Anda di halaman 1dari 4

KEBERATAN

TERHADAP
DAKWAAN PENUNTUT UMUM
NO. REG. PERKARA: 456/Prd.B/2023/PN.SBY
ATAS NAMA TERDAKWA

Nama Lengkap : EDI SUSILO


Tempat Lahir : Pare
Umur/Tanggal Lahir : 39 tahun/ 18 Desember 1969
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Alamat Tempat Tinggal : Jalan Raya Kenjeran No. 181 RT. 008 RW.
009 Kelurahan Kenjeran Kecamatan
Kenjeran Kota Surabaya Kenjeran
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Pendidikan : SMA

Untuk kemudian sebagai Terdakwa dalam perkara pidana dengan


Nomor Reg. Perkara Nomor. 456/Prd.B/2023/PN.SBY, tanggal 20
November 2023

DAKWAAN PERTAMA :
PRIMAIR
: Pasal 340 KUHP Tentang Pembunuhan Berencana
DAKWAAN KEDUA :
SUBSIDAIR
: Pasal 338 KUHP Tentang Pembunuhan

Nomor. PDM/66/PWK/X/2023.

Kepada
YTH. Majelis Hakim Yang Memeriksa dan Mengadili Perkara Nomor.
456/Prd.B/2023/PN.SBY
Pengadilan Negeri Surabaya
I. PENDAHULUAN
Kita semua sependapat dengan Jaksa Penuntut Umum yang
mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 1 butir 6 KUHAP, bahwa setiap perbuatan kejahatan yang
dilakukan oleh siapapun tidak boleh dibiarkan dan haruslah
dilakukan penyidikan serta pelaksanaan hukumnya tidak boleh
ditawar-tawar. Kegagalan dalam penegakan keadilan (miscarriage of
justice) adalah merupakan persoalan universal dan actual yang
dihadapi oleh semua bangsa dalam menegakan sistem peradilan
pidananya (criminal justice system).

Persoalan ini merupakan issue penting ditengah upaya menegakan


hak asasi manusia dan demokrasi yang merupakan pilar penting dari
penegakan pemerintah yang baik (good governance). Kegagalan
penegakan keadilan dalam sistem peradilan pidana dibahas oleh Civil
Walker: "Dijelaskan suatu penghukuman yang lahir dari ketidak
jujuran atau penipuan atau tidak berdasarkan hukum dan keadilan
bersifat korotif atau klaim legitimasi negara yang berbasis nilai-nilai
sistem peradilan pidana yang menghormati hak-hak individu."
Bahwa dihadapan majelis hakim yaitu sebagai "Dominus Litis" yang
tidak berpihak, saat ini ada dua pihak yang beperkara yaitu : Jaksa
Penuntut Umum sebagai penuntut dan Terdakwa EDI SUSILO yang
didampingi oleh kami sebagai penasehat hukumnya dengan
menggunakan pandangan yang berlainan dengan Penuntut Umum,
dan selanjutnya majelis Hakim memandang kedua belah pihak sama
tinggi dan sama rendah, Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini
tanpa mempunyai kepentingan pribadi didalamnya.
Bahwa pada kesempatan kali ini tepat sekali sekiranya Majelis Hakim
menyoroti kualitas dakwaan yang telah disampaikan pada Jaksa
Penuntut Umum, apakah tindakan hukum yang dilakukan, rumusan
delik dan penerapan ketentuan perundang-undangan dalam perkara
ini apakah sudah tepat dan benar serta apakah telah sesuai dengan
norma-norma hukum, fakta dan bukti kejadian yang sebenarnya,
ataukah rumusan delik dalam dakwaan itu hanya merupakan suatu
"imaginer" yang sengaja dikedepankan sehingga membentuk suatu
"kontruksi hukum" yang dapat menyudutkan terdakwa secara
yuridis.
II. ALASAN KEBERATAN
A. Pemeriksaan yang Cacat Hukum
Dalam hubungan dengan proses penerapan hukum (pemeriksaan)
guna pembuatan BAP yang menyangkut saudara Ivan Saputra, kami
menilai bahwa pemeriksaan tingkat penyidik, klien kami tidak
mendapat bantuan hukum yang sebenarnya. Padahal dalam pasal 54
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyebutkan dengan
tegas, bahwa:
"Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak
mendapat bantuan hukum selama dalam waktu dan setiap tingkat
pemeriksaan"
Dan pasal 27 ayat (2) huruf a Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009
tentang Implementasi Prinsip dan Standard Hak Asasi Manusia
dalam Penyelenggaraan Tugas Polri menyatakan,
“..dalam melakukan pemeriksaan terhadap saksi, tersangka atau
terperiksa, petugas dilarang memeriksa saksi, tersangka atau
terperiksa sebelum didampingi oleh penasihat hukumnya, kecuali
atas persetujuan yang diperiksa”.
Oleh karena itu selama pemeriksaan tingkat pertama, klien kami
Saudara Ivan saputra tidak mendapat haknya, maka pemeriksaan
(BAP) tersebut dapat dikatakan cacat hukum.
Dengan demikian menurut kami, surat dakwan terhadap Saudara
Ivan Saputra juga cacat hukum, sebab surat dakwaan tersebut
disusun berdasarkan BAP yang cacat hukum.

B. Persyaratan Materil Surat Dakwaan dan Analisis Yuridis


Bahwa sebenarnya adanya ketidakcermatan locus delicti pada surat
dakwaan yang menyangkut hal prinsip sehingga merupakan cacat
yuridis yaitu berupa Jaksa Penuntut Umum tidak memberikan locus
delicti yang jelas didalam surat dakwaannya seperti kata-kata
“setidak-tidaknya” yang mana ini mempunyai pengertian yang kabur.
Akibatnya surat dakwaan dinyatakan batal atau dibatlkan
sebagaimana dimaksud dalam uraian diatas.

III. PENUTUP
Ketua Majelis Hakim Yang Terhormat, Jaksa Penuntut Umum Yang
Kami Hormati, Hadirin Sidang yang Kami Hormati

Berdasarkan uraian di atas, Kami berkesimpulan, bahwa:


1) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Adalah Cacat Hukum.
2) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Memenuhi
Syarat Materiil.
Oleh karena itu, kami mohon kepada Ketua Majelis Hakim untuk
memberikan putusan, yaitu menyatakan batal demi hukum atau
setidak-tidanya menolak surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum,
karena surat dakwaan tersebut merupakan abscurum libeleum.

Surabaya, 27 November 2023

Hormat kami,
Tim Penaschat Hukum Terdakwa

Anda mungkin juga menyukai