NOTA KEBERATAN
TERHADAP
SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM
DALAM PERKARA NOMOR : 212/Pid.B/2021/PN.Gw
ATAS NAMA TERDAKWA AFIFAH NOVIANTI alias AFIFAH
DIDAKWA MELANGGAR :
PRIMAIR:
Sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan ketentuan pasal 340 jo pasal
55 ayat (1) KUHP Pembunuhan Berencana
SUBSIDAIR:
Sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan ketentuan pasal 338 jo pasal
55 ayat (1) KUHP Pembunuhan Biasa
Majelis Hakim yang terhormat,
Saudara Jaksa Penuntut Umum yang Terhormat,
Persidangan yang Kami Muliakan.
Advokat pada Jimly Asshidiqie Law Firm Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi
Selatan, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 21 Mei 2021, terdaftar pada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Gowa, tanggal 20 juli 2021, Nomor :
212/Pid.B/VI/2021/PN.Gw, dengan ini menyampaikan terima kasih kepada
Majelis Hakim atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk
menyampaikan eksepsi terhadap surat dakwaan saudara Jaksa Penuntut Umum
yang disusun secara Subsidaritas dan dibacakan dihadapan persidangan perkara
pidana umum ini pada tanggal 08 September 2021, sekaligus diperkenankan
bertindak selaku kuasa hukum untuk dan atas nama :
Syarat Materil (Pasal 143 ayat (2) huruf b. Maksudnya adalah surat dakwaan
harus memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana
yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.
Selanjutnya Pasal 143 ayat (3) huruf b KUHAP secara tegas menyebutkan bahwa
tidak dipenuhinya syarat-syarat materil surat dakwaan menjadi batal demi hukum
atau “null and void” yang berarti sejak semula tidak ada tindak pidana seperti
yang dilukiskan dalam surat dakwaan itu.
Berikut ini izinkan Penasihat Hukum Terdakwa mengutip apa yang dimaksud
dengan “cermat, jelas dan lengkap” oleh pedoman pembuatan Surat Dakwaan
yang diterbitkan oleh Kejaksaan Agung RI halaman 12, menyebutkan:
Yang dimaksud dengan cermat adalah ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam
mempersiapkan dakwaan yang didasarkan kepada undang-undang yang berlaku,
serta tidak terdapat kekurangan dan atau ketelitian yang dapat mengakibatkan
batalnya surat dakwaan atau tidak dapat dibuktikan antara lain misalnya :
Yang dimaksud dengan jelas adalah Jaksa Penuntut Umum harus mampu
merumuskan unsur-unsur dari delik yang didakwakan sekaligus mempadukan
uraian perbuatan materil (fakta) yang dilakukan oleh Terdakwa dalam surat
dakwaan . Dalam hal ini harus diperhatikan jangan sekali-kali mempadukan
dalam uraian dakwaan antara delik yang satu dengan delik yang lain yang unsur-
unsurnya berbeda satu sama lain atau uraian dakwaan yang hanya menunjuk
pada uraian dakwaan sebelumnya (seperti misalnya menunjuk pada dakwaan
pertama) sedangkan unsurnya berbeda, sehingga dakwaan menjadi kabur atau
tidak jelas (obscuur libel) yang diancam dengan pembatalan.
Yang dimaksud dengan lengkap adalah uraian surat dakwaan harus mencakup
semua unsur-unsur yang ditentukan undang-undang secara lengkap. Jangan
sampai terjadi adanya unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau
tidak diuraikan perbuatan materilnya secara tegas dalam dakwaan, sehingga
berakibat perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana menurut undang-undang.
Kekeliruan terhadap orang yang ditangkap atau ditahan padahal sudah dijelaskan
bahwa bukan mereka yang melakukan suatu tindak pidana merupakan error in
persona. Beberapa kali terjadi error in persona yang berawal dari kurangnya alat
bukti, namun seseorang tetap dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Berdasarkan
latar belakang permasalahan tersebut, maka kami selaku pensihat hukum
mengangkat dua rumusan masalah yaitu: (1) Bagaimana pemaknaan error in
persona dalam Putusan Banding Nomor 50/Pid/2014/PT.DKI (2) Bagaimana
akibat hokum dari pelaksanaan Putusan Kasasi Nomor 1055K/PID/2014. Tujuan
analisis kami adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pemaknaan error in
persona dalam Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor
50/Pid/2014/PT.DKI, dan akibat hukum dari pelaksanaan Putusan Mahkamah
Agung Nomor 1055K/PID/2014. Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif
dengan jenis pendekatan penelitian perundang-undangan dan pendekatan kasus.
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu: (1) Makna error in
persona dapat ditemukan pada doktrin M. Marwan, yang mеnjеlaskan kеliru
mеngеnai orang yang dimaksud atau kеkеliruan mеngеnai orangnya. Dan doktrin
M. Yahya Harahap, yang menjelaskan kеkеliruan dalam pеnangkapan mеngеnai
orangnya diistilahkan dеngan disqualification in pеrson yang bеrarti orang yang
ditangkap atau ditahan tеrdapat kеkеliruan, sеdangkan orang yang ditangkap
tеrsеbut tеlah mеnjеlaskan bahwa bukan dirinya yang dimaksud hеndak ditangkap
atau ditahan. Selain itu juga ditemukan pada Pasal 95 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana mengenai rehabilitasi dan upaya ganti rugi. Menurut
Putusan Pengadilan error in persona ialah kekeliruan terhadap orang yang
didakwa, yang berawal dari proses penangkapan, padahal sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa bukan terdakwalah yang melakukan tindak pidana tersebut.
Sehingga mengakibatkan adanya putusan bebas dari segala dakwaan. (2) Akibat
hokum adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 1055K/PID/2014 terbagi
menjadi dua, akibat hokum yuridis dan non yuridis. Akibat hokum yuridis
tersebut ialah menguatkan norma/ menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta; mengkaburkan norma dikarenakan perbedaan putusan dari 3 lembaga
pengadilan diantaranya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Pengadilan Tinggi
DKI Jakarta dan Mahkamah Agung. Sedangkan, akibat hukum secara non yuridis
ialah berdasarkan alat bukti dan keyakinan hakim yang ada harus
dipertimbangkan secara cermat oleh hakim sebelum memutus perkara pidana.
Sehingga dalam dakwaan benar menyatakan bahwa ada tekanan yang dilakukan
oleh pihak perusahan untuk menambah beban kerja kepada karyawannya yaitu
Agung sehingga ia harus terpaksa bekerja lebih extra, akibatnya karena bekerja
dengan extra dan dalam keadaan mengalami gejala Covid-19 yang menyebabkan
kelelahan dan berujung pada kematian Agung.
Dan kami selaku Penasihat Hukum dari Afifah Novianti alias Afifah berpikir
bahwa pokok perkara ini bermula dari I Putu Siraj Sanjaya selaku pimpinan
perusahaan, yang telah menekan Agung untuk bekerja diluar daripada jam kerja
yang mengakibatkan kematian sehingga harusnya status terdakwa tidak
dilimpahkan kepada Afifah Novianti alias Afifah tetapi status terdakwa
sepenuhnya harus dilimpahkan kepada I Putu Siraj Sanjaya.
TTD