Analisa Revisi UU no 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia yang
mengacu padaUNCLOS 1958 dengan menggunakan UNCLOS 1982Ratih Destarina
1 , T. Fayakun Alif Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan, BAKOSURTANAL 2
1 Dezta_keiron@yahoo.com, 2 goeh98@gmail.com Abstrak Dengan adanya rencana revisi Undang-Undang no 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia yangmengacu UNCLOS 1958, maka perlu diperhatikan beberapa hal teknis dalam dalam analisa kajiannya. Terutamasetelah disetujuinya klaim pemerintah Indonesia pada Landas Kontinen Indonesia di perairan barat Sumatera oleh Commission on the Limits of the Continental (CLCS) pada tahun 2011 sebesar 4209 km 2 Pada makalah ini akan dibahas perihal apa saja yang menjadi pertimbangan revisi UU no 1 tahun 1973 dan jugaanalisa perbedaan pasal dari UNCLOS 1958 dan UNCLOS 1982., sehingga secara teknispenentuan dan pengaturan landas kontinen Indonesia yang diatur dalam UU no tahun 1973 harus berubah sesuaidengan ketentuan UNCLOS 1982, dimana Negara Indonesia telah meratifikasinya sesuai dengan Undang-Undang no 17 tahun 1985. Kata kunci : Landas Kontinen Indonesia, Unclos 1958, Unclos 1982,UU no 1 tahun 1973 I. PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANGAdanya potensi sumber daya alam kelautan yang berlimpah telah mendorong negara-negarapantai untuk memperluas garis batas yurisdiksinya sesuai dengan kesepakatan internasionalyang berlaku. Salah satunya adalah klaim atas landas kontinen yang mana diketahuimengandung minyak dan bahan-bahan mineral berharga lainnya.Klaim atas landas kontinen pertama kali dideklarasikan oleh Ameri ka Serikat secara sepihakmelalui Proklamasi Truman pada 28 September 1945 tentang Continental Shelf . Klaim tersebutsegera diikuti oleh negara-negara lain dan merupakan awal lahirnya pengertian landas kontinensecara yuridis.Mempertimbangkan potensi konflik yang meluas akan klaim mengklaim wilayah laut besertapotensi sumber daya alamnya maka diadakan Konferensi Hukum Laut PBB I di Jenewa tahun1958 yang menghasilkan kesepakatan yang dikenal dengan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) atau lebih dikenal UNCLOS 1958, yang didalamnya juga membahastentang landas kontinen. Menindaklanjuti konvensi ini maka pada tahun 1960 pemerintahIndonesia menetapkan Undang Undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesiadan lebih spesifik diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas KontinenIndonesia yang mengacu pada UNCLOS 1958.PBB menyelenggarakan Konferensi Hukum Laut PBB II pada tahun 1960 sebagai usahauntuk membuat rumusan baru tentang landas kontinen yang dapat memuaskan semua pihak,namun usaha tersebut gagal dan konferensi tersebut tidak menghasilkan kesepakatan barusebagai pengganti UNCLOS 1958. Rumusan tentang landas kontinen terselesaikan dalamKonferensi Hukum Laut PBB III di Teluk Montego Jamaica pada tahun 1982 yang dikenalUNCLOS 1982. Konferensi ini dihadiri oleh 119 negara termasuk Indonesia telah diakui secarainternasional dan berlaku efektif menggantikan ketentuan UNCLOS 1958.UNCLOS 1982 kemudian diratifikasi menjadi Undang-undang Nomor 17 tahun 1985. Namundisisi lain, Indonesia masih tetap memberlakukan Undang-undang No. 1 Tahun 1973 sebagaidasar hukum yang mengatur tentang Landas Kontinen Indonesia, padahal dalam prakteknyatidak lagi mendasarkan pada undang-undang tersebut meskipun hingga saat ini masih belum adapenggantinya. Oleh karena itu perlu untuk dilakukan peninjauan kembali dan penyesuaianterhadap Undang-undang tentang Landas Kontinen Indonesia sebagai implementasi dankonsekuensi logis dari ratifikasi UNCLOS 1982 tersebut.Bab ini akan menjelaskan alasan pentingnya peninjauan kembali UU No. 1 Tahun 1973terutama ditinjau dari sisi aspek teknis.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN1. Untuk melakukan analisis kesesuaian Undang- undang nasional tentang landas kontinen yangberlaku saat ini (UU No. 1 Tahun 1973) dengan hukum internasional (UNCLOS 1982) yangtelah diratifikasi melalui UU No. 17 Tahun 1985.2. Sebagai rekomendasi teknis dan bahan pertimbangan apakah UU No. 1 Tahun 1973 hanyaperlu direvisi atau dirubah seluruhnya.1.3. PERMASALAHANPermasalahan-permasalahan yang dikaji mencakup hal-hal sebagai berikut:1. Keselarasan peraturan nasional tentang landas kontinen berdasarkan UU No. 1 tahun 1973yang masih berlandaskan pada UNCLOS 1958 dengan konvensi hukum laut UNCLOS 1982yang berlaku saat ini dan telah diratifikasi dengan UU No. 17 Tahun 1985.2. Implementasi di lapangan melalui perjanjian dengan negara tetangga.3. Kajian untuk melakukan perubahan dalam peraturan perundang- undangan nasional tentanglandas kontinen sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia.II. KONSEPSI LANDAS KONTINENLandas kontinen dapat dianggap sebagai kelanjutan alamiah ( natural prolongation ) dariwilayah daratan. Landas kontinen di beberapa tempat menyimpan deposit minyak dan gas bumiserta berbagai sumber daya alam baik hayati maupun non- hayati. Sesuai kemampuan teknologisaat klaim landas kontinen mulai digagas, landas kontinen biasanya tidak terlalu dalam hanyasekitar 50 hingga 550 meter.Klaim Landas Kontinen pertama kali diproklamirkan oleh Presiden Amerika Serikat HarryS. Truman pada 28 September 1945. Tindakan Amerika Serikat ini bertujuan untukmencadangkan kekayaan alam dasar laut dan tanah di bawahnya yang berbatasan denganpantai Amerika Serikat. Tidak adanya batasan yang jelas mengenai landas kontinenmenyebabkan banyak negara menuntut landas kontinen seluas-luasnya tanpa memperdulikankepentingan negara tetangganya. Sehingga untuk menghindari terjadinya perselisihan makadiadakan Konferensi Hukum Laut PBB yang menghasilkan kesepakatan yang dikenal dengan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS).2.1. DEFINISI LANDAS KONTINEN2.1.1. Menurut Istilah GeologiTopografi dasar laut secara geologis dibagi menjadi Continental Margin (dasar laut yangmasih berhubungan dengan benua) dan Abyssal Plains (dasar laut dalam yang bukanmerupakan bagian dari benua). Continental margin mencakup continental shelf , continental rise dan continental slope . Continental shelf (dataran kontinen) merupakan wilayah dasar laut yangberbatasan dengan benua atau pulau-pulau yang turun ke bawah secara bertahap yang diukurdari garis air rendah sampai kedalaman mencapai 130 meter (R.R. Churchil dalam Hasibuan,2002). Seiring perkembangan teknologi di bidang eksplorasi dasar laut, diketahui bahwa continental shelf menyimpan deposit minyak dan gas bumi serta berbagai sumberdaya alamhayati. Hal tersebut melatarbelakangi klaim pemerintah Amerika Serikat atas continental shelf melalui proklamasi Truman tanggal 28 September 1945.2.1.2. Menurut Istilah Hukum Continental shelf berdasarkan istilah hukum telah jauh berbeda dengan istilah yangsebenarnya secara geologis. Jika dalam istilah geologis continental shelf diartikan secara fisiksebagai kelanjutan alamiah dari daratan ( natural prolongation ), maka dalam istilah hukum continental shelf adalah salah satu batas maritim dimana suatu negara pantai memiliki hakberdaulat untuk memanfaatkan sumberdaya alam di dasar lautnya. Istilah landas kontinenuntuk continental shelf dalam istilah hukum diberikan untuk membedakan continental shelf dalam pengertian geologis (dataran kontinen).
Rejim hukum laut di Indonesia termasuk mengenai landas kontinen tunduk padaketentuan UNCLOS. Berikut adalah definisi landas kontinen menurut UNCLOS:
UNCLOS 1958Konvensi mengakui kedalaman negara pantai atas landas kontinen sampai kedalaman 200meter atau di luar batas itu sampai kedalaman air yang memungkinkan eksploitasi sumber-sumber alam dari daerah tersebut [pasal 1 dan 2].
UNCLOS 1982Landas kontinen meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawahpermukaan laut yang terletak di luar laut teritorial, sepanjang kelanjutan alamiah daratanhingga pinggiran luar tepian kontinen, atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkaldarimana lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut [pasal 76].Dari definisi diatas, terlihat perbedaan signifikan dalam menentukan batas terluar landaskontinen antara UNCLOS 1958 dengan UNCLOS 1982, yaitu UNCLOS 1958 mendasarkanpada kedalaman 200 meter dan kemampuan eksploitasi, sedangkan UNCLOS 1982berdasarkan jarak 200 mil laut . Lebih lanjut akan dibahas di sub- bagian berikut.2.2. DASAR HUKUM LANDAS KONTINEN2.2.1. UNCLOS 1958Konferensi Hukum Laut PBB di Jenewa Tahun 1958 menghasilkan konvensi yang dikenaldengan UNCLOS 1958. Indonesia meratifikasi konvensi ini menjadi UU No. 1 Tahun 1973.Berikut dikemukakan substansi dari konvensi yang terdiri atas 15 pasal ini sebagai analisamengapa konvensi ini perlu dilakukan penyesuaian dan kemudian digantikan dengan UNCLOS1982.2.2.2. UNCLOS 1982UNCLOS 1982 dihasilkan pada Konferensi Hukum Laut PBB di Teluk Montego padatahun 1982. Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 menjadi Undang-undang No. 17 Tahun 1985tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Tentang Hukum Laut. Terkaitdengan landas kontinen, dimuat dalam UNCLOS 1982 Part VI Article 76. .
Kajian Revisi UU Tahun '73 tentang Landas Kontinen Indonesia Ratings: (0)|Views: 379 |Likes: 3 Published by teguh fayakun alif See more
10
dicantumkan dalam pasal 38 Statuta MahkamahInternasional untuk mencapai suatupenyelesaian yang adil.
Apabila tidak dapat dicapai persetujuan dalam jangka waktu yang pantas, negara yangbersangkutan harus menggunakan proseduryang ditentukan dalam Bab XV.
Sementara menunggu tercapainya persetujuan, negara-negara yang bersangkutan harusmembuat aturan sementara yang bersifatpraktis dan tidak membahayakan ataumengganggu pencapaian persetujuan yangfinal.line), sementara UNCLOS1982 memberi keleluasaantentang metode yangdigunakan serta lebihmenekankan kepadatercapainya kesepakatanantar negara-negara tersebut.Peta dan daftarkoordinat geografisPasal 6 :
Delimitasi batas diwujudkan dalam peta.Pasal 76 ayat 8
Garis batas terluar landas kontinen harusdicantumkan dalam peta dengan skala yangmemadai untuk penetapan posisinya. Petatersebut perlu dilengkapi dengan daftar titik-titikgeografis serta rincian datum geodetik untukkemudian didepositkan kepada SekretariatJenderal PBB.
Peta untuk representasi bataslandas kontinen dalamUNCLOS 1958 belummengatur tentang skala dandaftar koordinat.
11
2.3. ANALISIS TERHADAP UNDANG-UNDANG LANDAS KONTINEN INDONESIALandas Kontinen Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1973 yangpembuatannya mengacu kepada UNCLOS 1958 Tahun 1958. Undang- Undang iniditindaklanjuti dengan Undang-Undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 yang mana disebutkanbahwa Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya di luar perairan wilayahRepublik Indonesia sampai kedalaman 200 meter atau lebih, dimana masih mungkindiselenggarakan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam.Karena tidak adanya batasan yang jelas tentang sejauh mana kegiatan eksplorasi daneksploitasi boleh dilakukan mengingat kemampuan dan teknologi yang digunakan masing-masing negara tidaklah sama. Interpretasi seperti itu tidak dapat diterima karena hanya akanmenguntungkan negara dengan letak geografis tertentu terutama negara denganperkembangan teknologi yang sudah mencapai tingkat tinggi.Ketidakpastian mengenai landas kontinen berakhir dengan dirumuskannya UNCLOS 1982yang kemudian ditetapkan sebagai satu-satunya Hukum Laut Internasional. Indonesia sebagaisalah satu negara anggota harus tunduk kepada UNCLOS 1982 dan kemudian meratifikasiperaturan tersebut menjadi Undang-Undang No. 17 Tahun 1985.Bahwa Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 merupakan ratifikasi dari UNCLOS 1982secara keseluruhan, Undang-Undang tersebut hanya memuat tentang Landas Kontinen secaraumum. Hingga saat ini belum ada peraturan perundang-undangan di Indonesia yang secaraterperinci mengatur tentang Landas Kontinen Indonesia, sehingga Indonesia tidak mempunyaidasar hukum yang kuat untuk mengatur Landas Kontinen di wilayahnya. Mengingat Undang-undang tentang landas kontinen Indonesia yang berlaku saat ini (Undang-Undang No. 1 Tahun1973) sudah tidak relevan karena menggunakan acuan yang sama sekali berbeda, maka perludilakukan revisi atau pembuatan Undang-Undang baru untuk menggantikan Undang-Undangtersebut.2.4. PERMASALAHAN TERKAIT LANDAS KONTINEN INDONESIADelimitasi batas maritim dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pertimbangan politik,strategis dan sejarah. Selain itu juga pertimbangan ekonomi, geografis, lingkungan, geologi dangeomorfologi. Dibawah ini membahas beberapa faktor yang dominan :1. Ditinjau Dari Segi HukumTerdapat perbedaan rejim hukum landas kontinen dalam UNCLOS 1982 dengan yangtelah diatur sebelumnya dalam UNCLOS 1958. Jika UNCLOS 1958 menggunakan kriteriaketerikatan geomorfologis ( natural prolongation ) dan kemampuan eksploitasi ( technical exploitability ), sebaliknya UNCLOS 1982 menggunakan kriteria jarak ( distance criteria )minimal landas kontinen negara pantai sejauh 200 mil laut dan boleh melebihi jarak tersebutdengan syarat tertentu. Dibandingkan dengan UNCLOS 1958 yang menggunakan prinsipkemampuan eksploitasi ( technical exploitability ) sehingga menguntungkan negara-negarayang memiliki teknologi maju dalam bidang pertambangan, UNCLOS 1982 memberikanrumusan hukum yang jelas dan adil bagi semua negara.2. Ditinjau Dari Segi TeknisDasar hukum yang berbeda berdampak pada teknis penentuan batas landas kontinenyang berbeda pula. Salah satu contohnya adalah tata cara penentuan batas landas kontinenuntuk negara yang berhadapan atau berdampingan (diatur dalam Pasal 6 UNCLOS 1958dan Pasal 84 UNCLOS 1982).Pada UNCLOS 1958, menerapkan prinsip median line atau equidistance principle bilamana tidak terdapat keadaan khusus yang memungkinkan garis batas ditentukan tidaksama jarak. Sebaliknya, UNCLOS 1982 memberikan keleluasaan dengan merujuk pada
12
tercapainya kesepakatan antar pihak yang terkait sesuai dengan prinsip-prinsip hukuminternasional publik.3. Ditinjau Dari Segi EkonomiPenetapan dan penegasan batas maritim sangat diperlukan terutama dalampengelolaan laut. Penentuan batas sangat penting untuk menjamin kejelasan dan kepastianyurisdiksi ( jurisdictional clarity and certainty ) (Prescott dan Schofield, 2005 dalam Arsana,2007). Hal ini dapat memberikan keuntungan multidimensi, misal dalam memfasilitasipengelolaan lingkungan laut secara efektif dan berkesinambungan serta peningkatankeamanan maritim (maritim security). Perjanjian batas maritim akan memberikan jaminanhak Negara pantai untuk mengakses dan mengelola sumberdaya maritim hayati maupunnon-hayati (Arsana, 2007).4. Ditinjau Dari Segi Politik dan Pertahanan KemanananIndonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Singapura, Vietnam, Thailand,Malaysia, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia dan Timor Leste. Posisi tersebut membuatIndonesia rawan bersengketa dengan negara tetangga. Salah satu masalah yang rentanadalah mengenai wilayah perbatasan, terutama batas maritim yang mana tidak terdapattanda batas secara fisik sebagaimana batas darat.Rejim hukum laut Indonesia mengacu pada hukum laut internasional yaitu UNCLOS1982, yang mana membagi batas-batas maritim sebagai berikut :1. Perairan pedalaman2. Perairan Nusantara / Kepulauan3. Laut Teritorial4. Zona tambahan5. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)6. Landas Kontinen III. PENUTUP 3.1. KESIMPULANBerdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan denganpenetapan Batas Landas Kontinen Indonesia, yaitu:1. Pengertian landas kontinen berdasarkan istilah geologi (UNCLOS 1958) dengan pengertianhukum yang berlaku sekarang (UNCLOS 1982) adalah berbeda, sehingga Indonesia perlumeninjau kembali UU No.1 Tahun 1973.2. Perjanjian batas landas kontinen antara Indonesia dengan negara sekitarnya umumnyamasih didasarkan pada UNCLOS 1958, sehingga perlu dikaji secara seksama apakah perluuntuk merevisi perjanjian, terutama pertimbangan kerugian Indonesia akibat perjanjian yangtelah ada.3. Dari aspek teknis, persoalan utama yang dihadapi berupa masalah biaya untuk keperluansurvei. Semua data dan dokumen terkait (peta dan keterangan lainnya) yangmengidentifikasikan tepian kontinen terutama untuk mengklaim batas landas kontinen yangmelebihi 200 mil laut dari garis pangkal, akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Perluinventarisasi ulang semua data yang telah ada, terutama yang telah dikumpulkan olehDishidros, Bakosurtanal, PPGL, dan perusahaan- perusahaan eksplorasi lepas pantai.4. Perlu dibuat suatu sumber hukum turunan dari UU No. 17 Tahun 1985 yang khususmengatur tentang landas kontinen untuk menggantikan UU No. 1 Tahun 1973 agarIndonesia mempunyai dasar hukum yang kuat untuk mengatur Landas Kontinen di wilayahnya.