Anda di halaman 1dari 8

1.

Sebut dan jelaskan tiga peran disiplin geodesi dan Geomatika dalam Hukum Laut
Internasional!
 Menentukan titik surut terendah melalui pengamatan pasang surut, sebagai titik awal
penarikan garis pangkal kepulauan (5 UNCLOS 1982)
 Mencantumkan garis pangkal dalam peta dengan skala-skala yang memadai untuk
penetapan garis posisinya atau menyajikan garis pangkal dalam sistem koordinat geografis
dan datum geodetik sesuai pasal (16 UNCLOS 1982)
 Menjadi penentu aspek teknis penegasan batas maritim di lapangan, membawa apa yang
ada di peta ke kondisi lapangan sesungguhnya (UNCLOS 1982 Lampiran VIII Arbitrase
Khusus).

1. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar zona maritim yang bisa diklaim oleh sebuah negara
pantai menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)! (sebutkan pasal
yang terkait, deskripsi masing-masing zona dan ketentuan teknis yang ada)!
zona maritim suatu negara yang dikurkur dari garis pangkal. Zona maritim yang berbeda itu
merliputi: perairan pedalaman, laut teritorial, ZEE, laut bebas, landas kontinen (dasar laut)
dan Kawasan (the Area).
 Laut Teritorial : Pasal 3 UNCLOS 1982 menyebutkan bahwa setiap negara pantai berhak
menetapkan lebar laut teritorialnya hingga suatu batas yang tidak melebihi 12 mil laut
diukur dari garis pangkal yang ditentukan sesuai dengan konvensi ini.
 Zona Tambahan : Dalam Pasal 33 UNCLOS 1982 disebutkan bahwa negara pantai dapat
melaksanakan pengawasan pada wilayah laut di luar laut teritorialnya sejauh maksimum 24
mil laut dari garis pangkal.
 ZEE : Bab V pasal 55, 56 dan 57 UNCLOS 1982 . ZEE adalah suatu daerah di luar dan
berdampingan dengan laut teritorial, yang tunduk pada rejim hukum khusus yang ditetapkan
dalam UNCLOS 1982, berdasarkan mana hak-hak dan yurisdiksi negara pantai dan hak-hak
serta kebebasan-kebebasan negara lain di atur. Di dalam ZEE, negara pantai memiliki hak
eksklusif untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam, kebebasan navigasi, hak
penerbangan udara, dan melakukan penanaman kabel serta jalur pipa
 Landas Kontinen : Pasal 76 UNCLOS 1982 menyebutkan tentang batas landas kontinen, yaitu
meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang
terletak di luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga
pinggiran tepi kontinen atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal darimana
lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak
tersebut.

1. Landas kontinen adalah zona maritim yang penentuannya berbeda dengan zona lainnya.
Jelaskan secara singkat bagaimana batas terluar landas kontinen ditetapkan, terutama yang
di luar 200 mil laut dari garis pangkal!

Landas kontinen suatu Negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya yang
melampaui laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga
pinggiran luar dari benua margin, atau untuk jarak 200 mil laut dari garis pangkal dari mana
luasnya laut teritorial diukur di mana tepi luar dari tepian benua tidak memperpanjang
hingga jarak itu.

Penentuan batas di luar 200 mil adalah :


1) Mengetahui Foot of Slope (FOS) atau kaki lereng kontinen
2) Menarik garis sejauh 60 mil laut dari FOS
3) Membuat garis 'Gardiner Line, yaitu lokasi garis di mana ketebalan bahan sedimen sama
dengan 1% dari jarak kembali ke FOS
4) Membuat Herberg Line yang merupakan gabungan dari 60 mil FOS dan Gardiner Line
(yang diambil garis terjauh/terluar dari mereka)
5) Menarik garis sejauh 350 mil laut dari garis teritorial
6) Membuat constraint lines yaitu 2500 meter isobath diproyeksikan ke arah laut dengan
100 mil laut
7) Menarik garis terluar batas terluar akhir, biasanya kombinasi formula dan constraint lines,
dan didekati dengan suksesi segmen garis lurus (Geodesics) tidak melebihi 60 mil laut
panjangnya

2. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar penentuan garis penutup teluk menurut Konvensi
PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)! (sebutkan pasal yang terkait dan ketentuan
teknisnya).
Penentuan garis penutup teluk menurut konvensi PBB adalah
1). tentukan low line water
2). dibuat garis diantara teluknya
3). jarak tersebut dijadikan diameter
4). dibuat setengah lingkaran
5). lautnya bisa ditutup kalau teluknya lebih dari setengah lingkaran itu, kalau enggak gabisa
ditutup.
Syarat garis diameternya : Jika panjang penutupan tidak melebihi 24 mil laut, maka garis
atau garis dapat digunakan untuk menutup teluk. Jika panjang penutupan melebihi 24 mil
laut, maka akan diperlukan untuk mengembangkan baru dan garis penutupan pendek dalam
teluk. Biasanya, lokasi ini tidak sulit untuk menentukan, karena sebuah pemeriksaan grafik
harus mengidentifikasi posisi perkiraan.Ditutup lautnya dalam artian dijadikan daerah
kedaulatan suatu negara, bukan hak berdaulat saja. Indonesia belum banyak melakukan hal
ini.

3. Apa perbedaan antara kedaulatan dengan hak berdaulat dan bagaimana kaitannya dengan
zona maritim yang diklaim oleh sebuah negara pantai? Sertakan contoh untuk mendukung
penjelasan Anda!

Kedaulatan adalah kewenangan penuh atas wilayah (territory) yang dalam hal ini meliputi
semua wilayah daratan, perairan kepulauan dan laut territorial. Laut teritorial adalah
kawasan laut dengan lebar hingga 12 mil laut (22 km) dari garis pangkal. Di luar laut
teritorial, sebuah negara pantai tidak memiliki kedaulatan penuh (sovereignty) tetapi hak
berdaulat (sovereign rights). Kedaulatan dan hak berdaulat adalah dua hal yang berbeda dan
itu jelas definisinya.
dalam konteks hukum internasional. Pada kedaulatan, berlaku kekuasaan penuh atas
wilayah (territory) dan di sana berlaku hukum nasional. Sementara itu, pada hak berdaulat,
tidak berlaku kekuasan penuh tetapi hak untuk mengelola dan memanfaatkan. Kawasan
tempat berlakunya hak berdaulat ini dikenal dengan yurisdiksi, bukan wilayah atau territory.
Dalam hal ini, di ZEE, misalnya, Indonesia tidak punya kedaulatan penuh tetapi berhak untuk
mengelola kekayaan alamnya dan negara lain tidak berhak memanfaatkan kekayaan alam itu
tanpa izin
dari Indonesia.
4. Apakah yang dimaksud dengan yurisprudensi dan apa perannya dalam memutuskan kasus?
kasus hukum laut yang terjadi dewasa ini?
 Yurisprudensi adalah putusan2 yg dikeluarkan halim dalam menghukum sebuah perkara
 Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan sebagai
dasar keputusan oleh hakim mengenai masalah yang sama ( menurut kansil 1993 : 20 )
 Peranannya dalam memutuskan kasus2 hukum laut
Adapun peranannya dalam memutuskan kasus2 hukum laut
a) sebagai alat penyelesaiian sengketa antar negara yang terkait tentang masalah
perbatasan laut, persengketaan yang ada dapat diselesaikan dengan ketetapan
hukum yang telah diatur dalam hukum internasional terkait akan masalah
perbatasan antar negara.
b) Sebagai sarana untuk menuntut sebuah keadilan dalam penyelesaian kasus-kasus
terkait perbatasan laut.
c) Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci siapa yang boleh
melakukan pelaksanaan hukum, siapa yang harus menaatinya, siapa yang memilih sangsi
yang tepat dan adil.

1. Jelaskan kasus Landas Kontinen Laut Utara (North Sea Continental Shelf) tahun 1969!
(negara yang terlibat, deskripsi kasus, lembaga peradilan, hasil keputusannya,
dampak/implikasinya bagi perkembangan hukum laut dunia).

Jerman vs Denmark dan Belanda 1969 ICJ 1 (juga dikenal sebagai The kasus North Sea
Continental Shelf) adalah serangkaian sengketa yang datang ke Mahkamah Internasional
pada tahun 1969. Mereka terlibat perjanjian antara Denmark, Jerman, dan Belanda
mengenai yang "batas" daerah kaya minyak dan gas dari landas kontinen di Laut Utara. Laut
Utara pantai Jerman cekung, sedangkan Belanda dan pantai Denmark adalah cembung. Jika
batas telah ditentukan oleh aturan equidistance ("menggambar garis setiap titik yang sama
jauh dari setiap pantai"), Jerman akan menerima sebagian kecil dari kekayaan sumber daya
landas relatif terhadap dua negara lainnya. Dengan demikian Jerman berpendapat bahwa
panjang garis pantai digunakan untuk menentukan batas tersebut. Jerman ingin ICJ untuk
membagi Landas Kontinen dengan proporsi ukuran daratan negara dan bukan oleh aturan
berjarak sama.

Dalam kasus tersebut terjadipersengketaan batas landas kontinen di Laut Utara. Pada
tanggal 31 Maret 1966 Belanda dan Denmark menandatangani persetujuan tentang garis
batas landas kontinen di Laut Utara. Jerman ternyatamenentang keraspersetujuan tersebut
karena dianggap sangat merugikan Jerman serta menghalang-halangiJerman untuk
memperoleh aksesatas landas kontinen ke arah garis batas landas kontinen Inggris di Laut
Utara. Fakta lain yang dapat dikemukakan adalah bahwa Belanda dan Denmark sudah
meratifikasi Konvensi Landas Kontinen 1958, sedangkan Jerman tidak atau belum
meratifikasinya. Dari keputusan Mahkamah Internasional atas kasus tersebut dapat ditarik
beberapa prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan hukum internasional yang dapat
diterapkan dalam menentukan garis batas di area landas kontinen antara lain : bahwa
Negara atau pihak yang tidak menyatakan maksudnya untuk terikat dengan cara-cara atau
tindakan tindakan yang sesuai dengan kaidah hukum perjanjian internasional (international
law of treaties) seperti ratifikasi dan aksesi, tidak terikat pada perjanjian internasional atau
konvensi tersebut, principalof equidistant bukan merupakan hukum kebiasaan internasional.
2. Jelaskan kasus Grisbadarna dan dampaknya pada delimitasi batas maritim internasional!
lengkapnya lupa tapi intinya ,Grisbadarna Case, antara Norwegia dan Swedia pada tahun
1909. Permasalahannya mengenai terusan batas maritim antara 2 negara yang ternyata
dalam perundingan yang kesekian batas maritim tersebut memotong Grisbadarna Banks
menjadi berada di Norwegia dan Swedia, lalu karena Grisbadarna Banks merupakan milik
Swedia dan telah dikelola juga diambil keputusan untuk menggunakan median line principle,
perpendicular line principle, dan circumstances of fact untuk mencapai pertmbangan yang
adil.

3. Apa yang dimaksud dengan Indonesia menjadi poros maritim dunia?


Poros berarti pusat yaitu menjadi perhatian karena menghasilkan sesuatu yang dapat
memberi manfaat bagi negara lain. Poros maritim dunia meliputi 2 hal :
a. Indonesia memanfaatkan laut untuk kemakmuran rakyat
b. Indonesia akan menjadi pusat bagi isu maritim dunia

4. Apa yang Anda ketahui dengan tol laut?


tol laut adalah jalur kapal-kapal besar yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama
Indonesia. Akan ada kapal rutin berlayar dari Sumatera ke Papua dan kembali. Kalau jadwal
teratur maka sistem transportasi laut bisa efisien. Tujuannya :
 membangun sumber-sumber dan sentral ekonomi di setiap pulau di setiap pulau di
Indonesia atau di setiap titik yang dilewati tol laut
 produk andalan di suatu pulau dapat dibawa ke pulau lain, jadi kapal pulang/kembali tidak
kosong.

1. Apa yang dimaksud dengan ‘three-stage approach’ dalam delimitasi batas maritim? Jelaskan
masing-masing tahap!
a. menetapkan garis batas sementara yang biasanya merupakan garis tengah
b. menentukan efek-efek yang berpengaruh terhadap penetapan garis tengah tersebut, yang
dapat mengubahnya.
c. uji disproporsionalitas. menguji luasnya apakah berbeda secara signifikan (untuk
mendeteksi ketidak adilan), dengan memperhatikan garis pantai

Misalkan ada dua buah Negara yang berbatasan, maka pada tahap pertama adalah
penarikan median line dari menggunakan garis pangkal sesuai dengan kondisi geografis
Negara masingmasing. Setelah garis median line terbentuk, jika ada fitur maritime, misalnya
pulau atau LTE, sebuah Negara yang terletak dekat dengan garis hasil median line,
diperhitungkan efeknya pada garis median line dan kemudian dilakukan perubahan garis
tersebut. Setelah perubahan faktor
yang relevan dilakukan uji disproporsionalitas untuk melihat garis final yang terbentuk sesuai
untuk masing-masing Negara.

2. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar prinsip Dasar delimitasi batas maritim menurut
Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)!

Delimitasi batas maritime harus dilakukan ketika terjadi tumpang tindih klaim (overlapping
klaim) antara dua Negara atau lebih. Tumpang tindih klaim dapat diterjadi di wilayah laut
territorial, ZEE maupun landas kontinen. Sesuai hukum yang berlaku, masing-masing
tumpang tindih klaim tersebut diselesaikan dengan metode yang berbeda.
1. Delimitasi Laut territorial
Delimitasi laut teritorla diatur dalam pasal 15 UNCLOS. Dalam pasal tersebut dinyatakan
bahwa dua Negara yang saling berhadapan atau berdampingan tidak diperkenankan
mengklaim laut territorial melebihi garis tengan (median line) antara kedua Negara tersebut,
kecuali jika kedua Negara tersebut membuat kesepakatan lain, atau karena adanya hak
menurut pertimbangan sejarah atau kondisi khusus lainnya yang memungkinkan tidak
diterapkannya prinsip garis
tengah. Kondisi khusus yang bisa mempengaruhi pemilihan garis batas maritim selain garis
tengah antara lain adanya pulau-pulau lepas pantai, bentuk garis pantai atau klaim khusus
atas wilayah perairan berdasarkan pertimbangan sejarah.

2. Delimitais Zona Tambahan


UNCLOS 1982 dengan jelas menyatakan bahwa zona tambahan semestinya mencakup lebar
maksimum hingga 24 mil laut, tanpa menyebut aturan secara eksplisit mengenai delimitasi
zona tambahan itu. Menurut Churcill dan Lowe 1999 ada setidaknya dua alasan untuk hal
tersebut. Mereka mengemukakan pertama adalah zona tambahan sebenarnya ada di dalam
ZEE oleh karena itu delimitasi zona tambahan adalah juga bagian dari delimitasi sebagian
atau
keseluruhan ZEE. Alasan kedua adalah karena zona tambahan bukanlah merupakan wilayah
kedaulatan atau yurisdiksi eksklusif, sehingga tidak ada alasan adanya delimitasi khusus
untuk zona tambahan.

3. Delimitasi Landas Kontinen


Berdasarkan UNCLOS 1982 delimitasi batas landas kontinen diatur dengan pasal 83, yang
pada dasarnya tidak memuat petunjuk rinci prinsip delimitasi. Pasal 83 (1) menyatakan
delimitasi landas kontinen antara Negara-negara dengan pantai yang berseberangan atau
berdampingan dipengaruhi oleh perjanjian-perjanjian berdasarkan hukum internasional,
seperti dinyatakan pada pasal 38 Makmamah Internasional, untuk mencapai solusi yang adil.

4. Delimitasi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)


Di dalam UNCLOS delimitasi ZEE diatur oleh Pasal 74, dan hampir identik pasal 83 tentang
delimitasi landas kontinen dimana tidak satupun dari pasal 74 maupun 83 menyebutkan
petunjuk rinci tentang proses delimitasi tetapi hanya menyebutkan perlunya mencapai solusi
yang adil. Dalam praktiknya, batas ZEE yang disetujui pada umumnya sama dengan batas
landas kontinen, meskipun sebenarnya batas landas kontinen berlaku untuk dasar laut
sedangkan batas ZEE berlaku untuk kolom air. Sehingga koordinat titik-titik batas untuk ZEE
dan landas kontinen umumnya sama.

3. Sebutkan dan jelaskan permasalahan batas maritim Indonesia dengan Malaysia serta usulan
penyelesaiannya!

Indonesia-Malaysia
Masalah yang terjadi : Garis batas laut wilayah antara Indonesia dengan Malaysia adalah
garis yang menghubungkan titik-titik koordinat yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan
bersama di Kuala Lumpur, pada 17 Maret 1977. Berdasarkan UU No 4 Prp tahun 1960,
Indonesia telah menentukan titik dasar batas wilayah lautnya sejauh 12 mil. Sebagai
implementasi dari UU tersebut, beberapa bagian perairan Indonesia yang jaraknya kurang
dari 12 mil laut, menjadi laut wilayah Indonesia. Termasuk wilayah perairan yang ada di Selat
Malaka. Pada Agustus 1969, Malaysia juga mengumumkan bahwa lebar laut wilayahnya
menjadi 12 mil laut, diukur dari garis dasar yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan
konvensi Jenewa 1958 (mengenai Laut Wilayah dan Contigous Zone). Sehingga timbul
persoalan, yaitu letak garis batas laut wilayah masingmasing negara di Selat Malaka (di
bagian yang sempit) atau kurang dari 24 mil laut. Adapun batas Landas Kontinen antara
Indonesia dan Malaysia ditentukan berdasarkan garis lurus yang ditarik dari titik bersama ke
titik koordinat yang disepakati bersama pada 27 Oktober 1969.

Adapun Solusi pada permasalahan tersebut: Atas pertimbangan tersebut, dilaksanakan


perundingan (Februari-Maret 1970) yang menghasilkan perjanjian tentang penetapan garis
Batas Laut Wilayah kedua negara di Selat Malaka. Penentuan titik koordinat tersebut
ditetapkan berdasarkan Garis Pangkal masing masing negara. Dengan diberlakukannya
Konvensi Hukum Laut Internasional 1982, maka penentuan titik dasar dan garis pangkal dari
tiap-tiap negara perlu diratifikasi berdasarkan aturan badan internasional yang baru. Selama
ini penarikan batas Landas Kontinen Indonesia dengan Malaysia di Perairan Selat Malaka
berpedoman pada Konvensi Hukum Laut 1958. MoU RI dengan Malaysia yang
ditandatangani pada 27 Oktober 1969 yang menetapkan Pulau Jara dan Pulau Perak sebagai
acuan titik dasar dalam penarikan Garis Pangkal jelas jelas merugikan pihak Indonesia,
karena median line yang diambil dalam menentukan batas landas kontinen kedua negara
tersebut cenderung mengarah ke perairan Indonesia.

4. Sebutkan dan jelaskan permasalahan batas maritim Indonesia dengan Vietnam serta usulan
penyelesaiannya!

Indonesia – Vietnam
Masalah yang sering terjadi : Wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan
Natuna dan Pulau Condore di Vietnam yang berjarak tidak lebih dari 245 mil, memiliki kontur
landas kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman di antara
ke dua negara. Pada saat ini kedua belah pihak sedang melanjutkan perundingan guna
menentukan batas landas kontinen di kawasan tersebut.

Adapun Solusi dari permasalahan tersebut:


Indonesia dan Vietnam telah menyelesaikan perjanjian batas Landas Kontinen pada tahun
2003. Batas landas kontinen antara Indonesia – Vietnam ditarik dari pulau besar ke pulau
besar (main land to main land). Dalam perjanjian tersebut Indonesia berhasil meyakinkan
Vietnam untuk menggunakan dasar Konvensi Laut UNCLOS 1982. Dengan demikian prinsip
Indonesia sebagai negara Kepulauan telah terakomodasi. Permasalahan batas maritim
antara Indonesia
dan Viet Nam yang masih harus dirundingkan adalah penetapan garis batas ZEE. Pertemuan
pertama untuk membahas garis batas ZEE telah dilangsungkan pada bulan Mei 2010 di
Hanoi dan telah dilanjutkan pada pertemuan terakhir bulan Juli 2011 di Hanoi. Kedua negara
kini tengah menjajaki untuk mempelajari proposal garis batas ZEE masing-masing.

5. Sebutkan dan jelaskan permasalahan batas maritim Indonesia dengan India serta usulan
penyelesaiannya!

Indonesia – india
Masalah yang terjadi : Perbatasan kedua negara terletak antara pulau Rondo di Aceh dan
pulau Nicobar di India. Batas maritim dengan landas kontinen yang terletak pada titik-titik
koordinat tertentu di kawasan perairan Samudera Hindia dan Laut Andaman, sudah
disepakati oleh kedua negara. Namun permasalahan di antara kedua negara masih timbul
karena sering terjadi pelanggaran wilayah oleh kedua belah pihak, terutama yang dilakukan
para nelayan.

Adapun Solusi permasalahan tersebut: Garis Batas Landas Kontinen Indonesia dan India
adalah garis lurus yang ditarik dari titik pertemuan menuju arah barat daya yang berada di
Laut Andaman. Hal itu berdasarkan persetujuan pada 14 Januari 1977 di New Delhi, tentang
perjanjian garis batas Landas Kontinen kedua negara. Namun, pada beberapa wilayah batas
laut kedua negara masih belum ada kesepakatan.

6. Jelaskan secara singkat kasus Ambalat (negara yang terlibat, lokasi, penjelasan kasus,
dampak bagi hubungan antarnegara, usulan langkah penyelesaian)!

Malaysia memberikan konsesi penambangan dan pengelolaan minyak di kawasan Ambalat


kepada Royal Dutch Shell dan perusahaan lain pada bulan Februari 2005. Keputusan ini
mengindikasikan bahwa Malaysia yakin Ambalat berada di dalam teritori mereka. Sementara
itu, Indonesia sendiri yakin bahwa Ambalat adalah bagian dari Indonesia. Hal ini didukung
oleh fakta historis bahwa Ambalat dulunya adalah bagian dari Kesultanan Bulungan yang
akhirnya menjadi bagian Indonesia sejak kemerdekaan. Untuk menyelesaikan persoalan
klaim yang tumpang tindih ini, harus dilihat kembali rangkaian proses negosiasi antara kedua
negara berkaitan dengan penyelesaian perbatasan di Pulau Kalimantan yang sesungguhnya
telah dimulai sejak tahun 1974 (menurut Departeman Luar
Negeri). Diketahui secara luas bahwa Perbatasan Indonesia-Malaysia di Laut Sulawesi, di
mana Ambalat berada, memang belum terselesaikan secara tuntas. Ketidaktuntasan ini
sesungguhnya sudah berbuah kekalahan ketika Sipadan dan Ligitan dipersoalkan dan
akhirnya dimenangkan oleh Malaysia. Jika memang belum pernah dicapai kesepakatan yang
secara eksplisit berkaitan dengan
Ambalat maka perlu dirujuk kembali Konvensi Batas Negara tahun 1891 yang ditandatangani
oleh Belanda dan Inggris sebagai penguasa di daerah tersebut di masa kolinialisasi. Konvensi
ini tentu saja menjadi salah satu acuan utama dalam penentuan perbatasan antara
Indonesia dan Malaysia di Kalimantan. Perlu diteliti apakah Konvensi tersebut secara
eksplisit memuat/mengatur kepemilikan Ambalat. Hal ini sama halnya dengan penggunaan
Traktat 1904 dalam penegasan perbatasan RI dengan Timor Leste.Sayang sekali, sebagai
salah satu sumber hukum yang bisa diacu, Konvensi 1891, nampaknya tidak akan membantu
banyak dalam penyelesaian kasus ini. Seperti halnya Sipadan dan Ligitan,
Konvensi ini kemungkinan besar tidak akan mengatur secara tegas kepemilikan Ambalat. Hal
ini terjadi karena Konvensi 1891 hanya menyebutkan bahwa Inggris dan Belanda sepakat
mengakui garis batas yang berlokasi di garis lintang 4° 10’ ke arah timur memotong Pulau
Sebatik tanpa lebih rinci menyebutkan kelanjutannya. Tentu saja ini meragukan karena
Ambalat, seperti juga Sipadan dan Ligitan berada di sebelah timur titik akhir garis yang
dimaksud. Jika garis tersebut, sederhananya, diperpanjang lurus ke timur, memang Ambalat,
termasuk juga Sipadan dan Ligitan akan berada di pihak Indonesia. Namun demikian,
menarik garis batas dengan cara ini, tanpa dasar hukum, tentu saja tidak bisa diterima begitu
saja.Melihat kondisi di atas, diplomasi bilateral memang nampaknya jalan yang paling
mungkin. Meskipun mengajukan kasus ini ke badan internasional seperti ICJ, adalah juga
alternatif yang baik, langkah ini tidak dikomendasikan. Mengacu pada gagasan Prescott, ada
tiga hal yang melandasi pandangan ini. Pertama, kasus-kasus semacam ini biasanya
berlangsung lama (bisa 4-5 tahun). Artinya, ini akan menyita biaya yang sangat besar,
sementara negosiasi antarnegara mungkin akan lebih produktif. Hasan Wirajuda mengakui,
total biaya yang dihabiskan untuk menyelesaikan Sipadan dan Ligitan mencapai Rp 16 Milyar
(Tempo, 23 Desember 2002). Kedua,
pengadilan kadang-kadang memberikan hasil yang mengejutkan. Keputusan the Gulf of
Fonseca adalah contoh yang nyata. Pertama, pengadilan memutuskan bahwa historical bays
bisa dibagi oleh dua atau lebih negara. Kedua, pengadilan mengijinkan, Honduras, yang
jelas-jelas terisolasi dalam Gulf oleh El Salvador dan Nicaragua, untuk mengklaim laut dan
dasar laut di samudera Pasifik. Ketiga, kadang-kadang argumen pengadialan dalam membuat
keputusan terkesan
kabur sehingga sulit dimengerti.

Anda mungkin juga menyukai