamin Laki-laki, lahir di Huta Dolok, tanggal 17
Desembefr 1976, Agama Islam, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, Pendidikan Terakhir S2 Magister
Majemen, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Desa Paringgonan Kec. Ulu Barumun, Kab.
Padang Lawas. Memberikan kelerengan / kesaksiannya di depan persidangan dengan mengangkat
Sumpah terhadap keterangan yang diberikannya pada hari Kamis, 02 Desember 2021, Yang pada
pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Saksi menerangkan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia diperiksa dan
dimintai keterangan dan akan memberikan keterangan dengan sebenarnya.
Saksi menerangkan bahwa terdakwa datang kepada saksi untuk mengurus Terdakwa untuk
menjadi PNS melalui Kategori II.
Bantahan Terdakwa
Bahwa ada kaitan antara saksi dengan korban yaitu terdakwa yang menerima uang dari
korban sebagai biaya pengurusan CPNS, dan diantar ke rumah saksi dua kali dengan rincian
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan berikutnya Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah), sehingga total seluruhnya Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
Bahwa Terdakwa diberikan NIP tersebut dari Saksi Wiskan Wardana, untuk diperlihatkan
kepada Hj. Mintana Marida Hasibuan dan Keluarganya. Belakangan Terdakwa baru tahu
bahwa NIP itu Palsu, akal-akalan saksi supaya Hj. Mintana Marida Hasibuan dan keluarga
tidak mengusik Saksi dan Terdakwa.
Bahwa setelah NIP itu diperlihatkan Terdakwa, kemudian Terdakwa mengantarnya lagi ke
rumah saksi Wiskan, karena diminta saksi Wiskan supaya dikembalikan lagi ke saksi Wiskan.
6. Saksi Yusnita Marito Yusnita Marito, S.sos, Jenis Kelamin Perempuan, Tempat tanggal lahir di
Padang Sidimpuan, tanggal 08 Januari 1986, Agama Islam, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil,
Jabatan Kabid Pengadaan Pemberhentian Informasi dan Penilaian Kinerja Aparatur pada Badang
Kepegawaian dan Pengembangan SDM Daerah Padang Lawas, Pendidikan terakhir S-1,
Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Perumahan Graha Silindung Desa Tanjung Baringin, Kec.
Barumun Selatan, Kab. Padang Lawas. Memberikan keterangan / kesaksiannya di depan
persidangan dengan mengangkat Sumpah terhadap keterangan yang diberikannya pada hari
Kamis, 02 Desember 2021, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Saksi menerangkan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia diperiksa dan
dimintai keterangan dan akan memberikan keterangan dengan sebenarnya.
B. Surat
1. Kwitansi uang pengembalian dari saksi Wiskan Wardana Hasibuan Rp. 360.000.000,- (tiga
ratus enam puluh juta rupiah) kepada Terdakwa, atas nama 1. Nur Laini Jauhana, 2. Aisah
Rahayu Hasibuan, 3. Rapika Yuni Turnip.
C. Keterangan Terdakwa
Terdakwa menerangkan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia diperiksai Serta
diambil keterangan terdakwa sehubungan dengan tertangkapnya Terdakwa.
Terdakwa menerangkan telah mengerti alasan dihadirkan di persidangan, yaitu terkait
penggelapan uang pengurusan CPNS atas nama Aldi Amron Martua Nasution pada tahun
2013.
Terdakwa menerangkan peran Terdakwa dalam pengurusan CPNS atas nama Aldi Amron
Martua Nasution pada tahun 2013 adalah sebagai perantara uang pengurusan CPNS tersebut
kepada pihak yang mengurus penerimaan CPNS, dalam hal ini Terdakwa yang menerima
uang lalu Terdakwa memberikan uang tersebut kepada Wiskan Wardana Hasibuan.
Terdakwa menerangkan bahwa Terdakwa dapat mengetahui jika Wiskan Wardana Hasibuan
dapat mengurus seseorang untuk diterima menjadi CPNS, karena sebelumnya Terdakwa
penah meminta Wiskan Wardana Hasibuan agar mengurus penerimaan Terdakwa menjadi
CPNS melajul jalur tenaga honorer kategori 2 (K2), lalu saat itu Wiskan Wardana Hasibuan
mengatakan “kalau ada yang mau masuk CPNS, bisa saya urus”, adapun Wiskan Wardana
Hasibuan sendiri saat itu bekerja di kantor BKD (Badan Kepegawaian Daerah), Wiskan
Wardana Hasibuan juga mengatakan biaya pengurusan CPNB dimaksud adalah sejumlah
Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah),
Terdakwa menerangkan sudah tidak Ingat kapan pertemuan dengan Wiskan Wardana
Hasibuan untuk mengurus CPNS Terdakwa tersebut, tetapi tempat pertemuan Terdakwa
2. Ali Imram Habibi, lahir di Sibuhuan, tanggal 18 April 2021, Agama Isiam, Pekerjaan Wiraswasta,
Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Desa Hasahatan Julu, Kelurahan Hasatan Julu, Kecamatan
Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Memberikan keterangan / kesaksiannya di depan
persidangan terhadap keterangan yang diberikannya pada hari Senin 06 Desember 2021, yang
pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Saksi menerangkan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedie diperiksa dan
dimintai keterangan dan akan memberikan keterangan dengan sebenarnya.
Saksi menerangkan mengenal terdakwa Sri Dina Waty, karena Saksi merupakan anak Sri Dina
Waty.
Saksi menerangkan mengetahui alasan Saksi dihadirkan menjadi Saksi dalam perkara ini,
yaitu terkait masalah penerimaan CPNS.
Saksi menerangkan pada tahun 2013, pernah mengantar Terdakwa ke Paringgonan yakni ke
rumah Wiskan Wardana.
Bantahan Terdakwa
Ada dibuatkan kuitansi penyerahan uang setelah uang diserahkan. Dan atas bantahan Terdakwa, saksi
tidak merubah keterangan dan tetap pada keterangan yang diberikannya di depan persidangan dan
Terdakwa Juga tetap dengan keberatannya.
E. Analisa Fakta
Bahwa dari BAP, Dakwaan dan Tuntutan yang dicoba dibangun Jaksa Penuntut umum bahwa
Terdakwalah yang paling aktif untuk mendatangi Korban dan tanpa ada Permintaan dari Saksi Wiskan
Wardana Hasibuan, sehingga seolah-olah Terdakwa berbuat sendiri untuk Pengurusan CPNS Tahun
2013 tanpa ada orang yang mempunyai Jabatan Strategis dalam menjalankan tindakan tersebut.
Sehingga sejalan dengan Keterangan saksi Wiskan Wardana yang pernah menerima uang dari
Terdakwa untuk pengurusan PNS beberapa orang, dimana Saksi Wiskan Wardana Hasibuan
menduduki jabatan strategis pada tahun 2013 sebagai Kabid Perencanaan dan Penerimaan PNS
(Penram). Tidak mungkinlah Terdakwa mengantar uang kepada Wiskan Wardana Hasibuan tanpa ada
Pembicaraan sebelumnya dan atau kesepakatan antara Terdakwa dengan saksi Wiskan Wardana.
Dengan kata lain Saksi Wiskan Wardana Hasibuan lah yang menyuruh Terdakwa untuk mencari orang
yang akan di Urus menjadi PNS.
Untuk menguatkan argumentasi kami, jelas keterangan saksi Wiskan Wardana Hasibuan dalam
Putusan Perkara Nomor: 6/Pid.B/2019/PN.Sbh yang telah inkrach, mengakui menerima uang dari
Terdakwa Sri Dina Waty, yang mana perkara tersebut jelas berkaitan dengan perkara ini, sehingga
kami berkesimpulan bahwa Terdakwa Sri Dina Waty adalah orang yang turut serta dalam melakukan
tindak pidana Penipuan (deelneming) yang disangkakan pada Terdakwa saat ini melalui perintah Saksi
Wiskan Hasibuan dan Selanjutnya Uang yang dikumpulkan Saksi Wiskan Wardana Hasibuan diberikan
kepada Tongku Solah.
F. Analisis Yuridis
Majelis Hakim Yang Mulia;
Rekan Jaksa Penuntut Umum yang terhormat;
Bahwa proses peradilan pidana adalah suatu proses persidangan yang sangat berbeda dengan proses
persidangan lainnya, karena dalam suatu proses persidangan pidana haruslah dapat diukur seberapa
jauh kesalahan (schuld) yang terdapat pada diri seorang terdakwa pada dugaan tindak pidana yang
didakwakan tanpa ada sedikitpun keraguan pada Majelis Hakim pemeriksa suatu perkara tentang hal
tersebut. Untuk kemudian berdasarkan hal ini, dapat pula diukur dan dimintakan seberapa besar
pertanggungjawaban pidana yang bisa dilekatkan pada seorang terdakwa.
Hal ini pula yang disampaikan Curzon LB Curzon dalam bukunya “Criminal Law” (London; M&E Pitman
Publishing; 1997) yang menjelaskan: “Bahwa untuk dapat mempertanggung jawabkan seseorang dan
karenanya mengenakan pidana terhadapnya, tidak boleh ada keraguan sedikitpun pada diri hakim
tentang kesalahan terdakwa”. Hal serupa juga disampaikan oleh Prof. Moelijatno dalam bukunya
“Asas-Asas Hukum Pidana” (Jakarta; Bina Aksara; 1987) yang menerangkan: “Orang tidak mungkin
mempertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau dia tidak melakukan perbuatan pidana”.
Perbuatan terdakwa yang dapat dipidana (strafbarehandeling) terletak pada wujud suatu perbuatan
yang dirumuskan dalam ketentuan/pasal yang mengaturnya, bukan pada akibat dari perbuatannya
sebagai bentuk dari delik materil. Sebagai delik formil, konsekuensi hukumnya adalah bahwa seorang
penuntut umum wajib membuktikan unsur esensial dari “strafbarehandeling” atau perumusan ketentuan
yang didakwakan tersebut, begitu pula pembuktian terhadap unsur yang merupakan “sarana”
penggunaan dari strafbarehandeling tersebut. Berbicara pertanggung jawaban pidana, maka
semuanya akan bergantung dengan adanya suatu tindak pidana (delik). Tindak pidana di sini, berarti
menunjukkan adanya suatu perbuatan yang dilarang. Kata delik atau delictum memiliki arti sebagai
perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang,
di mana dalam hal hukum pidana sendiri kita mengenal adanya dua jenis yaitu delik formil yang
perumusannya menitikberatkan pada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh
undang-undang serta delik materil yang perumusannya menitikberatkan pada akibat yang dilarang dan
diancam dengan pidana oleh undang-undang.
Sementara itu Prof. Satochid Kartanegara sehubungan dengan pengertian delik ini sendiri
menyebutkan, unsur delik terdiri atas unsur objektif dan unsur subjektif, di mana unsur objektif adalah
unsur yang terdapat di luar diri manusia, yaitu:
- Suatu tindakan
- Suatu akibat, dan
- Keadaan (omstandigheid)
Di mana kesemuanya itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. Sedangkan
unsur subjektif adalah unsur-unsur dari perbuatan yang dapat berupa:
- Kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan (toerekenings vatbaarheid);
- Kesalahan (schuld).
Bahwa rumusan delik dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pembuktiannya tidak
hanya sekedar melihat pertanggung jawaban pidana berdasarkan “materiele feit”, tetapi tetap harus
berpegang pada asas pertangung jawaban pidana yang berlaku secara universal Geen Straf Zonder
Schuld/tiada pidana tanpa kesalahan. Dalam hal ini, apakah kesalahan tersebut
berupa opzet (kesengajaan) maupun berupa culpa (kealaian) dengan mengaitkan adanya suatu
prinsip “formeele wedderechtelijkheid” dan adanya suatu alasan penghapusan pidana berdasarkan
fungsi negative.
Bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam uraian tuntutannya mengenai unsur “dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum” telah keliru dalam menerapkan
unsur tersebut. Hubungan antara Terdakwa dengan Hj. Mintana Marida Hasibuan lahir berdasarkan
perjanjian yang di tandatangani oleh kedua belah pihak, dan berdasarkan kesepakatan yang pada
intinya Terdakwa akan mengembalikan uang tersebut apabila saksi Aldi Amron tidak lulus CPNS .
Menurut hemat kami, cara berlogika yang tepat adalah bahwa maksud dari perjanjian tersebut adalah
saling menguntungkan kedua pihak dan ada kesepakatan sehingga terjadi penyerahan uang Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
Berdasarkan fakta persidangan, tidak ada satu pun saksi-saksi yang menanda tangani surat perjanjian
dimaksud, dan surat tersebut dijadikan bukti surat oleh Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan
sebelumnya, meski saksi Desni Romaputra sendiri yang membuat surat perjanjian tersebut . Namun
atas wanprestasi Terdakwa tidak mengembalikan uang Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
kepada Hj. Mintana Marida Hasibuan, mengakibatkan Terdakwa di tuntut dengan Penipuan atau Pasal
378 KUHP. Namun saksi Wiskan Wardana Hasibuan yang telah nyata dan saksi Wiskan juga
mengakuinya menerima uang dari Terdakwa tidak tersentuh hukum sama sekali.
Bahwa sebagaimana telah disebutkan di atas, hubungan hukum yang terjalin antara Terdakwa dengan
Alm. Hj. Mintana Marida Hasibuan lahir berdasarkan kesepakatan yang dituangkan ke dalam
perjanjian, maka dari itu uraian unsur “dengan memakai nama palsu atau marabat palsu, baik dengan
tipu muslihat, atau pun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang” dalam tuntutan
rekan Jaksa Penuntut Umum adalah penerapan yang keliru dan seakan-akan memaksakan.
Berdasarkan keterangan saksi Amelia, saksi Enni dan saksi Desni menerangkan bahwa antara
Terdakwa dengan Hj. Mintana Marida Hasibuan dibuatkan surat Perjanjian dan Kwitansi penerimaan
uang Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), yang pada intinya Terdakwa mengembalikan uang
tersebut jika saksi Aldi tidak lolos. Keterangan “mengembalikan uang apabila tidak lolos” tersebut
adalah keterangan Tongku Solah kepada saksi Wiskan Wardana dan kemudian diteruskan kepada
Terdakwa Sridina Waty. Sesuai dengan keterangan saksi Wiskan Wardana dan keterangan Terdakwa
dalam Persidangan.
Kegagalan penegakkan keadilan tidak hanya terbatas pada produk pengadilan atau dalam sistem
hukum pidana, tetapi juga dapat terjadi di luar pengadilan, terbentuk dari kekuasaan penegak hukum
yang bersifat memaksa (coercive power);
1. Kegagalan penegakkan keadilan dapat dilembagakan dalam hukum, misalnya dalam bentuk
legalisasi biaya-biaya yang tidak resmi;
2. Kegagalan penegakkan keadilan harus pula mencakup kelemahan Negara ketika menjalankan
tanggung jawabnya;
3. Kegagalan penegakkan keadilan harus ditegaskan pada hal-hal yang berkaitan dengan hak
asasi manusia;
4. Istilah miscarriage of justice terus berkembang dan dipergunakan untuk menggambarkan
bahwa dalam sistem hukum negara-negara di dunia terdapat kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam putusan pengadilan yang menyebabkan seseorang harus menjalani hukuman
atas kejahatan yang tidak dilakukannya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam pemeriksaan perkara Terdakwa, patutlah kita semua, baik rekan
Jaksa Penuntut Umum, Majelis Hakim Yang Mulia atau pun kami sendiri selaku Penasihat Hukum,
harus berpegang teguh pada asas-asas yang terkandung dalam penegakkan keadilan serta harus
menghindari tindakan-tindakan yang dapat merusak integritas sistem sebagai upaya
menghindari miscarriage of justice pada perkara ini.
KESIMPULAN
Majelis Hakim Yang Mulia,
Rekan Jaksa Penuntut Umum Yang Terhormat,
Bahwa kemandirian Majelis Hakim Yang Mulia begitu kental dalam persidangan ini, kami sangat
mengapresiasi hal tersebut. Kewajiban hakim untuk bersikap mandiri dapat diartikan bahwa hakim
terikat untuk memutus perkara hanya atas dasar ketentuan undang-undang. Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sistem pembuktian yang dianut adalah Negatief Wettelijk
Stelsel, yaitu metode pembuktian yang paling sulit di antara empat ajaran atau teori tentang
pembuktian. Menurut KUHAP, untuk membuktikan seseorang bersalah harus diperoleh 2 (dua) alat
bukti yang sah ditambah dengan keyakinan hakim.
Terdakwa yang saat ini duduk di hadapan yang Mulia Majelis Hakim sebagai terdakwa, benar-benar
menaruh harapan di pundak Majelis Hakim Yang Mulia agar kiranya dapat menjatuhkan putusan yang
Saat ini Terdakwa tidak ada harapan lain selain berharap kepada Majelis Hakim yang dapat memutus
perkara ini dengan putusan yang seadil-adilnya.
Sesuai dengan Permohonan Anak kandung Terdakwa “…Mohonlah Majelis Hakim Yang Mulia supaya
memberikan hukuman yang ringan kepada Ibu saya, karena Ibu saya sudah tua, Ibu saya menyesal
dan kami masih membutuhkan kasih sayang Ibu kami Majelis” dan Terdakwa sendiri telah mengakui
perbuatannya, sangat menyesali apa yang telah Terdakwa perbuat, atas penyesalan tersebut
Terdakwa sampai meneteskan air mata, dengan kalimat terbata-bata Terdakwa mengatakan “…Yang
Mulia Majelis Hakim yang saya hormati, saya mohon Pak supaya hukuman saya diringankan, saya
sangat menyesal atas perbuatan ini dan saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan saya” .
Prof. Oemar Seno Adji dalam bukunya HUKUM, HAKIM PIDANA menulis “bahwa Hakim Pidana bebas
dalam mencari hukuman yang dijatuhkan terhadap terdakwa secara tepat. Ia harus memperhitungkan
sifat dan seriusnya delik yang dilakukan, keadaan yang meliputi perbuatan-perbuatan yang dihadapkan
kepadanya. Ia harus melihat kepribadian dari pelaku perbuatan……” .
Sekarang, kearifan dan harapan untuk mendapatkan keadilan berada pada Majelis Hakim Yang sangat
kami muliakan.
Bertumpuh pada paparan kondisi obyektif yang terungkap dalam persidangan yang dialami oleh
Terdakwa Sri Dina Waty, dan telah kami uraikan di atas, maka kami Penasehat Hukum Terdakwa
berkesimpulan bahwa Terdakwa tidak melakukan dugaan Penipuan tersebut sendiri, namun ada
deelneming antara Tongku Solah, Wiskan Wardana dan Terdakwa.
Dengan demikian kami Penasehat Hukum mohon agar kiranya Majelis Hakim dengan segala
kewibawaannya berkenan menjatuhkan putusan Pidana Penjara kepada Terdakwa selama 10 (sepuluh
bulan) dan dikurangi selama masa penangkapan dan penahanan.
Namun demikian bila Majelis Hakim berpendapat/berkeyakinan lain, kami mohon putusan seadil-
adilnya, mengingat tujuan penjatuhan pidana bukanlah pembalasan dendam tetapi bertujuan mendidik
dengan memberi kesempatan terhadap orang tersebut memperbaiki tingkah lakunya di tengah-tengah
pergaulan masyarakat.
Demikianlah Nota Pembelaan ini kami ajukan, semoga Tuhan Yang Maka Kuasa memberikan
perlindungan kepada kita semua.
Hormat kami,
Penasihat Hukum Terdakwa