Anda di halaman 1dari 12

JIMLY ASSHIDIQIE LAW FIRM

PERWAKILAN SULAWESI SELATAN


PENDIDIKAN - PELATIHAN PROFESI HUKUM DAN PENGEMBANGAN SDM -
ADVOKASI – PENELITIAN - MEDIA

KEMENKUMHAM No: AHU -9078.AH.01.04.Tahun 2011 - NPWP :


31.410.298.9-071.000
Kantor : Jalan Abdul Muthalib Dg. Narang Nomor 11A Paccinongang, Kab.
Gowa
HP. 085 256 783 291 – 081 111 200 218

NOTA KEBERATAN
TERHADAP
SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM
DALAM PERKARA NOMOR : 212/Pid.B/2021/PN.Gw
ATAS NAMA TERDAKWA AFIFAH NOVIANTI alias AFIFAH

Disampaikan di hadapan persidangan

Pengadilan Negeri Gowa

Hari Rabu 08 September 2021

DIDAKWA MELANGGAR :
PRIMAIR:
Sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan ketentuan pasal 340 jo pasal
55 ayat (1) KUHP Pembunuhan Berencana
SUBSIDAIR:
Sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan ketentuan pasal 338 jo pasal
55 ayat (1) KUHP Pembunuhan Biasa
Majelis Hakim yang terhormat,
Saudara Jaksa Penuntut Umum yang Terhormat,
Persidangan yang Kami Muliakan.

Perkenankan kami yang bertandatangan dibawah ini :


RIDWAN, S.H., M.H.
ALDYLAH RAMADHANTI, S.H., M.Hum.
SAYIDIN ZIDAN FATIHA, S.H.
ICHLASUL AMAL, S.H.

Advokat pada Jimly Asshidiqie Law Firm Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi
Selatan, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 21 Mei 2021, terdaftar pada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Gowa, tanggal 20 juli 2021, Nomor :
212/Pid.B/VI/2021/PN.Gw, dengan ini menyampaikan terima kasih kepada
Majelis Hakim atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk
menyampaikan eksepsi terhadap surat dakwaan saudara Jaksa Penuntut Umum
yang disusun secara Subsidaritas dan dibacakan dihadapan persidangan perkara
pidana umum ini pada tanggal 08 September 2021, sekaligus diperkenankan
bertindak selaku kuasa hukum untuk dan atas nama :

Nama : Afifah Novianti alias Afifah


Tempat Lahir : Makassar
Umur/Tanggal : 25 tahun 5 November 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan/Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jl. Barukang No. 03
Kel. Pannampu, Kec. Tallo
Agama : Islam
Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
Pendidikan : SMP/Sederajat
Majelis Hakim yang Terhormat,
Saudara Jaksa Penuntut Umum yang Terhormat,
Persidangan yang Kami Muliakan.

Merupakan suatu kehormatan bagi kami dapat bersama-sama saudara Jaksa


Penuntut Umum dalam menegakkan supremasi hukum di hadapan persidangan
perkara pidana ini, meski dalam kapasitas yang harus berbeda sehingga tentu saja
dengan tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada saudara Jaksa Penuntut
Umum, Penasihat Hukum Terdakwa juga harus berbeda pendapat dalam
memahami dan menganalisa surat dakwaan saudara jaksa Penuntut Umum. Surat
Dakwaan oleh A.K.Nasution memberi pengertian surat dakwaan (zaman HIR)
masih disebut surat tuduhan. Surat Tuduhan adalah suatu surat atau akta yang
memuat suatu perumusan dari tindak pidana yang dituduhkan, dan sementara
dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan yang merupakan
dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan.” (Andi Hamzah,2016 : 29).

Surat dakwaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)


hanya diatur dalam pasal 143 dan pasal 144. Pasal 143 (1) “Penuntut umum
melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri dengan permintaan agar segera
mengadili perkara tersebut disertai surat dakwaan”. Untuk itu izinkan
Kuasa/Penasihat Hukum saudara Terdakwa menguraikan eksepsi terhadap surat
dakwaan saudara Jaksa Penuntut Umum dalam perspektif ketentuan pasal 143
ayat (2) huruf b KUHAP yang berkaitan tentang syarat materil surat dakwaan.

Syarat Materil (Pasal 143 ayat (2) huruf b. Maksudnya adalah surat dakwaan
harus memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana
yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.

Selanjutnya Pasal 143 ayat (3) huruf b KUHAP secara tegas menyebutkan bahwa
tidak dipenuhinya syarat-syarat materil surat dakwaan menjadi batal demi hukum
atau “null and void” yang berarti sejak semula tidak ada tindak pidana seperti
yang dilukiskan dalam surat dakwaan itu.

Berikut ini izinkan Penasihat Hukum Terdakwa mengutip apa yang dimaksud
dengan “cermat, jelas dan lengkap” oleh pedoman pembuatan Surat Dakwaan
yang diterbitkan oleh Kejaksaan Agung RI halaman 12, menyebutkan:
Yang dimaksud dengan cermat adalah ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam
mempersiapkan dakwaan yang didasarkan kepada undang-undang yang berlaku,
serta tidak terdapat kekurangan dan atau ketelitian yang dapat mengakibatkan
batalnya surat dakwaan atau tidak dapat dibuktikan antara lain misalnya :

- Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan;


- Apakah penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat;
- Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan tindak
pidana tersebut;
- Apakah tindak pidana tersebut belum atau sudah kadaluwarsa;
- Apakah tindak pidana yang didakwakan tidak nebis in idem;

Yang dimaksud dengan jelas adalah Jaksa Penuntut Umum harus mampu
merumuskan unsur-unsur dari delik yang didakwakan sekaligus mempadukan
uraian perbuatan materil (fakta) yang dilakukan oleh Terdakwa dalam surat
dakwaan . Dalam hal ini harus diperhatikan jangan sekali-kali mempadukan
dalam uraian dakwaan antara delik yang satu dengan delik yang lain yang unsur-
unsurnya berbeda satu sama lain atau uraian dakwaan yang hanya menunjuk
pada uraian dakwaan sebelumnya (seperti misalnya menunjuk pada dakwaan
pertama) sedangkan unsurnya berbeda, sehingga dakwaan menjadi kabur atau
tidak jelas (obscuur libel) yang diancam dengan pembatalan.

Yang dimaksud dengan lengkap adalah uraian surat dakwaan harus mencakup
semua unsur-unsur yang ditentukan undang-undang secara lengkap. Jangan
sampai terjadi adanya unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau
tidak diuraikan perbuatan materilnya secara tegas dalam dakwaan, sehingga
berakibat perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana menurut undang-undang.

Majelis Hakim yang Terhormat,


Saudara Jaksa Penuntut Umum yang Terhormat,
Persidangan yang Kami Muliakan.

Adapun Nota Keberatan/Eksepsi Terdakwa bersama Penasihat Hukumnya adalah


sebagai berikut :

A. KEBERATAN TENTANG KEWENANGAN MENGADILI


1. Bahwa dalam dakwaan Primair Pengadilan Negeri Gowa tidak berwenang
Mengadili, Memeriksa, dan memutus perkara Aquo. Bahwa Dakwaan
Subsidaritas :

 Ada beberapa hal yang membuat kami Penasihat Hukum terdakwa


berkeyakinan bahwa Pengadilan Negeri Gowa tidak berwenang mengadili.

Kompetensi absolut (absolute competentie) atau kewenangan mutlak adalah


kewenangan suatu badan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu yang
secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan Pengadilan lain.

Berdasarkan pikiran M. Yahya Harahap dalam bukunya pembahasan


permasalahan dan penerapan KUHAP terkait dengan kewenangan mengadili
menjelaskan bahwa kewenangan Munculnya persoalan kewenangan absolut
mengadili (absolute competence), sebagai akibat pasal 10 uu no 14/1970 yang
telah menetapkan dan membagi’’ yurisdiksi subtantif’’ untuk setiap lingkungan
peradilan pada satu segi, dan pada segi lain disebabkan faktor pembentukan jenis
peradilan khusus yang kewenanganya secara absolut diberikan kepada peradilan
khusus tersebut (seperti pengadilan hubungan industrial) sebelum UU nomor 2
Tahun 2004 yang mengatur tentang perselisihan hubungan industrial terdapat
Panitia Penyelesaian Perselisihan hubungan hubungan industrial (P4) yang
berwenang menyelesaikan perselisihan perburuhan, yang oleh undang-undang
Nomor 22 Tahun 1957 hanya berupa perselisihan hak dan perselisihan
kepentingan.

Sementara untuk perselisihan kepentingan hanya dapat diajukan ke P4.49 Dengan


melihat Pasal 125 UU Nomor 2 Tahun 2004, ditegaskan bahwa dengan
berlakunya UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial ini, maka UU Nomor 2 Tahun 1957 dan UU Nomor 12
Tahun 1964 dinyatakan tidak berlaku lagi. UU Nomor 2 Tahun 2004 ini memang
menyatakan dengan tegas tentang yurisdiksi absolut dari Pengadilan Hubungan
Industrial yang bertindak: sebagai pengadilan khusus; kewenangannya
memeriksa, mengadili, dan memberikan putusan terhadap perselisihan hubungan
industrial; organisasinya dibentuk di Lingkungan Pengadilan Negeri. Pasal 1
angka 17 berbunyi: “Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus
yang dibentuk di lingkungan peradilan negeri yang berwenang memeriksa,
mengadili, ,dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial.
 Bahwa melihat uraian perbuatan yang di jelaskan oleh saudara Penuntut
Umum dalam surat Dakwaan khususnya dalam :
Dalam dakwaan Kesatu paragraf 1 halaman 2 menyatakan berdasarkan
pasal Pasal 340 KUHPidana tentang tindak pidana pembunuhan berencana
jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana, masih termasuk dalam wilayah hukum
Pengadilan Tindak Pidana pada Pengadilan Negeri Gowa yang berwenang
memeriksa dan mengadilinya.
Namun berdasarkan fakta hukum yang terjadi bahwa perkara ini merupakan
perselisihan hak karena korban di paksa bekerja diluar jam kerja dan hak gajinya
pun tidak diberikan sebagai upah lembur. Jadi karena perkara ini masuk dalam
perselisihan hak pekerja dan kewajiban perusahaan maka hal ini menjadi
kewenangan pengadilan hubungan industrial bukan Pengadilan Negeri Gowa.

B. EKSEPSI DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM TIDAK DAPAT


DITERIMA
(EROR IN PERSONA)

Kekeliruan terhadap orang yang ditangkap atau ditahan padahal sudah dijelaskan
bahwa bukan mereka yang melakukan suatu tindak pidana merupakan error in
persona. Beberapa kali terjadi error in persona yang berawal dari kurangnya alat
bukti, namun seseorang tetap dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Berdasarkan
latar belakang permasalahan tersebut, maka kami selaku pensihat hukum
mengangkat dua rumusan masalah yaitu: (1) Bagaimana pemaknaan error in
persona dalam Putusan Banding Nomor 50/Pid/2014/PT.DKI (2) Bagaimana
akibat hokum dari pelaksanaan Putusan Kasasi Nomor 1055K/PID/2014. Tujuan
analisis kami adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pemaknaan error in
persona dalam Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor
50/Pid/2014/PT.DKI, dan akibat hukum dari pelaksanaan Putusan Mahkamah
Agung Nomor 1055K/PID/2014. Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif
dengan jenis pendekatan penelitian perundang-undangan dan pendekatan kasus.

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu: (1) Makna error in
persona dapat ditemukan pada doktrin M. Marwan, yang mеnjеlaskan kеliru
mеngеnai orang yang dimaksud atau kеkеliruan mеngеnai orangnya. Dan doktrin
M. Yahya Harahap, yang menjelaskan kеkеliruan dalam pеnangkapan mеngеnai
orangnya diistilahkan dеngan disqualification in pеrson yang bеrarti orang yang
ditangkap atau ditahan tеrdapat kеkеliruan, sеdangkan orang yang ditangkap
tеrsеbut tеlah mеnjеlaskan bahwa bukan dirinya yang dimaksud hеndak ditangkap
atau ditahan. Selain itu juga ditemukan pada Pasal 95 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana mengenai rehabilitasi dan upaya ganti rugi. Menurut
Putusan Pengadilan error in persona ialah kekeliruan terhadap orang yang
didakwa, yang berawal dari proses penangkapan, padahal sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa bukan terdakwalah yang melakukan tindak pidana tersebut.
Sehingga mengakibatkan adanya putusan bebas dari segala dakwaan. (2) Akibat
hokum adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 1055K/PID/2014 terbagi
menjadi dua, akibat hokum yuridis dan non yuridis. Akibat hokum yuridis
tersebut ialah menguatkan norma/ menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta; mengkaburkan norma dikarenakan perbedaan putusan dari 3 lembaga
pengadilan diantaranya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Pengadilan Tinggi
DKI Jakarta dan Mahkamah Agung. Sedangkan, akibat hukum secara non yuridis
ialah berdasarkan alat bukti dan keyakinan hakim yang ada harus
dipertimbangkan secara cermat oleh hakim sebelum memutus perkara pidana.

Sehingga dalam dakwaan benar menyatakan bahwa ada tekanan yang dilakukan
oleh pihak perusahan untuk menambah beban kerja kepada karyawannya yaitu
Agung sehingga ia harus terpaksa bekerja lebih extra, akibatnya karena bekerja
dengan extra dan dalam keadaan mengalami gejala Covid-19 yang menyebabkan
kelelahan dan berujung pada kematian Agung.
Dan kami selaku Penasihat Hukum dari Afifah Novianti alias Afifah berpikir
bahwa pokok perkara ini bermula dari I Putu Siraj Sanjaya selaku pimpinan
perusahaan, yang telah menekan Agung untuk bekerja diluar daripada jam kerja
yang mengakibatkan kematian sehingga harusnya status terdakwa tidak
dilimpahkan kepada Afifah Novianti alias Afifah tetapi status terdakwa
sepenuhnya harus dilimpahkan kepada I Putu Siraj Sanjaya.

C. EKSEPSI DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM TIDAK CERMAT


 DAKWAAN TIDAK CERMAT
Jikalau kita akan membahas tentang surat dakwaan maka kita harus berdasar pada
Pasal 143 ayat (2) KUHAP, dalam Pasal tersebut dikatakan bahwa Penuntut
Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta
berisi :
a) nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka
b) uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
Undang-Undang memang tidak memberikan uraian lebih lanjut tentang apa yang
dimaksud dengan uraian secara cermat, jelas dan lengkap. Akan tetapi, sepanjang
yang kami tahu, bahwa surat dakwaan yang dianggap telah memenuhi syarat,
sebagaimana diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP, apabila
telah memenuhi syarat-syarat formil dan materiil. Syarat formil adalah
sebagaimana ditentukan dalam Pasal Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP, yaitu
Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditanda tangani
serta berisi identitas lengkap terdakwa. Pencantuman identitas lengkap terdakwa
ini dimaksudkan agar tidak terjadi “error in persona” dan menyebabkan
pembatalan surat dakwaan atau “vernietibaar”.
Memenuhi syarat materil, sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 143 ayat (2)
huruf b KUHAP, apabila surat dakwaan telah dibuat secara cermat, jelas, dan
lengkap mengenai tindak pidana itu dilakukan.
Adapun yang dimaksud dengan cermat, jelas, dan lengkap, memang Undang-
Undang tidak mengurai lebih lanjut. Namun demikian, dalam praktek pembuatan
surat dakwaan, yang dipedomani adalah para Penuntut Umum selama ini, adalah
sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia, tanggal
16 November 1993, Nomor : SE/004/JA/11/1993 tentang pembuatan surat
dakwaan jo tanggal 12 November 1993 Nomor : B 607/E/11/1993, yang
menentukan bahwa yang dimaksud dengan :
Cermat adalah membuat uraian yang didasarkan pada ketentuan pidana terkait,
tanpa adanya kekurangan/kekeliruan yang menyebabkan surat dakwaan batal
demi hukum atau dapat dibatalkan atau dinyatakan tidak dapat diterima (nirt
onvankelijk verklaard). Dalam hal ini, Penuntut Umum dituntut untuk bersikap
korek terhadap keseluruhan materi surat dakwaan.
Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 808
K/Pid/1984 menyatakan bahwa dakwaan tidak cermat, jelas dan lengkap sehingga
harus dinyatakan batal demi hukum. Juga dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor : 33 K/NIL/1985 menyatakan karena surat dakwaan
tidak dirumuskan secara cermat, jelas dan lengkap, dakwaan dinyatakan batal
demi hukum.
Bahwa dengan mengacu kepada ketentuan dan pandangan doktrin sebagaimana
tersebut dan terurai di atas, setelah kami menerima, membaca dan meneliti secara
seksama Surat Dakwaan Penuntut Umum tertanggal 20 juli 2021, kami
berpendapat Dakwaan Saudara Penuntut Umum TIDAK CERMAT DAN
KABUR (Obscuur libels), hal ini didasarkan pada alasan : bahwa Penuntut
Umum TIDAK CERMAT dalam menentukan Pasal 340 KUHPidana yang
semestinya menggunakan Pasal 1 ayat 2 UU No 2 Tahun 2004 tentang pengadilan
hubungan industrial terkait dengan perselisihan hak yang berbunyi : Perselisihan
hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya
perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan
perundangundangan, perjanjian kerja, peraturan perusa-haan, atau perjanjian kerja
bersama. Serta Berdasarkan pasal 187 ayat (1) dan (2) UU Cipta Kerja
No.11/2020 menyatakan jika pengusaha/perusahaan tidak membayar upah
kerja lembur maka dikenai sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu)
bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).Sebagaimana pengakuan saksi yaitu
istri korban bahwa korban yaitu Agung dipekerjaan secara paksa dengan beban
kerja yang banyak serta keseluruhan gaji lemburnya tidak dibayarkan oleh pihak
perusahaan.
Dan berdasarkan fakta hukum surat dakwaan yang telah diajukan oleh penuntut
umum telah mengalami kesalahan dalam penerapan pasal

Majelis Hakim yang Terhormat,


Saudara Jaksa Penuntut Umum yang Terhormat,
Persidangan yang Kami Muliakan.

Berdasarkan dalil-dalil Nota keberatan yang telah dikemukakan diatas,


perkenankan Terdakwa bersama Penasihat/kuasa hukumnya memohon kehadapan
Majelis hakim yang mulia yang memeriksa dan mengadili perkara pidana khusus
ini, sudilah memutuskan dalam putusan sela yang amarnya sebagi berikut :
1. Menerima dan mengabulkan Pleidoi Terdakwa seluruhnya.
2. Menyatakan dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa batal demi
hukum atau setidak-tidak menyatakan dakwaan Penuntut Umum tidak dapat
diterima.
3. Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan.
4. Memulihkan nama baik Terdakwa pada keadaan semula.
5. Membebankan biaya perkara pidana khusus ini kepada Negara sesuai
ketentuan yang berlaku.

Dan/atau bila Majelis Hakim berpandangan lain, mohon putusan seadil-adilnya.

Gowa, 23 Mei 2021

Hormat Kuasa Hukum,

TTD

RIDWAN, S.H., M.H.


TTD
TTD

ALDYLAH RAMADHANTI, SH.,


SYAIDIN ZIDAN FATIHA, S.H. M.Hum
TTD

ICHLASUL AMAL, S.H.

Anda mungkin juga menyukai