Anda di halaman 1dari 23

1

USULAN RANCANGAN
PENELITIAN UNTUK PENULISAN SKRIPSI

A. JUDUL : PELAKSANAAN KONVERSI KOPERASI KONVENSIONAL


KE KOPERASI SYARIAH (PENELITIAN PADA KOPERASI
SYARIAH DI BANDA ACEH)

B. PELAKSANA PENELITIAN

Nama : Putri Humaira

Nomor Induk Mahasiswa : 1803101010151

Angkatan : 2018

Program Studi : Ilmu Hukum

Jurusan : Hukum Perdata

Jumlah SKS yang diperoleh : 144 SKS

Sudah/Belum Lulus Semua

Mata Kuliah Wajib : Sudah

Alamat : Lamgugop, Banda Aceh.

C. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dimana mayoritas

penduduknya adalah beragama Islam. Maka tidak heran jika saat ini

perkembangan dunia perekonomian islam khususnya dalam memanfaatkan

lembaga keuangan Syariah sedang mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Tidak hanya itu, dengan berkembang pesatnya Lembaga

Keuangan Syariah juga didorong oleh kesadaran yang dimiliki setiap


2

individu muslim untuk menjalankan perintah Allah. 1 Menjauhi semua

kegiatan haram yang terdapat dalam praktik lembaga keuangan yang

berbentuk konvensional yang masih menggunakan sistem riba. Tujuan

utama dari mendirikan lembaga keuangan dengan prinsip Syariah adalah

untuk menjalan perintah Allah dalam bidang ekonomi dan muamalah serta

membebaskan masyarakat Islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh

agama Islam.

Indonesia memilik dua macam lembaga keuangan, yaitu lembaga

keuangan berbentuk bank dan lembaga keuangan non bank. Kedua

lembaga keuangan ini dalam beroperasi ada yang menggunakan ketentuan

syariah dan ada juga yang menggunakan ketentuan konvensional. Salah

satu unsur mendasar yang menentukan perbedaan lembaga keuangan

syariah dengan konvensional ialah terletak dalam kepatuhan pada prinsip-

prisip syariah.2 Bentuk Lembaga Keuangan Syariah sebagaimana yang ada

pada Lembaga Keuangan Konvensioanal dapat dibrdakan menjadi 2 (dua)

yaitu Lembaga keuangan Syariah Bank (Bank Syariah) dan lembaga

Keuangan Syariah Non Bank.3 Lembaga Keuangan Syariah Bank terdiri

dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Sedangkan yang berbentuk Lembaga

1
Nurhasanah, N., “Optimalisasi Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) Di Lembaga Keuangan
Syariah”, hlm. 219, 2011.
2
Choirul Absor, Kharis Fadlullah, Hana Fatikha Rizqya Nur, “Ada Apa dengan Dewan Pengawas
Syariah di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah”, Journal of Islamic Banking and
Finance, Vol. 3, No. 2, hlm. 155, 2019.
3
Hasan Sultoni, “Peran Dewan Pengawas Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia”,
Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.6, No. 2, hlm. 112, 2019.
3

Keuangan Non Bank terdiri dari Asuransi Syariah, Koperasi Syariah,

Penggadaian Syariah dan sebagainya.

Kata syariah yang melekat pada lembaga keungan benbentuk bank

maupun yang non bank seperti pada koperasi, asuransi dan lembaga

keuangan syariah lainnya. Sesungguhnya bukan sekedar tempelan, mode,

atau mengikuti pasar saja. Namun memiliki tujuan yang lebih jauh yaitu

agar semua kegiatan, transaksi, dan para pegawainya menjadikan syariah

sebagai landasan dan bingkai dari semua aktivitasnya. Bukan hanya akad

nya saja tetapi juga rohnya, bahkan perilakunya juga harus sesuai dengan

ketentuan syariah.

Di tengah perkembangan masyarakat muslim yang mulai sadar dan

membutuhkan lembaga keuangan yang menggunakan sistem syariah,

nampaknya menjadi lahan subur bagi koperasi syariah untuk tumbuh dan

berkembang. Koperasi syariah telah banyak berperan dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui produk-produk pembiayaan yang

ditawarkannya. Pengeloaannya yang baik dapat dijadikan sebagai lembaga

keuangan alternatif masyarakat.

Mengenai landasan hukum Koperasi Syariah terdapat dalam

Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor

19/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS). Kemudian pengaturan koperasi syariah juga

terdapat dalam Pasal 87 ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012


4

tentang Perkoperasian.4 Koperasi syariah menurut Kementrian UKM RI

tahun 2009 Pasal 1, menyatakan bahwa Koperasi Syariah merupakan

Lembaga Keuangan Syariah dimana kegiatan utamanya yaitu untuk

melakukan pembiayaan, investasi, serta simpanan dengan pola bagi hasil

yang semuanya dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.5

Agar Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berjalan sesuai dengan

kaidah Islam maka MUI mengeluarkan peraturan bahwa LKS harus di

awasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Berdasarkan Surat Keputusan

DSN No. 3 tahun 2000, dijelaskan bahwa Dewan Pengawas Syariah

adalah bagian dari Lembaga Keuangan Syariah yang bersangkutan,

dimana penempatannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional. Adanya

Dewan Pengawas Syariah juga merupakan salah satu bentuk dari

perbedaan mendasar mengenai struktur organisasi antara Lembaga

Keuangan Syariah dengan Lembaga Keuangan Konvensional.

Pemerintah Aceh sesuai dengan pelaksanaan Syariat Islam

mendorong semua koperasi yang ada di Aceh untuk merubah sistemnya

dari koperasi konvensional menjadi koperasi syariah sesuai dengan Qanun

Aceh Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

tepatnya pada Pasal 7 ayat (3) huruf f.6 Setelah pemberlakuan Qanun

tersebut semua lembaga keuangan non bank yang ada di Aceh harus

beralih dari sistem konvensional ke sistem keuangan syariah. Berdasarkan


4
Mohammad Iqbal Aminuddin, “Prinsip Bagi Hasil Pada Pembiayaan Koperasi Syariah”, Skripsi,
Jember: Fakultas Hukum, Universitas Jember, 2013.
5
Sofian, “Koperasi Syariah Sebagai Solusi Keungan Masyarakat: Antara Religiusitas, Trend, dan
Kemudahan Layanan”, Magister Terapan Keuangan dan Perbankan Syariah, Politeknik Negeri
Bandung, 2018, hlm. 753.
6
Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah.
5

data dari Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan (Diskopukmdag) Kota

Banda Aceh mencatat sebanyak 54 koperasi simpan pinjam yang berada di

ibukota provinsi Aceh itu telah dikonversi ke sistem syariah, sesuai qanun

Aceh tentang lembaga keuangan syariah (LKS). Sejauh ini sudah ada 54

koperasi di Banda Aceh yang sudah melakukan perubahan anggaran dasar

ke syariah dari 386 koperasi yang aktif hingga hari ini.7

Dalam pelaksanaan konversi koperasi konvensional ke koperasi

syariah tentunya banyak terjadi perubahan fundamental dalam pelakanaan

operasional maupun dalam struktur koperasinya. Sehingga berdasarkan

uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian hukum yang berjudul: “PELAKSANAAN KONVERSI

KOPERASI KONVENSIONAL KE KOPERASI SYARIAH”

2. Hipotesis atau Asumsi Penelitian

Menurut Suryabrata hipotesis penelitian adalah jawaban sementara

terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara

empiris. Dalam rangkaian langkah-langkah penelitian, hipotesis

merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh

dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap

masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan

paling tinggi tingkat kebenarannya.8 Maka dari itu hipotesis dari penelitian

ini yaitu karena adanya keharusan bahwa seluruh lembaga keuangan yang

7
Nidia Zuraya, “Puluhan Koperasi di Banda Aceh Telah Dikonversi ke Syariah”,
<https://m.republika.co.id/berita/r44p6y383/puluhan-koperasi-di-banda-aceh-telah-dikonversi-ke-
syariah> [ diakses 15/12/2021]
8
Sumadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 21.
6

beroperasi di Aceh wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah. Maka

dari itu koperasi yang masih menggunakan sistem kovensional harus

dikonversi menjadi koperasi yang menggunakan sistem syariah. Maka dari

itu peneliti ingin melihat bagaimana pelaksanaan konversi koperasi

konvensional menjadi koperasi syariah terkhusunya di wilayah Banda

Aceh.

3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitan ini

peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan konversi koperasi konvensional menjadi

koperasi syariah?

2. Bagaimana peran dan fungsi dewan pengawas syariah pada koperasi

syariah hasil konversi konvensional?

4. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah :

a. Konversi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

perubahan dari suatu sistem pengetahuan ke sistem yang lain ataun

dapat juga diartikan perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

b. Koperasi Konvensional adalah badan usaha yang beranggotakan orang

seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.


7

c. Koperasi Syariah merupakan sebuah koperasi yang berkembang di

Indonesia yang pada teknis operasionalnya menggunakan pola

syariah.9

5. Ruang Lingkup dan Tujuan Penulisan

a. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian agar pembahsan skripsi ini tidak meluas,

maka peneliti memberi batasan penelian mengenai “Pelaksanaan

Konversi Koperasi Konvensional Menjadi Koperasi Syariah”. Maka

ruang lingkup dari penelitian ini termasuk dalam hukum perdata yang

pembahasannya dibatasi dengan perubahan operasional dan struktur

yang terjadi saat konversi koperasi konvensional menjadi kopersi

syariah.

b. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan konversi koperasi

konvensional menjadi koperasi syariah (Penelitian pada Koperasi

Syariah di Banda Aceh).

2. Untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi dewan pengawas

syariah pada koperasi syariah hasil konversi konvensional (Penelitian

pada Koperasi Syariah di Banda Aceh).

6. Kegunaan Penelitian

a. Manfaat secara Teoritis

Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah sebagai kontribusi ilmu

pengetahuan ilmu pengetahuan khususnya dibidang hukum perdata


9
Sukmayadi, Koperasi syariah Dari Teori Untuk Praktek, Bandung: Alfabeta, 2020, hlm. 9.
8

terkait dengan perubahan fundamental dalam operasional koperasi

konvensional yang telah dikonversi menjadi koperasi syariah. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

pengembangan lembaga keungan terkhususnya kopersi dalam proses

konversi syariah dan juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi para

peneliti berikutnya.

b. Manfaat secara Praktis

Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan hukum bagi peneliti, mahasiswa,

praktisi hukum, masyarakat ataupun khususnya para pengamat

perkembangan lembaga keuangan syariah dalam memahami perbedaan

sistem dari koperasi konvensional dan koperasi syariah.

7. Keaslian Penelitian

Untuk menghindarkan asumsi duplikasi ataupun plagiatisasi

sekaligus sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini, maka penulis

mencntumkan beberapa skripsi yang berhubungan dengan penelitian ini

diantaranya sebagai berikut:

1. Skripsi yang disusun oleh Izza Hawari Husna (140907096) Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (USU)

Medan 2018 dalam skripsinya yang berjudul “Analalisis Efektivitas

Konversi Bank Konvensional Menjadi Syariah Pada Bank X (Studi

Pada Bank X Cabang Y”. Dalam skripsi ini membahas mengenai


9

seberapa besar tingkat efektivitas konversi bank konvensional menjadi

syariah pada Bank X cabang Y tersebut.10

2. Skripsi yang disusun oleh Thalita Latifa (160602056) Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda

Aceh 2020 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Persepsi

Konversi Koperasi Syariah (Studi Pada Stakeholder dan Anggota

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KP-RI) Beringin Kota Banda

Aceh)”. Dalam skripsi ini membahas mengenai persepsi stakeholder

dan anggota terhadap konversi Koperasi Pegawai Republik Indonesia

Beringin Pemerintahan Kota Banda Aceh dari Konvensional menuju

syariah dan mengenai upaya stakeholder dan anggota Koperasi

Pegawai Republik Indonesia Beringin Pemerintah Kota Banda Aceh

dalam menguatkan manajemen koperasi tersebut.11

3. Skripsi yang disusun oleh Rivian Anda Sari (1730401125) Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Istritut Agama Islam Negeri (IAIN)

Batusangkar 2021 dalam skripsinya yang berjudul “Faktor Pendorong

Penetapan Konversi Ke Syariah Koperasi Pegawai Negeri Dinas

Kesehatan Kabupaten Tanah Datar”. Dalam skripsi ini membahas

mengenai apa saja faktor pendorong terjadinya konversi syariah pada

Koperasi Pegawai Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar.12


10
Izza Hawari Husna, “Analalisis Efektivitas Konversi Bank Konvensional Menjadi Syariah Pada
Bank X (Studi Pada Bank X Cabang Y”, Skripsi, Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Sumatera Utara, 2018.
11
Thalita Latifa, “Analisis Persepsi Konversi Koperasi Syariah (Studi Pada Stakeholder dan
Anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KP-RI) Beringin Kota Banda Aceh)”, Skirpsi,
Banda Aceh: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2020.
12
Rivian Anda Sari, “Faktor Pendorong Penetapan Konversi Ke Syariah Koperasi Pegawai Negeri
Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar”, Skripsi, Batu Sangkar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
10

D. KERANGKA PEMIKIRAN

1. Tinjauan Tentang Konversi.

Konversi adalah perubahan dari satu sistem pengetahuan ke sistem

pengetahuan yang lain. konversi juga diartikan sebagai perubahan dari

sistem pengetahuan satu ke sistem pengetahuan lain yang lebih baik yang

disebabkan oleh beberapa hal. Seperti konversi yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu konversi dari koperasi yang berdasarkan konvensional

yang masih menggunakan sistem bunga (riba) menjadi koperasi yang

berdasarkan syari'ah atau hukum Islam yang memakai sistem bagi hasil.

Berikut bentuk konversi Koperasi Konvensional ke Koperasi

Syariah yang memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut:

a) Pembiayaan

Koperasi konvensional menerapkan bunga yang dibebankan pada

setiap nasabah sebagai keuntungan koperasi. Sedangkan pada koperasi

syariah menerapkan bagi hasil adalah cara yang diambil untuk

melayani para nasabahnya.

b) Aspek pengawasan

Aspek pengawasan yang diterapkan pada koperasi konvensional adalah

pengawasan kinerja, ini berarti koperasi hanya diawasi kinerja para

pengurus dalam mengelola koperasi. Berbeda dengan koperasi syariah,

selain diawasi pada pengawasan kinerjanya, tetapi juga pengawasan

syariah. Prinsip-prinsip syariah sangat dijunjung tinggi, maka dari itu

kejujuran para intern koperasi sangat diperhatikan pada pengawasan


Islam, Istritut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2021.
11

ini, bukan hanya pengurus, tetapi aliran dana serta pembagian hasil

tidak luput dari pengawasan.

c) Penyaluran produk

Koperasi konvensional memberlakukan sistem kredit barang atau uang

pada penyaluran produknya, maksudnya adalah koperasi konvensional

tidak tahu menahu apakah uang/barang yang digunakan para nasabah

untuk melakukan usaha mengalami rugi atau tidak, nasabah harus tetap

mengembalikan uang sebesar yang dipinjam ditambah bunga. Aktivitas

ini berbeda di koperasi syariah, koperasi ini tidak mengkreditkan

barang-barangnya, melainkan menjualnya secara tunai, uang/barang

yang dipinjamkan kepada para nasabah tidak dikenakan bunga,

melainkan bagi hasil yang artinya jika nasabah mengalami kerugian,

koperasi akan mengurangkan pengembalian uang dan sebaliknya. Bagi

hasil adalah salah satu sistem yang diterapkan pada koperasi syariah.

d) Fungsi sebagai lembaga zakat

Koperasi konvensional tidak menjadikan usahanya sebagai penerima

dan penyalur zakat, sedangkan koperasi syariah usahanya adalah

sebagai penerima dan penyalur zakat dan bagi para nasabahnya

dianjurkan untuk mrngeluarkan zakat.13

2. Tinjauan Koperasi Konvensional

Secara etimologi koperasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu

cooperation (co: bersama dan operation: kerja) yang artinya bekerja sama.
13
Dewi Agustiya Ningsih dan Ani Hayatul Maruroh, “ Analisis Perbandingan Sistem Pemberian
Kredit Pada Koperasi Syariah Dan Koperasi Konvensional”, Jurnal Penelitian Teori dan Terapan
Akuntansi, Vol. 3, No. 1, hlm. 89, 2018.
12

Sedangkan secara terminologi, koperasi ialah suatu perkumpulan atau

organisasi yang beranggotakan badan hukum atau orang-orang yang

bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan

anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan.14

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

pekoperasian menyatakan bahwa, koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi dan sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.15

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian menyatakan bahwa, koperasi adalah badan hukum yang

didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan

pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan

usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang

ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.16

Koperasi dikelola berasakan kekeluargaan, yang diartikan sebagai

pengeloaan bersama secara demokratis dan terbuka. Tujuan koperasi yaitu

untuk memajukan kesejahteraan anggota khususnya masyarakat dan

umumnya untuk membangun tatanan perekonomian nasional dalam

rangka mewujudkan masyarakat yang maju adil, dan makmur yang

berlandaskan Pancasila dan Undang-undang. Dengan prinsip koperasi

14
Muhammad Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. I61.
15
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
16
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.
13

sebagai ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan

sebagai pedoman kerja koperasi.17

3. Tinjauan Koperasi Syariah

Koperasi syariah adalah usaha yang terorganisir secara mantap,

demokratis, otonom partisipatif, dan berwatak sosial yang operasionalnya

menggunakan prinsip-prinsip yang mengusung etika moral dengan

memperhatikan halal atau haramnya sebuah usaha yang dijalankannya

sebagaimana diajarkan dalam agama Islam.18

Sedangkan Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan

Usaha Kecil Menengah No. 91 Tahun 2004, dimaksud dengan Koperasi

Syariah atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yaitu koperasi yang

kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan

simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Jadi koperasi syariah merupakan

suatu badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum

untuk melakukan kegiatan ekonomi yang usahanya berdasarkan prinsip

syariah. Pertumbuhan koperasi syariah tumbuh dengan kegiatan usaha

yang tidak seragam, Koperasi memiliki beberapa jenis nama seperti yang

terdapat dalam Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM Nomor 11 tahun

2017 yaitu Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) dan

Unit Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (USPPS).

Koperasi Syariah memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

17
Sahlan Hasbi dan Maya Apriyana, “Preferensi Koperasi Dalam melakukan Konversi Menjadi
Koperasi Syariah Studi Kasus Pada Koperasi Di Wilayah Bogor”, Journal of Islamic Economics
and Finanance Studies, Vol. 1, No. 2, hlm. 176, 2020.
18
Sukmayadi, Op.Cit, hlm. 59.
14

1. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh

siapapun secara mutlak;

2. Manusia diberi kebebasan bermu'amalah selama bersama dengan

ketentuan syariah;

3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi;

4. Menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan

pemusatan sumber dana ckonomi pada segelintir orang atau

sekelompok orang saja.

Prinsip- Prinsip dasar lainnya, antara lain:

1. Larangan melakukan perbuatan maysir, yaitu segala bentuk spekulasi

judi (gambling) yang mematikan sektor ril dan tidak produktif;

2. Larangan praktik usaha yang melanggar kesusilaan dan norma sosial;

3. Larangan gharar yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan tidak

jelas sehingga berpotensi merugikan salah satu pihak;

4. Larangan haram yaitu objek transaksi dan proyek usaha yang

diharamkan syariah;

5. Larangan riba yaitu segala bentuk distorsi mata uang menjadi

komoditas dengan mengenakan tambahan (bunga) pada transaksi

kredit atau pinjaman dan pertukaran/barter lebih antar barang ribawi

sejenis. Pelarangan riba ini mendorong usaha yang berbasis kemitraan

dan kenormalan bisnis, disamping menghindari praktik pemerasan,

eksploitasi dan pendzaliman oleh pihak yang memiliki posisi tawar

tinggi terhadap pihak yang berposisi tawar rendah;


15

6. Larangan ibtikar yaitu penimbunan dan monopoli barang dan jasa

untuk tujuan permainan harga dan;

7. Larangan melakukan segala bentuk transaksi dan usaha yang

membahayakan individu maupun masyarakat serta bertentangan

dengan maslahat dalam maqashid syari'ah.

Tujuh pantangan bisnis syari'ah sebagaimana di atas, merupakan

landasan, asas dan prinsip koperasi syariah, dan apabila koperasi syariah

melanggar ketujuh prinsip tersebut maka akan kehilangan identitas atau

jati dirinya. Koperasi harus meninggalkan praktik riba berupa penggunaan

skim bunga dalam kegiatan usahanya. Tidak menetapkan bunga dalam

kegiatan simpan pinjamnya, karena, riba bertentangan dengan spirit

kemitraan, keadilan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Sistem bunga

tidak peduli dengan nasib debiturnya dan tidak adil dalam penetapan

bunga atas pokok modal. Syari'ah harus diterima dan diterapkan koperasi

secara keseluruhan dan bukan sepotong-potong, karena penerapan yang

sepotong-potong tidak menjamin teraktualisasikannya tujuan koperasi.19

Sebagai lembaga keuangan syariah persyaratan yang perlu dimiliki

oleh koperasi syariah yaitu menjaga kredibilitas atau kepercayaan bukan

dari anggota saja tetapi dari masyarakat luas. Adapun produk

penghimpunan dana pada koperasi syariah berupa simpanan wadiah,

simpanan mudharabah, simpanan mudharabah berjangka. Sedangkan

19
Tria Sofiani, “Kontruksi Norma Hukum Koperasi Syariah Dalam Kerangka Sistem Hukum
Koperasi Nasional”, Jurnal Hukum Islam, Vol. 12, 2014.
16

penyaluran dana dapat berupa pembiayaan murabahah, mudharabah,

musyarakah, salam, istishna, ijarah, dan qardh.

Tujuan koperasi syariah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

anggotanya dan kesejahteraan masyarakat dan ikut serta dalam

pembangunan ekonomi Indonesia berdasarkan prinsip-prinsip Syariat

Islam. Jadi semua operasional koperasi syariah yang tidak berdasarkan

syariat dan aturan Islam tidak boleh dilaksanakan dan dilakukan dalam

pelaksanaan operasional koperasi syariah atau disebut dengan Koperasi

Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Setiap produk dan operasional koperasi

syariah harus sudah melalui fatwa dan pemantauan Dewan Syariah

Nasional yang pada teknisnya dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah

Internal koperasi syariah yang bersangkutan.20

E. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis

empiris. Penelitian yuridis empiris yang dengan dimaksudkan kata lain yang

merupakan jenis penelitian hulum sosiologis dan dapat disebutkan dengan

penelitian secara lapangan, yang mengkaji ketentun hukum yang berlaku serta

yang telah terjadi didalam kehidupan masyarakat. Atau dengan kata lain yaitu

suatu penelitian yang dilakukang terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan

nyata yang telah terjadi di masyarakat dengan maksud dengan mengetahui dan

menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan.21

1. Lokasi Penelitian

20
Ibid., hlm 61.
21
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hlm. 15.
17

Mengenai lokasi penelitian dalam skripsi ini dilakukan di wilayah

Banda Aceh. Hal ini dikarenakan Banda Aceh merupakan ibukota provinsi

Aceh dimana terdapat banyak lembaga keungan syariah yang beroperasi

terkhususnya koperasi syariah.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan atau satuan objek yang

karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan

unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-

benda-benda, dan lain-lain.22 Adapun populasi pada penelitian ini adalah

Koperasi Konvensional yang telah dikonversi menjadi Koperasi Syariah,

Dewan Pengawas Syariah, dan Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan

Kota Banda Aceh.

3. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya

hendak diteliti.23 Pengambilan sampel dilakukan secara “purposive

sampling”, yaitu dari keseluruhan populasi dipilih beberapa sampel yang

terdiri dari responden yang diperkirakan dapat mewakili keseluruhan

populasi. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Responden

Responden adalah orang yang memberi informasi dan terlibat

langsung dalam penelitian. Adapun yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah:


22
Djarwanto, pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi, Yogyakarta:
Liberty, 1994, hlm. 420.
23
Ibid, hlm. 43.
18

1. Ketua Koperasi Syariah hasil konversi ( 5 orang)

2. Anggota Dewan Syariah Kota Banda Aceh (1 orang)

b. Informan

Informan adalah orang yang mengetahui secara teknis dan detail

tentang subjek kajian penelitian tapi tidak terlibat langsung. Adapun

informan dalam penelitian ini adalah:

1. Majelis Permusyawaratan Ulama Kota Banda Aceh (1 orang)

2. Dinas Syariat Islam Aceh (1 orang)

4. Metode Pengumpulan Data

a. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian Kepustakaan (library research) dilkukan untuk

memperoleh data sekunder dengan cara mempelajari atau mengkaji

Peraturan perundang-undangan, Surat Keputusan Menteri, Qanun

LKS, Fatwa DSN-MUI, buku-buku, jurnal, literature hukum dan

dokumen lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

b. Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian Lapangan (field Research) untuk memproleh data

primer yaitu melalui pengumpulan data penelitian lapangan dengan

mewawancarai responden dan informan secara langsung tetapi dapat

juga memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu untuk dijawab pada

kesempatan lain. Wawancara merupakan pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.24

24
Juliansyah Noor, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014, hlm. 138-
139.
19

Selain melalui wawancara pengumpulan data primer juga dapat

dilakukan dengan cara observasi sebagai suatu proses melihat,

mengamati dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis

untuk tujuan tertentu.25 Dalam observasi peneliti tidak hanya mencatat

suatu kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga segala sesuatu atau

sebanyak mungkin hal-hal yang diduga ada kaitanya. Makin banyak

informasi yang dikumpulkan semakin baik, oleh sebab itu pengamatan

harus seluas mungkin dan catatan observasi harus selengkap

mungkin.26

5. Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis

data tersebut. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, obsevasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarkan dan membuat kesimpulan yang dapat dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.27 Penyusunan data dilakukan dengan

pendekatan kualitatif yaitu dengan menjelaskan dan menganalisis

penelitian lapangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah

dalam penelitian ini.

F. JADWAL PENELITIAN

25
Haris Hardiansyah, Wawancara observasi dan Focus Groups, Depok: Raja Grafindo Persada,
2014, 2013, hlm. 138-139.
26
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito, 1996.
27
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 89.
20

Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis memperkirakan waktu

yang diperlukan dengan perincian sebagai berikut:

1. Pengurus surat izin : 15 hari

2. Pengumpulan data : 25 hari

3. Analisis Data : 20 hari

4. Penyusunan skripsi : 20 hari

Jumlah : 80 hari

Banda Aceh, 02 Januari 2022


Pelaksana Penelitian

Putri Humaira
NIM. 1803101010151

KERANGKA PENULISAN SKRIPSI


ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Hipotesis dan Asuumsi Penelitian
C. Identifikasi Masalah
D. Definisi Operasional Variabel
E. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
F. Kegunaan Penelitian
G. Keaslian Penelitian
H. Metode Penelitian
21

I. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONVERSI KOPERASI


KONVENSIONAL KE KOPERASI SYARIAH
A. Pengertian Tentang Konversi
B. Pengertian Koperasi Konvensional dan Operasionalnya
C. Pengertian Koperasi Syariah dan Operasionalnya
D. Pengertian Dewan Pengawas Syariah

BAB III KONVERSI KOPERASI KONVENSIONAL KE KOPERASI


SYARIAH
A. Pelaksanaan Konversi Koperasi Konvensional Menjadi
Koperasi Syariah.
B. Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah pada Koperasi
Syariah Hasil Konversi

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku

Ali Hasan, Muhammad, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh


Muamalah), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar


Grafika, 2002.

Djarwanto, pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan


Skripsi, Yogyakarta: Liberty, 1994.
22

Haris Hardiansyah, Wawancara observasi dan Focus Groups, Depok: Raja


Grafindo Persada, 2014, 2013.

Juliansyah Noor, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenadamedia


Group, 2014.

Nasution S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito.

Sukmayadi, Koperasi syariah Dari Teori Untuk Praktek, Bandung:


Alfabeta, 2020.

Sumadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012.

B. Skripsi, Artikel, dan Jurnal

Choirul Absor, Kharis Fadlullah, Hana Fatikha Rizqya Nur, “Ada Apa
dengan Dewan Pengawas Syariah di Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah”, Journal of Islamic Banking and Finance,
Vol. 3 No. 2, 2019.

Dewi Agustiya Ningsih dan Ani Hayatul Maruroh, “ Analisis


Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Koperasi Syariah
Dan Koperasi Konvensional”, Jurnal Penelitian Teori dan Terapan
Akuntansi, Vol. 3, No. 1, 2018.

Hasan Sultoni, “Peran Dewan Pengawas Syariah Pada Lembaga Keuangan


Syariah Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.6, No. 2,
2019.

Izza Hawari Husna, “Analalisis Efektivitas Konversi Bank Konvensional


Menjadi Syariah Pada Bank X (Studi Pada Bank X Cabang Y”,
Skripsi, Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Sumatera Utara, 2018.

Mohammad Iqbal Aminuddin, “Prinsip Bagi Hasil Pada Pembiayaan


Koperasi Syariah”, Skripsi, Jember: Fakultas Hukum, Universitas
Jember, 2013

Nurhasanah, N., “Optimalisasi Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) Di


Lembaga Keuangan Syariah”, 2011.

Nuryah Asri Sjafirah, “Penggunaan Media Komunikasi Dalam Eksistensi


Budaya Lokal Bagi Komunitas Tanah Aksara”, jurnal Ilmu Politik
dan Komunikasi, Vol. VI No. 2, 2016.
23

Rivian Anda Sari, “Faktor Pendorong Penetapan Konversi Ke Syariah


Koperasi Pegawai Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah
Datar”, Skripsi, Batu Sangkar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Istritut Agama Islam Negeri Batusangkar 2021.

Sofian, “Koperasi Syariah Sebagai Solusi Keungan Masyarakat: Antara


Religiusitas, Trend, dan Kemudahan Layanan”, Magister Terapan
Keuangan dan Perbankan Syariah, Politeknik Negeri Bandung,
2018.

Sahlan Hasbi dan Maya Apriyana, “Preferensi Koperasi Dalam melakukan


Konversi Menjadi Koperasi Syariah Studi Kasus Pada Koperasi Di
Wilayah Bogor”, Journal of Islamic Economics and Finanance
Studies, Vol. 1, No. 2, 2020.

Thalita Latifa, “Analisis Persepsi Konversi Koperasi Syariah (Studi Pada


Stakeholder dan Anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KP-RI) Beringin Kota Banda Aceh)”, Skirpsi, Banda Aceh:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry, 2020.

Tria Sofiani, “Kontruksi Norma Hukum Koperasi Syariah Dalam


Kerangka Sistem Hukum Koperasi Nasional”, Jurnal Hukum
Islam, Vol. 12, 2014.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah.

D. Sumber Lain

Nidia Zuraya, “Puluhan Koperasi di Banda Aceh Telah Dikonversi ke


Syariah”, <https://m.republika.co.id/berita/r44p6y383/puluhan-
koperasi-di-banda-aceh-telah-dikonversi-ke-syariah> [ diakses
15/12/2021]

Anda mungkin juga menyukai