DOSEN PENGAMPU :
OLEH KELOMPOK 3 :
\ 1. MUSLIMIN 18400097
2. SATRIA MANDALA 18400103
3. LINDA KURNIASIH 18400119
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA
JAKARTA
2020
Daftar Isi
Daftar isi............................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 3
Latar Belakang......................................................................... 3
BAB II Perumusan Masalah….…………...…………………………... 4
BAB III Landasan Teori ...................................................................... 5
1.1. Lingkup Rahasia Dagang ................................................................ 5
1.2. Obyek Ruang Lingkup Rahasia Dagang.................................................................. 6
1.3. Lama Perlindungan …………........................................... 6
1.4 B. Prosedur Perlindungan ……………................................................. 6
BAB V PENUTUP............................................................................. 10
3.1. Kesimpulan.............................................................................. 10
3.2. Saran....................................................................................... 10
.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagai Negara berkembang, Indonesia perlu mengupayakan adanya persaingan yang
tangguh dikalangan dunia usaha. Hal ini sejalan dengan kondisi global di bidang
perdagangan dan investasi. Daya saing yang semacam itu telah lama dikenal dalam
sistem Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Era globalisasi, inilah yang bisa dibilang menjadi salah satu penyebab palanggaran Hak
Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Globalisasi di samping membawa dampak positif berupa
kemajuan di berbagai sektor, juga membawa beberapa dampak negatif yang cukup bervariasi.
Arus industrialisasi yang semakin tinggi dan arus perdagangan yang dituntut ketepatan dan
kecepatan dalam bertransaksi adalah salah satunya. Dan tentu saja banyak permasalahan yang
timbul di dalamnya. Sebagai contoh adalah dalam hal “Industri Musik” (Music Industry)
khususnya dalam perdagangan kaset / DVD / VCD terkadang masyarakat yang posisinya sebagai
konsumen lebih memilih harga yang relatif murah ketimbang yang mahal. Meski tentu saja yang
mahal lebih punya kualitas tinggi.
Dewasa ini, kasus pelanggaran hak atas kekayaan inteletual (HAKI) menjadi kasus yang
sering terjadi di sektor Industri di Indonesia. Kasus tersebut terkait dengan domain HAKI, yakni
kasus pelanggaran hak cipta, paten, merek, desain industri, dan Rahasia Dagang. Padahal sangat
diharapkan sektor industri di Indonesia mampu memenuhi bisnis etis yang sesuai dengan aturan
main. Sehingga baik pelaku industri maupun masyarakat dapat menikmati hasil dari sektor
industri tersebut dengan baik dan benar.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
LANDASAN TEORI
Mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menimbang:
a. Bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan nasional dan
internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat dengan memberikan
perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang sebagai bagian dari Sistem Hak Kekayaan Intelektual.
b. Bahwa Indonesia telah meratifikasi Establishing the World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup Agreement an Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undangundang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga
perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undang-
undang tentang Rahasia Dagang.
Ketentuan dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD), yang
menyebutkan bahwa:
1. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/ atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh
pemilik Rahasia Dagang.
2. Hak Rahasia Dagang adalah hak atas Rahasia Dagang yang timbul berdasarkan Undang-
Undang Rahasia Dagang.
B. Prosedur Perlindungan
Untuk mendapat perlindungan Rahasia Dagang tidak perlu diajukan pendaftaran (berlangsung secara
otomatis), karena undang-undang secara langsung melindungi Rahasia Dagang tersebut apabila
informasi tersebut bersifat rahasia, bernilai ekonomis dan dijaga kerahasiaannya, kecuali untuk lisensi
Rahasia Dagang yang diberikan. Lisensi Rahasia Dagang harus dicatatkan ke Ditjen. HKI -
DepkumHAM.
Pengalihan Hak Rahasia Dagang wajib didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang kepada pihak lain melalui
suatu perjanjian berdasarkan pada pembelian hak (izin) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu
rahasia dagang yang diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Perjanjian
pemberian lisensi/izin pada pihak lain untuk mempergunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan
Rahasia Dagang itu untuk kepentingan yang bersifat komersial harus dibuat secara tertulis dan
didaftarkan atau dicatatkan pada Direktorat Jenderal HKI.
Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat merugikan perekonomian di Indonesia atau yang
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Perjanjian lisensi menimbulkan kewajiban bagi si penerima lisensi untuk menjaga
kerahasiaannya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dilihat bahwa Rahasia Dagang adalah sebuah
informasi yang sangat berharga untuk perusahaan, karenannya harus dijaga kerahasiaannya.
Keberhargaan informasi ini timbul karena informasi tersebut dapat mendatangkan keuntungan
ekonomis kepada perusahaan.
Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan terhadap hak atas kekayaan
dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu tertentu. Artinya selama waktu tertentu pemilik atau
pemegang hak atas HAKI dapat mengijinkan atau melarang untuk mengetahui atau menyebarluaskan
informasi Rahasia Dagang.
Pelanggaran Rahasia Dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang,
mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia
Dagang yang bersangkutan. Untuk mengatasi adanya pelanggaran tersebut maka amat diperlukan
perlindungan hukum bagi pemilik dan atau pemegang HAKI yang bersangkutan.
Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang yang dimilikinya, maka ia
sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain sebagai penerima lisensi dapat menggugat
siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak Rahasia Dagang. Seseorang dianggap melanggar Rahasia
Dagang pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang pihak lain atau melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau Pasal 14 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Sebagai contoh, menurut pasal 4 UURD ”pemilik hak Rahasia Dagang memiliki hak untuk menggunakan
sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya, memberikan lisensi atau melarang pihak lain untuk
menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial”. Terhadap pasal tersebut, gugatan yang kita ajukan dapat berupa
gugatan ganti rugi dan / atau penghentian semua perbuatan. Dan berbeda dengan gugatan HAKI lainnya,
gugatan mengenai perkara Rahasia Dagang diajukan ke Pengadilan Negeri.
Berkaitan dengan hal di atas, harus ditentukan pula kapan sebenarnya suatu perbuatan dikatakan telah
melanggar Rahasia Dagang milik orang atau pihak lain. Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang
pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu juga ada perbuatan yang tidak dianggap pelanggaran Rahasia Dagang yakni apabila :
• Tindakan pengungkapan Rahasia Dagang atau penggunaan Rahasia Dagang tersebut didasarkan pada
kepentingan pertahanan dan keamanan, kesehatan atau keselamatan masyarakat
•Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan Rahasia Dagang milik orang lain
yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan rekayasa ulang (reverse engineering) dalam hal ini adalah suatu tindakan
analisis dan evaluasi untuk mengetahui informasi tentang suatu teknologi yang sudah ada.
Disamping dapat melakukan upaya gugatan melalui pengadilan, pemilik Rahasia Dagang atau pihak yang
merasa dirugikan dapat menempuh upaya lain yakni melalui penyelesaian sengketa melalui Arbitrase atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa (Pasal 12 UU No. 30 Tahun 2000). Arbitrase adalah cara penyelesaian
sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada suatu perjanjian arbitrase antara para
pihak yang bersengketa.
C. Apakah peraturan perundang – undangan sudah dapat mengakomodasi kepentingan pemiliki
maupun pengguna rahasia dagang?
Dalam beberapa hal, ketentuan dalam perundang – undangan memang telah cukup mengakomodasi,
seperti contohnya pasal mengenai pemidanaan. Akan tetapi beberapa ketentuan lain tampak dibuat secara
kurang jelas sehingga membingungkan masyarakat. Salah satunya adalah Ketentuan tentang pengecualian
terhadap pelanggaran rahasia dagang tersebut seharusnya juga dilengkapi dengan ketentuan yang secara
tegas mengatur tentang pengungkapan rahasia dagang oleh seseorang di depan sidang pengadilan atas
perintah hakim. Atas perintah hakim, seseorang yang mengungkapkan rahasia dagang di depan sidang
pengadilan seharusnya juga ditetapkan sebagai suatu kekecualian sehingga yang bersangkutan tidak
dianggap telah melakukan pelanggaran rahasia dagang. Ketentuan Pasal 18 tentang dimungkinkannya
sidang pengadilan berkaitan dengan rahasia dagang bersifat tertutup (atas permintaan para pihak yang
bersengketa) juga tidak secara tegas maupun tersirat bermaksud mengatur pengecualian di atas.
BAB V
KESIMPULAN
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/ atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
Rahasia Dagang.
Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan terhadap hak atas kekayaan
dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu tertentu. Artinya selama waktu tertentu pemilik atau
pemegang hak atas HAKI dapat mengijinkan atau melarang untuk mengetahui atau menyebarluaskan
informasi (Rahasia Dagang).
Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang yang dimilikinya, maka ia
sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain sebagai penerima lisensi dapat menggugat
siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak Rahasia Dagang maka kita dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan Negeri. Gugatan yang kita ajukan dapat berupa gugatan ganti rugi dan / atau penghentian
semua perbuatan. Disamping itu juga dapat ditempuh upaya lain yakni melalui penyelesaian sengketa
melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.
SARAN
sebagai berikut:
1. Perlu aturan yang jelas mengenai perlindungan rahasia dagang setelah
berakhirnya perjanjian kerja baik itu dari Undang-Undang Rahasia
Dagang maupun Undang-Undang Ketenagakerjaan, karena tidak ada
aturan yang mengatur secara eksplisit.
2. Untuk mencegah terjadinya pelanggaran sebaiknya perjanjian dibuat
secara tertulis sehingga mempunyai kekuatan hukum tetap.
3. Undang-Undang Rahasia Dagang sudah ada sejak dahalu tetapi
implementasinya masih sangat kurang karena pola pikir masyarakat
tentang rahasia dagang belum ada sehingga perlu dilakukan penyuluhan
kepada masyarakat tentang pentingnya Perlindungan Rahasia Dagang
CONTOH KASUS
Kasus 1 :
Sengketa rahasia dagang yang terjadi antara PT. General Food Industries dengan kedua mantan
karyawannya yang berawal dari kedua mantan karyawannya yang berpindah tempat kerja di perusahaan
saingan PT. GFI. Kedua karyawan tersebut menciptakan suatu produk yang sama dengan apa yang
dilakukannya ditempatnya bekerja terdahulu. Setelah mengatahui hal tersebut maka PT General Food
mengajukan gugatan terhadap kedua karyawan tersebut dan juga PT. GFI.
Analisa Kasus :
Rahasia dagang adalah salah satu cabang dari hukum Hak Kekayaan Intelektual. Hukum rahasia dagang
mempunyai peranan yang sangat penting karena setiap pelaku usaha pasti tidak ingin rahasia dari
kegiatan usahanya terbongkar, terutama dari pesaing bisnisnya, dan yang dilindungi oleh hukum rahasia
dagang adalah suatu rahasia dalam dunia usaha yang bernilai ekonomi dan tidak diketahui oleh umum.
Rahasia dagang diatur dalam Undang-Undang No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Dalam suatu
kegiatan usaha pasti ada hal-hal yang dapat menimbulkan sengketa. Salah satu sengketa bisa terjadi akibat
pelanggaran rahasia dagang.
Jaksa penuntut umum menuntut kedua karyawan tersebut dengan pelanggaran rahasia dagang dan hakim
telah memvonis kedua karyawan tersebut dengan hukuman pidana dua bulan penjara. Kedua terpidana
tersebut di anggap telah melanggar pasal 17 Undang-Undang No.30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang, yaitu bahwa “tanpa hak telah menggunakan rahasia dagang pihak lain”. Secara fakta, penulis
melihat bahwa kedua terpidana tersebut tidak melanggar rahasia dagang, karena PT. GFI tidak secara
jelas menyatakan hal apa sajakah yang menjadi rahasia dalam perusahaan. Sehingga menurut penulis
berkesimpulan bahwa apa yang dituduhkan bukanlah suatu rahasia sehingga sudah seharusnya kedua
terpidana tersebut mengajukan banding.
Kasus 2 :
Hitachi Digugat Soal Rahasia Dagang
Bisnis Indonesia, Suwantin Oemar, 21 Oktober 2008
JAKARTA: PT Basuki Pratama Engineering mengajukan gugatan ganti rugi melalui Pengadilan Negeri
Bekasi terhadap PT Hitachi Constructuin Machinery Indonesia sekitar Rp127 miliar, karena diduga
melanggar rahasia dagang.
Selain PT Hitachi Construction Machinery Indonesia HCMI, pihak lain yang dijadikan sebagai tergugat
dalam kasus itu adalah Shuji Sohma, dalam kapasitas sebagai mantan Dirut PT HCMI. Tergugat lainnya
adalah Gunawan Setiadi Martono tergugat III, Calvin Jonathan Barus tergugat IV, Faozan tergugat
V,Yoshapat Widiastanto tergugat VI, Agus Riyanto tergugat VII, Aries Sasangka Adi tergugat VIII,
Muhammad Syukri tergugat IX, dan Roland Pakpahan tergugat X.
Insan Budi Maulana, kuasa hukum PT Basuki Pratama Engineering BPE, mengatakan sidang lanjutan
dijadwalkan pada 28 November dengan agenda penetapan hakim mediasi. Menurut Insan, gugatan itu
dilakukan sehubungan dengan pelanggaran rahasia dagang penggunaan metode produksi dan atau metode
penjualan mesin boiler secara tanpa hak.
PT BPE bergerak dalam bidang produksi mesin-mesin industri, dengan produksi awal mesin pengering
kayu.
Penggugat, katanya, adalah pemilik dan pemegang hak atas rahasia dagang metode produksi dan metode
penjualan mesin boiler di Indonesia "Metode proses produksi itu sifatnya rahasia perusahaan," katanya.
Dia menjelaskan bahwa tergugat IV sampai dengan tergugat X adalah bekas karyawan PT BPE, tetapi
ternyata sejak para tergugat tidak bekerja lagi di perusahaan, mereka telah bekerja di perusahaan tergugat
PT HCMI.
Tergugat, katanya, sekitar tiga sampai dengan lima tahun lalu mulai memproduksi mesin boiler dan
menggunakan metode produksi dan metode penjualan milik penggugat yang selama ini menjadi rahasia
dagang PT BPE.
PT BPE, menurutnya, sangat keberatan dengan tindakan tergugat I baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama memproduksi mesin boiler dengan menggunakan metode produksi dan metode
penjualan mesin boiler penggugat secara tanpa izin dan tanpa hak
"Para tergugat wajib membayar ganti rugi immateriil dan materiil sekitar Rp127 miliar atas pelanggaran
rahasia dagang mesin boiler".
Sebelumnya, PT BPE juga menggugat PT HCMI melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam kasus
pelanggaran desain industri mesin boiler. Gugatan PT BPE itu dikabulkan oleh majelis hakim Namun, PT
HCMI diketahui mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Sementara itu, kuasa hukum PT HCMI, Otto Hasibuan, mengatakan pengajuan gugatan pelanggaran
rahasia dagang oleh PT BPE terhadap mantan-mantan karyawannya dan PT HCMI pada prinsipnya sama
dengan pengaduan ataupun gugatan BPE sebelumnya.
Gugatan itu, menurut Otto Hasibuan, dalam pernyataannya yang diterima Bisnis, dilandasi oleh tuduhan
BPE terhadap mantan karyawannya bahwa mereka telah mencuri rahasia dagang berupa metode produksi
dan metode penjualan mesin boiler.
Padahal, ujarnya, mantan karyawan BPE yang memilih untuk pindah kerja hanya bermaksud untuk
mencari dan mendapatkan penghidupan yang layak dan ketenteraman dalam bekerja, dan sama sekali
tidak melakukan pelanggaran rahasia dagang ataupun peraturan perusahaan BPE.
Bahkan, menurutnya, karyawan itu telah banyak memberikan kontribusi terhadap BPE dalam mendesain
mesin boiler.
Dia menjelaskan konstitusi dan hukum Indonesia, khususnya UU No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, telah memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi pekerja, termasuk
hak untuk pindah kerja.
HCMI optimistis gugatan BPE tersebut tidak berdasar "HCMI percaya majelis hakim akan bersikap
objektif, sehingga gugatan BPE tersebut akan ditolak," ujarnya.
Analisa Kasus :
Dalam kasus tersebut PT BPE secara jelas menyatakan hal apa sajakah yang menjadi rahasia dalam
perusahaan yang dianggap telah dilanggar oleh HCMI. PT
BPE berasumsi bahwa mantan karyawannya yang sekarang bekerja pada HCMI lah yang telah mencuri
metode produksi dan metode penjualan mesin boiler. Adanya fakta tersebut, semakin memperkuat
gugatan yang dikeluarkan oleh PT BPE. Apabila HCMI terbukti melanggar rahasia dagang PT BPE,
maka konsekuensi hukuman harus diterima HCMI, baik berupa denda materiil dan immateriil.
DAFTAR PUSTAKA
http://sigitbudhiarto.blogspot.com/2013/05/rahasia-dagang-dan-penyelesaian-atas.html
http://119.252.161.174/pelanggaran-dan-sanksi-6/
http://119.252.161.174/dasar-perlindungan-rahasia-dagang/
http://119.252.161.174/rahasia-dagang/
http://achielmuezza.blogspot.com/2013/05/rahasia-dagang-danontoh-kasusnya.html
http://mabuk-hukum.blogspot.com/2013/10/rahasia-dagang.html
http://tentanghki.blogspot.com/2008/10/hitachi-digugat-soal-rahasia-dagang_24.html
http://119.252.161.174/lisensi-rahasia-dagang/
http://119.252.161.174/pengalihan/
http://119.252.161.174/lingkup-rahasia-dagang/
http://119.252.161.174/subjek-pemegang-hak-atas-rahasia-dagang/
http://119.252.161.174/hak-pemilik-pemegang-rahasia-dagang/
http://asirevi.blogspot.com/2011/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html
http://farahfitriani.wordpress.com/2011/10/30/rahasia-dagang-dan-analisis-kasus/
http://119.252.161.174/pengertian-rahasia-dagang/