Anda di halaman 1dari 3

Sengketa Informasi CSR PT Pelindo II Padang Disidangkan di KI Sumbar

Padang, Prokabar – Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat menggelar sidang pemeriksaan awal
lanjutan masalah permohonan informasi publik kepada pejabat pengelola informasi dan
dokumentasi PT Pelindo II Padang dengan nomor sengketa 05/VI/KISB-PS/2021.

Sidang dipimpin majelis komisioner Adrian Tuswandi, Nofal Wiska dan Tanti Endang Lestari dengan
panitera pengganti Tiwi Utami dengan mediator Arif Yurmardi.

Majelis komisioner Adrian Tuswandi mengatakan, pemohon mempertanyakan besar nilai


pelaksanaan anggaran tanggung jawab sosial (corporate social reaponsibility/CSR) di lingkungan
perusahaan tahun anggaran 2016-2020.

“Siapa saja penerima pelaksanaan anggaran tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan,” ujar
Adrian Tuswandi di ruang sidang KI Sumbar, Senin (30/8/2021).

Menurut Adrian Tuswandi, pemohon mempertanyakan laporan keuangan tentang realisasi


pelaksanaan anggaran tanggung jawab sosial dan perusahaan tahun anggaran 2016- 2020.

“Publikasi laporan keuangan tentang realisasi pelaksanaan anggaran tanggungjawab sosial dan
lingkungan perusahaan yang sudah diaudit,” ujar Adrian. (mbb)

Pertanyaan:

Berdasarkan pada artikel diatas, berikan analisa Saudara mengapa dapat terjadi sengketa antara
PPID PT Pelindo II Padang dengan pemohon.
Kewajiban apa yang tidak diberikan PPID sehingga menimbulkan sengketa informasi perihal besar
nilai pelaksanaan anggaran pada kasus tersebut.
Tentukan apa saja model penyelesaian sengketa informasi publik.

Jawab :

1. Sengketa yang terjadi antara badan publik dan pengguna informasi publik yang berkaitan
dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan perundang-undangan

Komisi Informasi Pusat adalah satu-satunya lembaga yang berwenang menyelesaikan Sengketa
Informasi Publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi.

Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat ditempuh apabila :

Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan PPID; atau
Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada atasan PPID
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan diterima oleh atasan PPID.
Penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan karena salah satu atau beberapa alasan berikut :
tidak disediakannya informasi berkala yang wajib diumumkan Badan Publik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik;
tidak ditanggapinya permohonan informasi;
permohonan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang dimohonkan;
tidak dipenuhinya permohonan informasi;
pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau
penyampaian informasi yang melebihi jangka waktu berdasarkan ketentuan peraturan undang-
undangan yang berlaku.

2. Pembentukan PPID di Kemenag sendiri telah melalui beberapa kali penyesuaian seiring
perubahan struktur organisasi pusat dan daerah. Terakhir melalui KMA Nomor 657 Tahun
2021, dibentuk PPID Utama dan PPID Unit. PPID Utama merupakan PPID yang mengayomi
Kemenag sebagai Badan Publik. Dalam rangka membantu pelayanan informasi oleh PPID
Utama, dibentuk PPID Unit yang menjadi perpanjangan tangan di setiap Satker Unit Eselon I,
Kantor Wilayah, Perguruan Tinggi dan Kankemenag Kabupaten/Kota.

PPID secara umum mempunyai kewajiban menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan


Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya. Dalam arti informasi dimaksud telah
melewati proses pengolahan dan terdokumentasikan secara baik. Lebih lanjut, dalam menghadirkan
informasi, PPID wajib memastikan akurat, benar, dan tidak menyesatkan.

Dalam konteks Kemenag, tantangan terbesar yang dihadapi PPID adalah ketersediaan informasi
sebagai modal dasar memberikan pelayanan. Tidak jarang informasi yang diminta publik belum
terdokumentasi dengan baik, bersifat parsial, hingga tidak layak. Kondisi ini sering menyebabkan
lemahnya kemampuan Kemenag dan rentan terhadap pengaduan keberatan dan sengketa yang
dilayangkan oleh Pemohon Informasi.

Untuk itu, sudah semestinya PPID memiliki tata kelola informasi, perangkat sistem informasi dan
dokumentasi yang berorientasi pada layanan publik. Sistem yang dilengkapi dengan fitur
perencanaan, pengumpulan, pemeriksaan, diseminasi dan pengendalian informasi. Sehingga
konsolidasi dan pelayanan bisa dijalankan secara baik dan efisien serta mudah diakses.

Tantangan berikutnya terkait kapasitas pengelola PPID. Minimnya pemahaman terhadap regulasi,
sering terjadi pengelola bersikeras tidak mau memberikan informasi yang sejatinya menjadi ranah
publik. Begitu pula tidak sedikit Satker kurang cermat dalam menyusun perencanaan dan
pelaksanaan anggaran, yang berujung menjadi sasaran empuk di kalangan publik.

Namun dalam hal memberikan pelayanan, PPID tetap diwajibkan membuat pertimbangan secara
tertulis terhadap setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak atas Informasi publik.
Pertimbangan dimaksud bisa memuat aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan
dan keamanan negara. Hal ini dilakukan sebagai cara minimalisir risiko atas penggunaan informasi
yang ada di tangan publik.

Karena itu, PPID pun punya hak untuk menolak permohonan informasi, apabila tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Informasi dimaksud, mencakup: a. informasi yang dapat
membahayakan negara; b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari
persaingan usaha tidak sehat; c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi; d. informasi yang
berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau e. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau
didokumentasikan.
3. Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat ditempuh apabila :

Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan PPID; atau
Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada atasan PPID
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan diterima oleh atasan PPID.
Penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan karena salah satu atau beberapa alasan berikut :

tidak disediakannya informasi berkala yang wajib diumumkan Badan Publik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik;
tidak ditanggapinya permohonan informasi;
permohonan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang dimohonkan;
tidak dipenuhinya permohonan informasi;
pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau
penyampaian informasi yang melebihi jangka waktu berdasarkan ketentuan peraturan undang-
undangan yang berlaku.
Penyelesaian sengketa melalui ajudikasi dilakukan karena salah satu alasan berikut :

penolakan atas permohonan informasi berdasarkan alasan pengecualian sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; atau
Pemohon informasi publik telah menempuh upaya penyelesaian sengketa melalui mediasi namun
proses mediasi gagal atau salah satu/para pihak menarik diri dari proses mediasi.

Anda mungkin juga menyukai