Di negara Anglo Sexon informasi yang dimilik pihak tertentu dapat dianggap merupakan
miliknya yang berharga sehingga mendapat perlindungan hukum yang agak khusus. Berbeda
dengan negara-negara yang menganut sistem hukum sipil, perbuatan seperti itu hanya
dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum yang biasa saja.
Menurut David I. Bainbridge, Ph.D., akar dari the law of confidence didasarkan pada
keadilan (equity) yang berkembang dari kasus-kasus hukum. Perkembangan sekarang ini law
of confidence tidak hanya mengatur pelanggaran dalam lingkup ekonomi perusahaan, tetapi
juga meluas pada bidang politik dan informasi pribadi, dan yang terakhir menyangkut bidang
persenjataan dan politik. Dalam ruang lingkup Hak Kekayaan Intelektual maka law cof
confidence dibatasi hanya meligkupi informasi yang berkaitan dengan ekonomi perdagangan
dan industri.
Kriteria tersebut di Indonesia telah diambil alih dan dijadikan norma yang dipakai dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.
Rahasia Dagang berarti informasi, termasuk formula, pola, komplikasi, program,
perangkat, metode, tehnik, atau proses yang menghasilkan nilai ekonomi secara mandiri, nyata,
dan potensial. Memperhatikan pengertian atau definisi diatas, kita dapat melihat diantara yang
menjadi pokok persoalan kerahasiaan itu karena ide tersebut baru, dan dapat dimanfaatkan
untuk meraih keuntungan ekonomis.
Adapun persyaratan informasi tersebut diklasifikasikan bersifat rahasia dan memiliki nilai
ekonomi, kriterianya sebagaimana ditentukan pada UU NO.30 THN 2000 TENTANG
RAHASIA DAGANG Pasal 3 ayat (2) “ Informasi dianggap bersifat rahasia apabila informasi
tersebut hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh
masyarakat”. Pasal 3 ayat (3) “informasi memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasian
informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat
komersial atau dapat meningkatkan kauntungan secara ekonomi”. Pasal 3 ayat (4) “informasi
dianggap dijaga kerahasiaan nya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 13 dan 14 UU NO.30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang, pelanggaran terhadap Rahasia Dagang juga terjadi apabila:
Perbuatan dalam poin a diatas menurut ketentuan Pasal 15 dapat dianggap bukan merupakan
pelanggaran Rahasia Dagang apabila:
Adapun ancaman pidana yang dapat dikenakan kepada si pelaku pelanggaran Rahasia
Dagang diatur pada Pasal 17 UU NO.30 THN 2000 Tentang Rahasia Dagang “barang siapa
dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang pihak lain atau melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau Pasal 14 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.300.000.000,00”. Oleh karena
itu, tindak pidana tersebut merupakan delik aduan.
DAFTAR PUSTKA
Djumhana Muhammad dan Djubaedillah, 2012, Hak Milik Intelektual, Bandung : Citra
Aditya Bakti
Azed Abul Bari, 2004, Komplikasi Undang-Undang Republik Indonesia dibidang Hak
Kekayaan Intelektual, Tangerang : Diktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia bekerja sama dengan Japan
International Copoperation Agency
Hira Jhamtani, Memahami Rejim Hak Kekayaan Intelektual Terkait Perdagangan
(TRIPS), Institusi Keadilan Global, Jakarta, h. 3, cetakan ke-empat Cambridge University
Press.