Anda di halaman 1dari 6

EKSEPSI

PERKARA REGISTER NO. 320/Pid .B/2021/PN.Tbt

Nama Lengkap : DAVID


Tempat Lahir : Tebing Tinggi
Umur/Tgl Lahir : 38/ 19 November 1983
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jl. Sudirman Komp. Pencipta No.6 Lk. VII, Kel Badak
Bejuang Kec. Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi
Agama : Budha
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP

Dengan hormat,

Kami yang bertandatangan dibawah ini :

1. BAMBANG SANTOSO, S.H.


2. MUHAMMAD ABDI, S.H
3. PARIS SITOHANG, S.H., M.H.

adalah Advokat dan Konsultan Hukum pada kantor "BBHA INDIKATOR", beralamat di Jalan
Letdjen Suprapto No. 40 Tebing Tinggi , untuk bertindak baik secara bersama-sama maupun
sendiri-sendiri, bertindak untuk dan atas nama Terdakwa David berdasarkan kekuatan hukum
Surat Kuasa tertanggal 06 Desember 2021, dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi, mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan Majelis Hakim
kepada kami untuk mengajukan keberatan/eksepsi terhadap dakwaan saudara Jaksa Penuntut
Umum, bertindak untuk dan atas nama kepentingan hukum Terdakwa, perlu untuk
menyampaikan Eksepsi atas surat Dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum Nomor Reg. Perkara:
PDM-103/Eoh.2/TBING/11/2021, tanggal 01 Desember 2021 dan dibacakan pada persidangan
pekara a quo.

Merupakan suatu kehormatan bagi kami yang secara bersama-sama dengan Jaksa Penuntut
Umum dalam menegakkan supremasi hukum, mendampingi Terdakwa DAVID Als AWI , dimana
kami dan Jaksa Penuntut Umum adalah sama-sama beranjak dari hukum yang berlaku, namun
dalam perkara ini kami berbeda pendapat dengan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan
Terdakwa didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud di bawah ini:

DAKWAAN
KESATU
Melanggar Pasal 378 KUHP.
ATAU
KEDUA :
Melanggar Pasal 372 KUHP.
1
Majelis hakim yang Mulia
Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati

Bahwa untuk menyingkat waktu, kami mohon bahwa surat dakwaan dianggap telah dimuat
secara lengkap dalam eksepsi ini. Kita semua sependapat Sdr. Jaksa Penuntut Umum
mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 butir 6 KUHAP, bahwa
setiap perbuatan kejahatan yang dilakukan oleh siapapun tidak boleh dibiarkan dan haruslah
dilakukan penyidikan serta pelaksanaan hukumnya tidak boleh ditawar-tawar, dalam arti
siapapun yang bersalah harus dituntut dan dihukum setimpal dengan perbuatannya, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang menghukum orang yang bersalah merupakan tuntutan
dari hukum, keadilan dan kebenaran itu sendiri. Sebab jika tidak dilakukan akan timbul reaksi
yang dapat mengoyahkan sendi-sendi dalam penegakan supremasi hukum. Tetapi disamping
itu, tidak seorangpun boleh memperkosa kaedah-kaedah hukum, keadilan dan kebenaran
untuk maksud-maksud tertentu dan dengan tujuan tertentu. Begitu pula dalam perkara ini, kita
semua sepakat untuk menegakkan sendi-sendi hukum dalam upaya kita mengokohkan
supremasi hukum yang telah diatur dalam kaedah-kaedah hukum di dalam KUHAP.

Kegagalan dalam penegakan keadilan (miscarriage of Justice) adalam merupakan persoalan


universal dan actual yang dihadapi oleh hampir semua bangsa dalam menegakkan system
peradilan pidananya (Criminal Justice System). Seseorang pejabat yang mempunyai kuasa dan
wewenang yang ada padanya untuk memberikan keadilan, ternyata mengunakan kuasa dan
wewenangnya yang ada padanya justru untuk memberi ketidak adilan. Demikian parahnya
ketidakadilan tersebut, sehingga situasi hukum di Indonesia digambarkan dalam kondisi
DESPERATE, berada pada titik paling rendah (titik nadir).

Persoalan ini juga merupakan issue penting ditengah upaya memajukan dan menegakkan hak-
hak asasi manusia dan demokrasi yang merupakan pilar penting dari penegakkan pemerintahan
yang baik (good governance). Kegagalan dalam penegakkan keadilan dalam sistem peradilan
pidana diulas oleh Clive Walker ; dijelaskan suatu penghukuman yang lahir dari ketidak jujuran
atau penipuan atau tidak berdasarkan hukum dan keadilan bersifat korosif atau klaim legitimasi
Negara yang berbasis nilai-nilai sistem peradilan pidana yang menghormati hak-hak individu.
Dalam konteks ini kegagalan penegakan keadilan akan menimbulkan bahaya bagi integritas
moral proses hukum pidana. Lebih jauh lagi hal ini dapat merusak keyakinan masyarakat akan
penegakan hukum;

Bahwa dihadapan majelis Hakim yaitu sebagai “Dominus Litis” yang tidak berpihak, saat ini ada
dua pihak yang berperkara yaitu : Jaksa Penuntut Umum sebagai penuntut dan Terdakwa
DAVID Als AWI yang didampingi oleh Penasehat Hukumnya yang melihat hukum tersebut dari
fungsinya yang berbeda, dan selanjutnya Majelis Hakim memandang kedua belah pihak sama
tinggi dan sama rendah, Majelis hakim memeriksa dan mengadili perkara ini tanpa mempunyai
kepentingan pribadi di dalamnya;

Dengan demikian, majelis hakim akan dapat menempatkan dirinya pada posisi yang netral dan
tetap eksis sebagai pegayom keadilan dan kebenaran dalam usaha terwujudnya kepastian
hukum (reachable to legal certainity) seperti yang didambakan oleh masyarakat secara luas
pada waktu ini;

Mengacu kepada maksud yang terkandung dalam Pasal 156 (1) KUHAP, atas nama Terdakwa
DAVID Als AWI, maka kami sampaikan EKSEPSI/Keberatan atas surat dakwaan Sdr. Jaksa
Penuntut Umum dengan alasan-alasan yuridis sebagai berikut :

Bahwa pada kesempatan ini, tepat sekali kiranya Majelis Hakim menyoroti kualitas dakwaan
yang telah disampaikan oleh sdr. Jaksa Penuntut Umum, apakah tindakan hukum yang
dilakukan, rumusan delik dan penerapan ketentuan undang-undang yang dimaksud oleh KUHP

2
dalam perkara ini apakah sudah tepat dan benar serta apakah telah sesuai dengan norma-
norma hukum, fakta dan bukti kejadian yang sebenarnya, ataukah rumusan delik dalam
dakwaan itu hanya merupakan suatu ‘imaginer” yang sengaja dikedepankan sehingga
membentuk suatu “konstruksi hukum” yang dapat menyudutkan Terdakwa pada posisi lemah
secara yuridis ;

Jika ditinjau dari sudut pasal 143 ayat (2) KUHAP yang menuntut bahwa surat dakwaan harus
jelas, cermat, dan lengkap memuat semua unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan, maka
terlihat bahwa dakwaan sdr. Jaksa Penuntut Umum masih belum memenuhi persyaratan yang
dimaksud oleh Undang-undang tersebut baik dari segi formil maupun dari segi materilnya.
Keterangan tentang apa yang dimaksud tentang dakwaan yang jelas, cermat dan lengkap
apabila tidak dipenuhi mengakibatkan batalnya surat dakwaan tersebut karena merugikan
Terdakwa dalam melakukan pembelaan ;

Adapun keberatan/Eksepsi kami ini adalah sebagai berikut :

I. SYARAT FORMIL
PERKARA TERDAKWA DAVID Als AWI ADALAH MURNI PERKARA PERDATA

Bahwa berdasarkan Pasal 156 ayat (1) KUHAP terhadap perkara yang bukan kewenangan
pengadilan untuk mengadili dapat diajukan sebagai bentuk keberatan/perlawanan
(verweer). Dalam perkara a quo surat dakwaan jaksa penuntut umum terhadap Terdakwa
tidak memperhatikan tentang kewenangan relatif dari pengadilan. Terhadap apa yang
telah dilakukan Terdakwa adalah murni merupakan wilayah Hukum Perdata. Hubungan
antara Saksi Korban Hardi Mistani Als Acek Minyak dengan Terdakwa David Als Awi
adalah hubungan bisnis yang saling menguntungkan selama lebih dari 14 tahun yakni
sejak tahun 2004 dimana Terdakwa David Als Awi di berikan gudang/Ram oleh saksi
korban Hardi Mistani Als Acek Minyak untuk mengumpulkan TBS dari agen-agen kenalan
Terdakwa David Als Awi untuk di jual di PKS saksi korban Hardi Mistani Als Acek Minyak.
Kerja sama ini dapat terjadi karena PKS Saksi Korban Hardi Mistani Als Acek Minyak
kekurangan TBS untuk diolah jadi CPO dan Agen agen kenalan Terdakwa David Als Awi
yang berjumlah cukup banyak dapat memenuhi kebutuhan TBS di PKS nya Saksi Korban
Hardi Mistani Als Acek Minyak. Dari sinilah awal hubungan bisnis yang saling
menguntungkan antara saksi korban Hardi Mistani dengan Terdakwa David. Bahwa
hubungan bisnis yang dari awal hanyapengumpulan TBS ada juga jual beli truck dan
pinjaman uang yang banyak memberikan keuntungan baik kepada saksi korban Hardi
Mistani maupun Terdakwa David. Bahwa dalam waktu 2 tahun terakhir ini Terdakwa lalai
dan terpeleset dalam mengelola keuangan sehingga ada pinjaman yang belum
terbayarkan namun tidak sebanyak yang didakwakan.

Bahwa kesepakatan antara para pihak diatas walaupun hanya sebatas perjanjian lisan
(saksi korban Hardi Mistani dan terdakwa David) yang di akhir 2 tahun ini tidak berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga melahirkan tuntutan dari saksi korban Hardi Mistani
yang atas tindakan dan perbuatan Terdakwa David murni perbuatan wanprestasi.

Bahwa oleh karena itu sesuai dengan prinsip hukum Stufen Bouw Theory dari Hans
Kalsen, dimana hukum tersebut tidak dicampur adukan dengan pidana, selaras dengan
prinsip hukum lex spscialis systematic derogate lex generalis (asas kekhususan yang
sistematis). Ketentuan pidana yang bersifat khusus adalah berlaku apabila pembentuk
undang-undang memang bermaksud untuk memperlakukan ketentuan perdata tersebut
sebagai ketentuan pidana yang bersifat khusus. Sedangkan secara yuridis KUHPerdata
tidak ada mengatur secara khusus apabila terjadi kekhilafan dan sanksi yang diberikan
oleh hukum adalah gugatan wansprestasi bukan merupakan tindakan criminal/ pidana
yang mestinya diacam dengan sanksi pidana. Oleh karena itu dakwaan Penuntut Umum a
quo haruslah tidak diterima/batal demi hukum.
3
II. SYARAT MATERIIL
SURAT DAKWAAN TERHADAP TERDAKWA DAVID Als AWI TIDAK LENGKAP DAN
TERDAPAT PERTENTANGAN SATU DENGAN LAINNYA.

Bahwa mencermati dakwaan dan susunan dakwaan Penuntut Umum, maka Dakwaan
Penuntut Umum terhadap Terdakwa pada pokoknya adalah sebagai berikut;;
 Didakwa melanggar Pasal 378 KUHP
 Didakwa melanggar Pasal 372 KUHP

Bahwa hubungan bisnis yang saling menguntungkan antara Terdakwa David dengan saksi
korban Hardi Mistani telah berlangsung puluhan tahun sejak tahun 2004, maka alur
peristiwa yang didakwakan kepada Terdakwa David yang di potong sepenggal sepenggal
yang hanya mengekpos peristiwa tahun 2020 s/d 2021 sehingga menyembunyikan
kebenaran, dimana disatu sisi dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum dengan Nomor
Reg. Perk: PDM-103/E0h.2/TBING/11/2021 pada halaman 3, point 1 dan 2 saling
bertentangan, dimana dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan saksi
korban Hardi Mistani ada memperoleh keuntungan namun disisi lain Jaksa Penuntut
Umum dalam dakwaannya menyatakan Terdakwa David tidak pernah mengembalikan
uang yang diambil dari Saksi KorbanHardi Mistani sehingga dakwaan menjadi tidak jelas
dan kabur.

Bahwa juga didalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum dengan Nomor Reg. Perk:
PDM-103/E0h.2/TBING/11/2021, Jaksa Penuntut Umum tidak menguraikan secara
lengkap dengan cara bagaimana terdakwa memperoleh uang dari korban Hardi Mistani
dengan total sebesar Rp. 21.503.000.000 (Dua Puluh Satu Milyar Lima Ratus Tiga Juta
Rupiah) apakah melalui transfer atau penerimaan secara langsung, sehingga kami
Penasehat Hukum terdakwa David berpendapat bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum
sangatlah prematur dan tidak lengkap, dikarenakan Jaksa Penuntut Umum hanya
berlandaskan pada data kwitansi-kwitansi penyerahan uang yang dimana perlu kami
sampaikan bahwa kwitansi-kwitansi tersebut ditandatangani oleh terdakwa DAVID
dengan penuh tekanan dan rekayasa, dan waktu penandatanganan kwitansi-kwitansi
tersebut pada saat 2 hari sebelum terdakwa DAVID ditangkap oleh Penyidik POLDA
SUMUT

Bahwa memperhatikan dakwaan dan susunan dakwaan Penuntut umum tersebut, maka
NYATALAH dakwaan penuntut umum adalah dakwaan yang memuat pertentangan satu
dengan lainnya, merugikan kepentingan pembelaan diri Terdakwa dan pertentangan isi
perumusan perbuatan satu dengan lainnya tersebut menimbulkan keraguan dalam diri
terdakwa tentang perbuatan yang didakwakan kepadanya.

Bahwa Terdapatnya perumusan dakwaan yang saling bertentangan tersebut MAKIN


KUAT, dimana pada dakwaan ke-Satu terdakwa didakwa melanggar Pasal 378. Demikian
pula pada dakwaan ke-Dua terdakwa didakwa melanggar pasal 372. BAHKAN Uraian-
uraian perbuatan dari dakwaan Kesatu dan Kedua, adalah uraian yang sama persis,
padahal unsur unsur dari kedua pasal tersebut sangatlah berbeda.

Dalam kaitan uraian perumusan dakwaan Penuntut Umum di atas, maka jelas pula bahwa
surat dakwaan Penuntut Umum tidak cermat, jelas dan lengkap sebagaimana syarat
materil ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf (b) KUHAP, maka sebagaimana ketentuan pasal
143 ayat 3) KUHAP, surat dakwaan itu diancam batal demi hukum (nul and void) yang
berarti bahwa dari semula tidak ada surat dakwaan atau tidak ada suatu tindak pidana
yang dilukiskan dalam surat dakwaan itu. Oleh sebab itu, kiranya demi kepastian hukum
dan rasa keadilan hukum bagi Terdakwa, maka kami mohon kiranya kepada Majelis
4
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk membatalkan demi hukum
dakwaan Penuntut Umum terhadap terdakwa dan membebaskan Terdakwa dari segala
dakwaan Penuntut Umum.

III. YURISPRUDENSI

 Yurisprudensi Mahkamah Agung RI.No.808 K / Pid / 1984 tanggal 29 Juni


1985, menyatakan :”Dakwaan tidak cermat, tidak jelas, tidak lengkap sehingga
harus dinyatakan Batal Demi Hukum“.

 Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.33 K / Mil / 1985 tanggal 15 Februari


1986, menyatakan :“Karena surat dakwaan tidak dirumuskan secara lengkap dan
tidak cermat, dakwaan dinyatakan Batal Demi Hukum“.
 adalah Cacat Hukum dan Dapat Dibatalkan (vernietigbaar)”.

IV. PENUTUP

Bahwa seluruh uraian eksepsi di atas semata-mata mengenai syarat formil dan syarat
materiil surat dakwaan sebagaimana ketentuan Pasal 143 ayat (2) KUHAP dan sama sekali
tidak menyebut-nyebut, menyinggung atau bahkan membahas mengenai Materi pokok perkara.
Dengan demikian, mohon kiranya agar Eksepsi (Nota Keberatan) ini mendapatkan perhatian
Majelis Hakim Yang Mulia ;

Bahwa dikarenakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum telah mengandung cacat yuridis
karena tidak memenuhi persyaratan formil dikarenakan bukan perkara pidana atau
bernilai imperfect atau tidak memenuhi maksud ketentuan Pasal 143 Ayat (2) huruf a
KUHAP. Oleh karenanya sangat beralasan secara hukum, Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum Register Perkara Nomor : PDM – 103 / Eoh.2/TBING/2021, tertanggal 1 Desember
2021, dinyatakan BATAL atau DIBATALKAN ;

Bahwa dikarenakan secara jelas dan terang, Surat Dakwaan Jaksa Penuntut umum disusun
secara tidak Cermat, Tidak Jelas dan Tidak Lengkap. sehingga Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum dapat dikatakan tidak memenuhi Persyaratan Materiil sebuah Surat Dakwaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yang pada pokoknya
mensyaratkan agar Surat Dakwaan diuraikan secara jelas, cermat dan lengkap. Oleh
karenanya sangat beralasan secara hukum, Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Register
Perkara Nomor : PDM – 103 / Eoh.2/TBING/2021, tertanggal 1 Desember
2021, dinyatakan BATAL DEMI HUKUM.

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, jika Dakwaan Jaksa Penuntut umum
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) b KUHAP, maka
Dakwaan tersebut adalah Batal Demi Hukum.

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut dengan alasan-alasan dan pertimbangan yang kami
uraikan di atas, dengan ini Kami mohon Kepada Yang Terhormat Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara Pidana Nomor 320/Pid.B/2021/PN Tbt ., berkenan untuk memutuskan perkara ini
dengan Amar Putsan sebagai berikut :

1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi atau Nota Keberatan Penasehat Hukum Terdakwa
untuk seluruhnya;

2. Menyatakan secara hukum Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Register Perkara
Nomor : PDM – 103 / Eoh.2/TBING/2021, tertanggal 1 Desember 2021, adalah tidak
memenuhi Syarat Formil;

3. Menyatakan secara hukum Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Register Perkara
Nomor : PDM – 103 / Eoh.2/TBING/2021, tertanggal 1 Desember 2021, adalah tidak
memenuhi Syarat Materiil;

5
4. Menyatakan secara hukum Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Register Perkara
Nomor PDM – 103 / Eoh.2/TBING/2021, tertanggal 1 Desember 2021, adalah BATAL
DEMI HUKUM;

5. Menyatakan seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada negara.

Demikian Eksepsi atau Nota Keberatan kami, atas perhatian dan terkabulnya permohonan di
atas. kami menghaturkan banyak terima kasih.

Tebing Tinggi, 20 Desember 2021


Hormat Kami,
Kuasanya,
BADAN BANTUAN HUKUM & ADVOKASI (BBHA)
INDIKATOR

BAMBANG SANTOSO, S.H MUHAMMAD ABDI, S.H PARIS SITOHANG, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai