Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN

RAHASIA DAGANG DI INFDONESIA TERKAIT KASUS PT. BASUKI


PRATAMA ENGINEERING & PT HITACHI CONSTRUCTION
MACHINERY INDONESIA

A. LATAR BELAKANG

Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu sistem yang sekarang ini melekat pada
tata kehidupan modern. Perlindungan HKI dan segala aspeknya dalam perdagangan
sudah menjadi aturan main dengan disetujuinya persetujuan perdagangan dunia
(Agreement Establishing World Trade Organization. Suatu informasi atau data yang
bersifat rahasia bagi dunia usaha. Suatu informasi rahasia adalah suatu informasi yang
tidak terbuka untuk umum, dalam arti kata orang luar, dan bersifat tidak rahasia bagi
mereka yang terlibat secara langsung dengan keberadaan dan pemanfaatan informasi
itu sendiri, yang dalam banyak istilah dikategorikan sebagai orang dalam.

Dalam lingkup dunia kerja Seorang pengusaha tidak mungkin menangani


seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan, maka dibutuhkan sumber daya manusia
yaitu karyawan/pekerja. Kebutuhan perusahaan akan sumber daya manusia tersebut
kemudian melahirkan hubungan kerja. Adanya hubungan kerja, seseorang dituntut
untuk melakukan pekerjaan dalam perusahaan. Karena bekerja pada suatu perusahaan,
seorang karyawan dapat mengetahui banyak hal mengenai perusahaannya yang tidak
diketahui orang lain termasuk rahasia perusahaan. Informasi atas hal yang bersifat
rahasia itu tidak boleh dibawa keluar, sebagai seorang karyawan, ia wajib menjaga
kerahasiaan itu

Informasi rahasia bagi suatu perusahaan adalah semua informasi yang berkaitan
dengan perusahaan tersebut yang berharga dan tidak boleh diketahui oleh perusahaan
lain, terutama perusahaan saingannya (kompetitornya). Terjadinya pengungkapan
informasi yang dimiliki satu pihak kepada pihak lainnya tanpa diketahui oleh pihak
pemilik informasi dapat menimbulkan kerugian bagi pemilik informasi tersebut.
Pengungkapan informasi dapat dilakukan dilakukan oleh tenaga kerja dari pemilik
informasi. Seorang pekerja dapat menimbulkan apa yang dinamakan pelanggaran
rahasia dagang dengan memberikan informasi rahasia perusahaannya. terhadap
perusahaan lainnya.

Pengaturan tentang rahasia dagang di Indonesia tertuang dalam UndangUndang


Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang yang telah diundangkan Pemerintah
pada tanggal 20 Desember 2000. Prinsip pengaturannya adalah menegaskan pengakuan
kepemilikan seseorang dan melarang penguasaan secara tidak sah oleh orang lain suatu
informasi yang bersifat rahasia yang memiliki nilai komersial Dengan dikeluarkannya
UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang ini diharapkan akan semakin
menambah adanya kepastian hukum dalam setiap praktik bisnis di Indonesia.

Terjadinya pengungkapan informasi yang dimiliki satu pihak kepada pihak


lainnya tanpa diketahui oleh pemilik informasi dapat menimbulkan kerugian bagi
pemilik informasi tersebut. Dalam kasus yang akan dibahas, terjadinya pengungkapan
informasi dilakukan oleh buruh dari pemilik informasi dimana sebenarnya telah ada
pengaturannya. Pengaturan yang dimaksud di sini adalah kewajiban bagi buruh untuk
menjaga kerahasiaan informasi yang dimiliki oleh tempat dimana ia bekerja. Kewajiban
untuk menjaga kerahasiaan timbul karena adanya hubungan hukum antara satu pihak
dengan pihak yang lain. Salah satu hubungan yang sering memunculkan kewajiban
menjaga rahasia dagang perusahaan adalah hubungan antara majikan dan pegawai.

PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia mengajukan kasasi karena


merasa tidak puas dengan hasil dari Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor
567/PDT/ 2015/PT.BDG yang memperbaiki putusan Pengadilan negeri Bekasi Nomor
280/Pdt.G/2008/PN.BKS. Perseteruan Hitachi dan PT Basuki Pratama memang cukup
panjang, setidaknya sudah menjalankan tujuh putusan dan di antaranya sudah
berkekuatan hukum tetap (inkracht). terjadinya pengungkapan rahasia dagang sebuah
perusahaan yang dilakukan oleh mantan karyawan tersebut.

Diawali dengan PT Basuki Pratama Engineering mengajukan gugatan ganti rugi


melalui Pengadilan Negeri Bekasi terhadap PT Hitachi Construction Machinery
Indonesia sekitar Rp127 miliar, karena diduga melanggar rahasia dagang. Selain PT
Hitachi Construction Machinery Indonesia HCMI, pihak lain yang dijadikan sebagai
tergugat dalam kasus itu adalah Shuji Sohma, dalam kapasitas sebagai mantan Dirut PT
HCMI. Tergugat lainnya adalah Gunawan Setiadi Martono tergugat III Calvin Jonathan
Barus tergugat IV, Faozan tergugat V,Yoshapat Widiastanto tergugat VI, Agus Riyanto
tergugat VII, Aries Sasangka Adi tergugat VIII, Muhammad Syukri tergugat IX, dan
Roland Pakpahan tergugat X.

gugatan itu dilakukan sehubungan dengan pelanggaran rahasia dagang


penggunaan metode produksi dan atau metode penjualan mesin boiler secara tanpa hak.
PT Bazuki Pratama Engineering (BPE) bergerak dalam bidang produksi mesin-mesin
industri, dengan produksi awal mesin pengering kayu. Penggugat, adalah pemilik dan
pemegang hak atas rahasia dagang metode produksi dan metode penjualan mesin boiler
di Indonesia "Metode proses produksi itu sifatnya rahasia perusahaan," katanya. Dia
menjelaskan bahwa tergugat IV sampai dengan tergugat X adalah bekas karyawan PT
BPE, tetapi ternyata sejak para tergugat tidak bekerja lagi di perusahaan, mereka telah
bekerja di perusahaan tergugat PT HCMI.

Tergugat, katanya, sekitar tiga sampai dengan lima tahun lalu mulai
memproduksi mesin boiler dan menggunakan metode produksi dan metode penjualan
milik penggugat yang selama ini menjadi rahasia dagang PT BPE. PT BPE,
menurutnya, sangat keberatan dengan tindakan tergugat I baik secara sendirisendiri
maupun secara bersamasama memproduksi mesin boiler dengan menggunakan metode
produksi dan metode penjualan mesin boiler penggugat secara tanpa izin dan tanpa hak.
Para tergugat wajib membayar ganti rugi immateriil dan materiil sekitar Rp127 miliar
atas pelanggaran rahasia dagang mesin boiler. Sebelumnya, PT BPE juga menggugat
PT HCMI melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam kasus pelanggaran desain
industri mesin boiler. Gugatan PT BPE itu dikabulkan oleh majelis hakim Namun, PT
HCMI diketahui mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Kepemilikan Rahasia Dagang


di Indonesia?
2. Bagaimana Hasil Putusan Pengadilan Tinggi terhadap sengketa hukum terhadap
perusahaan PT. Basuki Pratama Engineering yang rahasia dagangnya diungkapkan
oleh karyawannya kepada perusahaan PT. Hitachi Construction Machinery
Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa terhadap perusahaan yang rahasia


dagangnya diungkapkan kepada perusahaan lain
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap perusahaan PT. Basuki Pratama
Engineering yang rahasia dagangnya diungkapkan oleh karyawannya kepada
perusahaan PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia
D. PEMBAHASAN
1. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Kepemilikan Rahasia Dagang di
Indonesia
Undang-Undang Rahasia Dagang Indonesia menegaskan bahwa yang menjadi
objek perlindungan Rahasia Dagang adalah informasi yang bersifat rahasia yang
meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi
lain dibidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak
diketahui oleh masyarakat umum, berdasarkan pada ketentuan pasal 2 Undang-
Undang nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, yaitu mengenai bagaimana
bentuk sebenarnya atau apa saja yang termasuk dalam lingkup Rahasia Dagang.
Bunyi pasal 2 Undang-Undang Rahasia Dagang adalah sebagai berikut:
“Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode
pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain dibidang teknologi dan atau
bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.”
Perlindungan Hukum atas Rahasia Dagang menurut Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2000 dapat dibagi ke dalam beberapa bagian besar, yaitu:
1) adanya unsur kontrak/perjanjian, dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2000 ketentuan mengenai hal ini tercantum dalam Pasal 6 yang
menyebutkan bahwa Pemegang Hak Rahasia Dagang dapat memberian
lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian lisensi. Lisensi secara garis
besar merupakan izin yang diberikan oleh pemegang Rahasia Dagang
kepada pihak lain dalam bentuk tertulis (perjanjian). Perjanjian lisensi yang
dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000, harus mampu
menampung segala aspek yang diperlukan untuk melindungi Rahasia
Dagang tersebut.
2) hak pemilik Rahasia Dagang benar-benar diperhatikan (adanya Hak
Eksklusif). Keeksklusifan dari hak tersebut diharapkan dapat membuat
kerahasiaan dari Rahasia Dagang itu sendiri tetap dapat terjaga
3) dicantumkannya unsur perbuatan melawan hukum. Prinsip melawan hukum
sangat relevan untuk dijadikan dasar perlindungan Rahasia Dagang antara
para pihak yang sama sekali tidak terikat kontrak/perjanjian satu sama lain.
4) penyelesaian sengketa di Peradilan Negeri. Ketentuan mengenai hal ini
tercantum dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000
yang menyebutkan bahwa Pemilik Rahasia Dagang dapat menggugat
siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak untuk membayar ganti
kerugian, dimana gugatan tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri
5) pengalihan Hak Rahasia Dagang tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) dan pasal
6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000. disebutkan dalam pasal itu
bahwa Hak Rahasia Dagang dapat beralih atau dialihkan dengan melalui
Pewarisan, Hibah, Wasiat, Perjanjian Tertulis dan sebab-sebab lain yang
dibenarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam Pasal 6
mengatur tentang Pengalihan Hak Rahasia Dagang dengan lisensi
berdasarkan perjanjian lisensi. Dari dua ketentuan di atas disebutkan bahwa
pengalihan Rahasia Dagang dapat berupa pengalihan hak dengan non lisensi
dan pengalihan hak dengan lisensi
6) jangka waktu perlindungan Rahasia Dagang. Kedua ketentuan hukum
tersebut tidak menyebutkan batasan waktu perlindungan Rahasia Dagang.
Dalam artian bahwa perlindungan Rahasia Dagang tidak terbatas oleh waktu
seperti halnya perlindungan di bidang HAKI lainnya yang terdapat batasan
waktu perlindungan, misalnya perlindungan Paten selama kurun waktu 20
tahun.
Pemilik rahasia dagang juga berhak mendapatkan perlindungan atas informasi
yang bersifat rahasia yang dimilikinya karena itu mempunyai nilai ekonomis dan
bernilai jual. Hak atas kepemilikan rahasia dagang dilindungi oleh 2 sistem
perlindungan hukum dalam Hak Kekayaan Intelektual, yakni first to file system dan
first to use system. Perlindungan hukum first to use system (sistem deklaratif) yaitu
menitik beratkan pada pengguna pertama kali, siapa pengguna pertama dari suatu
merek dialah yang menurut hukum dianggap berhak atas merek tersebut. Prinsip firist
to use tidak efektif lagi untuk digunakan karena tidak dapat dibuktikan secara hukum.
Apabila menggunakan prinsip first to use penemu pertama rahasia dagang akan
mengalami kesulitan apabila terdapat pihak lain yang mencuri atau menggambil metode
pembuatan barang miliknya karena pemilik rahasia dagang tidak memiliki bukti yang
nyata bahwa metode pembuatan barang tersebut adalah miliknya.
Pemilik rahasia dagang juga akan tersudutkan untuk memenangkan kasusnya
dalam pengadilan dan kemungkinan untuk memenangkan dan memiliki kembali
rahasia dagangnya akan sangat kecil. Hal ini akan berbeda apabila prinsip yang
digunakan adalah prinsip first to file yaitu yang dianggap sebagai pemilih hak adalah
pendaftar yang pertama. Jika metode pembuatan barang dicuri oleh pihak lain maka
pemilik rahasia dagang yang asli memiliki bukti yang nyata atas rahasia dagang
tersebut, sehingga kuat didepan pengadilan. Peraruran mengenai perlindungan atas
informasi yang dirahasiakan tertuang dalam Article 39 paragraph 2 TRIPs.
Kecenderungan dipilihnya bentuk perlindungan melalui rahasia dagang
setidaknya dilandasi oleh 2 (dua) alasan, yaitu:
1. Karena seringkali substansi yang diinginkan untuk mendapat perlindungan
merupakan hal yang tidak dapat diberi paten seperti halnya daftar pelanggan
perusahaan, data keuangan, nota-nota bisnis dan lain-lain.
2. Mungkin juga hal yang ingin dilindungi sebenarnya memungkinkan untuk
diberi hak paten, tetapi investor lebih memilih bentuk perlindungan rahasia
dagang karena berbagai alasan seperti jangka waktu perlindungan yang
tidak terbatas, nilai kerahasiaan yang lebih terjamin, mahalnya biaya di
kantor paten dan formalitas pendaftaran yang lebih rumit

Sedangkan perlindungan hukum prepensif bertujuan untuk menyelesaikan


sengketa yang terjadi di masyarakat, agar tercapainya penyelesaian yang adil. Jika
seorang pekerja melakukan pelanggaran rahasia dagang maka perlindungan yang
diberikan oleh undang-undang kepada pemilik rahasia dagang (pengusaha) antara lain
perlindungan secara perdata ataupun perlindungan secara pidana. Baik perlindungan
secara perdata maupun pidana dapat dilakukan melalui lembaga peradilan umum
dilakukan dengan cara mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri.
Sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 ayat (1) UURD, Rahasia Dagang
adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. Lingkup perlindungan Rahasia Dagang
meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain
di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui
oleh masyarakat umum, termasuk resep makanan/minuman, formula, proses produksi,
daftar klien atau rencana pemasaran.
Ada upaya-upaya dari pemiliknya untuk menjaga kerahasiaan (misalnya dengan
membuat perjanjian kerahasiaan (confidentiality agreement) dengan pihak-pihak yang
diberi akses kepada informasi rahasia tersebut. Pemilik Rahasia Dagang memiliki hak
untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya dan memberikan Lisensi
kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia Dagang atau
mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang
bersifat komersial.
Apabila upaya-upaya menjaga kerahasiaan telah dilakukan sesuai
UndangUndang Rahasia Dagang, maka jika terjadi penggunaan atau pengungkapan
informasi rahasia tersebut kepada pihak ketiga untuk kepentingan komersial, dapat
diduga telah terjadi pelanggaran rahasia dagang. Pemegang Hak Rahasia Dagang atau
penerima Lisensi dapat mengambil tindakan hukum baik secara perdata (Pasal 11
UURD) atau pidana (Pasal 17 UURD) terhadap siapa pun yang dengan sengaja dan
tanpa hak melakukan pelanggaran rahasia dagang dengan cara mengungkapkan
Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau
tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan secara sengaja.
Pelanggaran juga dianggap terjadi pada saat seseorang memperoleh atau
menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Hasil Putusan Pengadilan Tinggi terhadap sengketa hukum terhadap perusahaan PT.
Basuki Pratama Engineering yang rahasia dagangnya diungkapkan oleh karyawannya
kepada perusahaan PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia
Bahwa hasil putusan Mahkamah Agung Nomor Nomor 3305 K/Pdt/2016 Menolak
Permohonan Kasasi Gugatan PT Hitachi Construction Machinery Indonesia Dan Para
Pemohon Kasasi lainnya terhadap PT Basuki Pratama Engineering , Kemudian Memperbaiki
hasil dari Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 567/PDT/ 2015/PT.BDG yang
memperbaiki putusan Pengadilan negeri Bekasi Nomor 280/Pdt.G/2008/PN.BKS, Sehingga
Amar Dalam Provisi:
Memerintahkan Para Tergugat (PT Hitachi Construction Machinery Indonesia & Tergugat
lainnya dalam maksud mantan karyawan PT. Basuki Pratama Engineering) baik secara sendiri-
sendiri ataupun bersama-sama untuk menghentikan pemakaian, produksi, peredaran, dan/atau
perdagangan, serta menarik kembali dari pasaran seluruh produksi mesin boiler yang
menggunakan rahasia dagang Penggugat.
Menyatakan Penggugat (PT. Basuki Pratama Engineering) sebagai pemegang hak rahasia
dagang metode produksi dan metode penjualan mesin boiler di Indonesia.
Menyatakan Tergugat I, Tergugat II dan/atau Tergugat III telah menggunakan, memproduksi
dan/atau menggunakan rahasia dagang metode produksi dan/atau metode penjualan mesin
boiler Penggugat;
Menyatakan Tergugat IV, Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII, Tergugat VIII, Tergugat IX
dan/atau Tergugat X baik secara langsung maupun tidak langsung telah mengungkapkan
Rahasia Dagang Metode Produksi dan Metode Penjualan Mesin Boiler milik Penggugat;
Menyatakan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Tergugat VI,
Tergugat VII, Tergugat VIII, Tergugat IX, Tergugat X telah melakukan pelanggaran Rahasia
Dagang Metode Produksi dan Metode Penjualan Mesin Boiler milik Penggugat;
Menghukum para Tergugat untuk membayar ganti kerugian materil dan immateril secara
tanggung renteng sebesar Rp1.214.869.362,00 (satu miliar dua ratus empat belas juta delapan
ratus enam puluh sembilan ribu tiga ratus enam puluh dua rupiah)kepada Penggugat
Menghukum Para Pemohon Kasasi/Tergugat I, Tergugat IV, Tergugat VI, Tergugat VIII,
Tergugat IX/Pembanding I/Terbanding II untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat
peradilan yang pada tingkat kasasi ini ditetapkan sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah)
E. KESIMPULAN
Perlindungan hukum terhadap perusahaan PT. Basuki Pratama Engineering yang rahasia
dagangnya diungkapkan oleh karyawannya. kepada perusahaan PT. Hitachi Construction
Machinery Indonesia adalah berupa perlindungan hukum secara perdata, dengan cara
mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri, kemudian berupa perlindungan hukum secara
pidana dengan cara melakukan tuntutan pidana yang dapat dilakukan berdasarkan UU Rahasia
Dagang dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Tuntutan yang dilakukan
berdasarkan UU Rahasia Dagang, dasar hukumnya adalah Pasal 13 dan Pasal 17 UU Rahasia
Dagang. Pelanggaran terhadap rahasia dagang dalam KUHP masuk ke dalam lingkup
kejahatan. Dasar hukum yang digunakan adalah Pasal 322 ayat 1 KUHP, Namun PT Hitachi
Construction Machinery Indonesia diketahui mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas
putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Kemudian oleh Mahkamah Agung Menolak
Permohonan Kasasi PT Hitachi Construction Machinery Indonesia dan menghukum untuk
membayar ganti kerugian materil dan immateril secara tanggung renteng sebesar
Rp1.214.869.362,00 (satu miliar dua ratus empat belas juta delapan ratus enam puluh sembilan
ribu tiga ratus enam puluh dua rupiah)kepada Penggugat (PT Basuki Pratama Engineering)

Anda mungkin juga menyukai