Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LEMBAGA PEMBIAYAAN SYARIAH


Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah
Dosen pengampu: Anik Gita Yuana, M.E.

Disusun Oleh Kelompok 5:


Rifkiatul Mufarrohah
Madinatul Mubarokah
Ato'illah Shohibul Hikam
Rohma Indrawati
Ifadathul Ilmiah
Kunti Syarifah

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2021-2022

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
"Lembaga Pembiayaan Syariah" dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu "Anik Gita Yuana, M.E."
yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman kami yang selalu sedia membantu dalam hal mengumpulkan
data-data dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka
dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya makalah
yang lebih baik dalam penyusunan kedepannya.

Penulis
Probolinggo, 24 Maret 2022

DAFTAR ISI
JUDUL MAKALAH
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Pembiayaan Syariah
B. Macam-macam Lembaga Pembiayaan Syariah
C. Pendirian Lembaga Pembiayaan Syariah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan yang berlaku di Indonesia dibagi menjadi 2 yaitu secara konvensional
dan syariah. Pembiayaan secara konvensional atau Pembiayaan konsumen merupakan
sebuah sistem model pembiayaan yang dilakukan perusahaan finansial selain daripada
aktivitas berupa leasing dan factoring serta kartu kredit.
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Konsumen
(consumers finance) adalah kegiatan pengadaan untuk pengadaan barang berdasarkan
kebutuhan konsumen dengan melakukan pembayaran secara angsuran. Pembiayaan
konsumen merupakan suatu pinjaman yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada
debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsikan oleh
konsumen dan tidak digunakan untuk tujuan produksi maupun distribusi.
Pembiayaan syariah sebagaimana dijelaskan pada Pasal 1 angka 4 Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan nomor10 /Pojk.05/2019 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan Syariah Dan Unit Usaha Syariah Perusahaan Pembiayaan adalah penyaluran
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah yang disalurkan oleh Perusahaan
Syariah.
Pembiayaan konsumen merupakan bagian daripada kredit konsumsi (consumer
credit) yang letak perbedaannya jika pembiayaan dilakukan oleh sebuah perusahaan
pembiayaan sedangkan kredit konsumsi diberikan oleh bank. Proses pemberian
pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga kepada konsumen harus disertai
denganjaminan. Jaminan yang pada umumnya digunakan berupa benda bergerak yang
mana masih dapat digunakan oleh pemiliknya yang biasa disebut dengan jaminan fidusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Lembaga Pembiayaan Syariah itu?
2. Apa Saja Macam-macam Lembaga Pembiayaan Syariah?
3. Bagaimana Pendirian Lembaga Pembiayaan Syariah?
C. Tujuan
1. Agar Dapat Mengetahui Pengertian Lembaga Pembiayaan Syariah!
2. Agar Dapat Mengetahui Macam-macam Lembaga Pembiayaan Syariah!
3. Agar Dapat Mengetahui Pendirian Lembaga Pembiayaan Syariah!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Pembiayaan Syariah
Secara umum, Perusahaan Pembiayaan Syariah (PP Syariah) adalah
perusahaan pembiayaan yang dalam menjalankan kegiatan usahanya (hanya
menyalurkan pembiayaan/pendanaan kepada masyarakat) berdasarkan atau
sesuai dengan prinsip akad syariah. Dalam struktur organisasi kepengurusan PP
Syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang berfungsi untuk
memastikan prinsip Syariah telah dilaksanakan dengan baik dan benar.
Andri Soemitra menjelaskan bahwa Setiapperusahaan pembiayaan yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib menyalurkan dana
untuk kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan dapat
merupakan komponen investasi, piutang pembiayaan, atau piutangsewa.
Perusahaan pembiayaan syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang
terdiri dari paling kurang 2 orang anggota dan 1 orang ketua. Anggota DPS
diangkat dalam rapat umum pemegang saham atas rekomendasi Majelis Ulama
Indonesia.
Dewan Pengawas Syariah bertugas memberikan nasihat dan saran kepada
direksi, mengawasi aspek syariah kegiatan operasional perusahaan pembiayaan
dan sebagai mediator antara perusahaan pembiayaan dengan DSN-MUI.
Perusahaan pembiayaan syariah wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap
tanggal 10 setiap bulan dan mendapatkan pernyataan kesesuaian Syariah
Berbeda dengan pembiayaan konvensional, setiap kegiatan usaha pada
pembiayaan Syariah harus merujuk pada akad yang telah dikeluarkan fatwanya
oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) atau
Pernyataan Kesesuaian Syariah dari DSN MUI. Selain itu, setiap kegiatan usaha
harus berlandaskan akad Syariah, baik tunggal dan/atau gabungan. Sama halnya
dengan industri jasa keuangan lain, PP Syariah wajib melaporkan kegiatan
usahanya dan harus mendapatkan izin dari OJK.
Model bisnis PP Syariah umumnya sama dengan model bisnis lainnya.
Hanya saja semua kerja sama yang dilakukan PP Syariah dengan pihak-pihak
terkait disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah yang berlaku. Kesepakatan
dan saling keterbukaan pada konteks ini menjadi kunci utama dalam model
bisnis PP Syariah.
Secara umum, prinsip kegiatan usaha pembiayaan syariah meliputi keadilan
(‘adl), keseimbangan (tawazun), kemashlahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maisir, riba, zhulm, risywah, dan
objek haram lainnya.
Setiap transaksi kegiatan operasional perusahaan pembiayaan syariah harus
memenuhi prinsip syariah. Aturan mengenai transaksi perusahaan pembiayaan
syariah terbagi ke dalam enam kelompok, sebagaimana dijelaskan oleh Andri
Soemitra:
1. Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan syariah wajib tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.
2. Akad-akad syariah yang telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak tidak
dapat dibatalkan secara sepihak, kecuali memenuhi kondisi: Kedua belah
pihak setuju untuk menghentikannya, Akad bertentangan dengan prinsip
syariah, atau akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang
dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
3. Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, setiap
pihak yang bertransaksi wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk
melakukan perbuatan hukum baik menurut syariah maupun peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
sebagaimana diatur dalam peraturan ini, wajib dilaksanakan tanpa unsur
paksaan diantara para pihak yang berakad atau bertransaksi.
5. Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
sebagaimana diatur dalam peraturan ini, yang diikuti dengan kewajiban
melaksanakan asuransi atas objek pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
maka objek yang diasuransikan wajib diasuransikan pada perusahaan
asuransi dengan prinsip syariah juga. Dan
6. pencatatan akuntansi untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah sebagaimanadiatur dalam peraturan ini wajib disusun
berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
B. Macam-macam Lembaga Pembiayaan Syariah
Daftar leasing syariah adalah hal yang kini tengah dicari masyarakat. Pasalnya,
masyarakat sekarang mulai mempercayai sistem yang diterapkan leasing syariah.
Tak seperti leasing konvensional, leasing syariah tidak menerapkan sistem bunga
sama sekali. Ini tentu kabar baik buat Sahabat yang lagi membutuhkan jasa leasing tanpa
harus terkena bunga.
Leasing syariah di Indonesia sendiri kini sudah tergolong banyak. Adapun daftar
leasing syariah itu adalah sebagai berikut:
1. BAF Syariah
Selain memiliki leasing konvensional, BAF juga kini melebarkan sayap dengan
mendirikan leasing syariah. Pendirian leasing syariah sendiri dilakukan seiring
banyaknya permintaan masyarakat akan hal tersebut. Ada dua layanan yang
disediakan BAF Syariah. Dana syariah dan pembiayaan kendaraan bermotor
adalah keduanya.
Khusus untuk layanan kedua, BAF Syariah hanya melayani pembiayaan
kendaraan bermotor roda dua. Ada beberapa merk kendaraan roda dua saja yang
bakal dilayani oleh BAF Syariah.
Jika konsumen mengambil layanan pembiayaan kendaraan bermotor, konsumen
bisa menggunakannya untuk jangka waktu tertentu. Entah jangka pendek
maupun panjang.
2. FIF Syariah
Seperti halnya BAF, FIF juga merupakan leasing konvensional yang membuka
lini syariah. Lini syariah FIF sendiri memiliki satu produk layanan syariah yang
bisa konsumen pakai. Amitra adalah produk yang dimaksud.
Produk tersebut khusus untuk melayani mereka yang hendak melakukan umrah.
Ada dua keuntungan jika konsumen mengambil produk layanan khusus umrah
tersebut.
Pertama, calon peserta umrah tak menabung dan menunggu waktu lama untuk
bisa menjalani ibadah umrah. Kedua, peserta umrah bisa langsung berangkat
hanya dengan membayar DP saja.
Dua manfaat dari Amitra itu bisa Sahabat dapatkan, lantaran FIF Syariah tela
lebih dulu membayar biaya umrahnya. Tak hanya Amitra, FIF Syariah juga
menawarkan beberapa produk layanan lainnya. Semisal kredit motor baru,
barang elektronik, serta peminjaman skala mikro.
3. Alif Finance
Lembaga di bawah naungan PT Al Ijarah Indonesia Finance ini menawarkan
berbagai jenis produk layanan. Mulai dari pelayanan komersial untuk
kepentingan usaha, sampai pelayanan konsumtif semacam mobil dan motor.
Semua produk yang ditawarkan Alif Finance bisa didapatkan dengan skema
Ijarah Muntahla Bittamlik (sewa beli).
4. ACC Syariah
Kalau yang satu ini merupakan lembaga leasing syariah yang ada di bawah
naungan PT Astra Sedaya Finance. Lembaga leasing syariah ini sangat cocok
buat konsumen yang mau kredit mobil secara syariah.
Berbagai produk dan kondisi mobil bisa konsumen dapatkan di lembaga leasing
syariah ini. Entah yang baru ataupun bekas. ACC Syariah saat ini menggunakan
akad murabahah (sistem jual beli) sebagai skema yang mereka pakai.
5. CITIFIN Multi Finance Syariah
Lembaga leasing syariah yang terakhir di daftar ini merupakan pemain lama di
dunia leasing syariah. Sudah ada sejak 1989, leasing syariah ini menawarkan
produk layanan pembiayaan mobil bekas dan baru yang mudah dilakukan.
Lembaga leasing syariah ini juga menawarkan pelayanan multiguna untuk
konsumennya. Saat ini, CITIFIN sudah punya 23 cabang yang tersebar di
pelosok negeri.

C. Pendirian Lembaga Pembiayaan Syariah


Perusahaan pembiayaan adalah badan usahadi luar bank dan lembaga keuangan
bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam
bidang usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan usaha lembaga pembiayaan adalah:
1. Sewa guna usaha (leasing)
2. Anjak piutang (factoring)
3. Usaha kartu kredit (credit card)
4. Pembiayaan konsumen (consumer finance)
Untuk mendirikan perusahaan pembiayaan (PP) syariah ada beberapa tahapan yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Calon mengajukan permohonan izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan kepada
menteri keuangan c.q ketua Bapepam LK.
2. Selajutnya dari ketua Bapepam – LK, permohonan diteruskan ke biro P3.
3. Jika termasuk DKM (Daftar Kredit Macet) dan DPL (Daftar Tidak Lulus) maka
biro P3 mengirimkan surat permintaan perlengkapan persyaratan bagi direksi,
komisaris dan pemegang saham. Jika tidak maka biro P3 memproses permohonan
izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan (PP) sesuai ketentuan dalam PMK
No.84/PMK.012/2006 termasuk melakukan fit and proper test direksi dan
komisaris.
4. Selanjutnya biro P3 memberi pertimbangan menerima atau menolak permohonan
usaha PP.
5. Jika pengajuan ditolak maka biro P3 mengeluarkan surat penolakan pemberian izin
usaha sebaga PP.
6. Jika pengajuan diterima maka dikeluarkan KMK izin usaha sebagai PP.
7. Selanjutnya perusahaan yang telah memperoleh izin usaha sebagai perusahaan
pembiayaan wajib melakukan usaha selambat-lambatnya 60 hari sejak tanggal izin
usaha ditetapkan.
8. Melaporkan kegiatan usaha kepada menteri keuangan c.q. Ketua Bapepam dan
lembaga keuangan (Biro Perbankan, Pembiayaan dan Penjaminan) selambat-
lambatnya 10 hari sejak tanggal dimulainya kegiatan usaha.
Untuk menempuh proses pendirian pembiayaan syariah diperlukan persyaratan-
persyaratan sebagai berikut:
1. Akta pendirian badan hukum termasuk andalan dasar yang telah disahkan oleh
instansi berwenang.
2. Data direksi dan dewan komisaris atau pengawas.
3. Data pemegang saham atau anggota.
4. Sistem dan prosedur kerja, struktur organisasi dan personalia.
5. Fotocopy bukti pelunasan modal disetor dalam bentuk deposito berjangka pada
salah satu bank umum di Indonesia dan dilegalisasi oleh bank penerima setoran
yang masih berlaku selama dalam proses pengajuan izin usaha.
6. Rencana kerja untuk 2 tahun pertama yang sekurang-kurangnya memuat:
a) Rencana pembiayaan dan langkah-langkah yang dilakukan untuk mewujudkan
rencana dimaksud.
b) Proyeksi arus kas, neraca perhitungan laba/rugi bulanan dimulai sejak
perusahaan pembiayaan melakukan kegiatan operasional.
7. Bukti kesiapan operasional.
8. Perjanjian usaha patungan antara pihak asing dan pihak indonesiabagi perusahaan
patungan.
9. Pedoman pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah (P4MN).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai lembaga intermediasi, komposisi sumber dana sebagian besar berasal dari
dana pihak ketiga. Sumber dana pihak ketiga pada bank syariah umumnya didapat dari
tabungandan deposito mudarabah dan wadiah. Tidak seperti pada bank konvensional,
dimana liabilities dari dana pihak ketiga dihitung berdasarkan bunga yang artinya bila
semakin besar dana yang diperoleh maka semakin besar pula kewajiban yang harus
dibayarkan oleh bank kepada para investor dan nasabah.
Sedangkan pada bank syariah memiliki kewajiban memberikan imbal hasil kepada
para investor dan nasabah sesuai dengan profit yang didapat pada satu periode, meskipun
semakin besar dana yang diperoleh perhitungan imbal hasil tetap berdasarkan profit pada
periode. Oleh karena itu liabilities tidak berpengaruh pada profitabilites bank syariah.
Bank yang merupakan lembaga intermediasi berfungsi dalam menyalurkan dana
masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Aset yang didapat dari dana pihak ketiga sebagian
besar digunakan dalam pembiayaan baik dalam bentuk akad mudarabah, musyarakah,
murabahah dan lainnya. Dan di dalam pembiayaan terdapat resiko gagal bayar. Bila
kreditur mengalami gagal bayar atau berkinerja buruk maka bank syariah hanya akan
mendapatkan kembali pokok pinjaman dan denda. Bandingkan dengan bank
konvensional yang tetap membebankan bunga terhadap kreditur, bila kreditur mengalami
gagal bayar maka barang jaminan akan dijual untuk melunasi pokok pinjaman, bunga dan
denda. Bila bank syariah semakinagresif mengalokasikan aset ke dalam pembiayaan atau
total financing maka semakin besar pula resiko penurunan profitabilitas. Hal ini
menunjukan bahwa total financing atau pembiayaan berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas bank syariah.
B. Kritik dan Saran
Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20647#:~:text=Secara%20umum%2C
%20Perusahaan%20Pembiayaan%20Syariah,sesuai%20dengan%20prinsip%20akad%20syariah.
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 335
https://daihatsu.co.id/tips-and-event/tips-sahabat/detail-content/daftar-leasing-syariah-di-indonesia-
yang-terpercaya/
Dhaniswara K. Harjono, Pemahaman Hokum Bisnis Bagi Pengusaha, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), hal.31
http://hanyblush.blogspot.com/2010/09/sewa-guna-usaha-leasing-syariah.html

Anda mungkin juga menyukai