MATERI I
Dalam anatomi dan garis besar isi unclos ialah tahun 1982,
Kepentingan dunia atas hukum laut telah mencapai puncaknya pada abad ke-20.
Faktor-faktor yang mempengaruhi negara di dunia membutuhkan pengaturan tatanan
hukum laut yang lebih sempurna adalah Modernisasi dalam segala bidang kehidupan
yaitu :
Dalam dekade abad ke-20 telah 4 kali diadakan usaha untuk memperoleh suatu
himpunan tentang hukum laut.
Resolusi Majelis Umum PBB tgl 21 Feb 1957 menyetujui untuk mengadakan
konferensi Internasional tentang hukum laut pada bulan Maret 1958. Konferensi ini
akhirnya diadakan pada tgl 24 Feb – 27 April 1958 yang dihadiri oleh 700 delegasi
dari 86 negara, yang dikenal dengan UNCLOS I (United Nations Convention on The
Law of The Sea) atau konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut.
1. Kebebasan pelayaran
Konvensi hukum laut 1982 merupakan puncak karya dari PBB tentang hukum
laut, yang disetujui di Montego Bay, Jamaica (10 Des 1982), ditandatangani oleh 119
negara.
Amerika Serikat, Australia, Indonesia, New Zealand, Kanada, Uni Soviet, Jepang,
Brazil, Mexico, Chili, Norwegia, India, Filipina, Portugal, dan Republik Malagasi.
MATERI II
LAUT TERITORIAL
laut teritorial meliputi pula suatu jalur laut yang berbatasan dengan perairan
kepulauannya dinamakan perairan internal termasuk dalam laut teritorial, dalam
pengertian kedaulatan ini meliputi ruang udara di atas laut teritorial serta dasar laut
dan tanah di bawahnya dan, kedaulatan atas laut teritorial dilaksanakan dengan
menurut ketentuan Konvensi PBB tentang Hukum Laut
kemudian UNCLOS 1958 dan 1960 karena kedua konvensi menetapkan bahwa
lebar laut teritorial setiap negara adalah 3 mil laut diukur dari garis pangkal
Batas laut wilayah (laut teritorial) antara Indonesia dan Malaysia yang disahkan
melalui UU Nomor 2 Tahun 1971 tentang Penetapan Hasil Perundingan Garis Batas
Laut Wilayah Bersama antara Indonesia dengan Malaysia di Selat Malaka.
Batas laut teritorial antara Indonesia dan Papua New Guinea di utara dan selatan
Pulau Irian yang disahkan bersama dengan batas-batas darat melalui UU Nomor 6
Tahun 1973 tentang Pengesahan Hasil Perundingan Garis-Garis Batas Tertentu
antara Indonesia dan Papua New Guinea. Batas laut teritorial antara Indonesia dan
Singapura yang disahkan melalui UU Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengesahan
Hasil Perundingan Garis-Garis Batas Tertentu antara Indonesia dengan Singapura di
Selat ingapura (Bagian Tengah).
Batas laut teritorial antara Indonesia dan India (Kepulauan Andaman) yang
disahkan melalui Keppres Nomor 51 Tahun 1974 tentang Pengesahan Hasil
Perundingan Garis-Garis Batas Tertentu antara Indonesia dengan India di Laut
Andaman.
Dilakukan dengan cara penarikan sejauh 12 mil dari garis pangkal terluar yang
merupakan ttitik pasang surut terendah seperti yang diatur dalam pasal 5 UNCLOS
dan UU No.6 tahun 1996 pasal 5.
MATERI III
ZONA TAMBAHAN
Zona tambahan adalah suatu jalur perairan yang berdekatan dengan batas jalur
maritim atau laut teritorial, tidak termasuk kedaulatan negara pantai dapat
melaksanakan hak-hak pengawasan tertentu untuk mencegah pelanggaran peraturan
perundang-undangan saniter, bea cukai, fiskal, pajak dan imigrasi di wilayah laut
teritorialnya. Sepanjang 12 mil dari garis pangkal.
1. Berasal dari Hovering Acts dari UK yang mencegah penyeludupan pada jarak
24 mil ke arah laut bebas
3. Perselisihan spanyol vs british (inggris) terjadi pada awal abad ke-19. objek
spanyol adalah penyitaan kapal inggris dalam 6 mil zona kustom milik
spanyol
2. Menurut pasal 33 ayat 2 konvensi hukum laut 1982, zona tambahan tidak
boleh melebihi 24 mil laut, dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial
itu diukur.
3. Berikut ini beberapa hal guna memperjelas tentang letak zona tambahan yaitu
:
Tempat atau garis dari mana lebar jalur tambahan itu harus diukur,
tempat atau garis itu adalah garis pangkal.
Lebar zona tambahan itu tidak boleh melebihi 24 mil laut, di ukur dari
garis pangkal
Zona laut selebar 12 mil laut diukur dari garis pangkal adalah
merupakan laut teritorial, maka secara praktis lebar zona tambahan itu
adalah 12 mil (24-12) mil laut
Dalam Pasal 24 Konvensi Jenewa 1958 tentang Laut Teritorial dan Zona
Tambahan disebutkan bahwa di zona tambahan, Negara pantai dapat melaksanakan
pengawasan yang dibutuhkan untuk
MATERI VI
PERAIRAN PEDALAMAN
Perairan yang terletak ke arah dalam dari garis batas pengukur laut teritorial
atau pengukur zona-zona maritim lainnya. Secara umum terdiri dari teluk, muara dan
pelabuhan dan perairan-perairan yang tertutup oleh garis pangkal lurus (straight
baselines).
Internal waters of the State is waters on the landward side of the baseline of
the territorial sea (Art. 8 (1)UNCLOS) • Where the establishment of a straight
baseline in accordance with the method set forth in article 7 has the effect of
enclosing as internal waters areas which had not previously regarded as such, a right
of innocent passage as provided in this Convention shall exist in those waters (Art. 8
(2) UNCLOS)
Terdapat beberapa bagian laut yang masuk dalam perairan pedalaman antara lain:
1. Teluk
2. Sungai
3. Kanal
4. Muara dan
5. Pelabuhan,
Perairan pedalaman adalah perairan yang ditutup oleh garis dasar penutup
teluk, muara, pelabuhan, dan garis-garis dasar yang menutup lekukan di
pantai sampai 100 mil laut dan maksimum 125 mil laut.
Dengan kata lain, perairan pedalaman adalah bagian dari laut yang berada ke
arah daratan dari garis dasar kepulauan.
Perairan kepulauan adalah perairan yang ada dalam wilayah negara kepulauan
(antara pulau-pulau), disebut juga perairan nusantara. Perairan kepulauan
dibatasi oleh garis dasar perairan pedalaman. Perairan kepulauan adalah satu
kesatuan wilayah kedaulatan negara bersama ruang udara di atasnya, atas
tanah serta di bawah tanah.
Dengan demikian negara tsb dapat menegakkan hukumnya terhadap kapal tsb
dan semua yang ada dikapal tsb, dengan memperhatikan aturan2 hukum
Internasional tentang kekebalan diplomatik, yang akan timbul berkenaan
dengan kapal perang.
Tetapi – prinsip negara bendera --, maka negara pantai hanya akan
menegakkan hukumnya jika kepentingan nasionalnya terkena dampaknya